Filsafat Bagi Kehidupan.docx

  • Uploaded by: Citra Anhar
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Filsafat Bagi Kehidupan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,029
  • Pages: 22
Filsafat Bagi Kehidupan Manusia Posted by: Qyu.Qhiey on: November 30, 2010  

In: Kurikulum dan Teknologi Pendidikan 15 Comments

1. A. LATAR BELAKANG

Ketika seseorang mendengar kata “filsafat”, seringkali yang terbayang adalah sesuatu yang aneh, angker, absurd, atau membingungkan. Filsafat seringkali dikaitkan dengan model-model pemikiran yang rumit, penuh digenangi dengan istilah-istilah yang khas, bersifat abstrak, sehingga sulit dipahami. Ada anggapan bahwa pemikiran filsafat berada di langit yang menjulang tinggi, seperti juga sekelompok orang yang berada di menara gading. Ya. Filsafat kadang-kadang dilabelkan sebagai suatu bentuk elitisme intelektual. Anggapan-anggapan yang seperti itu bisa jadi memang bersumber dari suatu kesalahpahaman orang terhadap filsafat itu sendiri. Filsafat oleh para pembelanya sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan. Filsafat mengklaim hendak merengkuh kedalaman realitas sehingga tuntas tak tersisa. Persoalan ketegangan pembentukan citra terhadap filsafat ini mungkin memang tak akan pernah berakhir. Akan tetapi, ada satu hal yang sebenarnya cukup menarik dan bersifat mendasar berhubungan dengan hal ini, yakni pertanyaan mengapa kita (harus) berfilsafat? Apa kekhasan corak berpikir filsafati sehingga ada orang-orang yang sabar dan tekun masuk dalam model pemikiran ini? Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, sebenarnya secara tidak langsung orang yang ditanya—dan juga diri kita—sudah diajak berfilsafat. Berfilsafat dalam pengertian yang paling sederhana, yakni dalam konteks ini, adalah usaha merumuskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar perihal sesuatu hal.

Filsafat, menurut arti kata yang sebenarnya, adalah cinta akan kebijaksanaan, dan karena itu filsafat seharusnya lebih dilihat sebagai pandangan hidup: bagaimana seorang manusia memandang dunianya, berpikir dan memahami dunia dan lingkungannya, dan bagaimana ia menata hidupnya dalam dan bersama dengan dunianya. Filsafat juga dilihat sebagai ilmu yang membutuhkan refleksi dan pemikiran sistematis-metodis dengan secara aktif menggunakan intelek dan rasio kita. Namun filsafat sebagai pandangan hidup dan sebagai ilmu tidak terpisah satu sama lain, melainkan berkaitan sangat erat, malahan saling memuat dan mencakupi melalui karya rasional yang abstrak-spekulatif namun berpijak pada alam kosmis yang konkret dan riil ini.

Lewat berpikir dan berefleksi, kita sebenarnya mengonfrontasikan diri dengan lingkungan-dunia dan bagaimana kita memandang dan memahami diri kita. Kaitan erat antara filsafat sebagai pandangan hidup dan sebagai ilmu dapat kita lihat dalam biografi setiap filsuf dalam setiap era berpikir manusia. Saya hanya menyebut beberapa nama yang secara eksplisit berbicara tentang pokok ini, terutama kaitan erat antara ‘berpikir’ dengan kehidupan konkret – hidup dan estetika, kehidupan praktis-konkret. Di sini kita bisa melihat bagaimana filsafat langsung berhubungan dengan pembentukan sikap, kepribadian dan transendensi serta transformasi diri manusia. Oleh sebab itu makalah ini diberi judul “Menghalau Kemelut Hidup Dengan Filsafat.” 1. B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah : 1. 2. 3. 4.

Pentingnya Filsafat Bagi Kehidupan Hakikat Manusia Filsafat Manusia Menghalau kemelut hidup dengan filsafat

1. C. TUJUAN PENULISAN Makalah ini disusun agar kita bisa memahami bagaimana pentingnya filsafat dalam kehidupan agar bisa menghalau kemelut hidup dan sebagai salah satu tugas mid semester mata kuliah filsafat pendidikan.

1. D. MANFAAT PENULISAN Manfaaat dari penulisan ini adalah kita dapat menambah wawasan tentang filsafat kehidupan sehingga bisa menghalau kemel;ut hidup yang sering datang dalam kehidupan.

BAB II PEMBAHASAN

1. 1. Pentingnya Filsafat Bagi Kehidupan

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom). Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satusatunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalamdalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan ‘nation’, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan. Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).

1. 2. Hakikat Manusia Hakekat manusia adalah sebagai berikut : a. Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. 1. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati 1. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001). Bagi Iqbal ego adalah bersifat bebas unifed dan immoratal dengan dapat diketahui secara pasti tidak sekedar pengandaian logis. Pendapat tersebut adalah membantah tesis yang dikemukanakn oleh Kant yang mengatakan bahwa diri bebas dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman konkit namun secara logis harus dapat dijatikan postulas bagi kepentingan moral. Hal ini dikarenakan moral manusia tidak masuk akal bila kehidupan manusia yang tidak bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. Iqbal memaparkan pemikiran ego terbagi menjadi tiga macam pantheisme, empirisme dan rasionalisme. Pantheisme memandang ego manusia sebagai non eksistensi dimana eksistensi sebenarnya adalah ego absolut. Tetapi bagi Iqabal bahwa ego manusia adalah nyata, hal tersebut dikarenakan manusia berfikir dan manusia bertindak membuktikan bahwa aku ada.

Empirisme memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar penanaman yang real adalah pengalaman. Benak manusia dalam pandangan ini adalah bagaikan pangging teater bagai pengalaman yang silih berganti. Iqbal menolak empirisme orang yang tidak dapat menyangkal tentang yang menyatukan pengalaman. Iqbal juga menolak rasionalisme ego yang diperoleh memlalui penalaran dubium methodicum (semuanya bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat diketahui dengan menggunakan intuisi. Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya adalah berupa aktivitas kehendak. Baginya hidup adalah kehendak kreatif yang bertujuan yang bergearak pada satu arah. Kehendak itu harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia kehendak bebas dan berkreatif. (Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001) Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada kotauhid hakekat manusai dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara aktual. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999) Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak dapat dilepaskan dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu dikaitkan dengan dunia dimana ia berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat tersendiri, dikarenakan manusia dapat mempersepsinya kenyataan diluar dirinya sekaligus mempersepsikan keberadaan didalam dirinya sendiri. Manusia dalam kehadirannya tidak pernah terpisah dari dunidan hungungganya dengan dunia manusia bersifat unik. Status unik manusia dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasistasnya dapat mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan orientasi manusia terhdap dunia. Dari sini memunculkan kesadaran atau tindakan otentik, dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi penjelasan manusia didunia.

Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas serta kemapuan pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia sebagaiu suatu proses dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu. Manusia memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat dalam proses sejarah dengan cara untuk menjadi lebih. (Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004) Manusia dalam konsep al Quran mengunakan kensep filosofis, seperti halnya dalam proses kejadian adam mengunakan bahasa metaforis filosofis yang penuh makna dan simbol. Kejadian manusia yakni esensi kudrat ruhaniah dan atributnya, sebagaimana dilukiskan dalam kisah adam dapat diredusir menjadi rumus.

1. 3. Filsafat manusia Ruang lingkup filsafat manusia dan metodenya pertama-tama mencoba memahami filsafat manusia dengan menjelaskan objek material dan objek formalnya, menjelaskan persamaan, perbedaan dan hubungan antara filsafat manusia dengan berbagai ilmu tentang manusia lain lalu baru disampaikan metode-metode dalam filsafat manusia. Pejajaran pertama yaitu tentang corak dan berbagai aliran dalam filsafat manusia dibagi atas:       

Corak pemikiran manusia dalam filsafat manusia Berbagai aliran dalam filsafat manusia Pembahasan tentang tesis-tesis tentang manusia dan gambaran manusia seutuhnya Dimensi kejasmanian dan kerohanian antara lain membahas tentang: Manusia sebagai makhluk yang memiliki struktur fisik (tubuh) Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal budi (jiwa) Manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi roh Pandangan banyak filsuf terhadap bagaimana hubungan aspek kejasmanian dan kerohanian di dalam diri perorangan.

Kita tahu bahwa manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu filsafat manusia juga membahas tentang dimensi sosialitas dan keunikan manusia. Pembahasannya dibagi atas beberapa lingkup yaitu:     

Sosialitas manusia Manusia sebagai makhluk sosial Manusia sebagai pribadi (subjek otonom) Manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat Pandangan tentang sosialitas dan keunikan manusia serta prinsip dasar dalam pengaplikasiannya

Manusia, katakanlah saya atau Anda pasti memiliki corak pemikiran sendiri sesuai dengan pengalaman dan watak masing-masing. Inilah yang dapat disebut ideal menurut diri sendiri. Dari sini pembahasan filsafat manusia juga tidak lepas dari pembahasan manusia sebagai makhluk yang memiliki idealisme. Sejak zaman Rousseau, demokrasi, liberal, dan perkembangannya membawa dampak pendiskusian mendalam tentang kebebasan dan tanggung jawab pada manusia, meski pun isu kebebasan dan tanggung jawab sebenarnya seharusnya sudah ada sejak beberapa ribu tahun yang lalu, namun pembahasannya baru serius tampaknya sejak Rousseau, di sini filsafat juga berperan dalam masalah filosofis tentang kebebasan dan tanggung jawab. 1. 4. Manfaat Filsafat Bagi Kehidupan Dengan befikir filsafat, kita dapat mengatasi kemelut hidup. Hal ini dapat terjadi karena dengan memahami apa itu filsafat, maka kita dapat menggunakannya atau menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mengarah kepada jalur yang tidak pernah diharapkan sebelumnya.

Beragam masalah di Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan teknis, seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan teknologi teknis, ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah tersebut bisa selesai dengan sendirinya, jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup, apapun profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan yang menggairahkan. Filsafat timbul karena kodrat manusia. Manusia mengerti bahwa hidupnya tergantung dari pengetahuannya. Pengetahuan itu digunakan untuk menyembpurnakan kehidupannya. Karena konsekuensi dari pandangan filsafat itu sangat penting dan menentukan sikap orang terhadap dirinya sendri, terhadap orang lain, dunia, dan tuhannya. Tingkah laku manusia berlainan sekali dengan tingkah laku hewan, manusia adalah merdeka,ia dapat mengerti, menciptakan kebudayaan, ilmu pengetahuan.

Filsafat itu berhubungan erat dengan sikap orang dan pandangan hidup manusia, justru karena filsafat mempersoalkan dan menanyakan sebab – sebab ya ng terakhir dari kesmua yang ada.

Apabila filsafat dijadikan suatu ajaran hidup maka ini berarti bahwa orang mengharapkan dari filsafat itu dasar – dasar ilmiah yang dibutuhkannya nuntuk hidup. Filsafat diharapkan memberikan petunjuk – petunjuk tentang bagaimana kita harus hidup untuk menjadi manusia sempurna, baik, susila dan bahagia.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. Kehendak itu harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia kehendak bebas dan berkreatif.

Beragam masalah di Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan teknis, seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan teknologi teknis, ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah tersebut bisa selesai dengan sendirinya, jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup, apapun profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan yang menggairahkan.

Peranan Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Kehidupan Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu

pengetahuan”

telah

tumbuh

mekar-bercabang

secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran

masing-masing

bidang.

Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris

ke

logosentris

dalam

berbagai

segmentasi

kehidupan.

Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses demitologisasi menuju gerakan logosentrisme . Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme , empirisme dan positivisme yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini saya akan membahas beberapa masalah, antara lain: 1. Pengertian, Definisi, Aspek pada Filsafat 2. Ciri – ciri kefilsafatan 3. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia 4. Peranan Filsafat Ilmu Pengetahuan bagi Pemgembangan Sumber Daya Manusia

1.3 Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengertian, definisi, aspek pada Filsafat 2. Mengetahui ciri – ciri kefilsafatan 3. Mengetahui pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia

4. Mengetahui peranan Filsafat Ilmu Pengetahuan bagi Pemgembangan Sumber Daya Manusia

BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Filsafat Problem identifikasi untuk memberikan pengertian dalam khazanah intelektual seringkali melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan. Hampir dalam setiap diskusi berbagai ilmu seringkali terdapat penjelasan – penjelasan pengertian yang tidak jarang memunculkan pengertianpengertian yang beragam. Keberagaman pengertian ini disebabkan berbagai arah sudut pandang dan focus yang berbeda-beda diantara para pakar dalam memberikan identifikasi . Dan ini merupakan sebuah kemakluman sebab kajian ilmu adalah kajian abstraksi konseptual maka sangat dimungkinkan masingmasing subyek (para pemikir ) memiliki perbedaan dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau proses menemukan makna dalam sebuah kajian keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi acuan bagi pemikir untuk menentukan sebuah tolok ukur kebenaran dari asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya tersebut. Arti bahasa: Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (semantic) adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi juga dikenal di Indonesia dalam maknanya yang cukup luas dan sering digunakan oleh semua kalangan.. Ada juga yang mengurainya dengan kata philare atau philo yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai

dan

cinta

pada

kabijakan

.

Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis , mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.

Arti istilah : Sejumlah literatur mengungkapkan, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Kemudian, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya. Menurut sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan,

terus menerus

mengembangkan

penalarannya

untuk

mendapatkan

kebenaran.

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks. Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat “filsafat tentang” sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan (akhirat), tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk: Pertama, filsafat tentang pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan (“episteme”) dan kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan, obyek materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat), metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material : kebaikan dan keindahan,etika; dan estetika; Keempat . sejarah filsafat; menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian . Jika dikelompokkan secara kerakterisitik cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep pokok yakni persoalan filsafat bercorak sangat umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris, dan menyangkut masalah-masalah asasi. Kemudian Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1) Filsafat adalah berpikir secara kritis. 2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis. 3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.

4) Filsafat adalah berpikir secara rasional. 5) Filsafat bersifat komprehensif. Jadi berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara kritis, sistematis,tertib,rasional dan komprehensip.

2.2 Definisi Filsafat Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu. Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu. • Robert Ackerman : Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek

ilmiah

secara

aktual.

• Lewis White Beck : Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan • Cornelius Benjamin : Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual. • Michael V. : Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah. • May Brodbeck : Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu. • Peter Caws :Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal

yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan. • Stephen R. Toulmin : Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.

Dari paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah 2) sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah 3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah 4) sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan ilmiah

2.3 Ciri – Ciri Berfikir Kefilsafatan Berpikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari bidang ilmu lain. Beberapa ciri berpikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Radikal artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan. 2. Universal artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jaspers terletak pada aspek keumumannya. 3. Konseptual artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya : Apakah seni itu? Apakah keindahan itu? 4. Koheren dan konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. 5. Sistematik artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu. 6. Komprehensif artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. 7. Bebas artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.

8. Bertanggungjawab artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri. Kedelapan ciri berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat cenderung berbeda dengan ciri berpikir ilmuilmu lainnya, sekaligus menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang keilmuan yang netral terutama ciri ketujuh[1].

2.4 Objek Material dan Objek Formal Filsafat Ilmu Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya

secara

umum.

Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu. Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat. Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran” (versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”), “obyektivitas” (versus “subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebabmusabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu . Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.

2.5 Aspek Filsafat Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam mempelajari Falsafah Ilmu Pengetahuan: Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi 2.5.1 Pengertian ONTOLOGI Ontologi : merupakan hakekat atau dasar dari pengetahuan yang dikaji. Ontologi adalah salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat Istilah

konkret. istilah

terpenting

1. yang-ada (being) 2. kenyataan/realitas (reality) 3. eksistensi (existence) 4. esensi (essence) 5. substansi (substance) 6. perubahan (change) 7. tunggal (one) 8. jamak (many)

yang

terkait

dengan

ontologi

adalah:

2.5.2 Pengertian EPISTOMOLOGI Epistemologi merupakan bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar. Epistomologi meliputi beberapa hal tentang bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan dengan benar. 1. Apakah itu pengetahuan? 2. Bagaimana pengetahuan itu kita dapatkan? 3. Apa yang orang lain ketahui? 4. Bagaimana kita tahu apa yang telah kita ketahui? 2.5.3 Pengertian AKSIOLOGI Aksiologi merupakan nilai kegunaan dari ilmu itu sendiri. Aksiologi mencakup tentang nilai guna dari ilmu itu sendiri. 1. Nilai guna (kegunaan dari suatu ilmu pengetahuan) 2. Etika (baik buruknya suatu ilmu pengetahuan baik bagi diri sendiri maupun orang lain) 3. Estetika (melihat kebagusan/kejelekan dari suatu ilmu pengetahuan berdasarkan dari pengamatan indra)

2.6 Sumber Pengetahuan 2.6.1 Indera Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata); indera pendengaran (telinga); indera penciuman (hidung); indera perasa (lidah); dan indera peraba (kulit). Tetapi mengandalkan pengetahuan semata-mata kepada indera jelas tidak mencukupi. Dalam banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukkan ke dalam air terlihat bengkok, padahal sebelumnya lurus. Benda yang jauh terlihat lebih kecil, padahal ukuran sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak

bisa kita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita bermasalah, sedang sakit atau sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan indera untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. 2.6.2 Akal Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam kepala, yakni otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuannya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus mengaitkannya dengan kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong, atau kucing-kucingan. Akal mengetahui sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori atau ide yang inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita memikirkan sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai oleh kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas, kualitas, relasi, waktu, tempat, dan keadaan. Pengetahuan yang diperoleh dengan akal bersifat rasional, logis, atau masuk akal. Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan lainnya, atau keyakinan bahwa akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, disebut aliran rasionalisme, dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis. Seorang rasionalis umumnya mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera sebagai semu, palsu, dan menipu. 2.6.3 Hati atau Intuisi Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalanjalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam. Intuisi disebut juga ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu saja secara tiba-tiba, namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang, melainkan hanya kepada orang yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai suatu masalah. Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami kemacetan, lalu ia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, pada saat itulah intuisi berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering disebut supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio, dan hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal namun menemui jalan buntu.

Kecenderungan akal untuk selalu melakukan generalisasi (meng-umumkan) dan spatialisasi (meruang-ruangkan) membuatnya tidak akan mengerti keunikan-keunikan dari kejadian sehari-hari. Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman eksistensial, yakni pengalaman riil manusia seperti yang dirasakan langsung, bukan lewat konsepsi akal. Akal tidak bisa mengetahui rasa cinta, hatilah yang merasakannya. Bagi akal, satu jam di rutan salemba dan satu jam di pantai carita adalah sama, tapi bagi orang yang mengalaminya bisa sangat berbeda. Hati juga bisa merasakan pengalaman religius, berhubungan dengan Tuhan atau makhluk-makhluk gaib lainnya, dan juga pengalaman menyatu dengan alam.

BAB III Pengembangan Sumber Daya Manusia 3.1 Pengertian Menurut Hillary Clinton di dalam bukunya IT TAKERS A VELLAGE (1996) tak kala ia menyatakan bahwa seorang anak adalah produk orang sekampung. Pada dasarnya lingkungan adalah sumber daya alam antara manusia dan lingkungannya terjadi interaksi. Sedangkan menurut Stahri eclmends dan Jhon Lecky dalam Eviron Mental Administration 1993), dalam hubungan itu ada dua yang penting adalah terjadi silus pendukung kehidupan atau “life support” dan terjadi dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan atau “man’s inpact on invironment”. Kedua hal ini menjadi beban lingkungan , sehingga pada suatu saat daya dukung lingkungan terhadap beban itu mendekati ambang batas menjadi nol. Semua itu disebabkan karena kemerosotan daya dukung lingkungan itu. Untuk Indonesia digambarkan secara amat dramatis oleh MT ZENDI dalam bukunya kelesterian lingkungan hidup (1979). Sumber daya manusia (Human Receuces) adalah the people who ready, welliang, and able to contribute to organization goods, demikian Wellian B Werther dan Keith Davis dalam human resurces and personal management (1996-596) sudah barang tentu, yang dimaksud dengan organisasi dalam “organizational goods” bukan saja industri atau perusahaan, tetapi juga organisasi diberbagai bidang politik pemerintahan, hokum, social budaya lingkungan dan sebagainya. Dalam pengembangasn sumber daya manusia ada dua sisi pokok, yaitu sisi Sumber daya dan sisi manusia, dimensi pokok sisi sumber daya adalah konstribusinya terhadap organisasi dan lingkungannya, sedangkan sisi pokok manusia adalah perlakuan lingkungan dan organisasi

terhadapnya, yang pada gilirannya menentukan kualitas dan kapabilitas hidupnya. Hal ini digambarkan oleh Robert B lake dan Jane Mouton dalam teori manajemen ((managerial grid theori, reft, Keith Davis dan Jhon W. Newstron human Behavior at work, organizational Behavion 1985, 29). Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa kualitas manusia dapat merosot atau menurun yang disebabkan oleh sesuatu kekuatan baik internal maupun eksternal. Dalam perkembangan dan penemuan ilmu Pengetahuan mempunyai nilai pembentukan, nilai itu sangat dopengaruhi oleh penggunaan temuan (cration invention) ilmu pengetahuan itu disebut Tehnologi The brauch of knowledge tahat deals weth industrial arts, applied science, Ingineering, etg, the application of knowledge for pragtical ends) sejarah membuktikan bahwa teknologi tidak pernah susut atau surut, selain semakin pesat perkembangannya juga semakin tinggi dari teknologi alat sampai pada bioteknologi. Perkembangan atau pertumbuhan ekonomi saat ini masih tergantung pada sumber daya alam seperti mineral, hutan, perkebunan besar, lahan pertanian dan industri pengelola sumber daya alam. Kemampuan sumber daya alam dengan peningkatan kebutuhan manusia yang menjadi beban pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan kemampuan sumber alam tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk akibatnya banyak Negara-negara yang merosot akibat ulahnya sendiri. Dewasa ini sejumlah Negara-negara dikawasan dunia ini khidupan Negara yang bersangkutan nyaris tidak memiliki sumber daya alam. Hal diakibatkan kualitas sumber daya alamnya rendah. Sumber daya manusia berkualitas tinggi adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komperatif tetapi juga nilai kompetitif-generatif-inovatif yang menggunakan energi yang tinggi seperti Integence, Creativity dan Imagination, tidak lagi semata-mata menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan, air, tenaga otot dan sebagainya.

Nilai sumber daya manusia sepanjang sejarah mengalami beberapa pase perkembangan sebagai berikut : 1. Sumber daya manusia sebagai budak,pembudayaan dapat dipahami sebagai perbudakan structural dan perbudakan non structural, jika dimensi hak dan kewajiban digunakan sebagai parameter sumber daya manusia, maka dalam kondisi sebagai budak (perbudakan) kewajiban sumber daya manusia penuh sementara haknya nol. 2. Sumber daya manusia sebagai beban, Status sumber daya manusia sebagai beban dialami terutama oleh Negara berkembang atau yang baru saja merdeka dari penjajahan atau bebas dari perbudakan. 3. Sumber daya manusia sebagai potensi, kondisi sumber daya manusia sebagai potensi dialami terutama oleh Negara yang melancarkan program diklat besar-besaran, Sumber daya manusia

potesial memiliki keterampilan dan keahlian tertentu menumbuhkan lapangan kerja yang sesuai dengan hidupnya.

3.2 Peranan Filsafat Ilmu dengan pengembangan sumber daya manusia Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap karena manusia mampu berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Manusia mampu mekomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut. Perkembangan Ilmu Pengetahuan masyarakat akan menentukan perkembangan kehidupan masyarakat yang bersangkutan, artinya masyrakat engan ilmu pengetahuan yang masih sederhana tingkat perkembangannya tidak akan secepat dan sebaik dengan masyarakat yang tingkat perkembangannya ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang lebih maju. Pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia ternyata merupakan kekuatan yang sangat dominant dalam menentukan perkembangan masyarakat. Kegiatan manusia untuk mengembangkan dirinya dan menemukan pengetahuan yang benar adalah sesuatu yang mutlak dilakukan karena manusia selalu berpikir. Namun setiap manusia berbeda cara berpikirnya untuk menemukan suatu kebanaran yang hakiki. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang dikatakan criteria kebanaran. Dari criteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut, penalaran merupakan suatu penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penaralaran mempunyai criteria kebanarannya masing-masing. Manusia pada hakekatnya nmerupakan mahluk yang berpikir, merasa bersikap dan bertindak, sikap dan tindakannya bersumber dari pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan berpikir dan dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan sember bagi setiap orang atau diri seseorang. Dari uraian tesebut diatas maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi cara bepikir seseorang maka otomatis pengembangan yang ada pada diri seseorang semakin tinggi pula dengan kata lain

peranan ilmu atau filsafat ilmu terrhadap pemgembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya atau saling ketergantungan. Karena sumber daya manusia yang tinggi tergantung dari pemikiran-pemikiran atau ilmu yang dimiliki manusia. Manusia mengembangkan pengetahuan, dari pengetahuannya itu muncul daya pikir bagaimana mengatasi kebutuhan dan kelangsunga hidup. Jadi potensi yang dimiliki seseorang menjadi penentu kehidupan pada dirinya. Sehingga peranan filsafat ilmu terhadap pengembangan sumber daya manusia saling berkaitan satu sama lain.

BAB IV Kesimpulan

Dalam beberapa ulasan di atas, dapat saya simpulkan bahwa merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep- konsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dalam menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis. ,secara epistemologis dan tinjauan ilmu secara aksiologis. Selain uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi cara bepikir seseorang maka otomatis pengembangan yang ada pada diri seseorang semakin tinggi pula dengan kata lain peranan ilmu atau filsafat ilmu terrhadap pemgembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya atau saling ketergantungan. Karena sumber daya manusia yang tinggi tergantung dari pemikiranpemikiran atau ilmu yang dimiliki manusia.

Related Documents

Filsafat
November 2019 56
Filsafat
June 2020 38
Filsafat
December 2019 60
Filsafat
August 2019 58
Filsafat
June 2020 32

More Documents from ""

Presentasi Sekretaris
June 2020 25
Asf.docx
November 2019 42
Klasifikasi Arsip 2017.pdf
December 2019 39