Filosofi Uang

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Filosofi Uang as PDF for free.

More details

  • Words: 602
  • Pages: 2
filosofi uang filosofi seseorang mengenai uang, berbeda antara satu dengan lainnya. ada yang menganggap uang sebagai tujuan, dan ada yang menganggap uang tidak lebih dari alat untuk mencapai tujuan itu sendiri baca dan renungkan kisah ini : mbok iyem sudah meninggalkan peraduannya, pada saat orang lain masih terlelap bersama mimpi. sejurus kemudian mbok iyem bersama rekan seprofesinya, sudah berada di mobil pick up menuju pasar induk. kantuk yang belum juga mau beranjak, ditambah lagi dengan udara dingin yang menerpa wajahnya, seiring laju mobil, yang dengan leluasa memacu kecepatannya. semakin menambah guratan di wajahnya, yang sudah sangat jarang bertemu dengan bedak. masih dengan kendaraan yang sama, tiga jam kemudian ia sudah tiba kembali, di muka jalan menuju rumahnya, pada saat itu pun belum banyak orang yang rela meninggalkan kehangatan selimutnya, namun sayup-sayup telah terdengar suara orang mengumandangkan adzan shubuh. belum waktunya bagi mbok iyem untuk beristirahat, kegiatan selanjutnya adalah menyortir belanjaannya, memasukkan ke dalam plastik, dan menyusunnya di gerobak sayur. hingga akhirnya, gerobak itu menyusuri jalan-jalan di komplek perumahan. ketika matahari telah menampakkan wajahnya, mulailah mbok iyem menjual barang dagangannya kepada para pelanggannya. dan ia baru tiba di rumah setelah jam dua siang. karena hampir tidak pernah sempat untuk memasak, maka mbok iyem lebih sering membeli makan siang dan makan malamnya dari warung langganannya, mbok iyem tidak direpotkan dengan masalah ini, karena ia tinggal seorang diri, anak-anak dan suaminya tinggal di kampung. tidak hanya mbok iyem yang 'diperbudak' oleh uang, masih terlalu banyak orang seperti itu, mbok iyem misalnya, mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk dikirimkan ke kampung, sebagai biaya pendidikan ketiga anaknya, hampir tidak ada yang digunakan untuk kepentingan pribadinya. mbok iyem adalah contoh seseorang yang menganggap uang sebagai tujuan semata, baginya belum pantas menikmati kebahagiaan, kebahagiaannya saat ini hanyalah ketika ia bisa mengirimkan uang ke kampung dan anak-anaknya tetap bisa bersekolah. agar mereka mendapatkan pendidikan yang baik, lalu mencari pekerjaan yang �baik� dan �aman�. hal ini merupakan (maaf) pola pikir seseorang yang senantiasa merasa kekurangan. lain halnya dengan haji maksum, hasil menabung puluhan tahun, dari keuntungan jual beli hewan ternak, ia investasikan ke dalam berbagai kegiatan usaha, sebagian oleh haji maksum dijadikan beberapa petak rumah kontrakan, sebagian lainnya ia belikan angkot (angkutan perkotaan). saat ini hampir tidak pernah kakek dari tujuh belas orang cucu ini meninggalkan rumah, kecuali hari jum'at dimana ia biasa menunaikan shalat jum'at. kebahagiaan telah dicapai oleh haji maksum. saat ini jumlah angkotnya semakin banyak, sedangkan rumah kontrakannya sudah tersebar di beberapa daerah perkampungannya. pertanyaan yang kemudian menggelitik untuk segera dicarikan jawabannya adalah, apakah mbok iyem bisa menjadi seperti haji maksum, atau apakah orang-orang seperti haji maksum saja yang dapat mengatakan bahwa uang bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk mencapai tujuan itu sendiri, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. mungkin jawabannya adalah karena haji maksum telah memaksa uang bekerja untuk dirinya, berbeda dengan mbok iyem yang bekerja untuk uang.

sehingga ada orang yang telah menemukan kebebasan finansialnya yang memberikan tips sederhana, agar nantinya uang yang justru bekerja untuk kita, sarannya : "jika penghasilanmu katakanlah satu juta rupiah per bulan, maka canangkanlah dalam bathin dan benakmu, bahwa anda hanya berpenghasilan delapan ratus ribu rupiah, dengan demikian kelebihannya itu dapat dimanfaatkan sebagai tabungan atau diinvestasikan kedalam bentuk usaha yang menguntungkan." kuncinya terletak pada penyesuaian gaya hidup, dan ingatlah, untuk selalu menekan tingkat kebutuhan anda sehingga lebih rendah dari pendapatan, karena jika tidak maka anda akan selalu defisit di akhir bulan. menurut steve asikin orang yang tingkat konsumsinya lebih tinggi dari tingkat penghasilannya, adalah seseorang yang tiap harinya hanya menghitung hari, dan tidak akan mengalami kemajuan. tinggal sekarang bagaimana anda melihat uang dan bagaimana pula dengan tingkat konsumsi yang anda geluti tiap hari.

Related Documents

Filosofi Uang
November 2019 33
Filosofi
July 2020 16
Uang
June 2020 31
Uang
June 2020 38
Tal - Filosofi
November 2019 30
Uang
May 2020 31