Filsafat Ilmu

  • Uploaded by: Anas Norhidayat
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Filsafat Ilmu as PDF for free.

More details

  • Words: 3,636
  • Pages: 19
DAFTAR PUSTAKA  Bertens, K, 1981. Filsafat Barat dalam Abad XX, Jakarta  Don Martin Dale, 1960, The Nature and Types of Sociological Theory, Houghton Mifflin Company, Boston  Hasbullah Bakrie, 1986 Sistematika Filsafat, Jakarta  Harun Hadiwijono, 1985, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yayasan Kanisius, Yogyakarta  Harry Hamersma, 1986. Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Gramedia, Jakarta  Hassan Shadily, 1973. Ensiklopedia Umum, Jakarta  Herman Soewardi dan Rusidi, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Catatan Kuliah 1989/1990)  Hirschberger, J., 1989, The History of Philosophy, Translated by A. Fuerst, Milwaulee  Juhaya S. Praja. Aliran-aliran Filsafat dari Rasionalisme Hingga Sekularisme, Alva Gracia, Jakarta  Poedjawijaina, 1986. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Bina Aksara Jakarta  Rusidi. Teknik Penelitian Sosial. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, Univesitas Padjadjaran, 7 Februari - 7 Maret1983  Soedjono Dirdjosisworo, 1985, Pengantar Epistemologi dan Logika. CV. Remaja Karya, Bandung  Prof. Dr. Conny R. Semiawan, dkk. 1998. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung  M. M. Amin. Prospek pendidikan Filsafat di Indonesia. Sumbangan filsafat confucianisme menghadapi abad XXI/Lasya  Tim dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu (sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan, Penerbit Liberty, Yogyakarta  Noeng Muhadjir,H, Prof,Dr. 2001.Filsafat ilmu (Positivisme, PostPositivisme dan 1 Post Modernisme. Penerbit Rakesarasin, Yogyakarta

FILSAFAT

ILMU

Filsafat Ilmu; Duduk perkaranya Ilmu/Science  Apa landasan asumsinya  Bagaimana logikanya  Apa hasil-hasil empirik yang dicapainya  Batas-batas kemampuannya Metodologi Penelitian; Upaya Pengembangan Ilmu • Berlandaskan tradisi-tradisinya : - Deduktif - Induktif • Hasil-hasil yang dicapainya (pengetahuan) - Deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) - Hubungan (Proposisi rendah/tinggi, hukum-hukum) Kedua hal tersebut: Mengisi dan memperluas cakrawala kognitif para mahasiswa tentang apa yang disebut ilmu/science itu diharapkan timbulnya pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, untuk meningkatkan motivasi mereka sebagai ilmuwanilmuwan untuk melaksanakan tugas mereka secara berkesungguhan. FILSAFAT ILMU Ontologi Ontologi Epistemologi

Epistemologi

: Eksistensi dari segala ilmu, etika dan estetika beserta dimana dan bagaimana eksistensi dan antar hubungannya diantara ilmu tersebut : Meaning/teori/konsepsi pokok yang berlaku bagi masing-masing sub bagian ilmu-ilmu alamiah, ilmu-ilmu sosial, etika dan estetika tersebut, dengan kecenderungan yang kini berlaku, ialah antar atau lintas disiplin dari berbagai ilmu atau humanitas itu.

2

„ONTOLOGI“

Θ Θ Θ Θ Θ Θ

The quest for knowledge Kemampuan ratio Rasa The quest for knowledge, upaya manusia untuk mengetahui (memahami, mengerti dan menghayati) Melanjutkan tradisi dari; lihat yang kita pelajari is; Ilmu-ilmu barat  Pada Filsafat Yunani Kuno Menambahnya dengan akar ilmu dari kita yaitu landasan berpikir yang diperoleh dari Pancasila

Apa yang kita pelajari dari Ilmu: Θ Melanjutkan tradisi-tradisi dari Barat Θ Akar imu dari landasan berpikir kita (Pancasila) Apa yang kita akui (seperti Pancasila tersebut) sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa, maka „quest for knowledge“ kita harus turunkan. Ada satu kekhususan dari kita dibandingkan ilmu-ilmu Barat yang akan membawa pada kebenaran yang lebih besar, yaitu upaya untuk menemukan dan mengerti ilmu Tuhan yang sangat luas dan dalam. Upaya quest for knowledge  Menggunakan segala kemampuan akal budinya • Ilmu Barat: - Menyandarkan pada akal atau rationya saja - Kurang menempatkan budi/rasa • Ilmu Timur: Khususnya Indonesia dengan dasarnya Pancasila menggunakan ratio dan rasa seimbang pada tempat dan tahapan yang benar. Jadi seperti halnya doktrin netralitas etik harus mampu menerapkannya pada tempatnya yang benar dengan takaran yang tepat. Ratio dan rasa mempunyai kemampuan dan keunggulannya untuk digunakan pada tempatnya masing-masing.

3

Kemampuan ratio, terletak pada; Θ Θ Θ Θ

Membedakan/menggolongkan, menyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif Menyatakan hubungan-hubungan dan mendeduksi hubungan-hubungan Berdasarkan ketentuan-ketentuan/patokan-patokan yang sangat terperinci Pernyataannya secara tegas „ya“/“tidak“

Kemampuan rasa, terletak pada; Θ Θ Θ Θ

Kreatifitas, yang merupakan kegaiban Pemula di segala bidang, nalar, ilmu, etika dan estetika Disebut intuisi Media kontak antara manusia dengan Ilahi

Upaya quest for knowledge bagi kita selaku Pancasilais: 1. 2.

Harus sama kuat memahami science/maupun humanitas Dalam mencapai kebenaran tidak cukup dengan verifikasi, seperti dalam ilmu Barat, akan tetapi verifikasi yang dibarengi dengan validasi. Landasannya yaitu firman-firman Allah.

Manusia sebagai the knower (kemampuan untuk mengetahui) secara analitik, kemampuan untuk mengetahui itu dapat diuraikan sebagai berikut; kemampuan kognitif, kemampuan afektif, kemampuan konatif, kesadaran manusia. Kesadaran Manusia Θ Decrates : Cogito ergo Sum Pandangannya dari : Freud, Marx, James, Al Ghazali dan Fazhur Rahman Freud  Irrational Idealism Lebih dasar daripada rasionalitas manusia adalah emosinya dan naluri kehidupannya. Marx  Kelaslah yang memberi bentuk kesadaran manusia James  Menentang pandangan bahwa kesadaran merupakan suatu „kesatuan“ James mencampurbaurkan kesadaran dan pengalaman knower and the known Bagian dari pengalaman itu dalam suatu konteks lain the known (obyek)

4

Nalar dan Berpikir Kesadaran adalah landasannya untuk nalar atau berpikir tentang segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera.    

Segala sesuatu yang dapat diindera oleh manusia disebut pengalaman atau experience Segala sesuatu yang tidak dapat diindera oleh manusia disebut dunia metafisika Berpikir tentang experience disebut berpikir empirical Berpikir tentang dunia metafisika: berpikir transedental (Divine Revelation)

Nalar dan Berpikir 1). Persembahan Yunani Kuno Berpikir untuk menegakkan kebenaran. Landasan yang dipegang adalah bahwa kebenaran itu harus dicapai dengan cara berpikir yang baik, sehingga membuahkan suatu buah pikir yang salah atau benarnya harus berada di dalam proses berpikir itu sendiri. Hal itu berarti: - Tidak diperlukannya kekuasaan/kewenangan apapun untuk menyatakan benar atau salah suatu buah pikiran - Setiap orang mampu menetapkan (establishing) „kebenaran“ 2).Temuan yang diperoleh oleh para filsuf Yunani Kuno ialah : „Pembuktian Nasional“ atau rasional proof dalam logika, dan dalam matematika. Dunia nalar mengakui empat ciri cara berpikir filsafat Plato yaitu: - Telaahan ilmu sebagai suatu sistem - Ada satu kontras tentang sensible appearance dan intelligible reality (idea). Menurut Plato hanya idea yang bisa menjadi obyek pengetahuan - Kepuasan tertinggi pada ilmu hanyalah bila idea tersebut tercapai - Pandangan intelektual seyogyanya dicapai dengan metode khusus yang disebut “dialetic”

5

Filsafat dalam masa patristic dan abad pertengahan  Dunia Arab merupakan salah satu dari dunia timur yang memperkembangkan filsafat Yunani Pemikirnya kaum  Mu’tazillah  Membatasi diri pada hal-hal yang bersifat apologetic Islam, terutama yang memahas keesaan Allah,kehendak bebas, keburukan/kejahatan dan penciptaan, pada abad 9  Kemudian timbul filsafat Arab yang lebih difinitif dengan pengaruh-pengaruhnya Al Kindi  memberikan kombinasi mengupas masalah-masalah ketidakbukaan dunia Razi seorang Persia (konstruktif dari Al Kindi), berpendapat bahwa filsafat berkedudukan lebih tinggi dari agama. Ia mengetengahkan 5 prinsip yaitu: Pencipta, jiwa dari dunia, materi, waktu, dan ruang 

Al-Arabi (abad 10), seorang Turki, yang menyatakan superioritas filsafat achievement manusia. Ia berpandangan bahwa ketrampilan itu dapat dikuasai siapa saja dan merupakan istrumen terbaik untuk mewujudkan organisasi negara yang baik

 Ibnu Sina (Avicenna), seorang Persia dari abad 11 Ia merupakan seorang pemikir yang sistematis (shifa), yang menyatakan bahwa agama dan filsafat sama tingginya  Al Ghazali (abad 11-12) Menghancurkan semua filsuf-filsuf dunia Arab ini, menunjukkan kontradiksi-kontradiksi di dalam filsafat itu, dan menegakkan keunggulan ayat-ayat suci dan dogma-dogma yang rasionalisir, kemudian mendapat tantangan dari Ibnu Rus’d (Avaroes) 

Avaroes menyatakan bahwa filsafat membawa manusia ke arah kebenaran yang murni dan komplit. mengkritik pemikir-pemikir agama yang kekanak-kanakan dengan dogma-dogma yang menyesatkan

Ia

Analisisnya yang luas dan mendalam tentang karya-karya Aristoteles menjadi mode bagi filsuf-filsuf sejak abad ke 13 yang berpengaruh terhadap timbulnya filsafat barat yang bebas. Di dunia Arab sendiri Al Ghazali mendapat kemenangan, sehingga berhentilah pemikiran-pemikiran yang dinamis.

6

Dunia Barat Abad 14   

Merupakan periode criticism Disini proses asimilasi telah selesai, dan filsafat mendapat kehidupannya yang mandiri Pada masa ini, determinisme absolut, probabilisme, empirisme dan rsionalisme serta averisme yang ekstrim diketengahkan, dipertahankan, serta dihadapi

Filsafat Modern   

 

Abad 17 merupakan kelahiran filsafat modern di dunia Barat Bapak Filsafat Modern adalah Rene Decrates (orang Perancis) dan Francis Bacon (orang Inggris) Hasil pengaruh mempengaruhi antara filsafat dengan natural science adalah Copernicus (abad 15), Keples (abad 16), dan Galileo (abad 17), terutama Galileo mempengaruhi Ascartes, sedangkan Newton (abad ke 18) mempengaruhi Immanuel Kant Aliran-aliran filsafat Modern adalah Idealism, Rasionalism, Positivisme, Empirisisme, Materialisme dan Skepticisme Selanjutnya berkembang lagi menjadkan aliran-aliran absolute idealisme, neo-kantianisme dan prakmatisme.

Logika, Matematik dan Statistika Ketiga-tiganya merupakan media untuk nalar dan sekaligus untuk mengkomunikasikannya. Ketiga-tiganya mempunyai patokan-patokan atau „rules“, menggunakan tanda-tanda atau simbol yang diberi definisi yang ketat. Deduksi adalah rules bagi logika dan matematika dan induksi adalah rules bagi statistika. Deduksi disebut juga inference. Berbagai peristilahan dalam logika: 1. Propositional Calculus : Suatu cabang logika yang paling dasar (elementer) 2. Sistem logistik atau kalkulus, ialah bagian yang paling murni dari bahasa yang diformalkan 3. Kalkulus fungsional dari orde pertama adalah propositional calculus dengan propositional function dan quantifier 4. Categorial proposition 5. Appasition, Immediate Inference 6. Catagorial Syllogism (first order functional calculus)

7

Beberapa hal tentang matematika: 1. 2. 3. 4.

Geometri Euclidian Geometri non-euclidian Metode aksiomatik formal Teorema Goedel

Beberapa tentang induksi (“statistika”) : 1. Pengertian : ‘A passage from individual to universals’ 2. Tempatnya dalam science: Hipotesis : (1) Discovery; (2) To reason inductively

Aliran Materialisme 1. Dari ajaran pokoknya: Dunia sama sekali bergantung pada materi dan gerak, kenyataan pokok dan akhir dari segala sesuatu adalah materi, jiwa dan roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri dan kemajuan ilmu pengetahuan cenderung menuju keduniawian 2. Gagasan-gagasan para filsuf, pelopornya dari Demokritus, Thomas Hobbes, Karl Marx, Francis Bacon, Feuerbach Gagasan tentang Materialisme sebagai berikut: a. Tidak ada yang lain dari alam ini kecuali atom-atom atau semua kejadian yang ajaib diterangkan dengan atom dan bergerak dalam keleluasaan termasuk jiwa juga terdiri dari atom-atom b.Lingkungan kesadaran pada hakekatnya termasuk golongan dunia badani atau pancaindera c.Demi untuk mencapai perubahan struktur ide-ide harus ditinggalkan dan diganti dengan dunia materi d.Karena kesulitan-kesulitan ekonomi sudah semakin kuat maka timbul pikiran untuk berpaling dari mimpi agama e.Disebabkan oleh dialek aliensi timbul jurang antara segi subyektif dan obyektif dalam banyak hal f.Setiap orang harus memperjuangkan milik pribadinya dalam hal alternatifnya untuk pekerjaan yang berupa spesialisasi antara yang bekerja dengan tangan dan yang bekerja dengan otak g.Akibat dari revolusi industri muncul perjuangan sosial yang hebat sehingga menimbulkan materialisme dialetik yang diikuti dengan materialisme historis yang berarti metode menguraikan sejarah yang diperkembangkan h.Hubungan antara manusia dan alam sangat tergantung, dengan demikian alam dihumanisir dan manusia dinaturalisir, dan manusia menguasai alam dengan perantaraan penemuan-penemuan ilmiah i.Perubahan sosial dan ekonomi adalah akibat kekuatan-kekuatan materialistis tetapi bersifat monistis 8

3. Materialisme dapat digolongkan menjadi materialisme mekanik, materialisme dialetik, dan materialisme historis dengan materialisme yang sifatnya praktis.

Aliran Idealisme 3. Idealisme adalah paham atau sikap yang meletakkan nilai tinggi pada angan-angan (idea) dan cita-cita (ideals), sehingga berdasarkan prinsip kerohanian yang lebih tinggi, sebagai hasil perasaan dari dunia nyata 2.Gagasan-gagasan para filsufopornya dari : Plato, George Berkeley, Immanuel Kant, J. G. Fichte, dengan mempergunakan Tese, Antitesa dan Sintese 3.Dalam gagasan idealisme diatas disamping idealisme subyektif ditemukan juga idealisme obyektif, penggambaran obyek-obyek dalam diri kita kemudian diikuti idealisme mutlak bahwa manusia hanya mengenal gejala-gejala juga idealisme etis, bahwa roh disini maksudnya akal praktis yang berlaku dalam penilaian etika bahwa disamping keutamaan alam rohani dan akhirat (alam cita-cita) juga mengakui bahwa roh dan raga manusia sama-sama turut mengambil saham dalam proses kenyataan sejarah berdasarkan kehendak bebas yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, kemudian diikuti pula gagasan idealisme realistis yang berpangkal dan mengakui realitas sepenuhnya. Metode berpikir dari idealisme ini adalah metode berpikir deduksi.

Aliran Dualisme 1. Ajaran Pokok Paham yang mengajarkan atau suatu sistem filsafat yang mencoba menerangkan semua fenomena atas 2 substantif yang berlainan dan tidak dapat dilunakkan yaitu materi/benda, hal dan kejadian yang dapat ditangkap langsung dengan pancaindera. Kesemuanya itu digambarkan sebagai realitas yang bertolak belakang. Tetapi kedudukannya menciptakan kehidupan di alam ini, ada kerjasama diantara kedua hakekat itu dalam diri manusia 2. Gagasan-gagasan pada filsuf pelopornya, interpretasi dari ajaran pokok Dualisme sebagai berikut: a. Bahwa realitas dunia terdiri atas: - Dunia yang disaksikan dengan panca indera dilihat sebagai yang berwujud - Dunia yang tidak dapat disaksikan panca indera tetapi dapat dipikirkan atau dunia ide-ide, ini disebut yang tak berwujud b.Bentuk hadir pada benda baik yang berwujud maupun yang tak berwujud tersebut, bahwa keduanya terikat satu sama lain, dan tidak dapat ada sendiri-sendiri c.Cogito Ergo Sum yang berarti saya berpikir maka saya ada, adalah landasan berpikir tentang konsep diri. Selain itu diperlukan pembuktian bahwa Tuhan ada diantaranya, ada alam spiritual dan alam material dan semuanya tersebut adalah hasil pengaruh mempengaruhi antara filsafat dan science

9

d. Substansi yang berpikir dan berkeluasaan digunakan istilah sensation dan reflection, dimana terjadinya tiap-tiap pengetahuan, tetapi sensation dimulai dahulu e. Ada dualisme dalam manusia, tetapi dualisme yang merupakan kesatuan, bukanlah dualisme yang paralel, kesatuan jiwa dan badan itu demikian eratnya, sehingga tidak ada suatu pengetahuan masuk ke dalam akal, jika tidak melalui badan (indera) lebih dahulu atau setelah diolah oleh budi 3. Dari uraian tersebut yang menunjukkan cara berpikir dari Plato, Aristoteles, Decrates, John Locke dan Thomas Hobbes adalah sistem filsafat yang berkenaan dengan dua substansi fenomena walaupun keduanya bertolak belakang dalam pengertiannya tetapi keduanya merupakan kesatuan 4. Dengan demikian metode berpikir dari dualisme ini ialah metode berpikir antara metode induksi dan deduksi yaitu metode berpikir logika. Metode berpikir logika ini adalah suatu cara berpikir yang mengemukakan alasan-alasan. Jika fakta-fakta yang digunakan dalam cara berpikir itu sebelumnya sudah dinyatakan benar, logika memperlihatkan kebenaran sesuatu cara berpikir dan kurang atau tidak memperdulikan kondisi psikologi yang mungkin menjadi sebab cara berpikir itu. Dalam filsafat ilmu yang dibahas adalah usaha pengembangan ilmu. Metodologi ilmu sosial dan ilmu alam sama, yang berbeda adalah tekniknya. Falsafah - Sebagai pembenaran apa yang disebut ilmu - Landasan timbulnya ilmu - Khusus di Indonesia, ilmu tunduk pada dan diberi dorongan oleh falsafah itu (Pancasila), Pancasila sebagai validator kebenaran ilmu (validator empirik) Ilmu

- Bertujuan mencapai generalisasi, artinya ilmu berlaku umum - Upaya manusia untuk mengungkapkan hal-hal yang sifatnya empirik

Budi Luhur -

Di atas akal, kita bisa menangkap hal-hal yang gaib Di Negara Barat, ilmu sudah melepaskan diri dari budi luhur ini Kemampuannya dalam hal-hal yang etis-normatif, sedangkan akal pada hal-hal yang empirikal nomologis Pada ilmu alam memberi bimbingan pada terapannya, sedangkan pada ilmu sosial juga membimbing dalam pembentukan sebab akibatnya.

10

Metodologi

- Rational proved (Berpikir deduktif) - Empirical proved (didasari pemikiran deduktif itu menuju ke arah generalisasi) Inti kontroversi etika dengan ilmu terletak pada: - Nomologis untuk dunia empirik - Normatif untuk dunia etika Sebagai manusia kita mempunyai dua komponen itu sekaligus, misalnya menyusun dunia empirik atas dasar sebab-akibat dan kita bisa hidup saling menghargai dengan bangsa-bangsa lain sesuai dengan aturan permainan yang diturunkan oleh Tuhan. - Di Indonesia tidak hanya social contract, tetapi juga merupakan petunjuk Ilahi  mementingkan akal dan juga budi luhur melalui intuisi Etika

- Di Barat merupakan social contract  mementingkan rasionalisme (Mencari keindahan tentang apa/siapa aku dan kamu)

Art

(Mengajarkan mana yang harus/ jangan, baik/buruk, dsb)  etika, value system

FALSAFAH (Theologi/Agama) Sain teoritis (Mencari jawab mengapa ……?)

Sain terapan (Mencari bagaimana menggunakan sesuatu)

Penemuan ilmu bersifat nomologis (semau sendiri), tetapi juga harus dikontrol secara normatif (nilai, aama, etika)

11

KEDUDUKAN ILMU o Ilmu merupakan belief system, artinya percaya ilmu itu benar. Mengapa ilmu tidak mencapai kebenaran mutlak? o Ilmu itu berlandaskan pada beberapa asumsi dasar yang tidak dapat dibuktikan, antara lain misalnya menganggap bahwa: - Dunia ini ada - Segala fenomena yang ada saling berhubungan satu sama lain - Indera yang menangkap fenomena-fenomena yang terjadi diasumsikan memiliki keutuhan dan kemampuan yang tinggi o Fenomena-fenomena yang ditangkap indera diabstraksikan menjadi konsep-konsep (pengertian-pengertian singkat yang menerangkan fenomena tersebut). Konsep ini nantinya harus berbentuk fakta (kenyataan yang mengandung 2 variabel yang menunjukkan hubungan sebab akibat). Variabel itu akan merupakan konsep, sehingga fakta ini akan terdiri dari konsep-konsep.

PENGUASAAN FILSAFAT ILMU o Penguasaan filsafat ilmu, yaitu teori pengetahuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan secara ilmiah, melalui kelima langkah pokok dan siklus empiris metode ilmiah, adalah kriteria untuk mengukur diri sendiri atau dalam mengevaluasi ilmuwan lain dalam ketangguhan integritas ilmunya, yaitu keutuhan wibawa akademik. o Terlihat dalam gambar dibawah ini, bahwa sesungguhnya setiap ilmuwan, praktis dalam setiap saat sudah dibekali empat lajur persepsi ilmiah serta benang merah sistematika kejelian dalam menghadapi masalah dan logika pendekatannya seperti ditayangkan dalam skema di bawah gambar.

12

STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH

1) IDE ABSTRAK

OBYEK SEBENARNYA

BENTUK PERNYATAAN

PENGETAHUAN ILMIAH

1) OBYEK MATERIAL 2)OBYEK FORMAL-PUSAT PERHATIAN

2) BENDA FISIS 3) JASAD HIDUP

1) DESKRIPSI

4) GEJALA ROHANI

2) PRESKRIPSI

5) PERISTIWA SOSIAL 6) PROSES TANDA

3) EKSPOSISI POLA 4) REKONSTRUKSI HISTORIS

RAGAM PROPOSISI

1) ASAS ILMIAH 2) KAIDAH ILMU 3) TEORI ILMIAH

CIRI POKOK

PEMBAGIAN SISTEMATIS

1) SISTEMATISASI 2) KEUMUMAN 3) RASIONALITAS 4) OBYEKTIVITAS 5) ERIFIABILITAS 6) KOMUNALITAS

13

POKOK SOAL DAN TITIK PUSAT MINAT DARI ILMU

ILMU

PENGETAHUAN

 

POKOK SOAL

TITIK PUSAT MINAT

 

SASARAN ILMU

14

A) EKONOMIK

DIMENSI

B) DIMENSI LINGUISTIK C) DIMENSI MATEMATIS D) DIMENSI POLITIK

1. CABANG ILMU

 DIMENSI ILMU

 

E) PSIKOLOGIS

DIMENSI

F) DIMENSI SOSIOLOGIS

2. PENGETAHUAN REFLEKTIFABSTRAK

3. ASPEK REALITAS

A) DIMENSI FILSAFAT B) DIMENSI LOGIS

A) KEBUDAYAAN

DIMENSI

B) DIMENSI SEJARAH C) DIMENSI KEMANUSIAAN D) REKREASI

DIMENSI

E) DIMENSI SISTEM F) DIMENSI LAINNYA

15

ESEI ARGUMENTASI

Evidensi-n KERANGKA

Premis-3

Pengujian Hipotesis (4)

Penarikan Kesimpulan (5)

SIKLUS

Perumusan Hipotesis (3)

EMPIRIK

k si Dedu si eren h o K

Induksi-Korespondensi

Premis-2

Dedu Koh ksi eren si

Evidensi-3

ARGUMENTASI DUKUNGAN DASAR TEORITIS

LITERATUR ILMU PENGETAHUAN

Penetapan Masalah (1)

Diterima

Sumbangan Pragmatis

Premis-1

Evidensi-1

Evidensi-2

Teori Baru Premis Baru

Premis-n Sumbangan Korektif

Ditolak

PEMIKIRAN (2)

Gambar 1. Lima Langkah pokok dalam Tahap Metode Ilmiah (1) Penetapan Masalah, (2) Kerangka Pemikiran & Premis (3) Perumusan Hipotesis, (4) Pengujian Hipotesis dan (5) Penarikan Kesimpulan Dalam Siklus Empiris Metode Ilmiah

16

EMPAT LAJUR PERSEPSI ILMIAH

1

2

3

4

PEKA-TANGGAP LINGKUNGAN

IDENTIFIKASI MASALAH

IMPLIKASI AKIBAT

MANFAAT PENELITIAN

1. Rumuskan eksplisit masing-masing aspek masalah

1. Dimensi dan intensitas kerugian atau dampak negatif

1. Berupa saran berdasarkan kesimpulan hasil penelitian

2. Potensi ancaman atau bahaya, misalnya kelemahan dasar hukum bagi salah satu unsur ipoleksosbudhankamnas

2. Yang bernilai manfaat praktis

1. Apa yang sedang berlangsung 2. Apakah ada yang menyimpang 3. Dari segi apa 4. Dalam dimensi apa 5. Apa yakin berupa masalah aktual dan masih relevan 6. Apa kata literatur dan pakar 7. Catat eksplisit evidensi ilmiah yang masih berlaku

2. Jumlah dan jenis variabel atau faktor yang terlibat 3. Hubungan fungsional antar faktor

3. Lain-lain

S K E M A “BENANG MERAH” SISTEMATIKA KEJELIAN ILMUWAN DALAM MENGHADAPI MASALAH DAN LOGIKA PENDEKATANNYA

3. Yang bernilai sumbangan ilmiah 1) Informasi baru 2) Modifikasi atau metode baru 3) Teori baru 4) Peluang penelitian baru

17

o Filsafat dan etika dalam penelitian ilmiah tidak terpisahkan satu sama lain. Khususnya filsafat ilmu terfokus kepada pengkajian mengenai proses diperolehnya pengetahuan secara ilmiah, sehingga menjadi ilmu pengetahuan yang memenuhi validitas. Sedang etika mencurahkan perhatiannya dari segi normatif ketika peneliti berproses dalam kegiatan pelaksanaan penelitian. o Dalam membahas filsafat dan etika penelitian, pemahaman tentang filsafat ilmu dan metode ilmu serta kaidahkaidahnya tidak dapat dihindarkan. Demikian pula dengan latar belakang apa yang disebut dengan pengertian pengetahuan pra-ilmiah dan pengetahuan ilmiah beserta karakteristiknya. Kemudian apa langkah-langkah pokok metode ilmiah dan bagaimana urutannya, sehingga etika penelitian tersebut dapat dihayati fungsinya dalam mendampingi peneliti ketika berproses dalam kegiatan operasional penelitian. o Fokus perhatian etika penelitian terarah kepada kejujuran apresiasi bahwa ilmu itu tidak dapat dinilai dengan halaman kosong, yang berarti bertitik tolak dari seperangkat evidensi ilmiah hasil penelitian para pakar ilmiah terdahulu dalam disiplin ilmu yang bersangkutan terkait dengan masalah yang serupa. Oleh karena itu secara jujur harus disebut nama tokohnya, tahun pernyataannya, dan secara esensial kesimpulan yang ditariknya. Dengan demikian, peneliti (sekarang) dalam penetapan masalahnya akan memperoleh konfirmasi apakah fenomena yang dijumpainya itu pasti masih merupakan masalah yang actual dan relevan o Etika penelitian mengingatkan peneliti kepada ketaatan apa yang dituntut oleh filsafat ilmu dan metode ilmiah. Hal ini mencakup konsekuensi menganut sistematika tertentu beserta urutan penempatan unsur-unsurnya,sejalan dengan langkah-langkah pokok metode ilmiah. o Konsekuensi langkah pokok kedua ialah menyusun kerangka pemikiran yang diakhiri dengan penyajian premispremis. Hal ini merupakan kewajiban bahwa dalam rangka memberi jawaban terhadap masalah yang dihadapi harus bertitik tolak dari landasan teoritis yang kuat. Dan untuk itu peneliti berpaling kepada serangkaian teori yang tersedia, antara lain berupa evidensi ilmiah hasil penelitian para pakar ilmiah terdahulu, yang kebenarannya telah teruji dan sementara itu belum pernah ada yang membantahnya. o Langkah pokok ketiga adalah penyusunan hipotesis. Hal ini memenuhi konsekuensi logika berpikir yang dianut oleh metode ilmiah. Dalam hal ini logika berpikir induktif, yaitu mengambil kesimpulan khusus (yang berupa hipotesis) dari yang bersifat umum yang bersumber kepada premis-premis yang telah disusun. Hipotesis yang dirumuskan memiliki kepastian, bahkan kebenaran tautologies (kebenaran yang berlebihan). Kepastian kebenaran tersebut memenuhi teori koherensi, yaitu kebenaran yang melekat pada premis 18 sebagai sumber informasi, dan hipotesis yang disimpulkannya.

o Langkah keempat adalah pengujian hipotesis. Secara konsisten data dianalisis apa adanya, sesuai dengan metode yang telah ditetapkan. Kemudian dikelompokkan mana yang mendukung hipotesis, dan mana yang tidak menunjang. Berdasarkan hal tersebut maka diambil kesimpulan hipotesis mana yang dapat diterima, dan mana yang ditolak seluruhnya atau sebagian. Untuk hipotesis yang ditolak mesti dicari apa penyebabnya dan mengapa ini terjadi. Jadi sama sekali tidak dibenarkan seandainya hipotesis meleset, maka menyesuaikan dengan data pendukungnya. o Langkah pokok kelima adalah penarikan kesimpulan. Secara konsisten kesimpulan harus didasarkan atas hasil pengujian hipotesis dan hasil interpretasi yang dilakukan, artinya tidak mengikuti kehendak bagaimana seharusnya, melainkan apa adanya menurut data dan informasi yang diperoleh. Sebagai konsekuensi logis, pertama harus ditarik kesimpulan yang merupakan generalisasi seluruh penelitian, yang dimanfaatkan sebagai kesiimpulan umum. Setelah itu dibuat kesimpulan-kesimpulan khusus sebagai penjabaran kuantitatif dari kesimpulan umum yang bersifat kualitatif. Selanjutnya diakhiri dengan saran-saran atau rekomendasi konsisten dengan tujuan fungsional penelitian, yaitu mencapai nilai manfaat praktis berupa rekomendasi operasional yang dapat dilaksanakan, dan saran-saran kongkrit berupa penelitian sebagai tindak lanjut apa yang tidak sempat disentuh atau masalah baru yang berkembang selama penelitian. Teori baru sebagai implikasi nilai sumbangan hipotesis yang diterima, beserta hipotesis baru yang dikembangkan inheren penelitian yang disarankan, keduanya merupakan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu. o Dengan mengindahkan kaidah-kaidah yang dituntut oleh filsafat ilmu dan metode ilmiah, sebagaimana diuraikan tersebut, maka hasil penelitian yang dicapai selain berkat disiplin yang ketat dengan penuh kejujuran, maka validitas ilmiahnya terjamin, sehingga layak untuk dikomunikasikan kepada masyarakat ilmiah dan masyarakat konsumen yang berkepentingan, dalam rangka memenuhi fungsi sosialisasi ilmu.

19

Related Documents

Filsafat Ilmu
June 2020 47
Filsafat Ilmu
June 2020 51
Filsafat Ilmu
July 2020 66
Filsafat Ilmu
May 2020 48
Makalah Filsafat Ilmu
June 2020 44

More Documents from ""