Filosofi Panjat Pinang

  • Uploaded by: Mekar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Filosofi Panjat Pinang as PDF for free.

More details

  • Words: 373
  • Pages: 2
FILOSOFI PANJAT PINANG Setiap tanggal 17 Agustus selalu ada perlombaan panjat pinang, khususnya di desa-desa. Panjat pinang merupakan salah satu perlombaan yang sangat digemari dan bahkan ditunggu-tunggu kehadirannya setiap 17an. Bahkan tanpa ada perlombaan Panjat Pinang maka Perayaan 17an jadi kurang terasa--- (itu menurut persepsi gw bo..). terakhir kali aku ikut Panjat Pinang yaitu tahun 2006 di Depok dan aku dapet hadiah buanyakk bangeettt----( masih ada kusimpan hadiahnya). Aku bukan mau cerita tentang 17annya, tapi ada hal lain yang ingin aku petik dari perlombaan Panjat Pinang tersebut. Apakah itu------???? Mari perhatikan dengan seksama saat ada perlombaan panjat pinang?? Adakah sesuatu yang istemewa kamu lihat, atau kamu tidak sadar?? Sekali lagi coba kembali ke alam masa lalu, saat kamu menyaksikan perlombaan panjat pinang. Saat mereka berebut untuk sampai di atas dan meraih hadiah,. Tapi apakah seperti itu?? Tantangan itu begitu besar, jalan yang harus kita tempuh sangat licin. Kita panjat setengah meter dan nyerocos jatuh lagi. Coba terus dan terus jatuh. Kita menggunakan akal dengan me-lap olesan oli/campuran minyak dengan menggunkan pakaian yang kita pakai. Gak papa kotor baju satu demi hadiah yang tergantung menarik di atas sono. Ternyata satu baju tidaklah cukup sehingga semua yang ikut lomba tersebut merelakan bajunya untuk digunakan membersihkan oli dan mari kita saksikan pemanjat-pemanjat kita yang tangguh, berbadan kekar, pake celana pendek dan bertelanjang dada. Awalnya kita masing-masing punya prinsip bahwa “saya harus dapt hadiah yang paling bagus (misalnya sepeda, bola, tas, dll)” tapi sudah sejam lebih kita berusaha tetap aja masih gagal. Apa yang dilakukan kemudian?? Semua yang ikut LOMBA BERUNDING dan BERSAMA-SAMA BAHU-MEMBAHU untuk naik. Tidak peduli siapa yang duluan sampai di atas dan meraih hadiah. Mereka mulai menggunakan AKAL BUDInya, menerapkan PRINSIP GOTONG-ROYONG, KEBERSAMAAN

dan MEMBERIKAN TENAGA SEMAKSIMAL yang mereka miliki untuk ORANG LAIN/untuk TIM. Yang merasa berbadan paling besar mengambil posisi paling bawah dan menopang temennya yang di atasnya dan berlanjut hingga sampai ke puncak. Tidak peduli bahu, tangan, lengan, leher, kepala diinjak bahkan di tendang (bukan unsur sengaja yaa--) yang penting satu hal yang ingin mereka dapatkan SAMPAI PADA TUJUAN. Alangkah gembiranya ketika tangan-tangan nan kekar meraih hadiah itu, tarik satu dan jatuhkan, ambil lagi dan jatuhkan hingga habis seluruhnya.

Semoga Kawan-Kawan Mendapat Inspirasi (Ato malah Bingoeennggg??) Oleh: Mekar Sinurat (FH UNPAD’ 06)

Related Documents

Pinang
April 2020 8
Filosofi
July 2020 16
Tal - Filosofi
November 2019 30
Filosofi Menangis
June 2020 23
Filosofi Biskuit
June 2020 14

More Documents from "Harri Partha"

Pasae Ulaon
May 2020 3
Dr Nugroho 4.pdf
December 2019 10
31(1)(1).docx
December 2019 14
Daftar Isi.pdf
October 2019 14
October 2019 13