Final Tugas Kelompok Tafsir Surat.docx

  • Uploaded by: Maman Sholeh Abdul Ghofur
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Final Tugas Kelompok Tafsir Surat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,386
  • Pages: 11
Tafsir Surat At-Taghabun Ayat 15 Dan Surat Al-Jumuah 9,10,11

Makalah Tafsir Al- Qur’an

Oleh : Maman Sholeh Abdul Ghofur 13220085 Aulia Rahman Pasaribu 13220083 Nala Tartila 13220075

Dosen pembimbing : Khairul Anam. L.C.

HUKUM BISNIS SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Kata Pengantar Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Atas berkah dan bantuan-nya dalam menyelesaikan makalah Tafsir Al-Qur’an ini sehingga dapat dirampungkan. Shalawat dan salam dihaturkan kepada nabi agung kita, nabi Muhammad SAW. Karena beliaulah kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT. Makalah ini adalah salah satu tugas dari dosen mata kuliah Tafsir Al-Qur’an di UIN MALIKI MALANG, beliau memberi tugas ini agar kami mau belajar tentang ilmu Al-Qur’an, Kami berterima kasih pada beliau karena memberi tugas ini. Dan kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang turut andil dalam mengerjakan makalah ini, juga kepada keluarga kami telah mendukung kami diberbagai hal, salah satunya dalam mengerjakan makalah ini. Kami sangat berterima kasih kepada Allah SWT, karena telah memberi kenikmatan mengerjakan dan dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Kepada Allahlah kami serahkan segala persoalan dan permasalahan. Semoga semua kebaikannya diterima Allah SWT. Sebagai amal shaleh dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari padanya. Akhirul Kalam semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi kita semua.

Penulis

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Manusia memiliki sumber rujukan atau pedoman hidup yang dapat menuntun kea rah yang benar dan baik. Sumber islam yang pertama adalah Al-Quran. Merupakan wahyu yang telah sangat sempurna diturunkan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW dan menetapkan islam sebagai agama yang diridhai AllahSWT. Al-Quran memberikan dasar-dasar nilai kepada manusia sampai berakhirnya sejarah manusia di akhir zaman dan tidak akan ada lagi wahyu yang turun atau rasul yang diutus Allah SWT. Sehingga bersifat mutlak dan berlaku universal serta abadi sampai kiamat. Al-Quran merupakan kitab petunjuk hidup manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Karenanya diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu secara global dan tiang kokohnya umat Islam Dalam penulisan makalah ini, saya akan mengkaji tentang ayat Al-Quran yaitu Q.S.AtTaghaabun : 15 bahwasanya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan. Dan Q.S Al-Jumuah : 9, 10, 11. 2.1 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat di tarik rumusan masalahnya,diantaranya :

BAB II Pembahasan 1.1 surat At-Taghabun Ayat 15 ‫ِإنَّ َما أ َ ْم َوالُ ُك ْم َوأ َ ْو ََل ُد ُك ْم فِتْنَةٌ َوهللاُ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر ع َِظي ٌم‬ “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (At-Taghabun: 15) Makna mufradat : ‫ ِإنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم‬: sesungguhnya harta yang kamu dapatkan ‫ َوأَ ْو ََل ُد ُك ْم‬: anak-anakmu ( keturunan kamu sekalian ) ٌ‫ فِتْنَة‬: cobaan bagi kalian semua 1.2 tafsir Pada ayat 15 tidak lagi menyebut pasangan sebagai ujian, tetapi menyebut harta dan anak anak. Ini agaknya karena ayat diatas mencukupkan penyebutan salah satu dar yang telah disebut pada ayat yang lalu untuk mewakl yang lain. Di sini, anak yang terpilh untuk mewakili pasangan karena ujian melalu anak anak lebih besar darpada ujian melalui pasangan karena anak anak lebih berani menuntut dan lebih kuat merayu daripada pasangan. Demikian pendapat Ibn Asyur. Bisa juga dikatakan bahwa ujian melalui anak lebih besar daripada ujian melalui pasangan. Bukankah ada yang bersedia mengorbankan pasangannya demi anaknya? Al Biqa’i berpendapat bahwa pasangan tidak disebut karena sebagian mereka dapat merupakan pendorong untuk melakukan amal amal yang bermanfaat di akhirat nanti. Kata “fitnah” yang diterjemahkan dengan ujian, dipahami oleh Thahir ibnu asyur dalam arti “Keguncangan hati serta kebingungannya akibat adanya situasi yang tidak sejalan dengan siapa yang menghadapi situasi itu”. Karena itu, ulama ini menambahkan makna sabab (penyebab) sebelum kata fitnah, yakni harta dan anak anak, dapat mengguncangkan hati seseorang.

Ulama ini kemudian memberi contoh dengan keadaan rasul saw. Yakni, satu ketika ketika beliau sedang melakukan khuthah Jum’at, tiba tiba cucu beliau, sayyidi Hasan dan Syyidina Husain dating berjalan terbata bata. Terjatuh lalu berdiri.Maka, rasul turun dari mimbar dan menariknya lalu beliau membaca”Innama Amwalukum Wa auladukum finah” dan bersabda: “Aku melihat keduanya dan aku tidak sabar”. Kemudian, setelah itu beliau melanjutkan khutbah beliau (HR Abu Daud melalui Buraidah). 1.3 Asbabunnuzul ‫َّللا عليه وآله وسلم يخطبنا فجاء الحسن والحسين عليهما قميصان‬ َّ ‫َّللا صلى‬ َّ ‫ (كان رسول‬:‫َّللا عنه قال‬ َّ ‫عن بريدة رضي‬ ‫ صدق‬:‫َّللا عليه وآله وسلم من المنبر فحملهما فوضعهما بين يديه ثم قال‬ َّ ‫َّللا صلى‬ َّ ‫أحمران يمشيان ويعثران فنزل رسول‬ .)‫َّللا ورسوله إنما أموالكم وأوَلدكم فتنة نظرت إلى هذين الصبيين يمشيان ويعثران فلم أصبر حتى قطعت حديثي ورفعتهما‬ َّ .‫الخمسة‬

‫رواه‬

Dan dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW pernah khutbah di hadapan kami, tiba-tiba datanglah Hasan dan Husin – dengan berbaju merah- sedang berjalan kemudian jatuh, maka Rasulullah SAW turun dari mimbar lalu mendukung mereka kemudian mereka iletakkan di depannya, kemudian ia bersabda: “Benarlah Allah dan RasulNya yang mengatakan: ‘Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah ujian (bagimu)’ (At-Taghabun : 15). Aku melihat kedua anak ini berjalan dan jatuh kemudian aku tidak tahan sehingga aku berhentikan pembicaraanku dan aku angkat keduanya.” 1.4 Munusabah Ayat Surat Attaghabun ini sesuai dengan surat Al-Anfal Ayat 28; ‫َّللاَ ِع ْن َد ُه أَجْ ٌر ع َِظي ٌم‬ َّ َّ‫َوا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أ َ ْم َوالُ ُك ْم َوأ َ ْوَل ُد ُك ْم ِفتْنَةٌ َوأَن‬ “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar”. Perbedaan antara dua surat adalah Allah menggunakan redaksi pemberitahuan “Dan ketahuilah" pada surat Al-Anfal ayat 28 sedangkan surat At-Taghabun ayat 15, Allah menggunakan redaksi penegasan "Sesungguhnya". Namun ungkapan yang mengakhiri kedua ayat tersebut sama, yaitu “di sisi Allah-lah pahala yang besar”.Sehingga bisa dipahami bahwa

fitnah harta dan anak bisa menjerumuskan ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah subhanahu wata'ala.

1.5. Hikmah Surat At-Taghabun Ayat 15

konteks harta dan anak seperti yang dikemukakan oleh Asy-Syaukani adalah bahwa keduanya dapat menjadi sebab seseorang terjerumus dalam banyak dosa dan kemaksiatan, demikian juga dapat menjadi sebab mendapatkan pahala yang besar. Dalam artian Fitnah di sini juga dalam arti bisa menyibukkan atau memalingkan dan menjadi penghalang seseorang dari mengingat dan mengerjakan amal taat kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh Allah tentang orang-orang munafik sehingga Dia menghindarkan orang-orang beriman dari kecenderungan ini dalam firman-Nya, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anakanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka

itulah

orang-orang

yang

merugi”.

(Al-Munafiqun:

9).

2.1 Surat Al-Jumuah Ayat 9, 10, 11 ‫) فَ ِإذَا‬٩( َ‫َّللاِ َوذَ ُروا ا ْل َب ْي َع ذَ ِل ُك ْم َخي ٌْر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬ ْ ‫ِي ِللصَّال ِة ِم ْن َي ْو ِم ا ْل ُج ُم َع ِة فَا‬ َّ ‫س َع ْوا ِإلَى ِذك ِْر‬ َ ‫َيا أ َ ُّيهَا ا َّل ِذينَ آ َمنُوا ِإذَا نُود‬ ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ ‫َارةً أَ ْو لَه ًْوا‬ ِ َ‫قُ ِضي‬ َّ ‫َّللاِ َوا ْذك ُُروا‬ َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫األر‬ ْ ‫ت الصَّالةُ فَا ْنتَش ُِروا فِي‬ َ ‫) َوإِذَا َرأ َ ْوا تِج‬١٠( َ‫يرا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ ً ِ‫َّللاَ َكث‬ )١١( َ‫لر ِازقِين‬ َّ ‫َار ِة َو‬ َّ ‫ا ْنفَضُّوا إِلَ ْيهَا َوتَ َركُوكَ َقائِ ًما قُ ْل َما ِع ْن َد‬ َّ ‫َّللاُ َخي ُْر ا‬ َ ‫َّللاِ َخي ٌْر ِمنَ اللَّ ْه ِو َو ِمنَ ال ِتِّج‬ Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(QS. 62:9) Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.(QS. 62:10) Dan apabila melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah:` Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan `, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.(QS. 62:11) Makna mufradat :

‫ِي ِللصَّال ِة‬ َ ‫ ِإذَا نُود‬: yang dimaksud dengan ‫ِي ِللصَّال ِة‬ َ ‫ نُود‬di sini adalah adzan (panggilan/ seruan) di mana khotib telah duduk di atas mimbar, karena di masa Rasulullah tidak ada adzan selain itu. Atau bisa juga berarti adzan yang kedua yakni sejak masa khalifah Utsman bin Affan sampai zaman kita sekarang, beliau menambahkan adzan menjadi dua kali karena banyaknya manusia yang masih berada di luar mesjid ketika itu. ‫سعَ ْوا‬ ْ ‫ فَا‬: berarti famdzuu (berjalanlah kalian) ِ‫َّللا‬ َّ ‫ إِلَى ِذك ِْر‬: yang dimaksud disini adalah Shalat ‫ فَا ْنتَش ُِروا‬: yakni bertebaranlah ( menuju masjid ) ‫ َوا ْبتَغُوا‬: carilah rizki ْ َ‫ ِم ْن ف‬: yang dimaksud dengan karunia Allah adalah rezki yang Allah karuniakan. ِ‫َّللا‬ َّ ‫ض ِل‬ 2.2. Tafsir Pada ayat ke-9 dari suruh al-Jum’ah ini Allah SWT menerangkan bahwa apabila muazin mengumandangkan adzan pada hari Jumat, maka hendaklah kita meninggalkan perniagaan dan segala usaha dunia serta bersegera ke mesjid untuk mendengarkan khutbah dan melaksanakan sholat Jumat, dengan cara yang wajar, tidak berlari-lari, tetapi berjalan dengan tenang sampai ke mesjid, sebagaimana sabda Nabi SAW. ‫إذا أقيمت الصالة فال تأتوها وأنتم تسعون وأتوها وأنتم تمشون وعليكم السكينة والوقار فما أدركتم فصلوا وما فاتكم فأتموا‬ Artinya: Apabila sholat telah diiqamatkan janganlah kamu mendatanginya dalam keadaan tergesa-gesa, tetapi datangilah dalam keadaan berjalan biasa penuh ketenangan dan rasa mengagungkan-Nya. Apa yang engkau capai (dalam sholat jemaah) kerjakanlah dan apa yang luput dari kamu sempurnakanlah sendiri. (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) Cara yang demikian itu seandainya seseorang mengetahui betapa besar pahala yang akan diperoleh orang yang mengerjakan sholat Jumat dengan baik, maka melaksanakan perintah itu (memenuhi panggilan sholat dan meninggalkan jual beli) adalah lebih baik dari pada tetap di tempat melaksanakan jual beli dan meneruskan usaha untuk memperoleh keuntungan dunia, sebagaimana firman Allah SWT: ‫واآلخرة خير وأبقى‬ Artinya: Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.S Al A'la: 17)

Sementara pada ayat ke-10, Allah SWT menerangkan bahwa setelah selesai melakukan sholat Jumat boleh bertebaran di muka bumi melaksanakan urusan duniawi, berusaha mencari rezeki yang halal, sesudah menunaikan yang bermanfaat untuk akhirat. Hendaklah mengingat Allah sebanyak-banyaknya di dalam mengerjakan usahanya dengan menghindarkan diri dari kecurangan, penyelewengan dan lain-lainnya, karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, yang tersembunyi apalagi yang nampak nyata, sebagaimana firman Allah SWT: ‫عالم الغيب والشهادة العزيز الحكيم‬ Artinya: Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S At Taghabun: 18) Dengan demikian tercapailah kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat. Dianjurkan kepada siapa yang telah selesai salal Jumat, berdoa dengan doa ini: ‫اللهم إني أجبت دعوتك وصليت فريضتك وانتشرت كما أمرتني فارزقني من فضلك وأنت خير الرازقين‬ Artinya: "Ya Allah! Sesungguhnya saya telah mengerjakan panggilan-Mu, dan saya telah melaksanakan sholat Jumat yang Engkau wajibkan, dan saya telah bertebaran (di muka bumi) sebagaimana Engkau perintahkan kepadaku maka berilah saya rezeki dari karunia-Mu dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki". Dan pada ayat ke-11 di atas, Allah SWT mencela perbuatan orang-orang mukmin yang pada waktu rombongan unta kafilah dagang tiba dan diadakan penyambutan beramai-ramai, mereka pergi menjemputnya dan meninggalkan Nabi SAW. dalam keadaan berdiri berkhutbah. Ayat ini ada hubungannya dengan peristiwa waktu Dihyah Al Kalby tiba dari Syam (Suriah), bersama rombongan untanya membawa barang dagangannya seperti tepung, gandum, minyak dan lain-lainnya. Sebagai kebiasaan apabila rombongan unta dagangan tiba, wanita-wanita muda keluar menyambutnya dengan menabuh gendang, sebagai pemberitahuan atas kedatangan rombongan itu, supaya orang-orang datang berbelanja membeli barang dagangan yang dibawanya. Selanjutnya Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya supaya menyampaikan kekeliruan perbuatan mereka dengan menegaskan bahwa apa yang di sisi Allah yang bermanfaat bagi akhirat jauh lebih baik daripada keuntungan dan kesenangan dunia yang diperolehnya, karena kebahagiaan akhirat itu kekal, sedangkan keuntungan dunia akan lenyap.

Ayat 11 ini ditutup dengan satu penegasan bahwa Allah itu sebaik-baik pemberi rezeki. Oleh karena itu kepada-Nyalah harus kita arahkan segala usaha dan ikhtiar untuk memperoleh rezeki yang halal mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya dan rida-Nya. 2.3. Asbabunuzul

Di dalam suatu hadis diriwayatkan oleh Jabir disebutkan sebagai berikut: ‫بينما النبي صلى هللا عليه وسلم يخطب يوم الجمعة قائما إذ قدمت عير فابتدرها أصحاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ‫ وإذا رأوا تجارة أو لهوا إلى آخر السورة‬:‫حتى لم يبق إَل اثنا عشر رجال أنا فيهم وأبو بكر وعمر فأنزل هللا تعالى‬ Artinya: ketika Rasulullah Saw berkhutbah pada hari Jumat, tiba-tiba datanglah rombongan unta (pembawa dagangan), maka cepat-cepatlah sahabat Rasulullah Swt. mengunjunginya sehingga tidak tersisa lagi (sahabat yang mendengarkan khutbah) kecuali 12 orang. Yaitu Saya (Jabir), Abu Bakar dan Umar termasuk mereka yang tinggal. Maka Allah Swt. pun menurunkan ayat: wa iza ra'au tijaratan au lahwan sampai akhir surat. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Turmuzi dari Jabir bin Abdullah) 2.4 Munasabah Ayat Dalam surat Al-Jum’ah ayat 5: ‫مثل الذين ح ِّمل التوراة ث ِّم لم يحملو لها كمثل الحماريحمل اسفا ر بـعس مثل القوم الِّذين كذِّبوا بايت هللا وهللا َليهدى القوم‬ ‫الضالمين‬

Allah mencela orang-orang Yahudi karena mereka lari dari kematian untuk mencintai dunia dan menyukai kenikmatannya. Oleh karena orang yang tidak mengamalkan kitab yang diturunkan kepadanya itu mencintai kehidupan dan meninggalkan segala yang bermanfaat baginya di akhirat. Kemudian dalam surat Al-Jum’ah ayat 10: َ‫فاذاقضيت الصِّالةفنتشرو فاَلرض وبتغوا من فضل هللا وذكرهللا كثير لعلِّكم تفلحون‬ Allah menyebutkan bahwa orang-orang mukmin tidak dilarang memetik buah dunia dan kebaikannya, sambil mengusahakan apa yang bermanfaat baginya di akhirat, seperti shalat pada hari Jumat di masjid dengan cara berjamaah. Orang mukmin harus bekerja keras untuk dunia dan akhirat.

Surat sebelumnya, yaitu As-Saff ditutup dengan perintah untuk berjihad, yang dinamakan sebagai perniagaan. Dan surat ini ditutup dengan perintah shalat Jumat dan pemberitahuan bahwa shalat itu lebih baik daripada perniagaan duniawiyah. 2.5. Hikmah Surat Al-Jumuah Ayat 9, 10, 11 Bahwasanya Shalat jum’at wajib atas muslim laki-laki yang mukallaf dengan syarat-syarat tertentu Bahwasanya Wajib segera menuju masjid apabila adzan telah dikumandangkan untuk mendenagrkan khutbah dan menuaikan shalat jum’at Haram jual beli dan semua bentuk muamalah ketika adzan sudah dikumandangkan Tidak ada larangan mengurusi dagangan setelah itu atau sesudahnya, bahkan dianjurkan Rezeki itu ditangan Allah, namun untuk memperolehnya jangan sampai meninggalkan perintah Allah SWT Kesibukan seorang mukmin dalam urusan keduniaan tidak boleh sampai melupakan urusan Akhirat.

BAB III Kesimpulan

Daftar Pustaka

M Qurais Shihab. Tafsir Al-misbah. 2002. Jakarta. Lentera Hati. Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar,dkk, Terjemah Tafsir alMaraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,1974), juz:28, hal.164 C Imam Jalaluddin al-Mahalli & Imam Jalaluddin As-Suyuti, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar, Terjemah Tafsir Jalaluddin berikut Asbabul Nuzul, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), jilid: 2, hal.1090.

Related Documents

Tugas-kelompok
May 2020 45
Tugas Kelompok
October 2019 59
Tugas Kelompok
August 2019 67
Tafsir
October 2019 35
Tafsir
April 2020 27

More Documents from "DIABAGATE A"