File.pdf

  • Uploaded by: Azkiya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View File.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 8,957
  • Pages: 52
UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KEJADIAN KARIES PADA ANAK GEMUK USIA 3-5 TAHUN

TESIS

INDIRA CHAIRULINA DARA 0806390433

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK JAKARTA 2012

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KEJADIAN KARIES PADA ANAK GEMUK USIA 3-5 TAHUN

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Kedokteran Gigi Anak

INDIRA CHAIRULINA DARA 0806390433

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK JAKARTA 2012

i Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

ii Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

iii Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian dan penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Spesialis dalam bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Selama masa pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan, koreksi, nasihat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Keluarga tercinta, Papa dan Mama tersayang, dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS dan drg. Sjenni Dahlan, terima kasih sudah memberikan semangat, dukungan materi maupun non materi, dan doa yang tiada henti. Kepada suami tercinta, Dody Cahyadi, ST,MT terima kasih atas kesabaran, bantuan, dukungan, dan pengertiannya. Kepada semua oom, tante, saudara, terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 2. Dr. Sarworini B. Budiardjo, drg, SpKGA(K), sebagai pembimbing pertama tesis. Terima kasih atas bimbingannya dalam penelitian dan penulisan tesis serta selama masa pendidikan. 3. drg. Hendrarlin Soenawan, SpKGA(K), sebagai pembimbing kedua tesis, Penasihat Akademik, serta Koordinator Pendidikan Spesialis IKGA FKG UI yang dengan sabarnya memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tesis ini. 4. drg. Ike Siti Indiarti, PhD, SpKGA(K), selaku Ketua Departemen IKGA FKG UI, yang telah mendukung dalam pembuatan tesis. 5. Prof. Heriandi Sutadi, drg, SpKGA(K), PhD, yang telah memberikan asupan pemikiran, mendukung serta memberi dorongan semangat dan nasihat selama pembuatan tesis dan selama masa pendidikan.

iv Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

6. Seluruh staf pengajar IKGA FKG UI: Prof. Retno Hayati, drg, SpKGA(K), Prof. Dr. Margaretha Suharsini, drg, SpKGA(K), Dr. M. Fahlevi Rizal, drg, SpKGA(K), drg. Eva Fauziah, SpKGA, serta drg. Nieka Adhara, SpKGA, atas bimbingan dan pengajaran selama penulis menjadi PPDGS IKGA FKG UI. 7. Kepala Sekolah serta guru-guru TK Sejahtera VI Bekasi yang telah memberikan ijin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih banyak kepada orang tua murid yang telah memberikan ijin serta anak-anak yang bersedia menjadi subjek penelitian dan sangat kooperatif. 8. Teman-teman seangkatan, mbak Femmy, terima kasih atas bantuannya dalam penelitian ini, Helsa, Henny, mbak Nila, mbak Lina, Liana, cici Vera, serta rekan- rekan PPDGS IKGA, terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan dukungannya. 9. Mbak Tuti, Mas Adde, Mas Sule dan Bu Nah yang sudah sangat membantu selama ini. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh staf Perpustakaan FKG UI Pak Asep, Pak Yanto, dan Pak Enoh yang telah banyak membantu penulis dalam pengadaan referensi. 10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata penulis ingin menyampaikan maaf yang sebesar- besarnya bila ada kesalahan dan kekurangan pada penulisan ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan maanfaat baik di dunia Kedokteran Gigi maupun di masyarakat luas. Jakarta, 6 Juli 2012

Penulis

v Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

vi Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

ABSTRAK

Nama : Indira Chairulina Dara Program Studi : Spesialisasi Ilmu Kedokteran Gigi Anak Judul : Hubungan Gaya Hidup dan Kejadian Karies pada Anak Gemuk Usia 3-5 Tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk usia 3-5 tahun. Subjek penelitian adalah anak usia 3-5 tahun sebanyak 34 anak yang terdiri dari 17 anak gemuk dan 17 anak normal. Disain penelitian adalah deskriptif analitik potong lintang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Pemeriksaan klinis untuk memperoleh data kejadian karies dilakukan dengan kriteria def-t. Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan tidak bermakna (p>0,05) antara gaya hidup (pola makan selingan dan aktivitas fisik) dengan kejadian karies. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan adanya hubungan tidak bermakna antara gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk. Kata kunci: anak gemuk, gaya hidup, kejadian karies

ABSTRACT

Name : Indira Chairulina Dara Study Program : Pediatric Dentistry Title : The Relationship Between Lifestyle and Caries Incidence in Overweight Children Age 3-5 Years Old

The purpose of this study was to determine the relationship between lifestyle and caries incidence in overweight children age 3-5 years old. The subject of this study were children age 3-5 years old, as many as 34 children consisting of 17 overweight children and 17 normal weight children. Design of this study was a cross sectioned experiment. Input data was done with questionare. Clinical examination with the def-t index was used to measure caries incidence. The result showed no significant result (p>0,05) between lifestyle (in-between meal and physical activities) and caries incidence. In conclusion, there is no significant association between lifestyle and caries incidence in overweight children. Keywords : overweight children, lifestyle, caries incidence

vii

Universitas Indonesia

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

i ii iii iv vi vii vii viii x xi xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.2. Pertanyaan Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian

1 2 2 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gaya Hidup 2.2. Kegemukan dan Cara Mengukurnya 2.3. Karies Gigi 2.4. Kerangka Teori

4 6 10 13

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep 3.2. Hipotesis 3.3. Variabel Penelitian 3.4. Definisi Operasional 3.5. Desain Penelitian 3.6. Subyek Penelitian 3.7. Kriteria Subyek 3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.9. Besar Sampel 3.10. Alur dan Tata Laksana Penelitian 3.11. Bahan, Alat dan Cara Penelitian 3.11.1. Bahan 3.11.2. Alat 3.11.3. Cara Kerja 3.12. Analisis Data

14 14 14 14 17 17 17 17 18 19 20 20 20 21

BAB 4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.2. Pembahasan

22 26

viii

Universitas Indonesia

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran

30 30

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN

31

ix

Universitas Indonesia

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.

Status Kategori Indeks Massa Tubuh

9

Tabel 3.1.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

14

Tabel 4.1.

Data sebaran subjek penelitian berdasarkan usia

22

Tabel 4.2.

Data sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin serta hubungannya dengan status berat badan 23

Tabel 4.3.

Hubungan antara frekuensi makanan selingan, waktu makanan selingan, aktivitas fisik, kegiatan waktu luang dengan kejadian karies pada anak gemuk

Tabel 4.4.

23

Hubungan antara frekuensi makanan selingan, waktu makanan selingan, aktivitas fisik, kegiatan waktu luang dengan kejadian karies pada anak normal

Tabel 4.5.

24

Hubungan antara gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk dan normal

x

25

Universitas Indonesia

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan usia menurut jenis kelamin untuk usia 2-20 tahun

Gambar 2.2.

Gambar 2.3.

8

Grafik pertumbuhan KMS anak perempuan (a) dan laki-laki (b) usia 2-5 tahun

10

Faktor-faktor Resiko Karies

11

xi

Universitas Indonesia

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Surat Keterangan Lolos Etik

Lampiran 2.

Informed Consent

Lampiran 3.

Surat Pernyataan Kesediaan Pemeriksaan

Lampiran 4.

Lembar Pemeriksaan Gigi

Lampiran 5.

Lembar Kuesioner

Lampiran 6.

Data Kasar Hasil Penelitian

xii

Universitas Indonesia

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Gaya hidup adalah cara hidup berdasarkan pola perilaku yang dipengaruhi oleh karakter individual, interaksi sosial, sosial ekonomi dan kondisi lingkungan. Gaya hidup individu dengan karakteristik pola perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan.

1

Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk

menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan indikator gaya hidup yaitu kebiasaan merokok/tidak, pola makan, dan aktivitas fisik.

2

Gaya hidup sehat dengan pola makan sehat dan

aktivitas fisik yang cukup dapat mencegah terjadinya kelebihan berat badan dan diabetes pada anak, selain juga baik untuk perkembangan otot dan tulang, termasuk kesehatan gigi. 3 Di Indonesia, terutama di kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke Westernisasi dan Sedentary, berakibat pada perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, banyaknya waktu untuk menonton televisi & bermain games, dan kurangnya aktivitas fisik. 4 Hal tersebut merupakan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan, yang menunjukkan gaya hidup tidak sehat. Anak-anak yang secara fisik tidak aktif dan menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dalam waktu yang lama lebih sering mengkonsumsi minuman manis dan makanan kecil yang tinggi kadar gula, sehingga dapat meningkatkan resiko karies dan kegemukan. 5, 6 Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi yang paling umum terjadi pada anak-anak. Karies dini yang terjadi pada gigi sulung dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan kesehatan umum, serta kualitas hidup anak. 7 Sebuah penelitian mengatakan anak gemuk usia 2-5 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami karies pada gigi sulung dibandingkan dengan anak normal. 8 Kelebihan berat badan atau kegemukan telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa kegemukan merupakan suatu

Universitas Indonesia 1 Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

2

epidemi global, sehingga termasuk dalam masalah kesehatan yang harus segera ditangani. 4 Kegemukan pada masa anak-anak atau remaja dapat berlanjut hingga dewasa dan lebih berbahaya dibandingkan yang terjadi pada usia menengah dan dewasa. 4, 9 Prevalensi anak dengan kelebihan berat badan meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun di negara berkembang. 10 Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan 76,7 juta penduduk (17,5%) mengalami kegemukan dan 9,8 juta penduduk (4,7%) mengalami obesitas. 4 Karies gigi dan kegemukan memiliki dampak negatif pada kualitas hidup anak dan dapat menetap hingga dewasa. Kedua masalah kesehatan ini berkaitan dengan faktor gaya hidup seperti pola makan tidak sehat dan kurangnya aktifitas fisik anak.

6

Dengan mengetahui resiko kegemukan pada anak di awal

kehidupannya, maka kita dapat memberikan pelayanan kesehatan dan kesempatan kepada orang tua untuk mengintervensi kegemukan dan karies. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan gaya hidup anak yaitu pola makan dan aktivitas fisiknya dengan kejadian karies pada anak gemuk usia 3-5 tahun.

1.2 Pertanyaan penelitian Bagaimanakah hubungan gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk usia 3-5 tahun ?

1.3 Tujuan penelitian Mengetahui hubungan gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk usia 3-5 tahun.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1

Manfaat untuk ilmu pengetahuan Memberikan informasi di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak mengenai gaya hidup yang meliputi pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian karies pada anak gemuk usia 3-5 tahun.

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

3

1.4.2

Manfaat secara klinis Mengetahui hubungan gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan pelayanan kesehatan gigi.

1.4.3 Manfaat untuk masyarakat Memberi informasi dan meningkatkan kesadaran orang tua mengenai gaya hidup anak gemuk untuk mengurangi resiko kejadian karies.

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Gaya hidup Menurut Badan Promotion Glossary WHO tahun 1998, gaya hidup adalah

cara hidup berdasarkan pola perilaku yang dipengaruhi oleh karakter individual, interaksi sosial, sosial ekonomi dan kondisi lingkungan. Gaya hidup individu dengan karakteristik pola perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan. 1 Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Terdapat beberapa indikator gaya hidup skala Nasional yang ditetapkan oleh Depkes, yaitu kebiasaan merokok/tidak, pola makan, dan aktivitas fisik. 2 Kebiasaan makan anak sangat tergantung pada kebiasaan makan keluarga di rumah. Pola makan yang diajarkan kepada anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak pada tahun berikutnya serta tumbuh kembang mereka. Makanan utama biasanya diberikan tiga kali sehari, yaitu makan pagi, siang, dan malam, sedangkan makanan selingan dapat diberikan 2-3 kali sehari. Penelitian telah menunjukkan bahwa makan bersama keluarga sangat penting dalam pembentukan kebiasaan positif anak, konsumsi nutrien, dan berat badan. Makanan selingan sebaiknya berupa buah-buahan dan sayuran. Pada anak usia 3-5 tahun selera makan dan ketertarikannya terhadap makanan meningkat, sering meminta makanan favorit, ingin membantu menyiapkan makanan. Anak usia ini juga mulai terpengaruh oleh iklan di televisi, keluarga, dan teman. 3 Dalam beberapa tahun ini, terdapat perubahan gaya hidup dengan adanya perkembangan ekonomi. Perubahan ini memiliki pengaruh terhadap kesehatan dan status nutrisi populasi. Standar kehidupan meningkat, ketersediaan makanan meningkat dan menjadi lebih bervariasi, dan secara umum, akses ke pelayanan kesehatan juga meningkat. Namun, ada juga pengaruh negatif dari perubahan ini, yaitu kebiasaan makan/diet yang tidak baik dan berkurangnya aktivitas fisik. Gaya hidup yang sering dijumpai didaerah perkotaan misalnya pola makan / konsumsi

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira 4Chairulina Dara, FKGUI, 2012

5

masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, menonton televisi & bermain games, dan kurangnya aktivitas fisik. Gaya hidup tersebut berdampak meningkatkan resiko terjadinya kegemukan. 4, 5, 6 Jus buah merupakan sumber yang bagus untuk nutrisi, namun bila terlalu banyak dikonsumsi juga dapat menyebabkan konsumsi kalori yang berlebihan, sehingga mengurangi keinginan untuk makan makanan yang lebih bernutrisi dan dapat menyebabkan karies dini pada anak. Minuman buah dan berbagai minuman manis memiliki sumber gula yang tinggi, yang berpotensi kariogenik. Konsumsi minuman ringan berhubungan dengan meningkatnya kalori, berat badan, dan karies gigi. Beberapa penelitian menunjukkan anak yang sering konsumsi minuman ringan memiliki kalori 10% lebih banyak dan berpotensi menjadi kegemukan. Selain mengandung gula, minuman ringan dan jus juga mengandung asam, seperti asam fosfat dan sitrat, yang dapat mengakibatkan demineralisasi email bila sering dikonsumsi. 11 Masa kanak-kanak merupakan waktu ideal untuk beraktivitas aktif. Pada saat inilah mereka menikmati belajar untuk berlari, melompat, memanjat, dan bermain bola. Anak pra-sekolah membutuhkan setidaknya 60 menit aktivitas fisik terstruktur dan 60 menit hingga beberapa jam aktivitas fisik tidak terstruktur. Aktivitas fisik terstruktur adalah permainan dan aktivitas yang diajarkan oleh orangtua maupun dilakukan bersama orangtua dan anak. Berjalan, berenang, mengendarai sepeda, senam merupakan aktivitas fisik terstruktur. Sedangkan aktivitas fisik tidak terstruktur atau bermain aktif yaitu kegiatan yang dilakukan anak sendiri atau dengan anak-anak lain. Kegiatan ini dilakukan oleh anak tanpa bantuan langsung dari orangtua. 3 Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari pengeluaran energi, yaitu sekitar 20-50% dari total pengeluaran energi. Anak-anak saat ini cenderung mengalami penurunan aktivitas karena anak-anak lebih menyukai aktivitas dengan duduk diam didepan televisi atau komputer dibandingkan melakukan olahraga secara rutin dan berkesinambungan. Sehingga ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi tersebut berkontribusi terhadap timbulnya kegemukan pada

anak.

12

Meningkatnya

waktu

menonton

televisi

mengakibatkan

berkurangnya konsumsi buah dan sayuran, anak lebih banyak mengkonsumsi

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

6

makanan ringan, yang berakibat meningkatnya konsumsi kalori. Resiko karies juga meningkat karena meningkatnya frekuensi makan dan meningkatnya waktu makanan berkontak dengan gigi. 11 Pemasaran makanan yang mengarah pada anak berkembang pesat. Mayoritas makanan yang dipasarkan adalah makanan yang nilai nutrisinya rendah dan tinggi kalori lemak dan/atau gula. Penelitian menunjukkan anak yang menonton televisi secara signifikan meningkat konsumsi makanannya setelah melihat iklan makanan dan keinginan untuk makan makanan manis meningkat setelah melihat iklan di televisi. 11 Gaya hidup anak dengan pola makan anak yang tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, seringnya menghabiskan waktu dengan menonton televisi & bermain games, serta kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan kegemukan. Makanan/minuman manis yang sering dikonsumsi anak berpotensi kariogenik yang mengakibatkan karies gigi. Anak-anak yang secara fisik tidak aktif dan menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dalam waktu yang lama lebih sering mengkonsumsi minuman manis dan makanan kecil yang tinggi kadar gula dan lemak, sehingga dapat meningkatkan resiko karies dan kegemukan. 5, 6

2.2.

Kegemukan dan Cara Mengukurnya Kegemukan adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh

penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. 13 Ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan mengakibatkan terjadinya kegemukan. Menurut The Report of the Surgeon General, obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan energi karena memakan terlalu banyak kalori dan jarang berolahraga.

9

Istilah kegemukan diartikan sebagai kondisi kelebihan

berat badan melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan akibat tertimbunnya lemak yang berlebihan. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran yang rendah. Asupan energi didapatkan dari konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah dikarenakan rendahnya metabolisme tubuh, kurangnya aktivitas fisik, dan efek termogenesis makanan. 14

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

7

Menurut Dietz terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu: periode pranatal, terutama trimester 3 kehamilan, periode adiposity rebound pada usia 6 – 7 tahun dan periode adolescence. Pada bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas untuk 2 dekade berikutnya dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas. Menurut Taitz, 50% remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas sejak bayi. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan orang tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa. 4 Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan, prevalensi kegemukan balita Indonesia mencapai 14%. Survei serupa tahun 2007 menunjukkan, prevalensi balita gemuk 12,2 %. Prevalensi kegemukan tertinggi ditemukan di Jakarta, yaitu 19,6 %. Namun, penelitian oleh Unit Riset Kedokteran FKUI di empat taman kanak-kanak dan pendidikan anak usia dini di Jakarta tahun 2011 menunjukkan, prevalensi kegemukan anak usia 3-6 tahun lebih dari 20 %. Jumlah ini diperkirakan meningkat dua kali lipat saat balita mencapai usia remaja. 15 Kegemukan merupakan suatu penyakit multifaktorial yang sebagian besar disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional. Faktor genetik yang mempunyai peranan kuat adalah parental fatness yaitu anak yang gemuk biasanya berasal dari orang tua yang gemuk. Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa anakanak dari orang tua normal mempunyai peluang 10% menjadi kegemukan. Peluang tersebut akan meningkat menjadi 40-50% bila salah satu orangtuanya mengalami kegemukan dan akan meningkat 70-80% bila kedua orangtua kegemukan.

4

Kegemukan pada masa kanak-kanak disebabkan karena perilaku

makan yang tidak sehat dan kurangnya anak melakukan aktivitas fisik. Menjamurnya iklan makanan pada media elektronik dan media cetak membuat anak cenderung konsumtif. 14 Terdapat berbagai metode untuk menilai tingkat kegemukan pada anak secara efektif. Selain itu, kesederhanaan dalam pengukuran, biaya, kemudahan penggunaan dan penerimaan subjek juga perlu diperhatikan. Pengukuran secara

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

8

antropometri merupakan pengukuran yang paling umum digunakan dalam menentukan kegemukan pada anak. 14 Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk mendeteksi masalah berat badan. The Center for Disease Control and Prevention (CDC) mengembangkan grafik pertumbuhan yang menunjukkan IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin untuk anak dan remaja usia 2-20 tahun. Perhitungan dimulai dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak, kemudian IMT dihitung dengan cara:

Setelah IMT dihitung hasil yang didapat dimasukkan ke dalam grafik IMT sesuai dengan usia dan jenis kelamin berdasarkan persentil. Persentil mengindikasikan posisi angka IMT seorang anak pada usia dan jenis kelamin yang sama. Grafik pertumbuhan tersebut menunjukkan kategori status yang digunakan pada anak dan remaja (Gambar 2.1). IMT kurang dari 5 persentil termasuk dalam kategori kurus, IMT antara 5 – 85 persentil termasuk normal, IMT 85-95 persentil kategori gemuk, dan IMT lebih dari 95 persentil termasuk obesitas. Status kategori Indeks Massa Tubuh dapat dilihat pada Tabel 2.1. 14

Gambar 2.1. Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan usia menurut jenis kelamin untuk usia 2-20 tahun. 14

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

9

Tabel 2.1. Status Kategori Indeks Massa Tubuh

Kategori status berat badan

Angka persentil

Kurus

Kurang dari 5 persentil

Normal

5 – 85 persentil

Gemuk

85-95 persentil

Obesitas

Lebih dari 95 persentil

Di Indonesia, untuk memantau pertumbuhan anak digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut usia yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO – NCHS yang disesuaikan dengan situasi Indonesia. KMS yang digunakan di Puskesmas saat ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.155/Menkes/Per/I/2010, yaitu KMS yang dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru, sedangkan KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda. 16 Grafik pertumbuhan yang optimal adalah apabila dari pencatatan setiap bulan diperoleh berat badan yang terus meningkat dan tetap berada dalam zona hijau. Zona kuning menandakan orang tua harus waspada dengan pertumbuhan balitanya. Zona kuning yang di bawah menunjukkan berat badan anak kurang dari berat badan rata-rata anak seusianya. Sedangkan zona kuning yang di atas menunjukkan berat badan anak lebih dari berat badan rata-rata anak seusianya (Gambar 2.2). 16

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

10

(a)

(b)

Gambar 2.2 Grafik pertumbuhan KMS anak perempuan (a) dan laki-laki (b) usia 2-5 tahun. 16

2.3.

Karies Gigi Karies adalah kerusakan lokal pada jaringan gigi yang disebabkan oleh

fermentasi karbohidrat oleh bakteri. Karies merupakan suatu proses patologis kronis yang terjadi pada permukaan gigi karena kehilangan mineral secara terus menerus pada permukaan email, dentin maupun sementum yang diakibatkan oleh hasil produk metabolisme bakteri. Karies merupakan penyakit multifaktorial yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu host, mikroorganisme, substrat diet terutama karbohidrat yang difermentasi dan waktu. Selain itu juga ada faktor-faktor eksternal, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku kesehatan gigi, seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. 17, 18

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

11

Gambar 2.3. Faktor-faktor Resiko Karies.18

Salah satu faktor terjadinya karies adalah host yang terdiri dari aliran saliva, cairan sulkus gigi dan kandungan fluor. Gigi geligi dalam keadaan normal selalu dibasahi saliva dan hal tersebut penting untuk integritas gigi. Saliva memiliki faktor antibakterial, kapasitas dapar dan antibodi. Kapasitas dapar membantu menjaga pH plak agar tetap konstan sehingga dapat menetralkan lingkungan yang asam pada permukaan gigi. Saliva juga mampu membantu remineralisasi karies yang masih dini karena banyak mengandung ion kalsium dan sulfat. Kemampuan saliva akan meningkat dalam melakukan mineralisasi jika terdapat ion fluor.

19

Kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral

selama berlangsungnya proses karies menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode pengrusakan dan perbaikan secara silih berganti. Karies tidak akan menghancurkan struktur gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. 20 Streptococcus Mutans merupakan bakteri yang paling berperan dalam terjadinya karies. S. mutans bersifat fakultatif anaerob karena dapat tetap tumbuh dengan ataupun tanpa adanya oksigen. Pada keadaan anaerob dengan kadar 5% CO2 S. mutans mengalami pertumbuhan yang optimal. S. mutans membuat enzim glucosyltransferase (GTF) yang dapat menghasilkan sejumlah polisakarida

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

12

ekstraseluler dari sukrosa. Enzim glikosidhidrolase memecah gula dari glikoprotein yang larut ketika makan. 21, 22 Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung terlibat dalam penurunan pH. Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan

demineralisasi

email.

Walaupun

demikian,

tidak

semua

karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati (polisakarida) relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. 23 Perubahan gaya hidup sekarang ini menyebabkan anak makan lebih banyak kalori daripada yang mereka butuhkan. Anak tersebut mengkonsumsi makanan berkalori tinggi dan memiliki kebiasaan jajan setiap hari. Makanan berkalori tinggi memiliki banyak kandungan karbohidrat dan rendah serat.

24

Makanan yang sering dipilih dan dikonsumsi anak pada umumnya adalah yang mengandung karbohidrat olahan yang bersifat melekat pada gigi serta larut didalam mulut secara perlahan-lahan. Seperti diketahui jenis makanan tersebut dapat menyebabkan karies gigi pada anak. Makanan yang manis dan lengket tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan plak, karena aksinya dalam memasok energi tambahan bagi mikroorganisme plak. 25

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

13

2.4.

Kerangka Teori

- Karakter individu - Interaksi sosial - Sosial ekonomi - Lingkungan

Gaya hidup sehat Gaya hidup tidak sehat

? Anak gemuk

Kejadian karies

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

14

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Karies

Gaya hidup anak gemuk

3.2 Hipotesis Terdapat hubungan antara gaya hidup anak gemuk usia 3-5 tahun dan kejadian karies.

3.3 Variabel Penelitian Variabel

: - Gaya hidup anak gemuk - Karies

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel

Definisi

Skala

Gaya hidup anak Gaya hidup anak berdasarkan indikator Skala kategorik gemuk yang ditetapkan oleh Depkes, yaitu pola makan dan aktivitas fisik.  Pola makan anak gemuk : kebiasaan makan yang dilakukan secara berulang setiap hari, meliputi makanan utama dan makanan selingan. Pola makan yang diteliti adalah frekuensi dan waktu makan makanan selingan. Frekuensi makan selingan : berapa kali dalam sehari anak makan makanan selingan - Skor 1 : > 3x makanan selingan/hari - skor 2 : 0-3x makanan selingan/hari Waktu makan selingan : - Skor 1 : tidak teratur yaitu waktu makan yang dapat dilakukan kapan saja dalam satu hari.

14

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

15

- Skor 2: teratur yaitu waktu makan yang dilakukan sebelum atau sesudah makanan utama dalam satu hari.  Aktivitas fisik anak gemuk : melakukan kegiatan fisik yang mengeluarkan energi (berenang, mengendarai sepeda, senam, dll) kurang dari 1 jam/hari, dan menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang tidak mengeluarkan energi (menonton televisi lebih dari 2 jam/hari), lebih sering mengkonsumsi minuman manis dan makanan kecil yang tinggi kadar gula dan lemak, sehingga dapat meningkatkan resiko karies dan kegemukan. 5, 6 Aktivitas fisik : Skor 1 : beraktivitas < 1 jam/hari Skor 2 : beraktivitas 1 jam/lebih /hari waktu luang yang dihabiskan menonton tv/komputer : - Skor 1 : > 2 jam /hari -Skor 2 : 0- 2 jam /hari Karies

untuk

pengalaman karies dalam rongga mulut yang ditentukan berdasarkan kriteria indeks def-t yakni d adalah gigi sulung yang mengalami karies, e adalah gigi sulung hilang karena karies, dan f adalah gigi sulung setelah penambalan. Seluruh gigi yang ada diperiksa dengan menggunakan sonde dan kaca mulut. 26

Skala kategorik

 Mahkota sehat Mahkota dikatakan sehat bila tidak ada bukti pernah diobati atau karies yang telah dirawat atau tidak dirawat. Kriteria mahkota : - bercak putih (white spot) - perubahan warna akibat trauma - pit dan fisura pada email yang berwarna kecoklatan tetapi tidak ada dasar yang lunak dan pada pemeriksaan menggunakan sonde

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

16

tidak menyangkut  d (decay) : karies pada mahkota - Karies pada permukaan pit dan fissure atau pada permukaan licin gigi, mempunyai lubang yang jelas, menyangkut pada pemeriksaan sonde atau terdeteksi dinding atau lantai yang lunak. Gigi dengan tambalan sementara. - Tambalan dengan lubang pada mahkota. Dicatat sebagai tambalan bila ada satu atau lebih tambalan permanen dan terdapat satu atau lebih area yang berlubang. Tidak ada perbedaan antara primer dan sekunder karies.  e (extracted) : hilang karena karies Gigi yang telah dicabut karena karies dan dicatat sebagai status koronal. Untuk gigi sulung yang hilang, kejadian ini hanya digunakan bila terjadi kehilangan gigi bukan karena normal eksfoliasi.  f (filling) : Tambalan tanpa lubang di mahkota Bila dijumpai satu atau lebih tambalan permanen tetapi tidak dijumpai karies pada mahkota. Perhitungan def-t dilakukan dengan menjumlahkan seluruh komponen d,e dan f. kejadian karies : Skor 1 : def-t >5 Skor 2 : def-t 0-5

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

17

3.5 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode potong lintang.

3.6 Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 tahun di TK Sejahtera VI, Bekasi dan dipilih sesuai dengan kriteria subyek.

3.7 Kriteria Subyek Kriteria inklusi subyek : 1. Anak usia 3-5 tahun dengan periode gigi sulung lengkap. 2. Anak dengan berat badan yang berada pada zona kuning atas grafik pertumbuhan KMS untuk anak gemuk 3. Anak dengan berat badan yang berada pada zona hijau grafik pertumbuhan KMS untuk anak normal 4. Anak tanpa penyakit sistemik dan tidak mengkomsumsi obat-obatan.

Kriteria eksklusi : 1. Anak memiliki gangguan tumbuh kembang gigi berupa anomali jumlah dan bentuk gigi sulung.

3.8 Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilakukan di TK Islam Sejahtera VI, Bekasi Waktu penelitian : Bulan Juni 2012

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

18

3.9 Besar sampel Pemilihan sampel dilakukan secara konsekutif, yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian. n=2

S (Zα + Zβ)

2

X1-X2 n : besar sampel Zα : Kesalahan tipe I. Tingkat kemaknaan ditetapkan = 0,05 Sehingga Zα = 1,96 Zβ : Kesalahan tipe II = 1,28 S : simpang baku gabungan = 0,9 X1-X2 : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 1 n1 = n2 = 2

0,9 (1,96 + 1,28)

2

X1-X2 n = 17,006, dibulatkan menjadi 17. Jadi besar sampel penelitian untuk masing-masing kelompok adalah 17 anak, dan besar sampel keseluruhan adalah 34 anak.

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

19

3.10 Alur dan Tata Laksana Penelitian

Ethical clearance Komisi Etik FKG-UI

Izin Kepala Sekolah

Menentukan subjek penelitian

Informed consent

Pengambilan data: - pengukuran berat badan dan tinggi badan - pengisian kuesioner - pemeriksaan kejadian karies

Analisis data

Laporan hasil penelitian

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

20

3.11 Bahan, Alat, dan Cara Penelitian 3.11.1 Bahan :  Bahan disinfektan 3.11.2 Alat :  timbangan injak atau “bathroom scale”  alat ukur tinggi badan microtoise  kaca mulut  pinset  sonde  ekskavator  kuesioner  sarung tangan  masker

3.11.3 Cara Kerja : 1. Penelitian dilakukan setelah proposal penelitian mendapat izin persetujuan dari komisi etik FKG UI dan ijin dari kepala sekolah TK atau playgroup yang terpilih. 2. Informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan diberikan kepada orang tua anak, beserta lembar informed consent. 3. Memberikan lembaran kuesioner pada orang tua yang mengijinkan anaknya menjadi subyek penelitian. Setelah itu pemeriksaan klinis dilakukan. Namun bila anak menolak untuk dilakukan pemeriksaan klinis setelah dilakukan pendekatan, maka pemeriksaan klinis tidak akan dilakukan. 4. Pemeriksaan klinis berupa pemeriksaan pengukuran berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan karies. 5. Penimbangan berat badan menggunakan timbangan injak atau “bathroom scale” dan pengukuran tinggi badan mengunakan alat ukur tinggi badan microtoise. Pada saat ditimbang dan diukur tinggi badan anak tidak menggunakan alas kaki, jaket dan topi (pakaian minimal).

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

21

6. Cara mengukur tinggi badan pertama menempelkan microtoise pada dinding lurus, anak berdiri tegak menghadap kedepan dengan tumit menempel ke dinding, kemudian tentukan tinggi badan anak dengan cara menurunkan microtoise tepat diatas kepala anak. Dinding dan lantai yang digunakan untuk mengukur harus rata. 7. Pemeriksaan karies anak dengan menggunakan kaca mulut dan sonde, dilakukan dengan mencatat keadaan karies dan permukaan gigi yang terkena. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut di ruangan terbuka dengan pencahayaan yang baik. Pencatatan dilakukan pada lembaran pemeriksaan karies.

3.12 Analisis Data Seluruh data diproses dan dianalisis dengan uji statistik untuk mengevaluasi hubungan antara gaya hidup dengan kejadian karies pada anak gemuk. Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah p<0,05. Kekuatan korelasi (r) diklasifikasikan atas: 0,00–0,199 = sangat lemah, 0,20-0,399 = lemah, 0,40-0,599 = sedang, 0,60-0,799 = kuat, 0,80-1,000 = sangat kuat.

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

22

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di TK Islam Sejahtera VI, Bekasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode konsekutif yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian. Subjek penelitian adalah anak usia 3-5 tahun. Populasi penelitian yang memenuhi kriteria subjek penelitian sebanyak 34 anak, terdiri dari 17 anak gemuk dan 17 anak normal. Penelitian dimulai dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, kemudian dilihat kategori status berat badannya pada Kartu Menuju Sehat (KMS) berdasarkan usia dan berat badan anak. Anak dimasukkan dalam kategori gemuk apabila berat badan anak menurut usia berada pada zona kuning bagian atas pada grafik KMS, sedangkan anak kategori normal apabila berat badan menurut usia nya berada pada zona hijau grafik KMS. Pengumpulan data indikator gaya hidup, yaitu pola makan selingan dan aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari frekuensi makan selingan, waktu makan selingan, aktivitas fisik yang mengeluarkan energi/olahraga, dan aktivitas waktu luang berupa menonton televisi. Kejadian karies diperiksa secara klinis dengan menggunakan indeks def-t yang dibagi menjadi kejadian karies rendah dan kejadian karies tinggi. Pada tabel 4.1 memperlihatkan sebaran frekuensi subjek penelitian menurut usia pada kelompok anak gemuk dan kelompok anak normal.

Tabel 4.1 Data sebaran subjek penelitian berdasarkan usia Usia anak (th)

Anak gemuk

Anak normal

Total

(n)

(n)

(N)

3

3

1

4

11,76

4

6

5

11

32,35

5

8

11

19

55,88

Total

17

17

34

100

22

%

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

23

Tabel 4.2 Data sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin serta hubungannya dengan status berat badan Jenis Anak Anak Total Persentase p kelamin gemuk normal Laki-laki 9 9 18 52,94% 1,000 Perempuan

8

8

16

47,06%

Total

17

17

34

100%

Dari tabel 4.2 terlihat sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada kelompok anak gemuk dan kelompok anak normal. Hubungan antara status berat badan dengan jenis kelamin tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Oleh

karena itu, untuk analisis selanjutnya, jenis kelamin tidak dibedakan. Tabel 4.3 Hubungan antara frekuensi makanan selingan, waktu makanan selingan, aktivitas fisik, kegiatan waktu luang dengan kejadian karies pada anak gemuk.

Variabel Frekuensi makanan selingan Waktu makanan selingan Aktivitas fisik Menonton tv

Rendah

Kejadian karies rendah tinggi 9 1

Total

r

p

10

0,442

0,116

0,077

0,567

0,115

0,682

0,135

0,622

Tinggi

4

3

7

Teratur

1

0

1

Tidak teratur

12

4

16

< 1 jam > 1 jam < 2 jam > 2 jam

5 8 5 8

2 2 1 3

7 10 6 11

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat kekuatan korelasi sedang tidak bermakna antara frekuensi makanan selingan dengan karies gigi pada anak gemuk (r=0,442, p>0,05), serta hubungan sangat lemah tidak bermakna antara waktu makanan selingan dengan karies gigi pada anak gemuk (r=0,077, p>0,05). Ada

hubungan sangat lemah tidak bermakna antara aktivitas fisik dengan karies gigi pada anak gemuk (r=0,115, p>0,05), serta terdapat hubungan sangat lemah tidak bermakna antara kegiatan waktu luang menonton televisi dengan karies gigi pada anak gemuk (r=0,135, p>0,05).

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

24

Tabel 4.4 Hubungan antara frekuensi makanan selingan, waktu makan selingan, aktivitas fisik, kegiatan waktu luang dengan kejadian karies pada anak normal

Variabel Frekuensi makanan selingan Waktu makanan selingan Aktivitas fisik Menonton tv

Rendah

Kejadian karies rendah tinggi 7 2

Total

r

p

9

0,183

0,490

0,150

0,536

0,067

0,793

0,183

0,490

Tinggi

5

3

8

Teratur

3

2

5

Tidak teratur

9

3

12

< 1 jam > 1 jam < 2 jam > 2 jam

4 8 5 7

2 3 3 2

6 11 8 9

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat lemah tidak bermakna antara frekuensi makanan selingan dengan karies gigi pada anak normal (r=0,183, p>0,05), serta hubungan sangat lemah tidak bermakna`antara waktu makanan selingan dengan karies gigi pada anak normal (r=0,150, p>0,05). Ada hubungan

sangat lemah tidak bermakna antara aktivitas fisik dengan karies gigi pada anak normal (r=0,067, p>0,05), serta terdapat hubungan sangat lemah tidak bermakna antara kegiatan waktu luang menonton televisi dengan karies gigi pada anak normal (r=0,183, p>0,05).

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

25

Tabel 4.5 Hubungan antara gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk dan normal Variabel Karies rendah Karies tinggi r p Def-t 0-5 Def-t > 5 Frekuensi 9 1 -0,440 0,466 makan Gemuk selingan Normal 7 2 rendah Frekuensi Gemuk 4 3 0,111 0,833 makan Normal 5 3 selingan tinggi Waktu Gemuk 12 4 0,000 1,000 makan Normal 9 3 selingan tidak teratur Waktu Gemuk 1 0 -1,000 0,439 makan Normal 3 2 selingan teratur Aktivitas Gemuk 5 2 -0,111 0,853 fisik < 1 Normal 4 2 jam/hari Aktivitas Gemuk 8 2 -0,200 0,696 fisik >1 Normal 8 3 jam/hari Menonton tv Gemuk 8 3 0,135 0,795 > 2 jam/hari Normal 7 2 Menonton tv 0-2 jam/hari

Gemuk Normal

5 5

1 3

-0,500

0,393

Pada tabel 4.5 terlihat hubungan tidak bermakna antara variabel gaya hidup dengan kejadian karies pada anak gemuk dan normal.

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

26

4.2 Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan gaya hidup dan kejadian karies pada anak gemuk. Alasan dilakukan penelitian ini adalah semakin meningkatnya populasi anak gemuk apalagi di kota besar seperti Jakarta, yang disebabkan oleh adanya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, banyaknya waktu untuk menonton televisi & bermain games, dan kurangnya aktivitas fisik. Anak-anak yang secara fisik tidak aktif dan menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dalam waktu yang lama lebih sering mengkonsumsi makanan selingan yang tinggi kadar gula dan lemak, sehingga dapat meningkatkan resiko karies dan kegemukan. 5, 6 Prevalensi kegemukan balita Indonesia mencapai 14% berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010. Prevalensi kegemukan tertinggi ditemukan di Jakarta, yaitu 19,6 %. Penelitian oleh Unit Riset Kedokteran FKUI di empat taman kanakkanak dan pendidikan anak usia dini di Jakarta tahun 2011 menunjukkan, prevalensi kegemukan anak usia 3-6 tahun lebih dari 20 %.

15

Karies gigi

merupakan masalah kesehatan gigi yang paling umum terjadi pada anak-anak, hampir 76,5% anak - anak di Indonesia menderita karies gigi. 27 Subjek penelitian adalah anak gemuk usia 3-5 tahun dengan periode gigi sulung, tidak memiliki anomali jumlah dan bentuk gigi. Pada usia 3 tahun pola makan anak sudah terbentuk, sehingga di usia tersebut anak sudah memiliki pola makan tetap yang akan menyebabkan karies. 28 Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara prevalensi karies gigi sulung dan gigi permanen yang nantinya prevalensi karies gigi sulung akan meningkat 3 kali lipat pada gigi permanen. 17 Dalam menilai tingkat kegemukan pada anak terdapat berbagai metode. Pengukuran secara antropometri merupakan pengukuran yang paling umum digunakan dalam menentukan kegemukan pada anak.

14

Kriteria gemuk yang

digunakan pada penelitian ini berdasarkan grafik yang ada pada Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS ini memuat grafik pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut usia yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun.

16

Berat badan adalah parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Dalam keadaan normal dan keadaan kesehatan baik, berat badan

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

27

berkembang mengikuti pertambahan usia. Sebaliknya, dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Kelebihan pengukuran indeks berat badan berdasarkan usia antara lain lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, dapat mendeteksi kegemukan, dan dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan. 29 Sebagai contoh, anak usia 5 tahun dengan berat badan 21 kg masuk dalam kategori normal, sedangkan anak usia 3 tahun dengan berat badan yang sama yaitu 21 kg masuk dalam kategori gemuk. Grafik pertumbuhan berdasarkan indeks massa tubuh oleh WHO dibuat berdasarkan kondisi anak di Amerika. Bila digunakan untuk melihat pertumbuhan anak di Indonesia kurang sesuai karena terdapat perbedaan budaya, pola makan, serta gaya hidup antara Indonesia dengan Amerika, sehingga nilai rata-rata pertumbuhan normal pun berbeda. Oleh sebab itu, pada penelitian ini digunakan grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS karena telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak Indonesia. Faktor gaya hidup yang diteliti terdiri dari pola makan selingan dan aktivitas anak. Pola makan selingan yang diteliti terdiri dari frekuensi makan selingan dan waktu makan selingan. Makan selingan yang beredar di pasaran saat ini memiliki kadar gula yang tinggi seperti cokelat, es krim, berbagai macam keripik, sereal, minuman bersoda dan masih banyak lagi. Hal tersebut dapat menyebabkan karies dan kegemukan seperti disebutkan di beberapa penelitian terdahulu.

5

Aktivitas anak yang diteliti terdiri dari aktivitas fisik yang

mengeluarkan energi serta aktivitas waktu luang berupa menonton televisi. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa anak yang banyak meluangkan waktunya dengan menonton televisi lebih sering mengkonsumsi minuman manis dan makanan selingan sehingga lebih mudah mengalami kegemukan dan karies gigi. 6 Mayoritas makanan yang diiklankan/dipasarkan adalah makanan yang nilai nutrisinya rendah dan tinggi kalori lemak dan/atau gula. Anak yang menonton televisi secara signifikan meningkat konsumsi makanannya setelah melihat iklan makanan dan keinginan untuk makan makanan manis meningkat setelah melihat iklan di televisi. 11

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

28

Frekuensi makanan selingan pada anak gemuk pada penelitian ini tampak lebih banyak anak mengkonsumsi makanan selingan 0-3 kali sehari (Lampiran 6). Setelah dilakukan uji statistik terhadap frekuensi makan selingan dan kejadian karies didapatkan hubungan tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sedang (p>0,05, r=0,442). Literatur menyebutkan dengan frekuensi makan selingan yang rendah maka jumlah gula yang dikonsumsi akan semakin rendah sehingga produksi asam yang dihasilkan bakteri dan perlekatannya pun akan berkurang lalu akan menurunkan tingkat kejadian karies. 30 Rendahnya frekuensi makan selingan dapat terjadi dikarenakan tingkat kesadaran orang tua terhadap status berat badan anak meningkat. Orang tua mulai membatasi frekuensi makan selingan sehingga berdampak pula pada kejadian karies di anak gemuk. Waktu makan selingan yang dibagi menjadi waktu makan selingan yang teratur dan tidak teratur. Waktu makan selingan teratur adalah makanan selingan yang diberikan di antara makanan utama setiap harinya dan tidak teratur apabila diberikan kapan saja anak menghendaki. Frekuensi waktu makan selingan pada penelitian ini lebih banyak anak gemuk dengan waktu makan yang tidak teratur dibandingkan teratur. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan hubungan sangat lemah tidak bermakna (p>0,05 dan r = 0,077). Aktivitas fisik pada anak gemuk pada penelitian ini tampak lebih banyak anak beraktivitas fisik lebih dari 1 jam sehari. Ada hubungan sangat lemah tidak bermakna antara aktivitas fisik dengan karies gigi pada anak gemuk (r=0,115, p>0,05) Pada penelitian ini tampak lebih banyak anak gemuk melewatkan waktu luangnya dengan menonton televisi lebih dari 2 jam sehari. Dari hasil uji statistik terdapat hubungan sangat lemah tidak bermakna antara kegiatan waktu luang menonton televisi dengan karies gigi pada anak gemuk (r=0,135, p>0,05). Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyebutkan terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan menonton televisi dengan kejadian karies pada anak gemuk.

5, 6

Dari tabel 4.5 terlihat hubungan

tidak bermakna antara variabel gaya hidup dengan kejadian karies pada anak gemuk dan normal. Hal ini disebabkan oleh karena karies merupakan penyakit multifaktorial yang terdiri dari faktor internal dan eksternal, yang tidak hanya disebabkan oleh satu atau dua faktor resiko saja. 17, 18 Makanan yang sering dipilih

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

29

dan dikonsumsi anak pada umumnya adalah yang mengandung karbohidrat olahan yang bersifat melekat pada gigi serta larut didalam mulut secara perlahanlahan. Makanan manis dan lengket tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan plak yang merupakan faktor resiko terjadinya karies. 25

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

30

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sedang antara frekuensi makan selingan dengan karies gigi pada anak gemuk usia 3-5 tahun, dan

terdapat hubungan sangat lemah tidak bermakna antara waktu makan selingan, aktivitas fisik, dan kegiatan waktu luang menonton televisi dengan kejadian karies pada anak gemuk usia 3-5 tahun.

5.2 Saran Dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang meneliti hubungan gaya hidup dan kejadian karies pada anak kurus. Bagi para orang tua disarankan untuk lebih berperan serta dalam memperbaiki gaya hidup anak, apabila anak memiliki pola makan selingan yang banyak mengandung gula sehingga dapat menyebabkan karies dan aktivitas anak yang lebih sering menonton televisi. Kebersihan gigi dan mulut anak juga harus dijaga sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian karies.

30

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

31

DAFTAR REFERENSI

1. The WHO Health Promotion Glossary. 1998. http://www.who.int/healthpromotion/about/HPR%20Glossary%201998.pdf. Accessed April 29, 2012. 2. Depkes. Perjalanan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.2002:12-20. 3. Healthy Eating and Active Living For Your 1-5 Year Old. Available at: www.health.alberta.ca/documents/HEAL-Brochure-1-5.pdf. Accessed November 18, 2011. 4. Hidayati S, Irawan R, Hidayat B. Obesitas pada Anak. Ilmu Kesehatan Anak FK Unair:1-11. 5. Cinar AB, Christensen LB, Hede B. Clustering of Obesity and Dental Caries with Lifestyle Factors Among Danish Adolescents. Oral Health Prev Dent. 2011;9:123-130. 6. Cinar B, Murtomaa H. Clustering of Obesity and Dental Health with Lifestyle Factors among Turkish and Finnish Pre-Adolescents. Obesity Facts. 2008;1:196-202. 7. Hong L, dkk. Obesity and Dental Caries in Children Aged 2-6 Years in the United States: National Health and Nutrition Examination Survey 1999-2002. American Assoc of Public Health Dent. 2008;68(4):227-233. 8. Hilgers K, dkk. Childhood Obesity and Dental Development. Ped Dent. 2006;28(1):18-22. 9. Karels A, Cooper B. Obesity and Its Role in Oral Health. The Internet J of Allied Health Sci and Pract. 2007;5(1):1-5. 10. Yussac M, dkk. Prevalensi Obesitas pada Anak Usia 4-6 Tahun dan Hubungannya dengan Asupan Serta Pola Makan. Maj Kedokt Indon. Februari 2007;57(2):47-53. 11. Palmer C. Dental Caries and Obesity in Children: Different Problems, Related Causes. Quintessence International. 2005;36(6):457-461. 12. Subardja D, Suzy I, dkk. Hubungan Pola Makan dan Pola Aktivitas Fisik dengan Obesitas Primer pada Anak. Media Gizi & Keluarga. 2000:123-131. 13. WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic. Geneva: WHO Technical Report Series; 2000:894. 14. Lahti-Koski M, Gill T. Defining Childhood Obesity. A Pediatr Adolesc Med. 2004;9:1-19.

Universitas Indonesia 31 Dara, FKGUI, 2012 Hubungan gaya..., Indira Chairulina

32

15. Riset Kesehatan Dasar 2010. Available at: http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf. Accessed Mei 1, 2012. 16. Departemen Kesehatan RI. Available at: http://www.gizikia.depkes.go.id. Accessed Mei 2012. 17. Axelsson P, Karlstad. Diagnosis and Risk Prediction of Dental Caries: Quintessence Books; 2000:1-86. 18. Mount G, Hume W. Preservation and Restoration Tooth Structure. 2nd ed. Queensland: Knowledge Books & Software; 2005:21-34. 19. Kidd E, Bechal S. The Disease and Its Management. J Essent of Dental Caries. 1987:155-160. 20. Harris N, Godoy F. Primary Preventive Dentistry. USA: Pearson Prentice Hall; 2004:45-47. 21. Scachtele C. Dental Caries in Oral Microbiology and Infectious Disease. 2nd ed. Philadelphia: Decker; 1990:479-515. 22. Newburn E. Cariology. 3rd ed. USA: Quintessence; 1989:82-88. 23. Sondang P, Harmada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press; 2008:4-6. 24. Misnadiarly. Obesitas sebagai faktor resiko beberapa penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer; 2007:7-9. 25. Pinkham J. Pediatric Dentistry - Infancy through adolescence. 2nd ed: WB Saunders Co; 1994:199-205. 26. WHO. Oral Health Surveys-Basic Methods. 4th ed; 1997:21-59. 27. Depkes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Survey Kesehatan Rumah Tangga. Vol 3; 2004:67-71. 28. Proverawati A. Kegemukan dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Nuha Medika. 2010:1-18. 29. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2002:36-40. 30. Stecksen-Blicks C, Sunnegardh K. Caries Experience and Background Factors in 4-year-old Children. Caries Res. 2004:149-155.

Universitas Indonesia Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

Kepada Yth : Bapak/Ibu/Wali .......................................................

Dengan hormat, Bersama ini saya mohon persetujuan Bapak/Ibu/Wali agar anak Bapak/Ibu/Wali dapat berpartisipasi sebagai subyek dalam penelitian saya, yang berjudul : “HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KEJADIAN KARIES PADA ANAK GEMUK 3-5 TAHUN” Dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisa hubungan antara gaya hidup dengan kejadian karies pada anak sehingga dapat dilakukan pencegahan dan perawatan yang tepat. Dalam penelitian ini akan dilakukan : 1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan 2. Pengisian lembar kuesioner oleh orang tua 3. Pemeriksaan jumlah karies pada anak Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian bersifat aman untuk anak. Adapun ketidaknyamanan yang akan dialami anak selama prosedur penelitian adalah anak harus membuka mulut selama beberapa waktu (+ 5 menit). Serta keuntungan apabila menjadi objek penelitian ini adalah : 1. Anak dan orang tua dapat mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut anak sehingga dapat meningkatkan motivasi dan mengetahui cara untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut. 2. Anak dan orang tua dapat mengetahui kategori berat badan anak, sehingga dapat melakukan pencegahan apabila tidak berada dalam kriteria normal.

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

Jika Bapak/Ibu/Wali bersedia, bersama ini saya lampirkan surat kesediaan yang dapat ditandatangani. Demikianlah mudah-mudahan keterangan saya diatas dapat dimengerti, dan atas kesediaannya untuk memberikan izin anak dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Jakarta,

Juni 2012

Hormat saya,

drg. Indira Chairulina

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang resiko dan keuntungan pemeriksaan dan penelitian ini, saya izinkan anak saya untuk turut berpartisipasi dalam penelitian :

Judul

: “HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KEJADIAN KARIES PADA ANAK GEMUK 3-5 TAHUN”

Atas nama

: drg. Indira Chairulina

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengizinkan anak saya berpartisipasi dalam penelitian tersebut di atas.

Jakarta,

2012

(

)

Orang tua ananda : ........................................... Alamat

: ........................................... ............................................

No. Telp / Hp

: ............................................

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

LEMBAR KUESIONER

Nama anak

: ................................................. Tanggal Lahir : ...............................

Alamat rumah: ...........................................................................................................

Petunjuk pengisian : lingkarilah jawaban yang tersedia pada nomor yang tercetak hitam tebal. Mohon diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan terima kasih atas kerjasamanya.

1. Berapa kali sehari anak ibu makan makanan selingan (permen, coklat, biskuit, dll)? 1. > 3x

2. 0-3x

2. Kapan anak ibu biasanya makan makanan selingan? 1. Tidak Teratur (apabila waktu makan dilakukan kapan saja dalam satu hari) 2. Teratur (apabila waktu makan makanan selingan dilakukan setelah atau sebelum makan makanan utama)

3. Berapa lama dalam sehari anak ibu berolahraga / melakukan aktivitas fisik (berlari, berenang, bermain bola, bermain sepeda, senam,dll) ? 1. < 1 jam

2. 1 jam / lebih

4. Berapa lama waktu yang dihabiskan anak ibu untuk menonton televisi / bermain komputer / games ? 1. > 2 jam/hari

2. 0-2 jam/hari

Terima kasih atas kerjasamanya drg. Indira Chairulina

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012

Hubungan gaya..., Indira Chairulina Dara, FKGUI, 2012 3 th 3 th 5 th 5 th 4 th 4 th

L

P P L L

P L P L P L L P P L L P L 3 th

4 th

4 th

5 th

5 th

5 th

5 th

5 th

5 th

5 th

5 th

5 th

4 th

4 th

4 th

5 th

4 th

5 th

5 th

5 th

3 th

4 th

5 th

5 th

5 th

4 th

5 th

4 th

L P P P L P L P P L P P L L L L

usia

L/P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17

NO

BB 24 23 27 27 26 27 25 21 26 27 25 24 27 24 25 21 21 18 15 16 16 16 21 15 21 17 16 16 15 20 18 15 15 14

TB Kategori KMS 118 G 117,5 G 122,5 G 128,5 G 139,5 G 122,5 G 130 G 113,5 G 132 G 131,5 G 126 G 117 G 137 G 128 G 120 G 110 G 120 G 124,5 N 113 N 117,5 N 116 N 111 N 126,5 N 113 N 122 N 120 N 122 N 117,5 N 112,5 N 123,5 N 122 N 113 N 112,5 N 108 N

def-t 3 4 7 3 6 4 0 1 0 4 0 5 0 5 8 7 4 3 2 0 7 8 2 10 14 14 2 0 0 5 4 0 2 0

Karies frekuensi mkn waktu makan rendah 0-3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur tinggi 0-3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur tinggi >3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah >3 teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah >3 tdk teratur rendah >3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur tinggi >3 tdk teratur tinggi >3 tdk teratur rendah >3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah >3 tdk teratur rendah >3 teratur tinggi >3 tdk teratur tinggi 0-3 teratur rendah 0-3 tdk teratur tinggi 0-3 teratur tinggi >3 tdk teratur tinggi >3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah >3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah 0-3 teratur rendah 0-3 teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah 0-3 tdk teratur rendah >3 tdk teratur

aktivitas 1 jam/lbh 1 jam/lbh < 1 jam < 1 jam 1 jam/lbh 1 jam/lbh 1 jam/lbh < 1 jam < 1 jam 1 jam/lbh 1 jam/lbh < 1 jam < 1 jam 1 jam/lbh 1 jam/lbh < 1 jam 1 jam/lbh < 1 jam 1 jam/lbh < 1 jam 1 jam/lbh 1 jam/lbh 1 jam/lbh < 1 jam 1 jam/lbh < 1 jam 1 jam/lbh < 1 jam 1 jam/lbh 1 jam/lbh 1 jam/lbh 1 jam/lbh < 1 jam 1 jam/lbh

tv 0-2 jam > 2 jam > 2 jam > 2jam > 2 jam 0-2 jam 0-2 jam > 2 jam 0-2 jam > 2 jam > 2 jam > 2 jam > 2 jam 0-2 jam 0-2 jam > 2 jam > 2 jam > 2 jam 0-2 jam > 2 jam 0-2 jam 0-2 jam 0-2 jam > 2 jam > 2 jam 0-2 jam 0-2 jam > 2 jam > 2 jam 0-2 jam > 2 jam > 2 jam > 2 jam 0-2 jam

Related Documents


More Documents from "arif"