REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH PADA MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM OLEH : MAHFUZ BUDI NIM :3072050
DOSEN PEMBIMBING PROF. DR. H. HAIDAR PUTRA DAULAY, MA DR. AL RASYIDIN, M.AG
SEMESTER II PROGRAM STUDI S-3/DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCA-SARJANA IAIN SUMATERA UTARA MEDAN 2008
REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM بسم ال الرحمن الرحيم A. Pendahuluan
Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa semua yang dilakukan manusia di dunia tanpa terkecuali, sekecil apapun, memiliki konsekuensi di akhirat kelak. Semua kebaikan memperoleh ganjaran positif berupa pahala, dan semua hal buruk yang dilakukan akan menimbulkan dosa dan mendapat hukuman yang setimpal. Allah SWT memastikan hal itu dalam berbagai firman-Nya. Beberapa di antaranya semisal :
ّل إِل ٍ وَمَا تَكُونُن فِي شَأْنٍن وَمَا َت ْتلُو مِنْهُن مِن قُرْآنٍن وَلَ تَعْ َملُونَن مِنْن عَ َم ٍعلَيْكُ مْ شُهُودًا ِإذْ ُتفِيضُو نَ فِي ِه وَمَا يَ ْعزُ بُ عَن رّبّكَ مِن مّ ْثقَالِ ذَ ّرة َ كُنّا ل أَصنْغَرَ مِن َذلِكَن وَل أَكْبَ َر إِلّ فِي َ َفِي الَرْضِن وَلَ فِي السنّمَاء و ٍكِتَابٍ مّبِين Dan tidaklah kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak dalam membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidaklah mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Q.S. 10 : 61)
َجلُهُم بِمَا كَانُوا يَعْ َملُون ُ ْعلَيْهِ ْم َألْسِنَتُهُ ْم َوأَيْدِي ِه ْم وَأَر َ َُيوْمَ تَشْ َهد Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. 24 : 24)
جلُهُمْ ِبمَا كَانُوا ُ ْعلَى أَ ْفوَاهِهِ ْم وَتُ َكلّمُنَا أَ ْيدِيهِ ْم وَتَشْ َهدُ أَر َ ُالْ َيوْمَ نَخْتِم ََيكْسِبُون Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
(Q.S. 36 : 65)
Ketiga ayat di atas menjadi landasan bagaimana proses kehidupan umat manusia senantiasa berlangsung di bawah pengawasan Penciptanya, dan segala yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya adalah bentuk aktivitas yang harus dipertanggungjawabkan dan pasti akan memperoleh balasan.
ُل ذَرّةٍ شَرّا يَ َره َ ل ذَرّةٍ خَيْرًا يَ َر ُه وَمَن يَعْ َملْ مِ ْثقَا َ فَمَن يَعْ َملْ مِ ْثقَا Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. 99 :7-8) Bentuk pertanggungjawaban dimaksud akan berimplikasi kepada bentuk paling akhir dari penghargaan dan hukuman yang akan diterima manusia kelak, yaitu sorga sebagai reward dan neraka sebagai punishment.
Pada dasarnya pendidikan dalam Islam berlangsung seumur hidup, sehingga tidak salah menyebut bahwa proses kehidupan umat manusia adalah sama dan sebangun dengan proses pendidikan itu sendiri. Sebagaimana proses kehidupan memerlukan Pengawas, mempersyaratkan pertanggungjawaban dan memperoleh balasan, demikian pulalah adanya proses pendidikan. Makalah ini memaparkan beberapa topik persoalan seputar “balasan” dalam dunia pendidikan, yang muncul dalam bentuk penghargaan dan hukuman (reward & punishment ; selanjutnya disingkat R & P)., yang bahasannya mencakup pengertian, tujuan pemberian beserta dasar-dasar pertimbangan dalam aplikasinya, dan terakhir menyangkut bentuk-bentuknya.
B. Pengertian R & P dalam Pendidikan Islam
Pendidikan, seperti halnya juga Pendidikan Islam, memiliki sejumlah unsur pokok sebagai pendukung, antara lain pendidik, peserta didik, tujuan, materi, metode, dan alat pendidikan. Sejumlah pakar pendidikan Islam menyebut R & P adalah metode, sementara yang lainnya menilainya sebagai alat pendidikan. Perbedaan pandangan ini nampaknya muncul dari perbedaan pemaknaan bahasa dan perbedaan perspektif. Dalam bahasa Arab, terdapat sejumlah padanan untuk metode yaitu uslub, thoriqoh, kaifiyat, manhaj, juga nizhom, sedang alat padanannya adalah alat juga, washilah dan wasithoh. Ditinjau dari perspektif pendidik, R & P bisa dipandang sebagai salah satu alat pendidikan yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan materi (bahan) pendidikan kepada peserta didik. Dalam perspektif ini kita
mengasumsikan bahwa pendidiklah yang aktif menggunakannya sebagai alat, dan peserta didik berada dalam posisi pasif. Hal ini utamanya terjadi pada peserta didik tingkat awal. Tetapi jika kita memandangnya dari perspektif peserta didik, maka R & P adalah metode yang dapat dia gunakan mendorong (memotivasi) dirinya dalam menguasai materi pendidikan. Di sini peserta didik berada pada posisi aktif, dan lazimnya berada dalam status pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana peserta didik akan menggunakan metoda R & P dengan tujuan memaksimalisir perolehan R (eward) dan meminimalisir P (unishment). Akan tetapi, ‘Abdurrahman al-Nahlawi memandang metode sebagai salah satu alat pendidikan.1 Ada dua jenis alat dalam penilaiannya. Pertama, wasa’ith al-tarbiyah yaitu, alat-alat material atau manusia yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan, seperti pendidik, keluarga, madrasah, masjid. Kedua, wasa’il al-tarbiyah atau alat-alat maknawi psikis, yaitu metode-metode yang digunakan dalam menyampaikan ilmu. Al-Nahlawi kemudian membagi metode pendidikan menjadi dua, yang pertama dia sebut alat preventif dan yang kedua alat kuratif. Kedalam yang pertama termasuk perintah, nasihat, dorongan, dan pembiasaan, dimana dorongan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk reward. Kedalam yang kedua ia masukkan larangan, ancaman, dan hukuman,2 yang ketiganya dalam makalah ini masuk pada kategori punishment. Reward secara bahasa bermakna ganjaran. Meski secara harfiah bisa bermakna negatif, tetapi lazimnya digunakan dalam pengertian yang positif, sebagaimana juga dimaksudkan dalam bahasan makalah ini. Reward juga bermakna hadiah, upah, ataupun penghargaan. Bahkan pahala juga dapat dimaknai dengan reward. Dalam Al-Qur’an 1
‘Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa alMadrasah wa al-Mujtama’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1979) h. 119. 2 Ibid. Lihat juga Hery Noer Aly, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung : Diponegoro, 1992), h. 189.
beberapa pengertian reward tersebut muncul dalam beberapa istilah. Antara lain dalam Q.S. 56:24 yang menyamakan reward dengan balasan (jazaa’).
َجَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْ َملُون Sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (A reward for what they used to do)3
ُن إِلّ الِْحْسَان ِ جزَاء الِْحْسَا َ َْهل Adakah balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)? (Is there any reward for good other than good?)(Q.S.55 : 60)
Dalam ayat lain ditemukan kata tersebut yang menunjukkan balasan yang dimaksud yang bisa negatif dan bisa juga positif.
جزِيَ اّلذِينَ أَسَاؤُوا بِمَا عَ ِملُوا ْ ََولِّ مَا فِي السّمَاوَاتِ وَمَا فِي الَْرْضِ ِلي ن أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى َ وَيَجْزِيَ الّذِي Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik)( Yea, to Allah belongs all that is in the heavens and on earth: so that He rewards those who do evil, according to their deeds, and He rewards those who do good, with what is best). (Q.S.53 : 31).
3
Terjemahan bahasa Inggris ayat ini dan ayat-ayat berikutnya dikutip dari Program SalafiDB 4.0 dari http://salafidb.googlepages.com.
Kata lainnya yang juga bermakna reward adalah asyabah sebagaimana terungkap dalam ayat berikut :
ت الشّجَ َرةِ فَ َعلِمَ مَا فِي َ ْن الْ ُمؤْمِنِينَ ِإذْ يُبَايِعُو َنكَ تَح ِ َي الُّ ع َ ِلَ َقدْ َرض علَيْهِ ْم وَأَثَا َبهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا َ َُقلُوبِ ِهمْ فَأَن َزلَ السّكِينَة Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) (Allah’s Good Pleasure was on the Believers when they swore fealty to thee under the Tree: He knew what was in their hearts, and He sent down tranquillity to them; and He rewarded them with a speedy/near victory) (Q.S :48 :18) Adapun punishment sebenarnya juga berarti ganjaran, tetapi penggunaannya lebih lazim dalam pengertiannya yang negatif, sehingga sering diartikan sebagai hukuman atau siksaan. Dalam Al-Qur’an, punishment ini muncul dengan kata ‘uqubah atau ‘iqaab seperti pada ayat berikut :
ِشدِيدُ الْعِقَاب َ َّن ال ّ ِلّ وَرَسُولَ ُه وَمَن يُشَاقّ الَّ فَإ َ َذِلكَ بِأَنّهُمْ شَاقّوا ا Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (That is because they resisted Allah and His Messenger. and if any one resists Allah, verily Allah is severe in punishment.) (Q.S. 59 : 4). Punishment dalam pengertian siksaan disebut ‘adzab.
ٌحد َ َب عَذَابَهُ أ ُ ّفَ َيوْمَ ِئذٍ لّ يُعَذ Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya, (So on that Day, none will punish as He will punish.) (Q.S. 89 : 25)
Keseluruhan rangkaian ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita Islam secara komprehensif menetapkan adanya R & P sebagai implikasi dari seluruh proses perjalanan kehidupan umat manusia. Pendidikan sebagai subsistem integral dari sistem Islam yang ka’affah, dengan demikian juga memiliki R & P-nya sendiri, dimana R (eward) sebagai balasan atas keberhasilan manusia dalam menjalani tahapan-tahapan pada proses pendidikan yang ditempuhnya, dan P (unishment) sebagai balasan atas sebagian atau seluruh kegagalan yang ditemuinya dalam proses pendidikan yang dijalaninya. Dalam bahasa Arab metode ini biasa disebut uslub al targhib wa al-tarhib.
C.
Tujuan Pemberian R & P dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam memiliki rangkaian unsur-unsur yang saling terkait yang diperlukan dalam mewujudkan keberhasilannya. Unsur-unsur tersebut antara lain tujuan, kurikulum, materi, metode, sarana, alat, dan pendekatan. Setiap unsur dapat dibagi lagi dalam rincian yang lebih detil, termasuk di dalamnya metode. Rasulullah s.a.w. mencontohkan sejumlah metode dalam penyampaian pendidikan Islam, termasuk di dalamnya metode R & P.4 Pada makalah terdahulu5 telah dikemukakan adanya metode pujian yang bertujuan memberikan kegembiraan kepada peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Dengan kata lain metode ini bertujuan merangsang motivasi peserta didik untuk lebih bergairah dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran atau proses pendidikan yang dia terima. Sebab dalam 4
R & P sebagai metode antara lain dikemukakan Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah Kamalie & Hery Noer Ali (Semarang : Asy-Syifa, 1981), 5 Budiman, “Esensi Metode dalam Perspektif Pendidikan Islam”, h. 30-32. Makalah disampaikan pada sesi kuliah Program Doktor Pendidikan Islam IAIN SU, 15 Agustus 2008.
Psikologi Islam, motivasi dimaknai sebagai kunci utama dalam melahirkan dan menafsirkan perbuatan manusia yang disebut niyyah dan ‘ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal, sedang ‘ibadah merupakan tujuan manusia dalam berbuat atau beramal. Maka perbuatan manusia, termasuk dalam proses pendidikan, berada pada lingkaran niyyah dan ‘ibadah.6 Demikian pula dengan metode pemberian hukuman yang dicontohkan Rasulullah s.a.w., bertujuan memotivasi peserta didik agar lebih giat dalam proses pembelajarannya dan bersedia belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dia perbuat. Dengan kata lain, metode pemberian hukuman tersebut adalah cobaan yang dialami peserta didik yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendisiplinkan diri. Dalam konteks yang lebih luas, metode ini efektif melatih kesabaran manusia serta sarana dalam melakukan introspeksi diri.
ِل وَالن ُفس ِ ن الَ َموَا َ ّع وَنَ ْقصٍ م ِ ف وَالْجُو ْ َولَنَ ْبلُوَنّ ُكمْ بِشَيْءٍ مّنَ الْخَو َوَالثّ َمرَاتِ وَبَشّ ِر الصّابِرِين Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S. 2 : 155). Sebagai cara untuk menentukan apakah semua unsur-unsur dalam pendidikan Islam yang
dikemukakan telah tercapai atau tidak, maka dibutuhkan perangkat
evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan, harga, atau nilai 6
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h.239.
berdasar kriteria tertentu terhadap sebuah kegiatan. Proses pendidikan adalah proses yang bertujuan, yang dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah melalui satu proses rangkaian pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari penilaian tersebut dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu, tindakan atau kegiatan evaluasi tersebut dinamakan penilaian hasil belajar.7 Pada prinsipnya, penilaian hasil belajar tersebut adalah bentuk R & P bagi para peserta didik.
D.
Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian R & P dalam Pendidikan Islam
Pertimbangan pertama dalam pemberian R & P adalah cobaan kepada umat manusia dalam kapasitasnya sebagai peserta didik, apakah ia dapat melatih kesabarannya jika menemui kegagalan atau kendala dalam proses pembelajaran. Dapatkah ia bersikap ridla? Atau mampukah ia mengendalikan diri dengan bersyukur jika cobaan yang datang adalah dalam bentuk prestasi yang menggembirakan. Salah satu kewajiban peserta didik menurut Al-Ghazali adalah membersihkan jiwa dari sifat-sifat negatif.8 Tak terkira banyaknya peringatan Allah s.w.t. mengenai hal ini, di antaranya :
ُخَل ْواْ مِن قَ ْبلِكُم مّسّتْ ُهم َ َخلُواْ الْجَنّ َة َولَمّا يَأْتِكُم مّ َثلُ اّلذِين ُ ْأَمْ حَسِبْ ُت ْم أَن َتد ن آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى َ ل الرّسُولُ وَالّذِي َ حتّى َيقُو َ ْالْبَأْسَاء وَالضّرّاء وَ ُزلْ ِزلُوا ٌل أَل إِنّ َنصْ َر الّ قَرِيب ّ َنصْ ُر ا 7 8
Samsul Nizar (ed.), Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 22. Hasan Asari, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, Analytica Islamica, Vol 6., No. 2/2004, h. 84.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(Q.S. 2 : 214)
َ…وَنَ ْبلُوكُم بِالشّ ّر وَالْخَيْرِ فِتْنَ ًة َوإِلَيْنَا تُ ْرجَعُون ….Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(Q.S. 21 : 35) Cobaan dalam kehidupan manusia identik dengan ujian dalam proses pembelajaran. Setiap manusia membutuhkan ujian tersebut untuk mengetahui sejauh mana kemampuan, pemahaman, dan wawasannya terhadap sesuatu persoalan yang telah dipelajarinya. Hasil-hasil ujian yang diterimanya akan terangkum dalam daftar penilaian yang isinya adalah R & P baginya. Apakah ia akan bersyukur dengan R yang diterimanya atau bersabar dengan P yang diperolehnya atau tidak. Dengan demikian, R & P sesungguhnya adalah ujian akan keimanan dan ketaqwaan seseorang.
َل لَ َعلّكُمْ تُ ْفلِحُون ّ يَا أَيّهَا اّلذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ َوصَابِرُواْ وَرَا ِبطُو ْا وَاتّقُواْ ا Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.(Q.S. 3 : 200).
ِن صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَن َ ن الّذِي ّ َمَا عِندَ ُكمْ يَن َف ُد وَمَا عِندَ الّ بَاقٍ َولَنَجْزِي َمَا كَانُواْ يَ ْع َملُون Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Dasar pertimbangan lainnya adalah sebagai ajang latihan mendisiplinkan diri dan bertanggungjawab terhadap semua hal yang dilakukan dalam proses pembelajaran dan proses kehidupan yang dijalani. Dalam hal ini R & P bermanfaat memotivasi manusia untuk berbuat lebih baik dan belajar lebih tekun lagi.
ٌُكلّ َن ْفسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَة Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (Q.S. 74 : 38)
ت وَلَكُم مّان كَسَنبْ ُت ْم وَلَ تُسْنَألُونَ عَمّان كَانُوا ْ خلَتْن لَهَا مَا كَسَنَب َ ِْتلْكَن أُمّةٌ َقد ََيعْ َملُون Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. 2 : 134& 141) Muhammad Munir Mursa mengemukakan,9 metode R & P digunakan sesuai perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidahkaidah Islam. Pengaruh yang dihasilkannya tidaklah sama. Reward lebih baik karena bersandar
pada
pembangkitan
dorongan
intrinsik
manusia
dan
karenanya
pengaruhnya relatif akan lebih lama, sedang punishment bersandar pada dorongan 9
Muhammad Munir Mursa, Al-Tarbiyah al-Islamiyah : Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-Bilad al-‘Arabiyyah (Cairo : ‘Alam al-Kutub, 1977), h. 55.
rasa takut dan karena itu sifatnya negatif. Penerapan punishment ditujukan untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan sekaligus memelihara ketertiban dan disiplin peserta didik lainnya dari kemungkinan melakukan kesalahan yang sama. Karenanya dapat dikatakan bahwa punishment adalah alternatif terakhir setelah metode nasihat dan peringatan tidak berhasil memperbaiki peserta didik.10 Dasar terbaik dalam penerapannya adalah firman Allah s.w.t. :
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ َفلَهُ عَشْ ُر أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسّيّئَةِ فَلَ ُيجْزَى إِلّ مِ ْثلَهَا َوَهُمْ لَ ُيظْلَمُون lipat
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S. 6 : 160). Prinsip keadilan Tuhan yang terlihat pada ayat di atas menunjukkan
bagaimana kejahatan atau dalam perspektif pendidikan Islam, kesalahan atau kelalaian, memperoleh balasan hukuman yang proporsional.
E. Bentuk-bentuk R & P dalam Pendidikan Islam R & P, apakah sebagai metoda ataukah sebagai alat, merupakan cara dalam memotivasi manusia, khususnya peserta didik, untuk bergairah dan bersemangat dalam menjalani proses pembelajaran yang ditempuhnya. Bentuk pertama yang lazim adalah dengan menggunakan pujian dan membuat proses pembelajaran berjalan 10
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat : Logos, 1999) h. 200-202.
dengan cara yang menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut dengan baik seorang pendidik haruslah memperlakukan peserta didik seperti anaknya sendiri.11 Terdapat sejumlah petunjuk dalam Al-Qur’an tentang hal ini :
ِب الْجَحِيم ِ سلْنَاكَ بِالْحَقّ بَشِيرًا وَ َنذِيرًا وَلَ تُسَْألُ عَنْ َأصْحَا َ ْإِنّا أَر Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. (Q.S. 2 : 119).
َن الْحَامِدُونَ السّائِحُونَ الرّاكِعُونَ السّاجِدونَ المِرُون َ التّائِبُونَ الْعَا ِبدُو َل وَبَشّرِ الْ ُمؤْمِنِين ّ حدُودِ ا ُ ِن ل َ بِالْمَ ْعرُوفِ وَالنّاهُونَ عَنِ الْمُنكَ ِر وَالْحَا ِفظُو Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat (mencari ilmu) yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (Q.S. 9 :112). Ayat terakhir di atas menunjukkan bagaimana orang-orang yang memuji, dalam hal ini memuji Tuhan, termasuk di antara orang-orang yang berbuat baik dan karenanya layak memperoleh kegembiraan. Tentulah apa yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an di atas sangat layak diaplikasikan dalam dunia pendidikan Islam, dimana seorang pendidik sekali-sekali harus memuji kebaikan dan kemampuan peserta didiknya, khususnya anakanak. Pujian pastilah menggembirakan dan menjadi obat pelipur capek bagi anak-anak dalam belajar dan akan memotivasinya untuk kembali mengulang perbuatan terpujinya itu. Akan tetapi memuji siapa pun tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena dikhawatirkan berdampak buruk bagi yang dipuji. 11
Hasan Asari, op.cit., h. 88.
ِحدّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ زَ َكرِيّاءَ عَنْ بُ َر ْيد َ ِحدّثَنِي أَبُو جَ ْعفَرٍ مُحَ ّمدُ بْنُ الصّبّاح َ َن أَبِي مُوسَى قَال ْ َن أَبِي بُ ْر َدةَ ع ْ َبْنِ عَ ْب ِد الِّ ع ل وَ ُيطْرِيهِ فِي ٍج ُ َعلَى ر َ علَيْ ِه وَسَلّمَ رَجُلً ُيثْنِي َ ُّصلّى ال َ ي ّ ِسَمِ َع النّب ِجل ُ ّل لَ َق ْد أَهْلَكْتُ ْم َأوْ َقطَعْ ُت ْم ظَهْرَ الر َ الْ ِمدْحَةِ فَقَا Hadis riwayat Abu Musa r.a., ia berkata:Nabi s.a.w. mendengar seorang memuji orang lain secara berlebih-lebihan, maka beliau bersabda: Sungguh kamu telah membinasakannya atau telah memotong punggung orang itu 12 Dalam hal penerapan punishment, haruslah disadari bahwa peserta didik memiliki kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan ataupun respons yang dihasilkan dari penerapan punishment tersebut. Ada peserta didik bertemperamen tenang dan apa pula yang bertipe emosional, yang semuanya disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti genetika, lingkungan dan kematangan yang berbeda-beda. Berdasar perbedaan itu, maka berbeda pulalah jenis punishment yang diterapkan. Ada yang cukup dengan sindiran, ada yang perlu dipandang dengan muka masam, ada yang harus dibentak, dan ada pula yang perlu harus dipukul. Dalam hal ini prinsip logis yang harus ditetapkan, dalam arti punishment disesuaikan pula dengan jenis kesalahan.13 Ibn Khaldun mengemukakan bagaimana diperlukannya prinsip kehati-hatian dalam penerapan metode punishment ini terutama bagi peserta didik yang termasuk kategori anak-anak.14 Menurutnya, kesalahan dalam penerapan metode tersebut 12
Hadis marfu’ dalam Shahih Muslim, no. 5321, dikutip dari http://hadith.al-islam.com/ Bayan
/ind. 13
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, h. 202. Ibn Khaldun, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton University Press, 1980), h. 305-306. 14
merupakan bentuk pengajaran yang merusak yang berimplikasi kepada hadirnya rasa rendah diri pada diri peserta didik, menumbuhkan kemalasan dan kebencian tanpa disadari, serta menyebabkan anak-anak tidak berani mengemukakan hal yang benar. Dengan demikian pendidik justru telah mendidik anak untuk berbohong. Semisal anak yang terlambat datang setelah mengemukakan alasan yang sebenarnya tetap saja dimarahi gurunya. Hasilnya, jika pada kesempatan lain ia kembali terlambat, ia akan mencari alasan lain yang “lebih masuk akal” agar tidak dimarahi, meski yang disampaikannya bukan hal yang sebenarnya. Keadaan ini lama kelamaan akan mengendap dalam alam bawah sadar anak dan berkembang menjadi kebiasaan baru baginya. Metode pendidikan yang salah seperti itu dalam skala massif telah menghasilkan bangsa yang tidak bisa dipercaya di seluruh dunia, yaitu bangsa Yahudi.15 Berdasar hal itu Ibnu Khaldun menggagas, pendidik tidak boleh memberikan hukuman fisik lebih dari tiga kali kepada anak-anak kecil. Hanya saja tidak dijelaskan batasan tiga kali itu, apakah dalam satu tahun atau selama anak berada di bawah didikan guru tersebut. Senada dengan Ibn Khaldun, Al-Ghazali pun menegaskan bahwa saran dan nasehat akan lebih baik dari peringatan keras, sikap positif lebih efektif daripada cacimaki. Sebab saran dan kebaikan akan mendorong peserta didik memikirkan tingkah lakunya serta merenungkan nasehat pendidik, sebaliknya kritik yang kasar justru mempertipis rasa malu, mengundang perlawanan dan menyebabkan peserta didik menjadi keras hati.16 Adapun Rasulullah s.a.w. sendiri melarang memukul anak-anak di bawah
15 16
Ibid. Hasan Asari, op. cit., h.90.
usia 10 tahun, sebagaimana dapat difahami dari hadis hasan berikut yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Abu Daud Ibnu ‘Amr bin ‘Ash r.a.17 :
مروااولدكم بالصلة وهمابناءسبع سنين واضربوهم عليهاوهم ابناء عشر وفرقوابينهم فىالمضاجع Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan ketika mereka berusia sepuluh tahun , dan pisahkanlah antara mereka ketika mereka tidur. R & P yang secara langsung banyak mempengaruhi kejiwaan peserta didik adalah hasil evaluasi periodik yang diterima. Jika baik, hal itu dipandang sebagai reward yang layak dia terima setelah melewati proses belajar dalam suatu periode. Demikian pula sebaliknya jika nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, maka hal itu dipandang sebagai punishment. Apa pun hasilnya, akan menyebabkan peserta didik melakukan perenungan dan introspeksi diri. F. Penutup Muara akhir dari seluruh rangkaian proses pendidikan Islam adalah pengabdian kepada Allah s.w.t. Tujuannya tidak lain untuk memperoleh ridla-Nya. Tujuan-tujuan duniawi yang baik hanyalah tujuan antara, yang tidak boleh membuat penuntut ilmu tersesat dan memandangnya sebagai tujuan utama. Ilmu pengetahuan dibutuhkan karena hanya orang berilmulah (‘ulama) yang bisa dengan baik melaksanakan perintah Tuhan serta menjauhi larangan-Nya.
17
Nashih ‘Ulwan, op.cit., h. 60.
… ُقلْ َهلْ يَسْ َتوِي الّذِينَ يَ ْعلَمُونَ وَالّذِينَ لَ يَ ْعلَمُونَ إِنّمَا يَ َتذَكّ ُر أُ ْولُوا ِلْلْبَاب َا ….Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. 39:9). Dalam upaya mencapai ilmu pengetahuan tersebut, manusia akan senantiasa dihadapkan kepada berbagai cobaan. Terkadang cobaan datang dalam wujud yang menyenangkan dan menggembirakan hati, tetapi sering pula cobaan datang dalam bentuk yang menyusahkan dan membutuhkan pemupukan kesabaran dalam menghadapinya. Apapun bentuk cobaan itu, apakah R ataukah P, keduanya adalah ujian keimanan dan ketaqwaan.
َ… وَنَ ْبلُوكُم بِالشّ ّر وَالْخَيْرِ فِتْنَ ًة َوإِلَيْنَا تُ ْرجَعُون …Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.(Q.S.21 : 35). Siapa yang berhasil lulus dari ujian tersebut maka termasuklah dia kepada apa yang disebutkan Allah s.w.t. sebagai kualitas orang beriman :
ُعلَيْهِ ْم آيَاتُه َ ْجلَتْ ُقلُوبُهُ ْم َوِإذَا ُتلِيَت ِ َن إِذَا ذُكِ َر الّ و َ ن الّذِي َ إِنّمَا الْ ُمؤْمِنُو َعلَى رَبّ ِهمْ يَ َتوَ ّكلُون َ َزَادَتْهُ ْم إِيمَانًا و Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(Q.S. 8 : 2) Dan Allah-lah yang Maha Tahu.
Kepustakaan
Al-Nahlawi, ‘Abdurrahman, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1979). Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), Budiman, “Esensi Metode dalam Perspektif Pendidikan Islam”. (Makalah). Hasan Asari, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, Analytica Islamica, Vol 6., No. 2/2004. Khaldun, Ibn, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton University Press, 1980).
Munir Mursa, Muhammad, Al-Tarbiyah al-Islamiyah : Ushuluha wa Tathawwuruha fi alBilad al-‘Arabiyyah (Cairo : ‘Alam al-Kutub, 1977). Nashih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah Kamalie & Hery Noer Ali (Semarang : Asy-Syifa, 1981). Nizar, Samsul (ed.), Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007). Noer Aly, Hery, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung : Diponegoro, 1992). Noer Aly, Hery, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat : Logos, 1999).