Firda Aunidiah Putri_choking.docx

  • Uploaded by: Anonymous CKAborxxw
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Firda Aunidiah Putri_choking.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,734
  • Pages: 11
MAKALAH CHOKING

Oleh: Firda Aunidiah Putri

16070201011036

Pembimbing: dr. Buyung Hartiyo L Sp.An, KNA

LABORATORIUM/SMF ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Choking merupakan obstruksi saluran napas yang mengancam jiwa. Obstruksi pada choking biasanya diantara faring dan bifurkasi trakea. Choking terjadi biasanya ketika korban makan, atau dapat berhubungan dengan otot, neurological, dan kerusakan cerebral. Tanda dan gejala dari tersedak adalah batuk, kesulitan untuk bernafas dan berbicara, dan sianosis (Pavitt et al., 2017).Pada anak anak dibawah usia 4 tahun umumnya tersedak karena mainan kecil, bola tenis meja, dan koin saat bermain dan ditempatkan di mulut atau dihirup. Pada anak-anak kurang dari 1 tahun lebih sering tersedak karena aspirasi makanan. Pada orang dewasa tersedak sering tersedak karena makanan (Ranjanayak, 2015). Lebih dari 17.000 bayi dan anak-anak masuk intalasai rawat darurat rumah sakit karena tersedak setiap tahunnya dan lebih dari 80% dari kasus kasus tersebut terjadi pada anak-anak dibawah usia 4 tahun. Kematian karena choking merupakan penyebab kematian tidak disengaja tertinggi ke lima di Amerika Serikat yang terdiri dari sekitar 2500 kematian per tahun (Ranjanayak, 2015). Pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak 1916 pasien mengalami choking. 49% adalah laki-laki, 50% adaah perempuan, dan 1% tidak diketahui. Puncak kejadian terjadi pada hari kerja, pada waktu makan siang mulai pukul 12.00 hingga 14.00 dan waktu makan malam 16.00 hingga 20.00 (Pavitt et al., 2017). Penanganan dari tersedak adalah manuver abdominal thrust atau yang dikenal dengan heilmlich manuver. Selain itu, menurut UK Resus-citation Council’s basic life support guide-lines penanganan choking bisa dengan kombinasi back blow dan heimlich manuver (Pavitt et al., 2017). Berbagai strategi telah digunakan untuk mengurangi risiko tersedak dan mencegah komplikasi yang lebih berat. . Maka dari itu, pengetahuan dari penyebab, akibat, dan penatalaksanaan choking sangat

penting untuk dipelajari agar bisa

mengurangi angka kematian korban choking, sehingga makalah ini dibuat.

2

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana manifestasi klinis dari choking? 2. Bagaimana etiologi dari choking? 3. Bagaimanan tatalaksana choking? 4. Bagaimana prognosis choking?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui etiologi dari choking 2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari choking 3. Untuk mengetahui tatalaksana choking 4. Untuk mengetahui prognosis choking

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Choking atau tersedak adalah tersumbatnya saluran nafas oleh benda asing yang dapat menyebabkan kematian. Ketika seseorang tersedak dengan sumbatan jalan nafas total, tidak ada oksigen yang masuk ke paru-paru. Otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen dan mulai mati dalam waktu 4-6 menit. Pada saat inilah pertolongan pertama harus dilakukan. Kematian otak ireversibel terjadi hanya dalam waktu 10 menit (Cunha, 2017). 2.2 Etiologi Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak dikunyah sempurna, saat makanan sambil berbicara atau tertawa. Pada anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak juga sering memasukan bendabenda padat kecil ke dalam mulutnya (Berg, et all 2010). 2.3 Manifestasi Klinis Pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan penanganan, sehingga penting bagi kita untuk dapat membedakan tersedak dengan pingsan, serangan jantung, kejang, atau keadaan-keadaan lain yang menyebabkan kesulitan bernafas tiba-tiba, kebiruan, dan tidak sadar (Berg, et al., 2010). Benda asing dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas berat dan ringan. Sumbatan jalan nafas berat dapat menyebabkan udara sama sekali tidak dapat masuk dan keluar paru. Sumbatan jalan berat hanya terjadi pada saluran nafas atas (laring dan trakea (Gaol, Priyambodo, 2016) Tanda dan gejalanya adalah terdapat tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan bernapas, antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara atau bernapas. Bunyi nafas saat inspeksi maupun auskultasi paru tidak terdengar baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Korban dapat sambil memegang dan mencengkeram lehernya. Segera tanyakan “Apa anda tersedak?” jika korban mengiyakan dengan menganggukan kepalanya tanpa berbicara ini dapat menunjukan jika pasien mengalami sumbatan nafas berat.

4

Awalnya pasien sadar namun panik. Jika terus berlanjut, pasien lama-lama akan mengalami hilang kesadaran akibat kekurangan oksigen (Berg, Hemphil, Abella, dkk., 2010). Sumbatan jalan nafas ringan biasanya tanyakan “Apa anda tersedak?” jika korban mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas ini dapat menunjukan jika pasien mengalami sumbatan nafas ringan (Berge, et all, 2010). Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah ada perubahan sikap bayi tersebut karena mereka belum bisa melakukan tanda umum tersedak. Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang lemah, dan suara tangisan lemah (Cunha, 2017). 2.4 Tatalaksana

Seak nafas yang parah

Sumbatan yang berat (batuk tidak adekuat tidak mampu bersuara)

Sumbatan ringan (batuk adekuat

Tidak sadar

Sadar

RJP

Lakukan 5 kali tepuk punggung atau manuver Heimlick

Bantu pasien untuk dapat batuk sampai sumbatan hilang. Awasi adanya penurunan kesadaran dan batuk tidak adekuat

5

Ketika ditemukan korban dengan tanda-tanda penyumbatan ringan dan korban dapat batuk maka jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari korban. Namun, jika batuk pada korban menjadi tanpa suara, kesulitan bernapas meningkat, disertai suara napas tambahan stridor dan korban menjadi tidak sadarkan diri yang merupakan tanda-tanda penyumbatan

berat segera aktifkan

sistem EMS dengan cepat. Jika ada lebih dari satu penyelamat, satu penyelamat harus menelpon 911 sementara penyelamat lainnya datang membantu korban (Berg et all., 2010). Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak,antara lain back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada perut) disebut juga dengan manuver Heimlich, dan chest thrust (hentakan pada dada) (Berg, et all, 2010). Jika menemukan korban tersedak disarankan untuk melakukan abdominal thrust (hentakan pada perut) atau heimlich manuver sampai sumbatan hilang. Heimlich manuver hanya boleh dilakukan pada anak berusia diatas 1 tahun dan dewasa. Heimlich manuver dapat membuat korban batuk yang diharapkan cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan pada saluran nafas. Hentakan ke atas yang cepat pada perut memaksa diafragma ke atas tiba-tiba, membuat tekanan pada paru-paru dan memaksa udara keluar. Udara yang dipaksa keluar juga akan memaksa keluar benda asing yang membuat korban tersedak (Cunha, 2017). Heimlich manuver dilakukan dengan cara : 1. Penolong berdiri di belakang pasien. 2. Kepalkan salah satu tangan dan tangan yang

lain

memegang

tangan

yang

terkepal. Perhatikan posisi ibu jari dan jari telunjuk yang terkepal. 3. Posisikan tangan di antara prosesus xiphoideus dan umbilikus pasien.

Gambar 1 Heimlich Manuver (Berg, et al., 2010)

6

4. Tekan tangan dengan cepat, dalam, dan kuat serta ke arah atas (seperti mendorong). Gerakan ini melibatkan fleksi dari siku (Gaol dan Pryambodho, 2016)

Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara perlahan sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru). Setiap saluran napas dibuka saat RJP, penolong harus memeriksa apakah terdapat benda asing pada mulut korban dan mengambilnya apabila menemukannya (Berg, et al., 2010). Apabila korban tersedak obesitas sehingga penyelamat tidak dapat mengelilingi perut korban atau korban sedang hamil maka penolong harus melakukan chest thrust dibandingkan heimlich manuver. Chest thrust dilakukan dengan cara : 1. Letakakkan tangan di bawah ketiak korban 2. Lingkari dada korban dengan lengan kita 3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada korban 4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan hentakan ke dalam dan ke atas.

Back blow (tepukan di punggung) dan chest thrust (hentakan pada dada) dilakukan pada pasien bayi atau anak kurang dari 1 tahun yang mengalami sumbatan jalan nafas. Heimlich manuver tidak direkomendasikan untuk bayi dibawah 1 tahun karena dapat menyebabkan cedera pada organ dalam. Berikut cara melakukan back blow (AHA, 2000): 1. Anak diposisikan sebagai berikut : punggung menghadap ke penolong, topang leher dan kepala dengan satu tangan, posisikan kepala bayi lebih rendah dari tubuh. 2. Wajah anak menghadap ke bawah dengan kepala diposisikan lebih rendah daripada tubuh

7

3. Posisikan telapak tangan penolong di bagian tengah punggung bagian atas (di antara kedua tulang belikat), lalu berikan dorongan (hentakan) mengarah ke atas. Lakukan 5 kali tepukan di punggung. 4. Kemudian dari posisi menelungkup,m telapak tangan kita yang bebas menopang bagian belakang kepala bayi sehingga bayi berada di antara kedua tangan kita (tangan satu menopang bagian belakang kepala bayi, dan satunya menopang mulut dan wajah bayi) 5. Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada pada posisi menengadah dengan telapak tangan yang berada di atas paha menopang belakang kepala bayi dan tangan lainnya bebas 6. Lakukan manuver hentakan pada dada sebanyak lima kali dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk tangan yang bebas di tempat yang sama dilakukan penekanan dada saat RJP pada bayi 7. Jika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP (AHA, 2000).

Gambar 2 Back Blow pada bayi (AHA, 2000) 2.5 Prognosis

8

Choking dapat menyebabkan kekurangan oksigen yang akan menimbulkan kerusakan otak atau kematian dalam 4-6 menit. Namun, jika kita dapat mengeluarkan sumbatan, membebaskan jalan napas, serta pernapasan korban menjadi normal kembali maka kesempatan untuk sembuh dan hidup akan lebih baik (Cunha, 2017).

9

BAB III KESIMPULAN

Choking atau tersedak adalah tersumbatnya saluran nafas karena benda asing yang dapat menyebabkan kematian.Penyebab choking pada orang dewasa biasanya terjadi ketika korban sedang makan dan tidak dikunyah dengan sempurna dan saat makan sambil tertawa atau berbicara. Pada anak-anak biasanya tersedak karena makan terlalu banyak atau memasukan benda-benda mainan ke dalam mulutnya. Tanda dan gejala dari tersedak yaitu awalnya pasien sadar, panik, memegang leher dengan tangannya, batuk, serta jika tersedak menjadi lebih berat dapat menjadi batuk tidak bersuara, kesulitan berbicara dan bernapas, kebiruan, hingga tidak sadarkan diri. Penanganan pada korban choking adalah jika ringan tetap bantu korban agar batuk dan tetap awasi jika ada tanda menjadi choking berat. Pada korban dewasa sadar tersedak yang berat dilakukan heimlich manuver dan jika pasien obesitas atau sedang hamil dilakukan chest thrust. Pada anak kecil dibawah 1 tahun dilakukan back blow dan chest thrust. Jika korban tidak sadar maka lakukan RJP terlebih dahulu.

10

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2000. Part 9: Pediatric Basic Life Support 2000. Circulation (internet) http://circ.ahajournals.org/content/102/suppl_1/I-253.full. Diunduh pada tanggal 6 mei 2018 pukul 19.00 Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner E B, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122 Cunha,

2017.

Choking

(internet).

https://www.emedicinehealth.com/choking/article_em.htm#the_american_hea rt_associations_recommendations_for_choking. Diunduh pada tanggal 6 Mei 2018 pukul 19.30 Gaol Hasiana Lumbal, Priyambodo, 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeculapius Pavitt, M. J., Nevett, J., Swanton, l. L., Hind, M. D., Polkey, M. I., Green , M., & Hopkinson, N. S. 2017. London Ambulance Source Data on Choking Incidence For The Calender Year 2016 : an Observasional Study. BMJ open Respiratory Research.

Ranjannayak, S., Jena, M. K., Panda, B. B., & Singh, P. 2015. Case Report Sudden Deaths Due To Choking. Journal Indian Acad Forensic Med, Vol. 37 No 1.

11

Related Documents

Firda Mutia.doc
May 2020 8
Puisi Firda
August 2019 14
Firda Elt.docx
December 2019 13

More Documents from "monikatw"