TUGAS PATOFISIOLOSI II
Disusun Oleh: Atin Nurafiatin (2005-32-005) Ega Septy Ayu (2005-32-010) Fa’izul Mabruroh (2005-32-021) Nani Fauziah (2005-32-026) Ilm u G izi Fakul tas Il mu -i lm u K eseha tan Un iv er sita s I ndonusa Esa Ung gu l 2007 1
BAB II PENDAHULUAN Asma dapat timbul pada berbagai usia, terjadi pada laki-laki dan wanita. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prevalensi asma di Indonesia diperkirakan sekitar 3-8,02%. Prevalensi morbiditas dan mortalitas asma akhirakhir ini dilaporkan meningkat di seluruh dunia, meskipun berbagai obat baru terus dikembangkan dan digunakan untuk mengobati penyakit ini. Penyakit asma terbanyak diderita oleh anak-anak. Kondisi ini berpotensi menjadi masalah kesehatan di masa depan. Asma menyebabkan mereka kehilangan 16 % hari sekolah di Asia, 34 % pada anak-anak di Eropa, dan 40 % pada anak-anak di Amerika Serikat. Pada tahun 2002, di Amerika Serikat sekitar 14 juta dewasa dan 6 juta anak-anak didiagnosa dengan asma (berdasarkan CDC). Setiap hari di Amerika, terdapat 30.000 orang yang terkena serangan asma. Dari laporan pada peringatan hari asma sedunia pada tanggal 4 Mei 2004 yang lalu, menyatakan bahwa prevalensi asma diperkirakan akan terus megalami peningkatan dalam beberapa tahun mendatang, dengan kenaikan setiap 180.000 penderita setiap tahunnya. SISTEM PERNAPASAN MANUSIA a) ANATOMI SISTEM PERNAPASAN Sistem pernafasan adalah suatu sistem yang dimulai dari tempat masuknya udara melalui hidung, hingga udara akan mengalami suatu pertukara gas di paru-paru, dan dibentuk oleh organ-organ pernapasan. Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut: Rongga Hidung
Rongga Thoraks
Farinx
Paru-paru
Larinx
Lobus Paru
Trakhea
Bronkhus Pulmonalis 2
b) FISIOLOGI PERNAFASAN Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas Oksigen dan Karbon Dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa, Oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. 3
Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemogloin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon dioksida.
4
BAB II PEMBAHASAN ASMA A. PENGERTIAN ASMA Asma berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ”Asthma” yang berarti terengah-engah (Eng ”panting”). Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
sensitifnya
trakea
dan
cabang-cabangnya
(hipereaktivitas
bronkus) terhadap berbagai rangsangan. Rangsangan ini dapat menimbulkan obstruksi saluran napas yang menyeluruh dengan derajat yang bervariasi dan dapat membaik dengan atau tanpa diobati. Penyakit asma mempunyai manivestasi fisiologis berbentuk penyempitan yang meluas pada saluran pernafasan yang dapat sembuh spontan atau sembuh dengan terapi dan secara klinis di tandai oleh serangan mendadak dispne, batuk, serta mengi dan rasa tidak enak di dada terutama pada malam hari atau menjelang pagi. Penyakit ini bersifat episodik dengan eksaserbasi akut yang diselingi oleh periode tanpa gejala. Dan gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Derajat obstruksi ditentukan oleh diameter lumen saluran napas, dipengaruhi oleh edema dinding bronkus, produksi mukus, kontraksi dan hipertrofi otot polos bronkus. Di duga baik obstruksi maupun peningkatan respon terhadap berbagai rangsangan di dasari oleh inflamasi saluran nafas. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
5
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Inhalasi alergen akan mengaktitkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga memperbesar reaksi yang terjadi. Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan asma, melalui sel efektur sekunder seperti eosinofil. netrofil, platelet dan limfosit. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus Karakteristik Asma : 1. Obstruksi saluran nafas yang reversibel ( tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien ) baik secara spontan maupun dengan pengobatan. 2. Inflamasi saluran nafas. 3. Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan
B. PATOLOGI Pada stadium awal dijumpai jalan napas terlihat pucat disertai adanya udema dan sekresi mukus bertambah. Lumen bronkhus dan bonkheolus menyempit, terdapat kongesti pembulh darah dan infiltrasi sel-sel eosinofil dalam lumen saluran napas. Pada stadium lanjut (bila serangan sering terjadi dan lama), akan terjadi diskuamasi epitel atau pengelupasan epitel, penebalan membran hialin basal, hiperplasti serabut hialin, hiperplasti dan hipertropi bronkus yang disertai dengan penambahan sel goblet pada penderita asma bronkhiale yang menahun atau
6
pada saat terjadi serangan berat, terjadi sumbatan bronkhus ole mukus yang kental yang didalamnya terdapat eosinofil.
C. GEJALA ASMA Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda
7
bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna. Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.
D. KLASIFIKASI ASMA a) Berdasarkan Frekuensi Munculnya Intermitten Gejala serangan 1-3 kali dalam satu bulan Tanpa gejala di luar serangan Serangan terjadi dalam waktu yang singkat dan ringan Gejala malam 1-2 kali dalam satu bulan Faal paru masih baik Persisten Ringan Gejala > 1 kali /minggu, tetapi < 1 kali sehari Serangan dapat mengganggu aktivitas termasuk saat tidur Serangan malam > 2 kali sebulan Faal paru relatif menurun Persisten Sedang Gejala setiap hari Serangan mengganggu aktvitas dan tidur Terjadi 1-2 kali seminggu Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu Faal paru menurun (lebih terganggu) Persisten Berat
8
Gejala terus-menerus Sering kambuh Aktivitas fisik kambuh Gejala malam hampir setiap malam Faal paru sangat menurun b) Berdasarkan Berat Ringannya Gejala Serangan asma akut ringan, dengan gejala: Rasa berat di dada, Batuk kering ataupun berdahak, Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, Mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80 %. Serangan Asma akut sedang, dengan gejala: Sesak dengan mengi agak nyaring, Batuk kering/berdahak, Aktivitas terganggu, APE antara 50-80%. Serangan Asma akut berat, dengan gejala: Sesak sekali, Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus, Tidak bisa berbaring, posisi mesti 1/2 duduk agar dapat bernapas, APE kurang dari 50 %. Serangan Asma dikatakan mengancam jiwa jika kesadaran penderita sudah menurun. Napasnya juga pendek-pendek, dan bibir serta kuku penderita tampak kebiruan. Gejala lainnya adalah APE sudah tidak dapat diperiksa lagi. APE dihitung dengan alat bernama Peak Flow Meter untuk melihat fungsi paru
9
penderita. Saat itu, dalam darah penderita juga terlihat kadar O2 yang menurun, sementara CO2 meningkat. c) Klasifikasi secara Etiologi Asma Intrinsik (Criptogenic) Adalah asma yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan. Asma Ekstrinsik Adalah asma yang berhubungan dengan atopi, predisposisi genetik yang berhubungan langsung dengan IgE sel mast dan respons eosinofil terhadap alergen yang umum E. FAKTOR PENCETUS Biasanya serangan asma muncul karena adanya paparan faktor pencetus (trigger) yang mengganggu saluran napas. Secara umum pencetusnya adalah: ♦ Penyakit infeksi, seperti influenza, dan infeksi saluran napas atas (ISPA). Batuk yang disebabkan penyakit tersebut dapat memicu terjadinya asma. ♦ Alergen. Seperti debu di rumah dan di jalan, tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur. ♦ Cuaca (panas/dingin). ♦ Iritan. Seperti zat kimia (obat nyamuk, pewangi ruangan, asap rokok, bau cat yang menyengat, SO2, dan polutan udara lain). ♦ Buah-buahan tertentu (nanas, rambutan, anggur dan lainnya). Getah atau manisnya buah sering membuat batuk sehingga bisa terjadi asma. ♦ Makanan gurih, mengandung zat pengawet, zat penyedap dan zat pewarna. ♦ Factor psikis seperti Emosi (terlalu sedih/gembira). ♦ Kegiatan Jasmani. Kegiatan jasmani yang berat biasanya dapat menicu terjadinya asma. ♦ Infeksi Saluran Napas. Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronik, dapat memudahkan terjadinya asma.
10
Faktor pencetus asma pada anak sebetulnya sama saja dengan faktor pada umumnya. Hanya saja, paling banyak pencetusnya adalah: ♦ Makanan yang mengandung zat pengawet, penyedap, dan pewarna. Bila makanan tersebut dikonsumsi terus-menerus akan mengakibatkan reaksi alergi dan inflamasi/peradangan. ♦ Aktivitas berlebihan: seperti berlari-lari atau main sepeda seharian tanpa cukup istirahat. Gejala yang timbul biasanya sewaktu tidur anak akan mengalami batuk-batuk. Inilah yang disebut sebagai Excercise Induce Asthma (EIA). ♦ Debu karpet, kasur, kapuk, asap rokok. ♦ Bulu binatang seperti bulu kucing atau bulu burung, dan lainnya. ♦ Penyakit infeksi yang disebabkan virus seperti influenza.
F. DIAGNOSA ASMA Seperti pada penyakit yang lain, untuk diagnosis penyakit asma diperlukan
anamnesis
(wawancara)
yang
cermat.
Selain
itu,
diperluka
pemeriksaan fisik, uji fungsi paru, dan evaluasi status alergi. Gejala yang sering adalah mengi, kesulitan bernafas, sesak, batuk, dan banyak lendir. Akan tetapi gejala ini perlu dipastikan dengan gejala atau pemariksaan lain. Gejala mengi dapat ditimbulkan
oleh berbagai faktor. Oleh karena itu mengi bukanlah
monopoli penyakit asma. Yang penting adalah adanya serangan berulang (eksaserbasi) yang dipicu oleh faktor ekstrogen seperti alergen, iritan, latihan (exercise), atau infeksi virus. Serangan yang timbul pada malam hari atau pagi buta juga merupakan karakteristik penyakit asma. Mengi berulang atau batuk yang menetap merupakan titik awal untuk menuju diagnosis penyakit asma. Berikut ini hal–hal yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis penyakit asma : 1. Wawancara
11
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit, dokter memerlukan berbagai informasi dari penderita dan keluarganya yang diperoeh dengan cara wawancara (anamesis). Pada penyakit asma, dokter tidak saja memerlukan informasi mengenai penderita dan penyakitnya, tetapi juga mengenai keluarganya. 2. Pemeriksaan jasmani Dengan pemeriksaan jasmani dokter juga dapat menemukan penyakit lain yang mungkin ada, disamping penyakit asma sendiri. 3. Pemeriksaan fungsi paru Pemeriksaan
fungsi
paru
bertujuan
untuk
mengetahui
adanya
penyempitan nafas. Pemeriksan dapat dilakukan dengan alat yang disebut dengan spirometer. Alat yang lebih sedehana untuk mengetahui penyempitan saluran nafas flowmeter. 4. Pemeriksaan tes kulit Pemeriksaan ini bertujuan untuk memebantu diagnosis asma, khususnya dalam menentukan alergen sebagai pencetus asma. 5. Pemeriksaan IgE Pemeriksaan ige dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi. 6. Tes provokasi bronkial Pemeriksaan provokasi baru dilakukan jika dokter masih belum dapat memastikan diagnosis asma meskipun ia sudah melakukan berbagai macam pemeriksaan. 7. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan rontgen paru hanya sedikit dalam memebantu diagnosis asma karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan saluran nafas.
12
BAB III PENATALAKSANAAN ASMA
Dengan tatalaksana yang tepat , penyakit asma dapat dikendalikan sehingga penderita dapat hidup secara normal, penata laksanaan terdiri dari 6 bagian: 1. Edukasi penderita 2. Menilai dan memonitor beratnya penyakit secara efektif dengan mengukur fungsi paru 3. Menghindari dan mengendalikan pencetus asma 4. Merencanakan pengobatan jangka panjang untuk pencegahan 5. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut 6. Penanganan lanjut secara teratur Pengobatan pada penyakit asma perlu dibedakan antara pengobatan jangka panjang untuk pencegahan asma dan pengobatan untuk serangan asma akut. A. Pengobatan Jangka Panjang Umumnya penderita baru datang ke dokter pada saat ada serangan asma. Namun, dokter harus menjelaskan bahwa selain mengatasi serangan asma penderita, perlu juga mengadakan beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis asma dan menentukan klasifikasinya. Tujuan dilakukannya pengobatan asma jangka panjang, yaitu: 1. mengendalikan gejala asma, termasuk serangan pada malam hari (nocturnal), 2. mencegah eksaserbasi (serangan) asma dan kunjungan ke bagian awat darurat, 3. memelihara fungsi paru agar sedekat mungkin dengan nilai normal,
13
4. menjaga agar akivitas tetap normal, termasuk bermain dan berolah raga, 5. mengurangi ketidakhadiran di sekolah, 6. mencegah timbulnya efek samping pengobatan asma, 7. meminimalkan penggunaan agonis beta-2 (obat antiasma), dan 8. mencegah kematian karena asma. Algoritma Pengobatan Asma Anak Jangka Panjang Asma Episodik Jarang (Asma
Obat Pereda beta agonis atau teofilin (hirupan atau oral) jika perlu
Ringan)
Lebih dari 3 dosis perminggu Asma Episodik Sering (Asma
Tambahkan obat pengendali: Kromoglikat /nedrokomil hirupan
Sedang)
6-8 minggu : respons kurang baik Asma Persisten
Obat pengendali ganti dengan steroid hirupan dosis rendah
(Asma Berat)
Obat pereda : beta agonis teruskan 6-8 minggu : respons kurang baik
Asma Sangat Berat
Pertimbangan penambahan sala satu obat : * Beta Agonis kerja panjang * Beta Agonis lepas kendali * Teofilin lebih lambat Respons tidak baik Naikan dosis Steroid hirupan Respons tidak baik
Tambahkan steroid oral
B. Serangan Asma
14
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita. Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinephrine atau terbutaline di bawah kulit dan aminophylline (sejenis theophylline) melalui infus intravena. Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan
terhadap
pengobatan
lainnya,
bisa
mendapatkan
suntikan
corticosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah). Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan: pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter) pemeriksaan rontgen dada. C. Penatalaksanaan Asma Di Rumah Pengobatan yang dimulai di rumah dilakukan untuk menghindari keterlambatan pengobatan, mencegah memberatnya serangan asma, dan menambah keyakinan penderita dalam mengendalikan serangan. Hal-hal yang perlu dicermati oleh penderita asma atau keluarganya sebagai berikut: 1. Kenali gejala-gejala makin memberatnya serangan asma,
15
2. Pada penderita asma persisten sedang sampai berat atau pernah mengalami serangan asma akut yang berat, perlu memantau penyakitnya melalui peak flow meter (PFM). 3. Pada penderita asma perlu memiliki rencana pengobatan secara tertulis yang harus diikuti sewaktu mendapat serangan berat dan yang mempunyai riwayat serangan asma persisten sedang sampai berat dan yang mempunyai riwayat serangan asma berat. 4. Segera mencari pertolongan jika terjadi hal-hal berikut ini: a. Mendapat serangan asma berat, b. Pengobatan tidak cepat memberikan respons atau perbaikan hanya bertahan sebentar, c. Kondisi asma terus memburuk. 5. Menyimpan obat untuk mengatasi serangan asma akut, seperti tablet kortikosteroid, agonis beta-2 aerosol, serta alat penunjang lainnya, seperti spacer dan nebulizer. Hal-hal yang dapat dilakukan di rumah jika terjadi serangan asma, sebagai berikut: 1. Dampingi penderita. Tenangkan dan berikan petunjuk posisi duduk atau posisi lain yang membuatnya nyaman. 2. Buka atau longgarkan pakaian yang mengganggu pernapasan. 3. Jika ada, berikan oksigen 1-2 ltr per menit. 4. Usahakan agar ruangan cukup mengandung oksigen, dengan membuka jendela atau ventilasi udara (tetapi penderita jangan sampai terkena angin langsung). 5. Berikan obat sesuai dengan petunjuk dokter. 6. Dalam keadaan darurat (tidak ada obat), penderita dapat dipandu untuk menghirup uap air panas yang diberi garam dapur. 7. Berikan minum air hangat yang banyak agar lendir yang kental dapat cair dan mudah dikeluarkan. 8. Jika serangan sudah reda, gantilah pakaian yang basah oleh keringat.
16
Penyembuhan dari serangan asma sering berlangsung secara bertahap. Pengobatan dilanjutkan beberapa hari sampai perbaikan gejala maupun nilai arus puncak ekspirasi (APE) stabil, tetapi sebaiknya penderita menghubungi dokter dan tidak menggunakan dosis obat secara berlebihan atau menggunakan pengobatan sendiri untuk jangka waktu yang lama. D. Obat-obat antiasma Untuk mengobati serangan asma yang terjadi di perlukan obat yang dapat menghilangkan gejala asma dengan segera, obat tersebut disebut dengan obat untuk serangan asma akut (relievers) , terdiri atas golongan bronchodilator dan golongan kortikosteroid sistemik. Untuk asma kronik yang sering mendapatkan serangan di perlukan obat yang perlu di pakai setiap hari untuk mencegah kambuhnya asma. Obat ini disebut dengan obat pencegahan serangan asma ( preventers) 1. Obat Untuk Serangan Asma Akut ( Relievers) Obat relievers membantu pasien yang mengalami kesulitan bernafas selama serangan asma. Obat ini akan membuat otot – otot yang melingkari bronkus relaks dan gejala – gejala akan segera mereda. Jika obat – obat ini sering digunakan,berarti banyak asma belum dapat dikontol dan dosis obat preventers harus ditingkatkan. Yang termasuk dalam obat relievers adalah simpotomimetik , satin , dan atropin. •
Golongan simpatomimetik Obat simpatomimetik yang banyak dipakai adalah agonis beta-2 yang
bekerja khusus pada saluran napas, yaitu melebarkan saluran napas. Golongan obat ini terdapat dalam bentuk tablet,sirup,suntikan,dan semprotan. Berikut ini nama generik dan nama dagang baberapa obat yang tergolong agonis beta-2
Orsiprenalin ( alupent)
Fenoterol ( berotec)
17
Bambuterol (bambec)
Terbutalin (bricasma)
Salbutamol (ventolin,salbuven,dilatamol,dan salbron)
Salmeterol (serevent) •
Golongan satin Obat golongan satin dapat Berupa tablet , kapsul, sirup, suntikan,dan
suppositoria. Contoh obat yag termasuk golongan ini sebagai berikut;
Aminophyillin (amicain supp)
Aminophyllin ( euphyllin retard)
Aminophyllin ( phyllocontin)
Teofilin ( brondilex dan theobron)
Teofilin anhidrat ( quibron TSR dan bronchopyllin) •
Golongan antropin Antropin adalah obat bronkhodilator lemah sehingga tidak diberikan obat
untuk antiasma . jika diberika secara sistemik ( diminum atau disuntikan) akan menyebabkan efek samping Berupa
mulut kering , pandangan kabur, dan sulit buang air besar
ataupun kecil sehingga obat ini tidak dipakai lagi sebagai obat antiasma.saat ini ada turunan atropin yang efektif dan aman, yaitu ipratropium bromida( atrovent) yang tersedia dalam bentuk semprotan (MDI). •
Golongan kotikosteroid sistemik Obat kortiosteroid sistemik yang digunakan untuk antiasma dapat berupa
tablet, sirup,dan suntikan ,seperti berikut:
Triamsinolon ( kenacort)
Betamethason( celestone dan betason)
Dexamethasone( oradexon dan kalmethasone)
Paramethasone (parameson) 18
2. Obat – Obat Pencegah Serangan Asma ( Preventers) Obat-obat ini mencegah serangan asma dengan mencegah inflamasi dan pembengkakan selaput lendir pada saluran napas. Obat ini tidak langsung menyebabkan hilangnya gejala asma karena memerlukan waktu bermingguminggu ,bahkan berbulan-bulan untuk mulai memperlihatkan manfaatnya.oleh karena itu obat ini harus digunakan setiap hari dan tidak bermanfaat pada saat serangan asma telah terjadi. Pemakaian dianjurkan untuk penderita asma kronik yang gejalanya sangat mengganggu dan penderitanya sering mendapat serangan asma berat. Semua obat ini aman pada dosis yang
telah direkomendasikan dan harus
digunakan terus walaupun gejala asma sudah hilang atau tidak ada. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan preventers sebagai berikut :
natrium kromolin ( intal)
ketotifen( zaditen,astifen,dan intifen)
kortikosteroid topikal( becotide,inlfmid,pulmicort)
nedokromil ( tilade)
antileukotrin ( accolate dan zileuton)
suntikan alergen ( laprin)
19
BAB IV PENCEGAHAN SERANGAN ASMA
Asma memang tak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan. Untuk bisa mengendalikannya, kita harus memahami hal-hal sebagai berikut: 1. Pahami Seluk Beluk Penyakit Asma Asma bisa terjadi pada semua golongan dan lapisan usia. Sayangnya, gangguan ini tak dapat dihilangkan sama sekali. Namun demikian, asma dapat dikendalikan. Seseorang disebut penderita asma kalau ia sedang terserang asma atau kondisi asmanya tidak stabil sehingga memerlukan obat-obatan. Beda halnya dengan penyandang asma yang berarti sudah jarang terkena serangan (asma stabil) dan tidak lagi mengonsumsi obat-obatan. Tentu saja seorang penyandang bisa menjadi penderita kembali bila ia mengalami serangan akibat daya tahan tubuh yang menurun atau karena adanya faktor pencetus. Asal tahu saja, fokus utama pengobatan asma bukan pada keluhan batuk atau sesak napasnya, tapi lebih pada peradangan atau inflamasinya. Dengan mengatasi inflamasi saluran napas maka derajat hiperreaktivitas saluran napas dapat terkontrol. Tak heran, bila pengobatan asma selalu dilakukan dalam jangka panjang, minimal 6 bulan, hingga yang bersangkutan dinyatakan stabil. 2. Kenali Berat Ringan Penyakit Kita harus mengetahui klasifikasi atau derajat asma, sebelum melakukan tindakan yang lebih jauh. Derajat asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi dan berat ringan gejala yang terjadi. Pengobatan tidak hanya dilakukan ketika serangan asma sedang berlangsung, tetapi juga saat tidak dalam serangan. Pengelolaan asma saat
20
tidak dalam serangan dilakukan melalui pengobatan pencegahan dan latihan olah raga terpimpin. Penderita asma dengan tipe intermiten (sangat ringan) yang kekambuhannya dalam 1 minggu kurang dari 1 atau 2 kali, tidak memerlukan pengobatan pencegahan. Namun, penderita asma dengan tipe persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat, harus mendapatkan terapi pencegahan secara bertahap disesuaikan dengan klasifikasinya. 3. Hindari Faktor Pencetus Faktor-faktor pencetus dapat berbeda antara penderita yang satu dengan lainnya. Faktor-faktor yang sering dikatakan sebagai pemicu di antaranya adalah faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat makanan, zat kimia, faktor fisik seperti perubahan cuaca, kegiatan jasmani, dan obat-obatan. Kerja faktor pencetus ini pun berbeda, ada faktor pencetus yang bisa mengakibatkan penyempitan saluran nafas (bronchospasme), seperti emosi, udara dingin, latihan, dan lain-lain. Ada pula faktor pencetus yang terutama menyebabkan peradangan seperti infeksi saluran pernafasan akut, alergen, zat kimia, dan asap rokok. Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor pencetus tersebut. Penderita yang gemar menghindar atau merubah perilaku untuk menjauhi factor pemicu, akan dengan mudah mencapai tujuan pengobatan asma. Sebaliknya, penderita yang "cuek" tak pernah berpantang dengan faktor pemicu akan sulit memperoleh kemajuan dalam pengobatan. 4. Gunakan Obat Yang Tepat Obat asma terdiri atas obat pengontrol (controller) dan obat pelega (reliever). Obat pengontrol bertujuan menurunkan derajat hiperreaktivitas saluran napas dan menurunkan derajat inflamasi di saluran napas sehingga penyakit asma menjadi stabil dan terkontrol. Penggunaannya jangka panjang dan mesti rutin setiap hari. Sedangkan obat pelega diberikan saat terjadi serangan dengan tujuan melebarkan saluran napas secara cepat.
21
Obat asma dapat diberikan dengan 3 cara, yakni: (1) inhalasi/hirup, (2) oral/minum dalam bentuk tablet, sirup, dan kapsul, (3) suntikan (di bawah kulit, otot, pembuluh darah). Cara suntikan digunakan dalam keadaan asma serangan akut. Ketimbang pemberian obat oral yang terus-menerus, sebenarnya untuk anak lebih dianjurkan terapi inhalasi. Dengan teknik yang benar dan koordinasi yang cermat, terapi inhalasi memiliki manfaat, seperti dosis lebih kecil, bekerja lebih cepat, dan efek samping minimal karena inhalasi tidak dipengaruhi gangguan absorpsi obat. Tak perlu khawatir tentang ketergantungan obat karena hal ini hanya terjadi jika pasien mengonsumsinya secara tidak teratur dan bila ada keluhan saja, serta tidak menghindari faktor pencetus. Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan derajat asma. Derajat berat menjadi sedang, yang sedang menjadi ringan, dan yang ringan diharapkan bisa menjadi intermitten. Pengobatan yang tidak teratur malah bisa membuat asma "naik kelas". Oleh sebab itu, serangan asma pada anak jangan dibiarkan berlarut-larut agar tidak mengganggu pertumbuhan dan prestasinya. Bukankah bila asma si kecil sering kambuh ia akan ketinggalan pelajaran? Anak yang sering batuk atau yang batuk setiap malam adalah tanda awal dari penyakit ini. 5. Berobatlah Secara Teratur Seperti diketahui, tidak ada pengobatan asma dalam jangka pendek. Orang tua mesti meluangkan jadwal untuk selalu memeriksakan anak, setidaknya 3 bulan sekali, bila si anak dalam keadaan tenang atau asma stabil. Bila si kecil hanya berobat saat mendapat serangan, dikhawatirkan dokter akan sulit membuat kesimpulan progres pengobatan. Sebaliknya, pemeriksaan teratur akan memudahkan dokter melakukan evaluasi. Jika terdapat kemajuan, maka dosis obat pengontrol akan diturunkan hingga akhirnya tidak diperlukan lagi. Pemeriksaan berhenti saat kondisi penderita asma dinyatakan stabil. Yang dimaksud keadaan stabil adalah bila tidak ada lagi serangan, tidak ada lagi batuk malam hari, tidak ada lagi produksi lendir, dan aktivitas anak seperti berlari-lari tidak menimbulkan sesak.
22
6. Mengatasi Serangan Akut Ibu atau ayah penyandang asma mesti tahu cara mengatasi serangan asma pada anaknya. Berikut langkah-langkah yang dapat diambil: * Tak perlu panik, minta anak untuk bernapas teratur dan berikan air putih hangat untuk diminum. * Segera berikan obat atau terapi inhalasi dengan takaran yang pas. * Jika tidak ada perbaikan, segera bawa anak ke klinik terdekat. Serangan yang sulit diatasi sendiri biasanya disebabkan adanya faktor lain, seperti status daya tahan tubuh anak sedang turun atau ada infeksi di dalam tubuhnya. Perlu diketahui, penyakit infeksi yang disebabkan virus sering tidak menimbulkan panas/demam kecuali ada lendir dan riak di saluran napasnya. Bagi penderita asma yang belum stabil sangat disarankan untuk selalu membawa obat (oral atau alat terapi inhalasi) ke mana-mana. 7. Tingkatkan Kebugaran Fisik Olahraga paling baik bagi anak penderita asma adalah berenang. Disamping melatih otot bantu napas, renang juga memberikan kelembapan udara ke dalam bronkus. Namun perlu diketahui, sebagian penderita asma bisa mendapat serangan setelah berolahraga. Akan tetapi olahraga tetap dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi kerja otot pernapasan dan memperbaiki fungsi pertukaran oksigen dan alveolus ke pembuluh kapiler. Oleh karenanya, olahraga bagi penderita asma perlu disesuaikan dengan derajat berat ringan penyakitnya. Sebelum mengajak si kecil berolahraga, konsultasikan dengan dokter pulmonologi anak Anda. Rehabilitasi dan peningkatan kebugaran jasmani dengan olah raga atau latihan jasmani terpimpin. Penderita asma sering mengalami sesak sehingga sebagian otot-otot pernafasan kerap digunakan, sementara sebagian otot yang lain tidak. Otot-otot pernafasan yang banyak digunakan akan membesar dan yang jarang digunakan akan melemah. Akibatnya, efisiensi dan koordinasi pernafasan menjadi kurang baik, fungsi paru serta pertahanan paru pun menurun. Selain itu penderita asma juga terkadang mengalami keterbatasan fisik
23
atau membatasi pekerjaan fisik karena takut sesak, sehingga kebugaran jasmaninya berkurang. Dengan melakukan latihan jasmani secara teratur yang terpimpin, otot pernafasan akan kembali berfungsi normal, kenaikan kapasitas vital paru meningkat dan kebugaran jasmani pun menjadi lebih baik. 8. Alat Terapi Inhalasi Anak Nebuliser jenis ultrasonik merupakan alat terapi inhalasi yang cocok bagi si kecil. Efektivitasnya, 20-30% obat akan masuk di saluran napas dan alveoli sedangkan 2-5% akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Berkaitan dengan ini, terapi inhalasi bisa memiliki efek samping berupa iritasi mulut dan tenggorokan serta infeksi jamur di tenggorokan. Untuk mencegahnya, mintalah anak untuk berkumur setelah menggunakan obat. Alat terapi inhalasi lain yang dapat digunakan pada asma anak adalah: babyhaler dan volumatic. Pada anak yang lebih besar dapat digunakan MDI (metered dose inhaler) atau turbohaler.
24
ASMA KARENA PEKERJAAN
Asma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh berbagai bahan yang ditemui di tempat kerja. Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada otot-otot yang melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat sempit. PENYEBAB Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan kimia lainnya (terutama diisosianat). Angka yang pasti dari kejadian asma karena pekerjaan tidak diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara industri merupakan asma karena pekerjaan. Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena pekerjaan adalah; •
Pekerja plastik
•
Pekerja laboratorium
•
Pekerja logam
•
Pekerja kayu
•
Pekerja pembakaran
•
Pekerja di pabrik obat
•
Pekerja penggilingan
•
Pekerja di pabrik deterjen
•
Pekerja pengangkut gandum
25
GEJALA Gejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan seringkali berkurang atau menghilang jika penderita meninggalkan tempat kerjanya. Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir minggu atau hari libur. Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar oleh alergen. Gejalanya berupa: sesak nafas bengek batuk merasakan sesak di dada. DIAGNOSA Dalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala yang semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di lingkungan tempatnya bekerja. Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi). Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: •
Tes fungsi paru
•
Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja
•
Rontgen dada
•
Hitung jenis darah
•
Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang dicurigai)
•
Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.
PENGOBATAN
26
Pengobatan sama seperti jenis asma lainnya, yaitu diberikan bronkodilator (obat yang membuka saluran pernafasan), baik dalam bentuk obat hirup (contohnya albuterol) atau dalam bentuk tablet (contohnya theophylline). Untuk serangan yang hebat, dapat diberikan corticosteroid (misalnya prednisone) per-oral (melalui mulut) dalam jangka pendek. Untuk penanganan jangka panjang, lebih baik diberikan corticosteroid dalam bentuk hirup. PENCEGAHAN Industri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma, harus mengkontrol debu dan udara, karena untuk menghilangkannya adalah suatu hal yang mustahil. Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap. Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala, sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut.
27