Finally Spei Kelompok 2.docx

  • Uploaded by: Leli
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Finally Spei Kelompok 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,333
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Rasulullah diutus ke muka bumi ini dengan maksud dan tujuan yang mulia, yaitu untuk membangun masyarakat yang berakhlak mulia atau beradab. Rasulullah membawa ajaran Isalm yang sempurna, yaitu membawa ajaranberdimensi ketuhanan (vertikal) dan juga kemanusiaan (horizontal). Ajaran Islam yang sempurna tersebut meliputi aqidah, ubudiah, muamalah, muasyarah dan akhlak. Kemuliaan seorang manusia menurut Islam bukan terletak pada harta atau kedudukan tetapi pada keimanan dan ketaqwaan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surah Al-Hujarat (49) pada akhir ayat 13; “Wahai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar senantiasa kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa”. Sepeninggal Rasul, berbagai masalah muamalah yang memang penuh dinamisasi selalu muncul, sehingga memerlukan berbagai ijtihad, dari yang klasik hingga kontemporer. Dalam perkebagannya kebijakan politik cenderung lebih dominan dan memengaruhi kehiidupan masyarakat. Perkembangan ekonomi Islam menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sejarah Islam. (Hakim, 2012) Dewasa ini, perekonomian seakan menjadi nyawa bagi setiap manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Disadari atau tidak bahwa setiap manusia di dunia ini tidak akan bisa terelepas dari yang namanya perekonomian. Karena hal itu merupakan fitrah manusia dalam menjalani kehidupannya, baik ketika manusia tersebut memposisikan dirinya menjadi seorang konsumen maupun produsen atau bisa disebut sebagai pelayan jasa. (Arifin, Johan;, April 2009) Karena krisisnya perekonomian di era perkembangan zaman ini, ada baiknya kita flashback untuk melihat bagaimana Rasul mengatur perekonomian pada masanya.

USER

1

B. Rumusan Masalah 1.Sistem Ekonomi pada Masa Rasulullah 2. Kebijakan kepemimpinan Rasulullah dalam bidang Perekonomian C. Tujuan Pembahasan 1. Memahami Sistem Pada Masa Rasulullah 2. Mengetahui Kebijakan Kepemimpinan Pada Masa Rasullah SAW

USER

2

BAB II Pembahasan Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW dipilih sebagai seorang Rasulullah (utusan Allah). Rasulullah SAW diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam dalam rangka mengatur pelaksanaan kehidupan umat manusia sehingga umat manusia hidup dalam keharmonisan untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Dalam mengemban misi dakwah tersebut beliau seperti Nabi-nabi sebelumnya, tidak mendapatkan gaji atau upah dari siapapun, kecuali mengharapkan ridha dari Allah SWT. Umat Islam khususnya para sahabat pada saat itu oleh Rasulullah dididik untuk mengarahkan kehidupannya untuk tujuan akhirat, karena kehidupan dunia yang hakiki hanya dalam rangka mempersiapkan kehidupan akhirat yang kekal sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-A’la ayat 17: “Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan kekal” sehingga amalan atau aktifitas yang menyangkut muamalah (perekonomian) juga diarahkan untuk maksud kehidupan akhirat, tidak semata-mata maksud dunia. 1. Sistem Ekonomi Pada Masa Rasulullah Sebagian dari masyarakat Arab lainnya, mata pencaharian mayoritas penduduk Madinah adalah berdagang, bertani, beternak, dan berkebun. Berbeda dengan Makkah yang gersang, sebagian tanah di Madinah relative subur sehingga pertanian, peternakan, dan perkebunan dapat dilakukan di kota ini. Kegiatan ekonomi pasar relative menonjol pada masa itu, dimana untuk menjaga agar mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam Rasulullah pengawas pasar (market controller). Rasulullah SAW membuang sebagian besar tradisi dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dari seluruh aspek kehidupan masyarakat Muslim. Kondisi negara baru yang dibentuk ini, tidak diwarisi sumber keuangan sedikitpun sehingga sulit dimobilisasi dalam waktu dekat. Karenanya, Rasulullah SAW segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, yaitu: a. Membangun masjid sebagai Islamic Centre b. Menjalin ukhuwah Islamiyah antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar c. Menjalin kedamaian dalam negara USER

3

d. Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya e. Membuat konstitusi negara f. Meletakkan dasar-dasar keuangan negara(Yuyun, 2014)

Pada masa pemerintahannya, Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar berupa nilai-nilai dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam melakukan aktifitas ekonomi. Sistem ekonomi yang diterapkan Rasulullah SAW berakar pada prinsip-prinsip Qur’ani.

Secara umum prinsip-prinsip Ekonomi Islam menjadi 3 kelompok besar. Masing-masing kelompok besar ini membentuk suatu bangunan yang akan menjadi prinsip Ekonomi Islam. Bagian pertama,adalah lima nilai universal yang menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori Ekonomi Islam, yaitu : a. Tauhid (keesaan Tuhan), merupakan pondasi ajaran Islam. Segala sesuatu yang kita perbuat di dunia ini nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, termasuk juga aktivitas ekonomi dan bisnis. b. ‘Adl (keadilan). Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Adil yang dimaksud di sini adalah tidak menzalimi dan tidak dizalimi, sehingga penerapannya dalam kegiatan ekonomi adalah manusia tidak boleh berbuat jahat kepada orang lain atau merusak alam untuk memperoleh keuntungan pribadi. c. Nubuwwah (kenabian). Setiap muslim diharuskan untuk meneladani sifat Nabi Muhammad SAW untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bidang ekonomi yaitu :Siddiq (benar, jujur), Amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas),

Fathanah

(Kecerdikan,

kebijaksanaan,

intelektualita),dan

Tabligh

(komunikasi, keterbukaan, pemasaran). d. Khilafah (pemerintahan). Dalam Islam, peranan yang dimainkan pemerintah terbilang kecil akan tetapi sangat vital dalam perekonomian. Peranan utamanya adalah memastikan bahwa perekonomian suatu Negara berjalan dengan baik sesuai dengan syariah. e. Ma’ad (hasil). Imam Ghazali menyatakan bahwa motif para pelaku ekonomi adalah untuk mendapatkan keuntungan/profit/keuntungan di akhirat.

USER

4

Bagian kedua, adalah prinsip-prinsip derivatif yang merupakan prinsip-prinsip sistem Ekonomi Islam yang juga menjadi tiang Ekonomi Islam, yaitu : a. Multitype Ownership (kepemilikan multijenis) merupakan turunan dari nilai tauhid dan adil. Dalam Ekonomi Islam, kepemilikan swasta atau pribadi tetap diakui, tetapi cabangcabang produksi yang strategis dapat dikuasai oleh Negara, guna menjamin adanya keadilan. b. Freedom to act (Kebebasan bertindak atau berusaha) merupakan turunan dari nilai nubuwwah,adil dan khilafah. Prinsip ini akan menciptakan mekanisme pasar dalam pereknomian karena setiap individu bebas untuk muamalah. Pemerintah akan bertindak sebagai wasit yang adil yang mengawasi para pelaku ekonomi serta memastikan bahwa tidak terjadi distorsi dalam pasar dan menjamin tidak dilanggarnya syariah. c. Social Justice (Keadilan Sosial) merupakan turunan dari nilai Khilafah dan ma’ad. Dalam Ekonomi Islam, pemerintah bertanggungjawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya dan menciptakan keseimbangan social antara kaya dan miskin. Bagia ketiga,adalah akhlak. Teori Ekonomi Islam dan sistemnya belumlah cukup tanpa adanya manusia yang menerapkan nilai-nilai akhlak. Kinerja suatu bisnis atau ekonomi tidaklah bergantung kepada teori dan sistemnya saja, melainkan pada man behind the gunnya. Oleh karena itu akhlak menjadi bagian ketiga dan merupakan atap yang menaungi ekonomi Islam. (1 K. , 2018)

2. Kebijakan Kepemimpinan Rasulullah dalam Bidang Perekonomian Rasullullah SAW menerapkan sejumlah kebijakan yang dipandu oleh Al-Qur’an menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain dari masalah hokum (fiqh), politik (siyasah), ekonomi (mu’amalah), etika pergaulan (akhlaq). Diantara masalah-masalah itu, yang menjadi perhatian Rasulullah adalah masalah ekonomi umat

karena

masalah

ekonomi

merupakan

masalah

keperluan

dalam

rangka

menyelenggarakan kehidupan. Dalam ekonomi, penyelenggaraan tujuan hidup dapat tercapai. Tujuan hidup seorang muslim adalah memperbaiki keimanan (tauhid) dan ibaah (sholat, zikir, shiam, dsb) kepada Allah SWT. Dengan ekonomi, seorang muslim akan memiliki bekal atau saran untuk memperbaiki keimanan dan menjalankan ibadahnya. USER

5

(Hakim, 2012). Pada masa ini, Al-Qur’an merupakan sumber rujukan Nabi Muhammad SAW dalam menetapkan aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam semua aspek termasuk dalam aspek ekonomi. Mekanisme pasar yang ditetepkan Nabi Muhammad SAW, adalah sistem pasar bebas, harga-harga di pasar disesarkan kepada interaksi permintaan dan penawaran. Pemerintah tidak ikut campur dalam mekanisme pasar bila kenaikan atau penurunan harga yang disebabkan oleh interaksi permintaan dan penawaran. Hal ini terbukti dengan sikap Nabi Muhammad SAW yang menolah permintaan sahabat agar ia menetapkan harga-harga di pasar karena saat itu harga-harga di pasar melambung tinggi. Seperti diceritakan dalam Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim yang diterima ari Anas ibn Malik: Pada masa Rasulullah telah terjadi kenaikan harga-harga barang. Kemudian masyarakat mendatangi Rasul seraya berkata: “Ya Rasulullah, telah terjadi kenaikan barga barang-barang maka tetepkan harga untuk barang-barang tersebut.” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah yang Maha Penetap Harga, yang menyempitkan dan melapangkan serta pemberi rejeki, saya berharap akan bertemu dengan Allah dan tidak seorangpun menuntut saya karena kezaliman yang saya lakukan dalam masalah darah dan harta.” (HR. Bukhari dan Muslim, Abu Daud, Ahmad ibn Hanbal, ibn Hiban). (Rosalinda, 2012)

2.1. Kebijakan Fiskal Sebenarnya kebijakan fiskal1 telah dikenal sejak lama dalam perekonomian Islam, yaitu sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, dan kemudian dikembangkan oleh para ulama. Abu Yusuf (798) adalah ekonom pertama yang menulis secara khusus tentang kebijakan ekonomi dalam kitabnya, al-Kharaj, yang menjelaskan tanggungjawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Abu Yusuf sangat menentang adanya pajak atas tanah pertanian dan menyarankan diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan dengan jumlah hasil panennya. Abu Yusuf membuat rincian bagaimana membiayai pembangunan jembatan, bendungan dan irigasi. (Karim, 2001)

1

Kebijakan Fiskan adalah merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Instrument utama kebijakan fiscal adalah pengeluaran dan pajak. USER

6

Adapun sumber pendapatan negara pada masa ini diantaranya; a. Zakat Mal Zakat merupakan sumber pendapatan negara yang disyariatkan pada masa Rasul tahun ke-9 H. pada masa ini, Nabi Muhammad SAW mengatur pemungutan dan pendistribusian zakat sesuai dengan nash yang diwahyukan Allah kepadanya. Meliputi kadar dan nisab zakat serta mustahiknya. Nabi kadang bertindak sebagai amil zakat secara langsung kadang beliau menunjuk wali (gubernur)nya sebagai amil zakat di daerah tempat mereka bertugas. b. Khums min al-ghanaim (seperlima dari harta rampasan perang) Ghanima (harta rampasan perang) merupakan harta yang diperoleh melalui perang, Nabi membagikan ghanimah berdasarkan nash yang diwahyukan kepadanya seperti terdapat dalam surah Al-Anfal yang turun pada tahun ke-2 Hijriyah, bahwa seperlima (khums) menjadi milik Allah dan Rasul, karib kerabat Rasul, anak yatim, orang-orang miskin dan musafir (QS. Al-Anfal (8): 1). Bagian yang seperlima ini menjadi pendapatan negara dan dimasukkan kedalam kas negara, yakni baitul mal. Sementara itu, empat per lima menjadi hak tantara yang dibagi berdasarkan posisinya dalam pertempuran. Untuk tantara berkuda mendapat dua bagian (untuk tantara dan kuda), tantara yang berjalan kaki satu bagian, satu bagian lagi untuk yang lainnya. c. Jizyah (pajak perorangan kaum zimmi)2 Jisyah dipungut dari laki-laki dewasa dan mampu secara fisik dan materil sebasar 1 dinar (10 dirham) pertahun bagi orang-orang berpenghasilan kecil, 2 dinar (20 dirham) pertahun bagi orang berpenghasilan sedang, dan 4 dinar (40 dirham) bagi orang yang berpenghasilan tinggi. Sedangkan, anak-anak dan perempuan, pendeta, orang cacat dan miskin dibebaskan dari kewajiban ini. d. Kharaj (Pajak Hasil Pertanian) Kharaj merupakan pajak atas tanah pertanian yang dikenakan kepada warna negara non-Muslim. Nabi menetapkan kharja pertama kalinya pada waktu perang

2

Jizyah merupakan pajak yang dibebankan kepada warga negara non-Muslim sebagai konsekuensi dari perlindungan terhadap jiwa dan harta mereka serta kebebasan menjalankan ibadah menurut agamanya dan kompensasi dari dibebaskan dari kewajiban ikut. Pada zaman Nabi SAW, USER

7

Khaibar. Nabi membebaskan kepada daerah takhlukan untuk tetap menggarap pertanian mereka dengan ketentuan mereka mengeluarkan kharaj (pajak) kepada negara Islam tiap tahun. e. Usyur (pajak/cukai) Usyur merupakan pajak bea impor yang dibebankan kepada para pedagang. Pada masa Rasulullah, usyur dipungut dari pedagang ahl zimmi sebesar 5% pertahun dan kepada pedagang Muslim sebesar 2.5% pertahun. Pajak ini hanya dikenakan terhadap para pedagang yang memiliki omzet sebesar 200 dirham. f. Fai3 Pendistribusiannya sama dengan ghanimah, yaitu seperlima (khums) menjadi kas negara, dan empat per lima menjadi hak tantara. g. Harta warisan kalalah (orang yang tidak mempunyai ahli waris) Harta waris orang kalalah dimasukkan menjadi kas negara, berdasarkan hadist Nabi SAW yang menyatakan bahwa orang yang tidak mempunya ahli waris, maka ahli warisnya adalah Nabi (negara). h. Wakaf4, sedekah Dalam pengelolaan perbendaharaan negara pada masa ini Nabi SAW memusatkankan kegiatan tersebut di Baitul mal yang berada di Masjid Nabawi. Bail al-mal merupakan Lembaga keuangan negara yang berfungsi menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara sesuai aturan syariat. Seluruh pendapatan negara yang diperoleh dari sumber-sumber diatas dikumpulkan di Baitul mal, kemudian didistribusikan kepada sector-sektor tertentu sesuai dengan aturan syariat. Rasulullah dalam kapasitasnya sebagai kepala negara mengatur dan mengawasi kegiatan di Baitul mal ini. Dalam sejarahnya, Nabi

Muhammad SAW pun pernah

memperkerjakan beberapa orang sahabat sebagai bendaharawan negara di Baitul mal..

3

Fai merupakan harta rampasan perang yang diperoleh bukan dari peperangan tetapi melalui jalan damai. 4 Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang memiki potensi dalam pengembangan ekonomi umat. Selain wakaf juga terdapat sumber dana sosial lain seperti zakat,infak dan sedekah. Wakaf sangat erat hubungannya dengan kegiatan sosial seperti halnya kegiatan sosial yang lain. Bahkan wakaf bisa dijadikan dana abadi umat yang membeikan manfaat dalam mensejahterakan umat. USER

8

Pembangunan

ekonomi

merupakan

pembangunan

suatu

negara

dalam

menciptakan kemakmuran ekonomi untuk kesejahteraan penduduknya. Dalam upaya menciptakan kemakmuran ekonomi , ada indicator-indikatior yang dapat digunakan, seperti kemiskinan,ketimpangan,pengangguran inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Kelima indicator tersebut dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan masyrakat dalam menerima manfaat dari pembangunan ekonomi. (Fuadi, 2018)

Berdirinya Baitul Maal Pada abad ke tujuh, Rasulullah SAW mengenalakan konsep baru di bidang keuangannegara, yaitu semua pendapatan Negara harus dikumpulkan telebih dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan Negara. Bahkan dalam bukunya Amalia Euis yang berjudul Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, dikatakan bahwa Rasulullah SAW adalah kepala Negara yang pertama memperkenalkan konsep tersebut. Status hasil pengumpulan itu adalah milik Negara, bukan milik individu. Meskipun, dalam batas-batas tertentu, pemimpin Negara dan para pejabat lainya dapat menggunakan harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan pribadinya. Tempat pengumpulan itu disebut baitul maal5 atau bendahara Negara. Pemasukan Negara yang sangat sedikit disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan seluruhnya kepada masyarakat. Sumber-sumber pendapatan Negara pada masa Rasulullah tidak hanya bersumber dari zakat saja. Pada masa ini, sisi penerimaan APBN terdiri dari : kharaj, khums, jizyah, dan lain sebagainya seperti yang telah dipaparkan di atas. Kemudian dana baitul maal pada masa itu dialokasikan untuk penyebaran Islam, pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, pembangunan infrastruktur, pembangunan armada perang dan keamanan, dan penyediaan layanan kesejahteraan sosial.

5

Pada masa pemerintahan Rasulullah SAW, terletak di masjid Nabawi yang ketika itu digunakan sebagai kantor pusat Negara dan sekaligus sebagai tempat tinggal Rasulullah.

USER

9

Meski demikian, ada beberapa kendala yang menyebabkan penerimaan Negara secara menyeluruh pada masa nabi Muhammad SAW tidak tercatat secara sempurna. Kendala tersebut adalah : a. Minimnya jumlah orang Islam yang bisa membaca, menulis, dan mengenal aritmatika sederhana. Sehingga sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana, baik yang didistribusikan maupun yang diterima. b. Sebagian besar pengumpulan zakat hanya didistribusikan secara lokal. c. Berbagai bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum digunakan. d. Tidak ada catatan pengeluaran secara rinci.(Sabzwari) Namun demikian, tidak bisa diambil kesimpulam bahwa sistem keuangan yang ada tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Pencatatan diserahkan kepada pengumpul zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan secara langsung dan diperikasa sendiri oleh Rasulullah SAW. Beliau juga menyita setiap hadiah yang diterima oleh para pengumpul zakat, sekaligus memberi teguran kepadanya. Yang menjadi sumber pengeluaran pada masa Rasulullah SAW adalah untuk biaya pertahanan dan keamanan negara, seperti pengadaan persenjataan, pembayaran gaji para wali (gubernur), hakim, guru dan pejabat negara lainnya, bantuan untuk para musafir, bantuan Pendidikan bagi yang menuntut ilmu, hadiah dan hiburan untuk para delegasi keagamaan, uang tebusan untuk membebaskan budak, pembayaran diyat untuk tantara yang membunuh secara tidak sengaja, pembayaran utang orang miskin yang meninggal dunia, tunjangan hidup orang-orang miskin, tunjangan hidup Rasulullah dan kerabatnya, dan persediaan darurat. (Rosalinda, 2012) 2.2. Kebijakan Moneter Pada Masa Rosulullah Saw. Kebijakan moneter sebenarnya bukan hanya mengutak atik suku bunga. Pada masa Rosulullah SAW kebijakan moneter dilaksanakan tanpa menggunakan instrument bunga sama sekali. Perekonomian Jazirah Arab ketika itu adalah ekonomi dagang, bukan ekonomi yang berbasis sumber daya alam. Sebab sumber daya alam sangat terbatas saat itu. USER

10

Syam dan Yaman adalah kota yang terkenal sebagai jalur dagang Rosulullah. Jalur ini disebut dengan jalur dangang utara dan selatan. Selain itu, ada pula lalu lintas perdagangan antara Romawi dan India yang melalui Arab yang dikenai sebagai jalur dagang selatan. Sedangkan Romawi dan Persia disebut jalur dagang utara. Perekonomian Arab di zaman Rosulullah SAW bukanlah ekonomi terbelakang yang hanya mengandalkan barter. Di dalam karangan Nursidik, 2018 dijelaskan bahwa pada saat itu valuta asing dari Persia dan Romawi dikenal oleh seluruh masyarakat Arab, bahkan menjadi alat bayar resmi (Dinar dan Dirham). Sistem devisa bebas diterapkan, tidak ada halangan sedikit pun untuk mengimpor dinar atau dirham. Hannya saja ditetapkan sistem pajak untuk ekspor maupun impor, baik barang atau dinar/dirham (nilai tukar) demi kestabilan ekonomi di Arab. Agar tidak terjadi kelebihan penawaran atau permintaan maka ada beberapa larangan yang harus dihindari : a. Permintaan tidak riil. Permintaan uang adalah hannya untuk keperluan transaksi dan berjagajaga. b. Penimbunan mata uang (Q.S At Taubah:34-35) sebagaimana dilarangnya penimbunan barang.

‫اس هبالبَ ه‬ ُ ‫اط هل َو َي‬ ‫ّللاه‬ َ ‫صدُّونَ عَن‬ ‫ان لَيَأ ُكلُونَ أَم َوا َل النَ ه‬ َ ‫س هبي هل‬ ُّ ‫يرا همنَ األحبَ هار َو‬ ً ‫{يَا أَيُّ َها الَ هذينَ آ َمنُوا إهنَ َكثه‬ ‫الرهبَ ه‬ ‫علَي َها فهي‬ َ ‫) يَو َم يُح َمى‬34( ‫ّللاه فَبَشهر ُهم بهعَذَاب أ َ هليم‬ َ ‫ب َوال هفضَةَ َوال يُن هفقُونَ َها فهي‬ َ ‫سبهي هل‬ َ ‫َوالَ هذينَ يَكنزونَ الذَ َه‬ ُ ‫نَ هار َج َهنَ َم فَتُك َوى به َها هجبَا ُه ُهم َو ُجنُوبُ ُهم َو‬ } )35( َ‫سكُم فَذُوقُوا َما كُنتُم تَكنزون‬ ‫ور ُهم َهذَا َما كَنزتُم ألنفُ ه‬ ُ ‫ظ ُه‬ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih; pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka, Inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu.”

USER

11

c. Transaksi talaqqi rukban yaitu mencegat penjual dari kampung di luar kota untuk mendapat keuntungan dari ketidaktauan harga. Distorsi harga ini merupakan cikal bakal spekulasi. d. Transasi kali bi kali, yaitu bukan transaksi tidak tunai. Transaksi tunai diperbolehkan, namun transaksi fiture tanpa ada barangnya dilarang. Transaksi maya ini merupakan salah satu pintu riba. e. Segala bentuk riba (Q.S Al Baqarah:278)

َ َ َّ ُ َ ُ ُ َ ْ ُّ َ ُ َّ َ ّ ِّ ‫ُكنت إن‬ ‫ين أ ُّي َها َيا‬ َ ‫الل اتقواَ آمنواَ ال ِذ‬ َ َ‫ق َما َوذ ُروا‬ ََ ِ ِ ‫ن َب‬ ََ ‫الر َبا ِم‬ ‫يم‬ َ ‫مؤ ِم ِن‬ ِ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (Nursidik, 2018)

USER

12

BAB III KESIMPULAN Umat Islam khususnya para sahabat pada saat itu oleh Rasulullah dididik untuk mengarahkan kehidupannya untuk tujuan akhirat, karena kehidupan dunia yang hakiki hanya dalam rangka mempersiapkan kehidupan akhirat yang kekal sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-A’la ayat 17: “Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan kekal” sehingga amalan atau aktifitas yang menyangkut muamalah (perekonomian) juga diarahkan untuk maksud kehidupan akhirat, tidak semata-mata maksud dunia. Pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW, beliau menggunakan Sistem Ekonomi Islam. Dimana landasannya yaitu Al-Qur’an. Jadi prinsip-prinsip dalam memimpin agama dan juga negara menggunakan prinsip-prinsip syariat. Seperti ketauhidan, keadilan, kenabian, pemerintahan, kebebasan bertindak atau berusaha, dan lain-lain. Rasulullah pun juga menerapkan kebijakan Moneter dan juga Fiskal untuk mengotak-atik perekonomian pada masa kepemimpinannya. Kebijakan fiskal diantaranya yaitu, zakat maal, khums min al-ghanaim, jizyah, kharaj, usyur, fa’I, harta warisan kalalah, wakaf. Tidak hanya kebijakan fiskal, namun kebijakan moneter juga diterapkan pada masa Raulullah SAW. Status hasil pengumpulan itu adalah milik Negara, bukan milik individu. Meskipun, dalam batas-batas tertentu, pemimpin Negara dan para pejabat lainya dapat menggunakan harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan pribadinya. Tempat pengumpulan itu disebut baitul maal atau bendahara Negara. Pemasukan Negara yang sangat sedikit disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan seluruhnya kepada masyarakat.

USER

13

DAFTAR PUSTAKA

Bibliography -

Anam, A. S. (April 2009). Etika Bisnis Islam. Semarang: Walisongo Press.

-

Arifin, Johan;. (April 2009). Etika Bisnis Islam. (A. S. Anam, Ed.) Semarang: Walisongo Press.

-

Hakim, L. (2012). Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Surakarta: Penerbit Erlangga.

-

Karim, A. A. (2001). Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press.Nursidik. (2018). Sistem Ekonomi Islam pada Masa Rosulullah SAW , 9.

-

Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. (Januari 2012). Lukman Hakim. Surakarta: Penerbit Erlangga.

-

Rosalinda. (2012). Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.

-

Sabzwari. (n.d.). Sistem Ekonomi dan Fiskal pada Masa Pemerintahan Rasulullah SAW.

-

Fuadi, N. F. (2018). Wakaf Sebagai Instrumen Ekonomi Pembangunan Islam. ECONOMICA : Jurnal Ekonomi Islam , 9, 4.

-

1, K. (2018, September 18). (K. 1, Performer) Semarang.

-

Yuyun. (2014, September 26). Sistem Ekonomi Pada Masa asulullah SAW. Retrieved from http://yuyunyusyunigar.blogspot.com

USER

14

Related Documents

Finally Thesis
June 2020 6
Finally 2
April 2020 2
08dg Kite Finally!
November 2019 11

More Documents from ""