File.pdf

  • Uploaded by: reza lando
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View File.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 27,517
  • Pages: 112
0   

UNIVERSITAS INDONESIA

DIET HIPERTENSI UNTUK MENGONTROL TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

NAHLA JOVIAL NISA 0906629486

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014

0   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

UNIVERSITAS INDONESIA DIET HIPERTENSI UNTUK MENGONTROL TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

NAHLA JOVIAL NISA 0906629486

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014

i   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Allah SWT atas karunia-Nya, saya dapat menyelasaikan karya ilmiah dengan judul “Diet Hipertensi untuk Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi”. Karya Ilmiah Akhir Ners ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi di Program Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bmbigan dari berbaga pihak, dari masa perkuiahan hingga penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ini. Oleh karena itu, saya mengucapka terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah menuntun penulis dan memberi kekuatan dalam menjalani fase kehidupan di kuliah dan untuk menyelesaikan ini 2. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc, Phd. 3. Ibu Ns. Tri Widyatuti H., S.Kep selaku pembimbing, yang telah memberi masukan dan mengarahkan serta membimbing dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. 4. Ibu Imami Nur Rachmawati S.Kp, Msc selaku pembimbing akademik penulis 5. Ibu Fajar Waluyanti S.Kep. M.Kep., Sp.Anak selaku koordinator mata Ajar KIA Ners dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir 6. Drs. Sudirman, M.Pd. dan Kris Isnawati Ida S.Pd., MM., Orang Tua yang sangat dicintai, selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. Adik-adik tercinta Jundi Mangku Aghni, Zaky In’am Azzikra, Oriza Sativa Arrinal Haq yang selalu menjadi penyemangat untuk segera lulus. 7. Segenap tim dosen FIK UI, Khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini. 8. drg. Ranti selaku Kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama dengan penulis selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan 9. Kader Kesehatan RW 22 Khususnya RT 03 Kelurahan Sukatani Ibu Ratmana Sukiyo 10. Sahabat dan orang yang saya sayangi telah mengingatkan, memberi saran dan masukan dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih Ghulam

v   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

Nurul Huda, Putri Novelia, Rizky Agustina Wulandari,Oktorilla Fiskasianita, Lystia Tri Utami, Destarasati, Fandiar Nur Isdiati, Rona Cahyantari, Zakiyyah Ahsanti, Mustafidz Al Abrar, Isni Dalimunthe, Destarasati, Rona Cahyantari Merduati, Ushal Imami, Dini Fitriani Tjarma, Ridhaninggar kakak mentor perjuangan, Weni Widya Shari, Ade Martiwi, Pengurus Harian Nasional ILMIKI 2011-2013,Kesma BEM UI 2010, Teman-teman Kesma BEM UI 2012, MWA UI UM 2011, Forum Indonesia Muda, Kakak Mentoring Ceria, dan Kaka Guru Sekolah Bermain Matahari, dan semua teman-teman yang memberi dukungan yang tak bisa ditulis satu persatu namun selalu tertera di hati ini. 11. Teman satu perjuangan di RW 22 Kelurahan Sukatani Rizkiyani Istifada, Arif Ridwan, Hani Fauziah, Hamdana Eka Putri, Rini Fauziah. 12. Teman-teman FIK UI 2009 Mandiri yang telah memicu semangat saya untuk bisa memakai toga bersama Menyadari akan keterbatasan yang dimiliki, penulis meyakini bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran maupun masukan yang konstruktif sangatlah diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Walau demikian penulis berharap semoga KIAN ini bermanfaat untuk para pembaca sekalian. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Depok, Juli 2014 Penulis

vi   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

ABSTRAK Nama Program studi Judul

: Nahla Jovial Nisa : Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan : Diet Hipertensi Untuk Mengontrol Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi

Tingginya prevalensi hipertensi pada masyarakat perkotaan dipicu oleh gaya hidup. Perubahan gaya hidup tersebut adalah perubahan pola makan yang menjadi lebih banyak gula, garam, lemak, dan rendah serat. Pravelensi hipertensi meningkat seiiring dengan peningkatan usia. Perawat perlu memberikan intervensi dalam aspek manajemen diet untuk lansia dengan hipertensi. Karya ilmiah ini dibuat berdasarkan asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan selama 7 minggu untuk mengontrol tekanan darah. Perawat menerapkan manajemen diet untuk mengontrol tekanan darah. Hasilnya terdapat penurunan tekanan darah 10 mmHg pada diastole. Diet hipertensi pada lansia tercapai sebagian karena ada faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan yaitu kepatuhan. kata kunci: diet, lansia, hipertensi

ABSTRACT Name Major

: Nahla Jovial Nisa : Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan

Tittle

: Diet Hypertension for Controlling Blood Pressure Hypertension In

Elderly With Hypertension Prevalence of hypertension in urban communities are high triggered by lifestyle. Changes in eating patterns are become more sugar, salt, fat, and low in fiber. Prevalence hypertension increasing by aging. Nurses need to provide interventions in the management aspects of the diet for the elderly with hypertension. Intervention through family nursing care that has been given for 7 weeks to control blood pressure. Nurses applying for the dietary management of blood pressure control. The result there is a decrease in blood pressure 10 mm Hg in diastole. Diet hypertension in the elderly is achieved in part because there are factors that affect the success of diet is complience elderly. Keywords: diet, elderly, hypertension

viii   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii KATA PENGANTAR ............................................................................................ v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………….............. vi  ABSTRAK ........................................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix  DAFTAR TABEL...................................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii 1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7 1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 8 1.3.1.Tujuan Umum ......................................................................................... 8 1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 8 1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 8 1.4.1 Pendidikan Keperawatan ........................................................................ 8 1.4.2 Pelayanan Keperawatan .......................................................................... 9 1.4.3 Penelitian Selanjutnya ............................................................................ 9 1.4.4. Bagi keluarga ......................................................................................... 9 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 10 2.1. Konsep Keperawatan Perkotaan .................................................................... 10 2.1.1. Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ... 10 2.1.2. Masalah Gaya Hidup dan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan ....... 12 2.2. Keluarga dengan Lansia ................................................................................. 13 2.2.1. Keluarga dengan Lansia ..................................................................... 13 2.2.2. Lansia sebagai Agregat Rawan (Vulnerable) ..................................... 14 2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi ............................ 15 2.3.1. Pengkajian keluarga ........................................................................... 15 2.3.2. Diagnosis Keperawatan ...................................................................... 17 2.3.3. Skoring Masalah Keluarga ................................................................. 19 2.3.4. Perencanaan Keperawatan.................................................................. 20 2.3.5. Implementasi Keperawatan ................................................................ 21 2.3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 27 2.3.6. Peran Perawat Keluarga ..................................................................... 28 2.3.7 Peran Perawat Komunitas .................................................................. 29

ix   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................................... 32 3.1. Pengkajian Keluarga ...................................................................................... 32 3.2. Diagnosis Keperawatan.................................................................................. 36 3.3. Rencana Keperawatan .................................................................................... 36 3.4. Implementasi Keperawatan ............................................................................ 37 3.5. Evaluasi Keperawatan .................................................................................... 41 4. ANALISIS SITUASI ........................................................................................ 47 4.1. Profil Lahan Praktek ...................................................................................... 47 4.2. Analisis Masalah dengan Konsep dan Penelitian Terkait KKMP ................. 48 4.3. Analisis Intervensi Diet Hipertensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait .. 54 4.4. Alternatif Pemecahan yang Dilakukan ......................................................... 59 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 60 5.1. SIMPULAN ................................................................................................... 60 5.2. SARAN .......................................................................................................... 61 5.2.1. Puskesmas/Perawat Komunitas .......................................................... 61 5.2.2. Pendidikan Keperawatan .................................................................... 62 5.2.3. Penelitian Selanjutnya ........................................................................ 62 5.2.4. Keluarga ............................................................................................. 62 5.2.5. Masyarakat/Kader .............................................................................. 63 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64

x   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah.............................................................16 Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO............................................17 Tabel 2.3 Cara Membuat Skoring Penentuan Priotitas..................................19

xi   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga Pasien Kelolaan

Lampiran 2

Kartu kontrol Tekanan darah Pasien Kelolaan

Lampiran 3

Daftar Riwayat Hidup

xii   

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

1   

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan latar belakang penyusunan karya ilmiah, perumusan masalah, tujuan penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus), serta manfaat dari penulisan karya ilmiah ini. 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan daerah perkotaan semakin pesat seiring dengan meningkatnya kesempatan untuk hidup lebih baik, namun juga meningkatkan berbagai masalah. WHO (2014) dalam situsnya menyebutkan diprediksi pada tahun 2050, 70 persen penduduk dunia akan tinggal di daerah perkotaan. Perubahan ini berdampak signifikan terhadap kesehatan yang dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan pemerintahan kota; karakteristik populasi; lingkungan; sosial ekonomi; keamanan pangan; dan pelayanan kesehatan di daerah perkotaan. Kemiskinan di dalam kota juga berkaitan erat dengan rendahnya kualitas hidup dan meningkatnya masalah kesehatan di berbagai rentang usia (Jones, 2000; Lundy & Janes, 2009). Salah satu masalah kesehatan yang disebutkan pada daerah perkotaan adalah Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM terjadi akibat dari gaya hidup yang buruk. WHO mempublikasikan pravalensi peningkatan tekanan darah pada penduduk dunia yaitu 29,2 % laki-laki dan 24,8% pada wanita pada tahun 2008 (World Health Statistic, 2013). Lebih lanjut Hasil Riskesdas (2013) menyebutkan bahwa angka hipertensi secara nasional dari cakupan nakes terhadap 36,8 persen penduduk yaitu 25,8 persen. Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya umur (Riskesdas, 2013). Tingginya angka pravalensi peningkatan tekanan darah sangat mengkhawatirkan. Hipertensi sebagaimana telah diketahui dapat mengakibatkana kejadian stroke, penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, dan komplikasi lainnya. Tekanan darah yang meningkat diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian di dunia yaitu sekitar 12,8% dari total penyebab semua kematian. Hipertensi juga menyumbang

 

 1 Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

2   

57 juta kecacatan atau 3,7% dari total kecacatan (Global Health Observatory, 2014). Indonesia melalui hasil riset Riskesdas (2013) menunjukan angka kejadian stroke meningkat dari 8,3 per1000 pada tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 pada tahun 2013. Lansia sendiri sebagai agregat yang besar saat ini mengalami permasalahan PTM cukup besar. Lansia merupakan kelompok yang rawan dan berisiko karena ketidaktahuannya mengenai program yang ada atau karena lansia tidak tahu bagaimana mengakses pelayanan kesehatan (Lundy & Janes, 2009). Lansia dengan penurunan fisik dan psikologis memerlukan bantuan dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan dirinya. Lansia secara fisik mengalami perubahan dalam ketebalan pembuluh darah dan juga penurunan fisik lainnya yang mengakibatkan pompa jantung meningkat. Lansia secara psikologis terjadi perubahan seperti kehilangan, pekerjaan, penghasilan, kebutuhan eksistensi yang dapat memperngaruhi dan menjadi stressor pada lansia. American Health Association (AHA) tahun 2011 mempublikasikan cara perawatan dan pencegahan perburukan hipertensi pada lansia adalah dengan melakukan pembatasan garam, diet hipertensi, minum obat yang teratur, tidak merokok, meningkatkan aktifitas fisik, menurunkan berat badan. Pembatasan garam dan diet secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah pada lansia dibanding dewasa (AHA, 2011). Lansia yang meningkatkan masukan potasium dari buah dan sayur dapat menurunkan tekanan darah, terutama bagi yang sangat terbiasa dengan konsumsi garam tinggi (AHA, 2011). Pola makan atau yang biasa dikatakan diet dapat mengontrol tekanan darah lansia. Pravalensi hipertensi di perkotaan lebih tinggi dari pedesaan yaitu 26,1 persen dari 25,5 persen. Pravelensi Provinsi hipertensi tertinggi yaitu di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Depok sebagai salah satu Kabupaten Kota di Jawa Barat berdasarkan profil kesehatan

tahun 2012 digambarkan bahwa hipertensi

merupakan penyakit PTM terbesar yaitu sebesar 53,9 persen.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

3   

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi peningkatan tekanan darah oleh pemerintah baik pada tingkat nasional hingga lokal telah dilakukan. Upaya Pemerintah pusat dalam hal ini yaitu mengembangkan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan kuratif-rehabilitatif. Upaya tersebut didapat dalam pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Puskesmas memiliki program untuk menanggulangi PTM. Pusat Pembinaan Terpadu (Posbindu) juga merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pada lansia dan masyarakat. Profil Kesehatan Depok (2013) menggambarkan sebagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan pra usila dan usila yaitu memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas dan posyandu lansia. Upaya ini menghasilkan lansia yang terlayani kesehatannya berjumlah 36,56 persen. Kegiatan yang telah dilakukan pemerintah depok yaitu melakukan pelatihan kader Posbindu guna meningkatkan keterampilan kader dalam melayani lansia. Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2011 juga telah memberikan seminar kepada 200 lansia yang berasal dari 11 kecamatan untuk menginformasikan seputar kesehatan lansia. Puskesmas Santun Lansia pada tahun 2013 telah dilaksanakan di lima Puskesmas, salah satunya Puskesmas Sukatani. Meskipun

telah dilakukan beberapa upaya diatas pada kenyataannya angka

penderita hipertensi masih besar. Perawat sebagai tenaga kesehatan berperan penting dalam menanggulangi PTM. Peranan perawat tersebut salah satunya di komunitas untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Perawat komunitas berperan dalam praktik keperawatan yang berfokus pada populasi dan komunitas untuk meningkatkan pencegahan penyakit dan ketidakmampuan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000). Program Perawatan Komunitas yang telah diupayakan di Indonesia yaitu Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) yaitu perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang mengutakamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rahabilitatif yang diberikan secara menyeluruh melaui individu , keluarga, kelompok masyarakat sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (BPSDM, 2014). Namun pada kenyataannya dengan minimnya program ini masih memiliki berbagai kendala salah satunya kesiapan puskesmas dan SDM dalam menjalankannya. Penanggulangan masalah hipertensi

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

4   

pada lansia memerlukan program peningkatan kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan, dan perbaikan kemampuan keluarga untuk merawat lansia dengan hipertensi. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas yang ditujukan kepada individu, keluarga, dan kelompok yang berisiko tinggi melalui pendekatan keluarga. Wilayah di Depok yang menjadi tempat praktik asuhan keperawatan komunitas yaitu kecamatan Tapos memiliki pravelensi lansia dengan Hipertensi cukup tinggi. Berdasarkan hasil survey di salah satu wilayah cakupan Puskesmas Sukatani Kecamatan Tapos yaitu RW 22 memiliki jumlah lansia( >60 tahun) adalah sebanyak 45 orang. Lansia yang memiliki masalah hipertensi di wilayah ini sebesar 69,7% lansia dari 33 lansia yang dilakukan survey. Keluarga merupakan sistem pendukung dasar lansia untuk mempertahankan status kesehatannya. Oleh karena itu, pentingnya keluarga memahami tugas kesehatan keluarga untuk mencegah komplikasi hipertensi. Asuhan Keperawatan keluarga sangat berperan dalam meningkatkan kemandirian keluarga dalam meningkatkan perilaku pencegahan hipertensi dan perawatan hipertensi pada lansia.. Sistem keluarga membentuk terlahirnya keputusan-keputusan dalam keadaan sehat hingga sakit. Selain itu keluarga juga mempengaruhi perilaku individu dalam melakukan pencegahan dan perawatan masalah kesehatan. Oleh karena itu penting adanya dukungan dan pemahaman keluarga yang baik untuk memenuhi tugas kesehatan anggota keluarga terutama lansia dengan hipertensi. Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah hipertensi pada lansia. Praktik penulis diawali dengan melakukan screening bersama dengan kader kesehatan untuk mengunjungi rumah dengan lansia yang dilakukan di RW 22 Kelurahan Sukatani. Penulis menilai status kesehatan lansia dan menentukan keluarga kelolaan yaitu keluarga dengan lansia hipertensi. Asuhan Keperawatan dilakukan pada keluarga Bapak R selama tujuh minggu bertempat di RT 03 RW 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos, Kota Depok.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

5   

Keluarga Bapak R (28 th) memiliki nenek N (68 tahun). Keluarga Bapak R merupakan keluarga extended family dan memiliki masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait hipertensi pada lansia. Nenek N memiliki hipertensi sejak dua tahun yang lalu dengan tekanan darah 180/110 mmHg. Status hipertensi nenek N berdasarkan WHO termasuk kategori hipertensi Berat. Nenek N mengonsumsi obat Captopril 1x12,5 mg yang diminum setiap hari. Nenek N tidak merasakan tanda dan gejala seperti pusing, mata kunang-kunang, sulit tidur, dan sesak napas. Nenek N memiliki riwayat dirawat karena tekanan darah >200/110 dan saat itu merasakan gejala pusing, mata kunang-kunang, dan sulit tidur. Pola makan Nenek N sejak muda dan hingga saat ini sangat menyukai makanan yang gurih dan asin. Nenek N makan 2xsehari dengan lauk pauk yang gurih dan ikan asin. Beliau setiap hari mengonsumsi makanan ikan asin dan merasa tidak enak jika makan tanpa ikan asin. Cemilan yang selalu dimakan nenek N yaitu kerupuk gurih. Pola olahraga yaitu Nenek N tidak berolahraga rutin. Asuhan keperawatan lansia dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri menggunakan tahapan asuhan keperawatan dalam pendekatan keluarga yang berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi, implementasi, dan eveluasi (Friedman, Bowden, dan Jones. 2003). Pengkajian yang diimplementasikan dilakukan melalui proses wawancara dan observasi perilaku anggota keluarga untuk mendapatkan data yang berfokus pada masalah keluarga. Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan sebagai strategi untuk mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan diri lansia dengan hipertensi. Evaluasi dilakukan untuk menilai kemampuan keluarga dalam merawat lansia dengan hipertensi. Asuhan keperawatan yang diberikan penulis juga mengacu pada lima fungsi tugas menurut Maglaya (2009). Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat penting untuk meningkatkan status kesehatan lansia di rumah. Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak R melalui pendidikan kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga terkait masalah pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi. Perawat menjelaskan  

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

6   

pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejala hipertensi, dan akibat hipertensi. Perawat mendiskusikan dengan keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah hipertensi, upaya untuk mengontrol hipertensi, mendemontrasikan menyusun menu makanan pada diet hipertensi, cara memilih dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, penyusunan jadwal makan, dan mengurangi garam untuk lansia dengan hipertensi Penulis memiliki intervensi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi tersebut adalah penyusunan menu diet hipertensi, pembatasan makanan yang dihindari, dan makanan yang tidak boleh. Implementasi mengenai penyusunan makanan untuk diet hipertensi dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi peningkatan pengetahuan dan penurunan tekanan darah diastol 10 mmHg pada lansia. Keluarga bapak R, khususnya Nenek N terlihat mulai menyediakan menu makanan gizi seimbang dengan memperhatikan makanan yang dibatasi, dihindari, dan diperbolehkan. Pengurangan garam dapat menurunkan 7,6/3.3 mmHg, sedangkan jika dilakukan multi treatment non farmakologi dalam suatu penelitian menunjukan perubahan 4,2/4,9 mmH (Maddens, Imam, & Ashkar. 2005). Penelitian di Kanadia dengan melibatkan lansia dengan menerapkan multifaktor treatment nonfarmokologik dapat menurunkan tekanan darah 11/8 mmHg setelah 12 bulan intervensi (Rabkin, 1994 dalam Stanhope & Lancester, 2010). Pada Nenek N perubahan tekanan darah selama intervensi 5-10 mmHg dengan intervensi manajemen diet. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (2013) dalam salah satu seminar Gizi menyampaikan

prinsip

dalam

upaya

penanggulan

PTM

yaitu

dengan

melaksanakan pencegahan pada semua siklus kehidupan yaitu dengan memenuhi gizi dan kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Prinsip selanjutnya yaitu menerapkan Pedoman Gizi Seimbang yang difokuskan pada peningkatan konsumsi sayur dan buah, pangan hewani dengan mengurangi lemak serta minyak dan membatasi gula dan garam. Selanjutnya menggerakan masyarakat untuk melakukan aktifitas fisik dan menimbang berat badan secara teratur. Hal ini dikuatkan oleh rekomendasi AHA mengenai pencegahan dan penurunan tekanan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

7   

darah melalui diet yang dilakukan pada lansia menunjukan hasil yang baik. Lansia mampu melakukan diet hipertensi secara berkesinambungan terutama dalam hal menurunkan berat badan berlebih dan pengurangan garam dalam jangka waktu yang lama (AHA ,2006).

1.2. Rumusan Masalah Lansia dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologi mengalami penurunan akibat proses degeneratif(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Penyakit tidak menular terbesar yang terjadi pada lansia secara signifikan terus naik yaitu hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kematian dan kecacatan seperti serangan stroke, jantung, dan ginjal, dan komplikasi lainnya. Permasalahan ini jika tidak teratasi akan menambah beban ekonomi dan sosial masyarakat. Hipertensi pada lansia merupakan penyakit PTM terbesar sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak. Menurut hasil survey di Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos pada bulan Mei 2014 terdapat 45 lansia yang berusia lebih dari 60 tahun. Hasil penyebaran angket menunjukkan sebanyak 23 dari 33 responden (69,7%) memiliki hipertensi, 57,6% lansia merasakan tanda dan gejala seperti pusing, rasa berat atau sakit ditengkuk, 78,8% lansia tidak melakukan olah raga minimal 1 kali seminggu dan terdapat 21,2% lansia tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berada dekat lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat lansia RW 22 lebih dominan 63,6% tidak baik dalam hal perawatan maupun pencegahan hipertensi seperti masih mengonsumsi kopi, makanan tinggi garam, gorengan dan makanan bersantan. Selain itu hasil wawancara kader menyebutkan masih rendahnya angka kunjungan lansia ke Posbindu. Berdasarkan hal tersebut, perawat melakukan asuhan keperawatan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terkait perawatan hipertensi melalui intervensi diet hipertensi dengan memperhatikan makanan yang dihindari, tidak diperbolehkan, dan diperbolehkan sebagai upaya meningkatkan status kesehatan keluarga, terutama lansia dengan hipertensi. Intervensi mengenai diet hipertensi  

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

8   

merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya mengelola makanan pada lansia. Pengelolaan makanan pada lansia bertujuan juga untuk menurunkan tekanan darah lansia baik diastole ataupun sistole sehingga dapat mengontrol tekanan darah. Tulisan ini akan menjawab pertanyaan apakah dengan intervensi diet hipertensi mampu mengontrol tekanan darah Nenek N pada keluarga Bapak R.

1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang diet hipertensi untuk mengontrol tekanan darah lansia dengan hipertensi pada keluarga Bapak R di RW 22 Kelurahan Sukatani, Kota Depok dengan masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait dengan hipertensi pada lansia

1.3.2

Tujuan Khusus

Tujuan khusus karya ilmiki ini memberikan gambaran mengenai: 1.3.2.1 Masalah keperawatan kesehatan perkotaan 1.3.2.2 Masalah keperawatan pada klien lanjut usia dengan hipertensi di wilayah RW 22 Kelurahan Sukatani 1.3.2.3 Mengenai asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan hipertensi 1.3.2.4 Mengenai intervensi keperawatan berupa diet hipertensi pada lansia

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Pendidikan Keperawatan Karya ilmiah ini dapat memperkaya informasi dan pengembangan di bidang pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkungan keluarga mengenai pentingnya mengefektifkan manajemen kesehatan melalui pola makan diet hipertensi. Melalui tulisan ini diharapkan bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi masukan agar dapat menerapkan kurikulum kepada

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

9   

mahasiswa mengenai intervensi-intervensi yang dapat dikembangkan kepada lansia yang hipertensi.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan Karya ilmiah ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan keperawatan melakukan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mengenai pola makan pada diet hipertensi dalam upaya melakukan pencegahan hipertensi komplikasi. Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program perawat kesehatan masyarakat, khususnya program lansia di Puskesmas Sukatani dalam mengembangkan media promosi kesehatan tentang diet hipertensi pada lansia dan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri hipertensi pada anggota keluarga yang lansia. Program perkesmas yaitu kegiatan luar gedung seperti kunjungan keluarga juga diharapkan dapat meningkatkan perilaku perawatan seperti diet hipertensi pada keluarga.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya Tulisan ini dapat menjadi diharapkan dapat menjadi data dasar dalam mengembangkan penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan perilaku pengaturan pola makan atau diet hipertensi pada keluarga dengan lansia hipertensi 1.4.4. Bagi keluarga Tulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian keluarga untuk meningkatkan kemampuan dalam mengontrol tekanan darah secara mandiri melalui program diet hipertensi pada lansia.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

10   

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan beberapa teori yang disusun secara sistermatis sebagai landasan teori dalam penyusunana karya ilmiah ini. Tinjauan pustakan dalam karya ilmiah ini mengenai konsep keperawatan atau kesehatan masyarakat perkotaan, keluarga dengan lanjut usia, dan strategi asuhan keperawatan keluarga lanjut usia dengan hipertensi. 2.1. Konsep Keperawatan Perkotaan 2.1.1. Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Masyarakat merupakan sistem terbesar dalam populasi. Laverack (2004 dalam Sines, Saunders, dan Burford, 2013 ) mengidentifikasi karakteristik masyarakat yaitu adanya dimensi spasial yaitu tempat atau lokasi, kesamaan ketertarikan, identitas, saling berbagi kebutuhan dan adanya interaksi sosial serta hubungan diantara individu. Paul B.Horton dan C.Hunt menambahkan masyarakat merupakan perkumulan manusia yang relatif madniri, hidup bersama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah, mempunyai kebudayaan serta saling berinteraksi (dalam Sines, Saunders, dan Burford, 2013 ). Dewasa ini pertumbuhan masyarakat kota yang berasal dari urbanisasi semakin meningkat dengan harapan dapat hidup lebih baik dan dapat mencapai impian di kota. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) No 37 Tahun 2010 menyebutkan perkotaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. Kriteria wilayah perkotaan adalah persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan atau akses terhadap fasilitas perkotaan. BPS (2010) telah membuat tabel skor penilaian status wilayah. Skor karakteristik perkotaan yaitu adanya kepadatan penduduk perkm 10.000-1.000.000 jiwa, persentasi rumah tangga pertanian kurang dari lima persen, dan aksess fasilitas perkotaan seperti: sekolah, hotel, pasar, bioskop, pertokoan, rumah sakit, dan presentase rumah tangga dengan listrik. Daerah Perkotaan memiliki kegiatan

 

  10 Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

11   

utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Masyarakat perkotaan kebanyakan berasal dari urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan masyarakat dari desa ke kota dengan harapan dapat hidup lebih baik. Oleh karena itu masyarakat perkotaan sering disebut dengan masyarakat urban. Masyarakat urban menghadapi beberapa stressor. Kemiskinan pada masyarakat urban telah menjadi sumber berbagai masalah di kota, khususnya terkait kelaparan, masalah kesehatan, penyakit menular karena kepadatan, kekerasan, tidak tercukupinya kebutuhan perumahan (Lundy & Janes, 2009). Kemiskinan di dalam kota berkaitan erat dengan rendahya kualitas hidup dan peningkatan masalah kesehatan di rentang semua usia. Beberapa masalah kesehatan tersebut yaitu peningkatan angka kematian ibu dan angka kematian anak (Jones. 2006), dan kematian karena penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, dan angka bunuh diri (Cheung & Hwang, 2004 dalam Lundy & Janes, 2009). Pada abad 20 an masyarakat perkotaan berkontribusi terhadap peningkatan kasus obesitas, kurangnya keterikatan sosial, meningkatnya stress karena kemacetan dan kehidupan yang penuh dengan tekanan, tidak memiliki waktu untuk berolahraga, dan masyarakat yang lebih individual. Gerakan kesehatan masyarakat perkotaan telah diinsiasi oleh WHO di eropa dengan

membuat The International Healthy Cities Foundation (IHCF) pada

tahun 1994. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk meningkatkan level kesehtan untuk semua penduduk kota di dunia. Program kesehatan masyarakat perkotaan yaitu dengan memberikan perhatian lebih untuk memodifikasi sosial dan fisik, lingkungan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesehatan individual. Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan infrastruktur untuk komunikasi kesehatan, alat-alat kesehatan, dan pelatihan dan pelayanan kesehatan (Lundy & Janes, 2009).. Upaya kesehatan masyarakat perkotaan salah satunya dengan tersedianyfasilitas pelayanan kesehatan dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut. Pelayanan tingkat

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

12   

dasar yaitu adanya puskesmas dan rumah sakit pada tingkat lanjut. Selain fasilitas kesehatan masyarakat perkotaan juga mudah terpapar dengan beragam informasi kesehatan melalui televisi, media cetak, dan elektronik, serta akses teknologi. Meski demikian akses pelayanan kesehatan masih dirasakan sulit oleh masyarakat perkotaannya khususnya pada masyarakat miskin berkaitan dengan biaya. Namun solusi ini sudah ada sejak awal tahun 2014 telah diberlakukan jaminan kesehatan nasional. Masyarakat miskin telah dibayarkan oleh pemerintah melalui Penerima Bantuan Iuran. Namun, paradigma masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa pelayanan kesehatan mahal dan harus mengeluarkan uang banyak dari kantongnya. Hal inilah yang sering menghambat masyarakat datang ke pelayanan kesehatan baik di perkotaan atau di pedesaan. 2.1.2. Masalah Gaya Hidup dan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan Kecenderungan masyarakat kota lebih banyak menderita hipertensi dihubungkan dengan gaya hidup masyaraka kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress, obesitas, kurangnya olahraga, merokok, alkhoholm dan maknan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan yang mengarah pada sajian siap santap mengandung tinggi lemak, protein, dan garam tinggi, namun rendah serat pangan. Hal ini membawa konsekuensi berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi (Zuraidah, Maksuk, & Apriliadi. 2012) Perubahan gaya hidup tersebut mengubah epidimiologi penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (Kemenkes, 2012). Perubahan gaya hidup pada masyarakat perkotaan ditandai dengan perubahan pola makan. Pola makan yang bersifat trasional mengandung sayura dan serat berubah menjadi kebara-baratan, yang mengandung lemak jenuh, protein, garam, dan sedikit serat (Suyono, 1992). Rumah makan cepat saji yang sangat menjamur membuat makanan menjadi lebih praktis untuk dikonsumsi dengan harga terjangan tanpa perlu memasak. Selain itu kesibukan waktu bekerja juga membuat sebagian masyrakat mengalami penurunan aktifitas fisik yang sehat seperti olahraga, rekreasi sehingga meningkatkan risiko penyakit tidak menular (Suyuno, 1992 dalam Kemenkes, 2012).

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

13   

Penyakit tidak menular atau penyakit kronis biasanya mulai muncul pada usia dewasa tengah setelah paparan yang cukup lama terhadap gaya hidup yang buruk. Gaya hidup yang mempengaruhi adalah penggunaan rokok, kurang aktifitas fisik, dan konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, garam, dan makanan sejenis fast food (Steyn & Damasceno, 2006). Gaya hidup ini meningkatkan risiko seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes, dan obesitas. Angka kesakitan lansia adalah proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktifitas. Angka kesakitan lansia di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang yang diantaranya mengalami sakit (Kemenkes, 2013). Faktor yang mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia adalah pola hidup yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh dan masalah umum yang dialami adalah rentannya terhadap berbagai penyakit (Kemenkes, 2013). Lansia di Indonesia melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) digambarkan bahwa keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah jenis keluhan lainnya (32,99 %). Jenis keluhan lainnya yang dimaksud adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi dan darah rendah serta diabetes. Penyakit Tidak Menular adalah penyakit degenertif karena berhubungan dengan proses degerenarsi (ketuaan). Selain itu PTM atau disebut juga non communicable disease karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup dimana gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global (Kemenkes, 2013). Gaya hidup merupakan faktor risiko tinggi penyakit ini. Pravelensi indonesia sendiri hipertensi merupakan penyakit tidak menular terbesar saat ini sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi terutama di daerah perkotaan karena faktor risiko yang lebih besar. 2.2. Keluarga dengan Lansia 2.2.1. Keluarga dengan Lansia Pertumbuhan data demografi lansia semakin meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan ini menjadi peluang bagi perawat komunitas untuk memiliki kemampuan gerontologi dalam memberikan pelayanan. Dua pertiga perawat yang

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

14   

ada saat ini diperkirakan bekerja untuk merawat lansia (Simon, 1998 dalam Stanhope & Lancester, 2000). Lansia di Indonesia adalah orang yang telah menginjak usia 60 tahun atau lebih. Lansia memiliki karakteristik terhadap adanya proses penuaan baik secara fisik ataupun psikologis. Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah, adopsi, dan lainnya yang berada dalam satu rumah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Oleh karena itu keluarga merupakan keterikatan dua orang atu lebih dimana ada kebersamaan dan diikat oleh perkawinan, darah, adopsi dan cara lainnya yang saling menyatukan diri dan mengidentifikasi sebagai keluarga. Keluarga harusnya menyediakan perawatan kepada anggoa keluarga yang telah lansia (Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, dkk.2010). Penelitian menunjukan bahwa keterikatan keluarga yang kuat memiliki karakteristik adanya afeksi, saling menyayangi, dan menyebarkan nilai (Rossi & Rossi, 1990 dalam Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, 2010). Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap rentang sehat sakit anggota keluarga. Tahap perkembangan keluarga dengan lansia memasuki tahap kedelapan yaitu keluarga dengan pensiun dan usia lanjut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Tugas

pekembangan keluarga dengan lansia menurut Friedman, Bowden, &

Jones (2003) yaitu keluarga mempertahankan kepuasan hidup, beradaptasi terhadap perubahan finansial, mempertahankan status pernikahan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan keterikatan kekeluargaan, dan melakukan life review dan mempertahankan eksistensi. 2.2.2. Lansia sebagai Agregat Rawan (Vulnerable) Vulnerable didefinisikan sebagai kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi untuk rentan terkena berbagai masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2000). Lansia dikategorikan vulnerable karena pada usia lansia terjadi penurunan baik secara fisik dan psikososial sehingga meningkatkan risiko. Berkaitan dengan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

15   

hipertensi pada lansia terjadi elasitisitas pembuluh darah yang menurun sehingga mengakibatkan risiko terjadi tekanan darah tinggi. Selain itu secara psikososial lansia menghadapi keadaan kehilangan sehingga menambah stressor yang jika tidak dapat diadaptasi dengan baik akan menimbulkan masalah psikososial dan fisik. Lansia memiliki kerentanan yang tinggi karena lansia hampir kebanyakan memiliki kondisi kronis, ketidakmampuan fisik, gangguan kognitif, dan keterbatasan fungsi lainnya. Selain itu lansia juga memiliki ketergantungan terhadap sistem dukungan mulai dari keluarga, pelayanan kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Potensi keterbatasan mobilitas fisiki juga mengakibatkan akses untuk mendaptkan transportasi dan kemandirian untuk mendapatkan pelayanan juga menjadi hambatan bagi lansia (Stanhope & Lancaster, 2000). 2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi 2.3.1. Pengkajian keluarga Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman, Bowden, & Jones, 2003) menjelaskan bahwa pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga. Selanjutnya yang kelima perawat mengkaji (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga:

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

16   

stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Pengkajian status kesehatan pada lansia harus melihat berbagai dimensi yang mempengaruhi lansia jangka panjang dan komprehensif. Perawatan yang efektif dari perawat bergantung pada pengkajian yang tepat terhadap status kesehatan lansia. Instrument yang digunakan harus dapat menjabarkan kondisi kemampuan, kerusakan yang dialami klien, dan level kapasitas lansia yang dapat berfungsi (Stanhope & Lancaster, 2000). Dimensi yang perlu ada dalam pengkajian yaitu sumber sosial, sumber ekonomi, kesehatan fisik, kesehatan mental, sumber ekonomi, dan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Stanhope & Lancaster, 2000). Pengkajian fokus pada lansia dengan hipertensi meliputi pemeriksaan tekanan darah sistole dan diastole, pemeriksaan fisik kardiovaskuler, pola makan, pola tidur, pola olahraga, dan adanya gangguan akibat hipertensi. Pengkajian tekanan darah pada lansia setelah dilakukan dikelompokan menjada kategori hipertensi. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC (2003) : Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi

Tekanan

Tekanan Diastolik

Sistolik (mmHg)

(mmHg)

Normal

<120

<80

Prehipertensi

120-139

80-89

Hipertensi Stage I

140-150

90-99

Hipertensi II

>160

>100

Sumber: Seventh Repot of The Joint National Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, dan Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7). NIH Publication: 2003

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

17   

WHO dalam publikasinya mengklasifikasikan tiga grade hipertensi yaitu: Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Tekanan

Sistole (mmHg)

Diastole (mmHg)

Grade 1

140-159

90-99

Grade II

160-179

100-109

Grade III

> 180

>110

Darah

Sumber:Linda Brookes, The Updates WHO/ISH Hypertensien Guidelines. 2004

AHA (2006) dalam dokumennya menyebutkan bahwa hipertensi pada lansia terjadi dikarenakan beberapa hal. Pertama yaitu adanya peningkatan usia yang dikaitkan dengan perubahan struktur serta fungsi arteri. Penyebab kedua yaitu adanya penyakit lain yang menyertai seperti stenosis arteri renal, obstructive sleep apnea, aldosteronism, dan kelainan tiroid. Penyebab lainya yang berkontribusi yaitu gaya hidup, pengobatan, merokok, kafein, obat NSAIDS, kalsium, glukotirkotioid. 2.3.2. Diagnosis Keperawatan Pengkajian yang telah dianalisa akan dikelompokan kepada masalah keperawatan yang selanjutnya dapat direncakan implementasi. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter & Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Adapun diagnosis keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi diantaranya ketidakefektifan manajemen kesehatan diri, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri, ketidakefektifan regimen terapeutik, gaya hidup sedentary, insomnia, gangguan pola tidur, intoleransi aktifitas, risiko gangguan perfusi serebral, penurunan kardiak output, ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

18   

Diagnosis hipertensi di keluarga yang dapat diterapkan salah satunya adalah ketidakefektifan pemeliharaan

pemeliharaan kesehatan

adalah

kesehatan. ketidak

Pengertian

ketidakefektifan

mampuan

mengidentifikasi,

memanajemen, dan mencari pertolongan untuk mempertahankan kesehatannya (NANDA International, 2014). Batasan karekteristik yang dimaksud dalam diagnosis ini adalah ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, menunjukan ketidakmampuan dalam mengetahui praktik pemeliharaan kesehatan dasar, riwayat perilaku tidak mencari pelayanan kesehatan, ketidakmampuan bertanggungjawab untuk mencapai perawatan kesehatan dasar, gangguan sistem pendukung, dan ketidakmampuan menunjukan ketertarikan untuk meningkatkan perilaku sehat (NANDA International, 2014). Diagnosis ini berhubungan dengan gangguan kognitif, penerimaan diri yang buruk, kemampuan komunikasi yang kurang baik, penurunan kemampuan motorik, tidak mampu mengambil keputusan, koping keluarga tidak efekrid, koping individu tidak efektif, tidak memiliki sumber keuangan dan transporatasi, gangguan persepsi, penekanan spritual, belum mampu memenuhi tugas perkembangan (NANDA International, 2014). Diagnosis selanjutnya yang berkaitan dengan keluarga adalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri. Pengertian diagnosa ini adalah perilaku meregulasi dan mengintegrasikan regimen terapetik kedalam kegiatan harian terhadap penyakit, namun proses itu dirasakan tidak dapat mencapai tujuan atau terdapat rasa ketidakpuasan klien terhadap hasil (NANDA International, 2014). Batasan karakteristik pada diagnosa ini yaitu: gagal memasukan regimen terapetik kedalam aktivitas harian, gagal untuk memulai perilaku menurunkan faktor risiko, ketidakefektifan permilihan aktivitas harian untuk mencapai tujuan kesehatan, melaporkan keinginanan untuk mengontrol penyakit, melaporkan kesulitan untuk melakukan manajemen terapetik. Faktor yang berhubungan dengan diagnosis ini yaitu; sistem pelayanan kesehatan yang kompleks, sistem regimen terapetik yang kompleks, konflik pengambilan keputusan, pengetahuan yang kurang, kesulitan ekonomi, kebutuhan keluarga dan individu yang kelebihan, konflik keluarga, pola keluarga terhadap pelayanan kesehatan, ketidakadekuatan alasan untuk melakukan perubahan, kepercayaan terhadap adanya hambatan, kurangnya merasakan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

19   

manfaat, kurangnya merasakan keseriusan masalah, dan kurangnya merasakan kerentanan, ketidakmampuan, regimen terapetik, dan kurang dukungan sosial (NANDA International, 2014). 2.3.3. Skoring Masalah Keluarga Skoring masalah keluarga digunakan untuk menentukan masalah prioritas yang akan diatasi bersama. Perawat dan keluarga perlu melakukan analisa bersama untuk menentukan sifat masalah, kemungkinan masalah untuk diubah, dan potensial masalah untuk dicegah (Nursasi, 2012). Perawat dan keluarga menentukan sifat masalah apakah termasuk potensial, risiko, dan aktual dengan mempertimbangkan hasil pengkajian aktual dan data-data subjektif atau objektif. Perawat dan keluarga mendiskusikan kemungkinan masalah untuk diubah dengan mendiskusikan sumber-sumber yang ada mendukung serta menghambat masalah. Perawat dan keluarga mendiskusikan potensial masalah untuk dicegah apakah rendah, cukup, atau tinggi. Setiap hasil analisa dilakukan skoring dan dikalikan dengan bobot sehingga didapatkan skoring terbesar utuk masalah yang harus segera diatasi.

No 1

2

3

4

Tabel 2.3 Skoring Penentuan Priotitas Masalah Keperawatan Keluarga Kriteria Sifat masalah Aktual Ancama kesehatan Keadaan sejahteran Kemungkinan masalah dapat diubah Mudah Sebagian Tidak dapat

Skor

Bobor 1

3 2 1 2 2 1 0 1

Potensi masalah untuk dicegah Tinggi Sedang Rendah

3 2 1

Menonjolnya masalah Masalah berat harus ditangani Ada masalah tapi tidak perlu ditangani Masalah tidak ditangani

2 1 0

1

Sumber: Friedman, Bowden, & Jones, 2003

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

20   

2.3.4. Perencanaan Keperawatan Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul melalui intervensi keperawatan pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat. Tujuan umum dari rencana asuhan keperawatan yaitu diharapkan adanya peningkatan manajemen kesehatan diri pada lansia dengan hipertensi setelah dilakukan intervensi dalam waktu tertentu. Selanjutnya perawat merumuskan tujuan khusus sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, melakukan perawatan, memodifikasi lingkungan dan pergi ke pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan pada tujuan keluarga mengenal masalah adalah keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, penyebab, dan tanda serta gejala hipertensi. Tujuan khusus keluarga dan klien memutuskan masalah adalah dengan keluarga menyebutkan dan memahami akibat dari masalah jika tidak tertangani. Selanjutnya merawat masalah dengan cara mengenalkan cara perawatan yang dapat dilakukan dirumah oleh klien dan keluarga. Klien dan keluarga selain memahami diharapkan juga dapat melakukan demonstrasi metode perawatan. Modifikasi lingkungan yaitu dengan cara keluarga dan klien meningkatkan dukungan eksternal klien baik berupa lingkungan fisik atau dukungan sosial. Pelayanan kesehatan merupakan tujuan akhir dimana keluarga dan klien mampu membawa ke pelayanan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Tujuan dari perawatan pada lansia adalah untuk mengoptimalisasi status kesehatan dan fungsi dan untuk meminimalkan penurunan serta kerusakan fungsi  

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

21   

(Stanhope & Lancaster, 2000). Penyakit kronis yang salah satunya hipertensi, penyelesaian masalah atau penyembuhan tidak selalu diharapkan. Oleh karena itu aktivitas keperawatan harus lebih holistik, memfasiltiasi fungsi, kesejahteraan, dan masalah psikologis (Stanhope & Lancaster, 2000) . Lansia dengan penyakit kronik lebih mengutamakan healing daripada curing. Healing adalah proses unik yang dihasilkan pada perubahan tubuh/pikiran/dan motivasi. Sedangkan curing adalah proses untuk menghilangkan tanda dan gejala. Eliopoulus (1997 dalam Stanhope & Lancester. 2000) ada beberapa tujuan pada perawatan lansia dengan masalah kronik yaitu; mempertahankan atau meningkatkan kapasitas perawatan diri, memanajemen penyakit secara efektif, mendorong kemampuan healing diri, mencegah komplikasi, menunda kerusakan dan penurunan fungsi, mendorong klien dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi sebisa yang klien capai, dan mempersiapkan klien meninggal dengan tenang, damai, serta penuh rasa terhormat. AHA (2011) menyarankan treatment yang dapat dilakukan selain penggunaan obat pada lansia adalah treatment non-famakolgi. Penekanan terhadap perubahan gaya hidup yang dimulai dengan berhenti merokok, menurunkan berat badan dan stress mental, memodifikasi kelebihan garam dan masukan alkohol, serta meningkatnya aktifitas fisik. Penurunan berat badan yang dikombinasikan dengan pembatasan garam dapat bermanfaat menurunkan tekanan darah (AHA, 2011). Pengaturan diet rendah garam juga sangat berdampak baik pada lansia dibanding dewasa. Peningkatan makanan mengandung potassium yang berasal dari buah dan sayur juga dapat menurunkan tekanan darah terutama pada individu dengan pola makan yang terbiasa banyak garam. Latihan aktifitas fisik yang sedang dan intensitas rutin dapat menurunkan tekanan darah (AHA, 2011).

2.3.5. Implementasi Keperawatan Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah hipertensi pada lansia dapat menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

22   

keluarga terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Implementasi keperawatan dapat memfasilitas kesehatan lansia dan orang yang merawatnya serta berkontribusi terhadap peningkatan makna hidup. Elliopoulus (1997 dalam Stanhope & Lancester. 2000) menggunakan cara yaitu; melatih teknik merawat, cara penggunakan obat yang aman, mengindentifikasi keterbatas, dan memfasilitasi sumber-sumber yang ada. Perawat secara perlahan membiarkan lansia dan yang merawatnya dapat melakukan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu perawat juga perlu melatih orang yang merawat lansia untuk dapat memfasilitasi tidur yang berkualitas, istirahat, olahrga, nutrisi, sosialisasi, dukungan, kebutuhan finansia, dan manajemen kesehatan diri. Selain melakukan pengobatan penderita hipertensi juga harus melakukan diet. Penderita hipertensi harus melakukan pembatasan asupan lemak jenuh yang dianjurkan adalah 27

persen dari total energi dan. Selain itu diet dilakukan

dengan pembatasan natrium dan sodium. Asupan natrium yang berlebih akan menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga volume darah meningkat. Kecukupan natrium yang dianjurkan dalam sehari adalah + 2400 mg. Konsumsi garam dapur sekitar 5 gram (setara dengan 1 ½ sdt) (Ramayulis, 2010) perhari. Natrium perlu juga dihindari dari makanan yang diawetkan dan jero-jeroan. Keseimbangan kalium dan potassium juga sangat penting untuk memelihara tekanan darah dan membuat perubahan positif pada tekanan darah penderita hipertensi. Asupan kalium yang dianjurkan yaitu sebesar >3500 mg/hari (Ramayulis, 2010). Selanjutnya keseimbangan kalsium, peningkatan asupan kalsium bisa menurunkan tekanan darah pada beberapa penderita hipertensi. Kalsium yang dianjurkan 800-1200 mg. Asupan magnesium juga dianjurkan namun tidak dalam jumlah yang tinggi. Kekurangan magnesium dapat menyebabkan kejang pada pembuluh darah arteri. Adapun

magnesium yang

dianjurkan yaitu > 200-500 mg perhari (Ramayulis, 2010).

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

23   

2.3.5.1. Manajemen Diet Hipertensi Manajemen non-farmakologi yang sangat penting diterapkan oleh individu yang memiliki hipertensi adalah diet. Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius karena metode pengendaliannya yang alami. Diet adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengatur pola makan. Prinsip yang dilakukan untuk diet hipertensi adalah adalah sebagai berikut : makanan beraneka ragam dan gizi seimbang, jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita, jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet (Vitahealth, 2004). Tujuan dari diet hipertensi adalah mengurangi asupan garam, memperbanyak serat, menghentikan kebiasaan

buruk,

memperbanyak

asupan

kalium,

memenuhi

kebutuhan

magnesium . Selain itu diet hipertensi bertujuan untuk penderita hipertensi menghindari makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterola dan tekanan darah sehingga tidak mengalami stroke dan infark jantung (Vitahealth, 2004). Asupan garam harus dikurangi karena dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Secara umum, individu biasanya mengonsumsi lebih banyak garam dari kebutuhan tubuh. Idealnya, setiap hari hanya boleh mengonsumsi satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram per hari(Vitahealth, 2004). Pada klien yang telah terkena hipertensi asupan garam dikurangi sesuai dengan tekanan darah; tekanan darah 140-160 mmHg yaitu ½ sendok teh; tekanan darah 160-180mmHg yaitu ¼ sendok teh, dan lebih dari 180 mmHg yaitu tidak boleh menggunakan garam (Kemenkes, 2011). Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi rasa tawar adalah dengan menambah bumbu yang mengandung sedikit garam dan memisahkan garam dari masakan (Kemenkes, 2011). Serat yang didapatkan dari makanan sayur dan makanan rumahan dapat memperlancar buang air besar dan menahan asupan natrium. Konsumsi serat 7 gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin (Vitahealth, 2004). Menghentikan rokok, kopi, dan alkhohol dapat mengurangi beban jantung dan jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok sebagaimana diketeahui dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

24   

Sedangkan alhohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu kopi dapat memacu detak jantung. Penelitian menunjukan bahwa dengan mengonsumsi 3500 mg kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium sehingga volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium adalah senyawa yang dapat membuat perbedaan sehingga natrium lebih mudah di keluarkan . Makanan yang mengandung kalium misalnya satu butir kentang rebus mengandung 838 mg kalium sehingga 4 butir sudah mencukupi, atau semangkuk bayam mengandung 800 mg kalium ditambah 3 butir kentang. Makanan lain yang kaya kalium adalah ppisang, sari jeruk, jagung, kubis, dan brokoli. Namun demikian konsumsi kalium tetap

harus

diperhatikan

tidak

boleh

kelebihan

kalium

karena

dapat

mengakibatkan gangguan ginjal. Selanjutnya asupan magnesium yang ditemukan ada hubungan dengan hipertensi. Meski belum ada anjuran konsumsi magnesium yang dapat menurunkan tekanan darah, namun RDA (recommended Dietary Allowence) sekitar 350 mg. Sumber makana yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, bayam, kacang polong, dan makanan laut (Vitahealth, 2004). Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan (2011) dalam panduannya menyebutkan diet hipertensi sangat penting memperhatikan bahan makanan yang dianjurkan, bahan makanan yang dibatasi, dan makanan yang dihindari. Bahan makanan yang dianjurkan meliputi; makanan yang segar seperti sumber karbohidrat, protein nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang mengandung serat; makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan natrium, vetsin, dan kaldu bubuk; sumber protein hewani seperti penggunaan daging, ayam, ikan, telur ayam atau bebek, dan susu segar. Selanjutnya bahan makanan yang dibatasi adalah pemakaian garam dapur, penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium seperti soda kue. Terakhir bahan makanan yang sangat harus dihindari yaitu; otak, ginjal, paru, jantung, dan daging kambing; makanan yang diolah menggunakan garam natrium seperti, cracker, pastries, dan kue lain, kripik, dan makanan kering asing; makanan dan minuman dalam kaleng; makanan yang diawetkan; mentega dan keju; bumbu-bumbu seperti kecap asin,

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

25   

terasi, petis, garam, dan saus tomat; makanan yang mengandung alkhohol misalnya durian dan tape. Kebutuhan kalori pada lansia menurun dari kebutuhan pada tahap dewasa. RDA (Recommended Daily Allowance) pada lansia (65-75 tahun) untuk laki-laki sekitar 2300 kkal/hari sedangkan untuk wanita 1900 kkal/hari dan kebutuhan vitamin serta mineral sama seperti kebutuhan saat dewasa. Pada usia diatas 75 tahun turun menjadi 2050 kkal/hari. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas lansia (Stanley, 2005). Kebutuhan energi total diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Almatsier, 2004). Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita hipertensi. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll. Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut: Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi : Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg. BB Normal = BB ideal ± 10 % Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus: IMT = BB(kg)/ TB2(m) Klasifikasi IMT BB Kurang < 18,5 BB Normal 18,5-22,9 BB Lebih ≥ 23,0 *WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:RedefiningObesity and its Treatment dalam PERKI (2011)

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis Kelamin, umur, aktifitas fisik, berat badan. Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

26   

pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB. Pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun. Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat. Orang dengan kegemukan dikurangi 20-30% sedangkan bila kurus ditambah sekitar 20-30%. Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200- 1600 kkal perhari untuk pria. Selanjutnya hal yang penting dalam diet adalah komposisi dan jenis makanan. Anjuran kebutuhan gizi dan pemenuhan nutrisi yaitu 13 gizi dasar dan seimbang. Namun jika disimpulkan ada tiga kelompok makanan yang sangat berperan penting atau paling utama yaitu karbohidrat, protein, dan sayur serta buah (Almatsier, 2004). Karbohidrat sederhana dan kompleks diperlukan 50-65% dari kebutuhan kalori. Protein dibutuhkan oleh tubuh sekitar 10-15% dari kebutuhan kalori. Lemak sekitar 10-25% dari kebutuhan lemak (Afifah, 2010). Pemilihan makanan seperti yang dianjurkan yaitu memperhatikan makanan yang boleh dikonsumsi, dibatasi, dan harus dihindari.

Faktor

yang

mempengaruhi

diet

hipertensi

salah

satunya

adalah

kepatuhan.Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi yang ditentukan baikik diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji (Stanley, 2007). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien dalam mengikuti petunjuk. Feuer Stein (dalam Faktul, 2009; dalam Muhammadis, 2011) faktor yang mempengaruhi adala pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan model terapi, meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien, dan umpan balik. Notoatmodjo (2007 dalam Muhammadis 2011) menjelaskan faktor

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

27   

yang pendorong yatu: kepercayaan atau agama yang dianut, faktor geografis, individu atau motivasi internal dan pengetahuan. Faktor penguat kepatuhan menurut Notoatmodjo (2007 dalam Muhammadis, 2011) yaitu dukungan petugas, dukungan keluarga, dan fasilitas kesehatan. Oleh karena itu pentingnya keterlibatan individu dan keluarga dalam proses intervensi yang akan dilakukan.

2.3.6 Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah. Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7. Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) adalah 1)kemampuan mengenal masalah : definisi, penyebab, dan tanda-tanda masalah, 2)kemampuan mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah, dan apakah menurut

 

keluarga

sangat

penting

melakukan

penanggulangan

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

masalah,

Universitas Indonesia

28   

3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan : apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah, apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan, hambatan apa dalam penanggulangan masalah di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah apa yang keluarga ketahui alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan : apa saja yang diperoleh di Polindes/Pustu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.  

2.3.6. Peran Perawat Keluarga Perawat di dalam masyarakat berfokus pada pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Perawat berperan dalam tahapan primer, sekunder dan tersier (Stanhope & Lancaster, 2000). Pencegahan primer pada lansia meliputi; mencegah stroke, manajemen stress, menurunkan risiko kanker melalui diet, dan lingkungan yang bersih. Pencegahan sekunder pada lansia yaitu pemeriksaan tekanan darah,kolesterol, gula darah, dan glukuoma. Terakhir pencegahan tersier yaitu dengan mengajarkan klien mengenai penyakit kronik bagaimana mengidentifikasi dan bagaimana mencegah komplikasi (Stanhope & Lancaster, 2000). Perawat keluarga memiliki peran untuk mengatasi dan memfasiltiasi penyelesaian masalah kesehatan yang ada. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam pengambilan keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapantahapan seperti di dalam asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga evaluasi (Anderson & McFarlane, 2007). Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya preventif dan promotif masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga, dalam hal ini berkaitan dengan pengontrolan hipertensi. Perawat keluarga dapat memberikan informasi

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

29   

kesehatan yang berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi terkait temuan masalah kesehatan dan cara mengatasinya. Tujuan pendidikan adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak secara langsung terlihat dalam waktu singkat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Kemampuan kognitif atau pengetahuan yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga untuk melakukan perubahan. Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan perkembangan lansia selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai konsultan. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, yaitu perawat memastikan bahwa keluarga dapat melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Penyakit Tidak Menular diperlukan beberapa perubahan gaya hidup dan kepatuhan untuk terus melaksanakan dan mencegah perburukan kondisi, sehingga perawat dalam hal ini penting sekali memberikan informasi dengan meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga keluarga dapat merawat lansia dengan hipertensi. 2.3.7

Peran Perawat Komunitas

Perawat komunitas berperan penting dalam pengembangan upaya kesehatan. Perawat komunitas sekarang dapat menggunakan informasi dan advokasi untuk mempromosikan pendekatan komprehensif pada multi kebutuhan di populasi beragam yang dilayani (Stanhope & Lancaster, 2000). Oleh karena itu apa yang dilakukan dan terus dikembangkan oleh perawat komunitas sangat penting. Peranan tersebut berada sesuai dengan piramida pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan primer, sekunder, dan tersier. Anderson (2000) menyebutkan ada 3 (tiga) tingkatan dalam penetapan sasaran keperawatan komunitas, yaitu: Tingkat individu; adapun sasarannya yaitu individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu, dalam hal ini adalah masalah yang terbanyak

 

ditemukan dalam masyarakat pada umumnya yaitu,

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

30   

masalah kesehatan seperti , hipertensi, gizi, diare, ISPA, diabetes melitus, gastritis, rematik, gigi berlubang yang dijumpai pada pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan klinik. Tujuannya diarahkan pada penanganan masalah kesehatan individu tersebut. Selanjutnya, tingkat keluarga; adapun sasarannya yaitu keluarga dengan anggota keluarga yang bermasalah dalam kesehatannya. Tujuan diarahkan baik kepada individu itu sendiri maupun keluarga secara menyeluruh yang berhubungan dengan tugas perkembangan keluarga. Terakhir, tingkat komunitas; pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu, keluarga yang menjadi bagian dalam kesatuan komunitasnya, pelayanan yang diberikan untuk kelompok, masyarakat yang mempunyai resiko tinggi dalam memfokuskan komunitas sebagai klien. Berdasarkan

keputusan

Menteri

Kesehatan

No.

279

tentang

Pedoman

Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan masyarakat Tahun 2006 dalam upaya

memperkuat

pelayanan

puskesmas

dan

meningkatkan

kesehatan

masyarakat perawat berperan dalam praktik meningkatkan gaya hidup sehat, melaksanakan intervensi keperawatan baik langsung dan tidak langsung, mendukung upaya pemulihan, menyediakan pelayanan komunitas, menyediakan pelayanan perawatan primer, dan mengevaluasi pelayaan dan kebutuhan kesehatan. Peran Perawat Puskesmas meliputi, pendidik kesehatan, penemu kasus, konselor, pemberi layanan kesehatan, role mode, koordinator atau penghubung, advokat, peneliti, konsultan, pemodifikasi lingkungan, pembaharu, manajer kasus (BPSDM, 2014). Perawat puskesmas berperan sebagai pendidik kesehatan dengan memberikan informasi kesehatan terkait masalah kesehatan baik individu, keluarga, dan komunitas. Perawat juga berperan dalam melakukan skreening kesehatan misalnya dengan melakukan survey ataupun pencatatan kasus yang perlu ditindak lanjuti baik di dalam puskesmas atau diluar puskesmas. Pemberi layanan kesehatan yang dapat dilakukana perawat adalah memberikan asuhan keperawatan baik pada klien rawat jalan ataupun rawat inap. Perawat juga menjadi role model bagi masyarakat dalam menerapkan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan contoh cara perawatan. Perawat berperan dalam koordinator

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

31   

mengelola kesehatan masyarakat dan menjadi penghubung klien yang perlu dirujuk ke rumah sakit. Masalah kesehatan yang besar dapat diadvokasi oleh perawat kepada dinas kesehatan setempat untuk diatasi atau ditindak lanjuti. Perawat juga dapat melakukan penelitian terhadap kasus yang ada ataupun intevensi yang dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan. Konsultasi terkait masalah kesehatan dapat diberikan oleh perawat dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Perawat dapat juga menjadi agen pembaharu dan manajer kasus yang ada di puskesmas (BPSDM, 2014)

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

32   

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA Bab ini menguraikan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga kelolaan. Asuhan keperawatan yang diuraikan meliputi pengkajian keperatawan, diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. 3.1. Pengkajian Keluarga Keluarga kelolaan utama perawat adalah keluarga dari Bapak R (28 tahun) dengan tahap tumbuh kembang keluarga dengan lansia. Tipe keluarga Bpk. R merupakan keluarga besar (extended family) yang terdiri atas keluarga inti dengan lansia. Keluarga Bapak R terdiri atas Ibu E (46 th), Nenek N (68 th), Ibu S (23 th), B (24 th), dan Y (19 th). Keluarga Bapak R telah lama tinggal di kelurahan Sukatani, RT 03 RW 22 . Keluarga ini 15 tahun yang lalu tinggal di daerah Kasablanka, Jakarta. Setelah adanya penggusuran lahan keluarga memutuskan untuk pindah ke Sukatani. Keluarga Bapak R menganut agama Islam dan berasal dari suku Jawa. Bapak R dan berasal dari dari Magetan. Sejak Kecil Bapak R tinggal di jakarta karena nenek serta ibunya merantau ke jakarta. Bapak R dan istrinya baru saja menikah tahun lalu. Lima tahun yang lalu orangtua laki-laki Bapak R meninggal. Sejak saat itu Bapak R menggantikan menjadi kepala keluarga, mengurus ibu, adik, dan neneknya. Bapak R dan istrinya tinggal serumah sementara sebelum dapat membeli rumah sambil menunggu kelahiran anak pertamanya. Bpk. R bekerja di perusahaan konstruksi dengan bekerja sistem proyek. Sehingga penghasilan yang didapat tidak pasti setiap bulan, hal ini dikarenakan sistem kerja per proyek. Namun jika dirata-rata penghasilan Bp. R

lebih kurang 5 juta

perbulan. Bapak R dan istri menyiasati dengan menabung dan membagi uangnya agar cukup hingga proyek selanjutnya selesai. Penghasilan tambahan didapat Ibu E dengan menjual pesananan jamu kunir kepada warga sekitar yang ingin membeli. Sedangkan Nenek N sendiri sesekali masih mendapat tawaran untuk

 

 

Universitas Indonesia

32

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

33   

melakukan pijat bayi dengan biaya sekitar 20.000-50.000. Keluarga mengatakan pemasukan tersebut lumayan cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari Kunjungan hari pertama perawat mendapat informasi dari kader RT 03 bahwa nenek N sudah mengalami hipertensi sejak dua tahun yang lalu. Namun, belum rajin mengontrol tekanan darah meski mengonsumsi obat setiap hari. Perawat melakukan pemeriksaan tekanan darah yaitu 180/110 mmHg. Hal ini diakui oleh Nenek N bahwa setiap pengukuran dia selalu diatas 150 mmHg. Berdasarkan kategori hipertensi WHO termasuk hipertensi berat. Nadi nenek N 89x kuat, reguler. Nenek N mengatakan tidak merasakan pusing pada tengkuk, tidak merasakan sulit tidur, hanya saja dada terkadang berdebar. Keluarga mengatakan Nenek N pernah dirawat di rumah sakit karena merasa pusing yang berat dan setelah di tensi hasilnya diatas 200 mmHg. Nenek N dan keluarga mengatakan tidak ada riwayat hipertensi pada keluarga. Nenek N mengatakan sejak muda sering bekerja keras dan begadang. Sejak muda beliau terbiasa makan yang asin dan gurih. Saat ini keluarga mengatakan pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi. Nenek N mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul 14.00, makan malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N. Nenek N mengatakan terbiasa makan asin dan gurih. Nenek N menyukai nasi yang lembut dan kuah sayur. Cemilan yang sering dikonsumsi yaitu kripik yang selalu ada di kamarnya. Nenek N mengatakan mengemil >3x perhari. Pantangan yang dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau, kacang-kacangan dan cabe. Keluarga mengatakan Nenek N memang sering mengemil keripik dan yang gurih-gurih. Keluarga mengatakan seringkali nenek N merasa masakan anaknya kurang asin sehingga ia menambahkan garam. Tidak ada pantangan terhadap santan dan makanan berlemak. Nenek N pantang dan tidak pernah makan daging kambing. Berat badan nenek N 54 Kg dengan tinggi badan 145 cm, dengan IMT 25,6 kg/cm2 atau dikategorikan overweight. Pola BAK Nenek N 1

kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit

mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau sakit ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350 cc perhari,

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

34   

malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang air kecil 1 kali pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek N tidak terbiasa minum air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan teh. Jika buang air kecil Nenek N berhati-hati. Nenek N sering merasa sering pipis dan sedikit yang keluar. Meski sering buang air kecil Nenek N mengatakan tidak mengalami masalah. Pola berkemih anggota lain dikatakan tidak ada yang bermasalah. Ibu S yang sedang hamil 34 minggu juga sering BAK namun mengatakan dapat mengatasinya. Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur. Namun baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama tidur sekitar 5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu mengatakan cukup puas dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia merasakan segar. Selama sebelum terlelap Nenek N tidak sering memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga lain seperti Bapak R tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu S dan Ibu E tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul 22.00 WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur. Pola olahraga yang dilakukan Nenek N tidak rutin. Setiap pagi biasanya berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5 menit perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap hari minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan berat. Anggota keluarga lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam setiap hari minggu. Ibu S yang sedang hamil juga sering berjalan setiap pagi 30 menit, sering mengajak nenek N namun nenek tidak mau. Setiap malam hari sakit panas pada kakinya. Gaya berjalan normal dan tidak berpegangan dengan dinding. Tempat tidur tidak ada penyangga. Suasana rumah terang. Nenek N masih ingin melakukan kegiatan seperti menyuci ataupun membalik pakaian yang dijemur. Mengenai masalah kesehatan hipertensi keluarga hanya mengetahui tekanan darah tinggi jika diatas 200. Keluarga mengatakan hipertensi dikarenakan nenek yang suka makan asin dan sudah tua. Nenek saat ini merawatnya dengan minum obat captopril 1x12,5 mg. Tanda dan gejala seperti pusing tidak dirasakan oleh nenek N. Nenek mengatakan akibatnya adalah stroke. Nenek tidak tahu bagaimana cara merawat selain minum obat. Saat ini nenek N setiap bulan kontrol ke dokter

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

35   

terdekat namun tidak pernah datang ke posbindu. Keluarga mengatakan sulit untuk memberitahu dan mengubah pola makan nenek N hal ini ketika ditanyakan lebih lanjut karena Nenek N tidak mengetahui apa hubungan ikan asin dan darah tinggi. Setelah perawat melakukan implementasi untuk mengenal masalah melalui penyuluhan kesehatan. Keluarga dan nenek N sangat termotivasi untuk bisa merawat dan mengontrol tekanan darah. Saat ada implementasi kelompok mengenai darah tinggi Nenek N hadir dan aktif dalam kelompok. Afeksi keluarga terlihat sangat akrab dan terbuka satu sama lain. Sesekali anaknya sering bercanda sambil mengingatkan nenek N. Selama 4 kali kunjungan nenek N masih tidak melakukan anjuran perawat untuk mengurangi garam dan ikan asin. Hal ini dikarenakan keluarga masih menyediakan menu makanan ikan asin. Rumah nenek N terlihat nyaman, di teras terdapat sedikit kolam ikan. Ventilasi terbuka lebar dan kamar mandi tanpa undakan. Kamar nenek N memang tampak lebih gelap dan tidak rapih. Namun jika diperhatikan barang kebutuhan nenek N sudah didekatkan dan disesuaikan dengan jangkauannya. Stressor jangka pendek yang sedang dihadapi keluarga adalah harapan adik kedua Bapak S agar dapat pekerjaan, istri bapak S yang akan melahirkan, dan kondisi kesehatan nenek N. Cara yang dilakukan untuk menghadapi stressor tersebut yaitu dengan berdiskusi dan melakukan persiapan serta membuat sistem pendukung termasuk meminta saran kepada kader kesehatan. Stressor jangka panjang yang dihadapi keluarga adalah keinginan untuk meningkatkan kesejahtraan. Hal ini dilakukan dengan semua anggota keluarga mendukung, mendo’akan, dan berusaha semaksimal mungkin. Nenek N sendiri sudah merasa puas dengan hidupnya karena anak-anaknya sudah memiliki rumah. Harapan keluarga terhadap perawat dapat bersama-sama mengatasi masalah kesehatan yang terdapat dirumah.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

36   

3.2. Diagnosis Keperawatan Hasil pengkajian keluarga yang didapat melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dapat ditegakan diagnosis keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait hipertensi pada nenek N, risiko gangguan mobilitas fisik berkaitan dengan gout, dan kesiapan manajemen diri lansia. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut didapatkan diagnosis utama pada keluarga Bapak R adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada nenek S. Batasan karakteristik diagnosa ini yaitu nenek N merasakan sulit melakukan manajemen terapetik selain obat ke dalam aktivitas harian, nenek N mengungkapkan keinginan untuk dapat mengubah perilaku, nenek N sudah minum obat teratur namun tidak melakukan manajemen lainnya, dan nenek N belum mengetahui manfaat diet hipertensi.

3.3. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan yang akan dilakukan perawat berpedoman pada lima tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan, keluarga mampu meningkatkan manajemen kesehatan diri yang efektif ditandai dengan penurunan tekanan darah. Tujuan (1) mengenal masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan pengertian hipertensi, menyebutkan 4 dari 6 penyebab hipertensi, menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala hipertensi, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami hipertensi. (2) Tujuan khusus dua keluarga mampu memututskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah kurang gizi, keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 akibat hipertensi, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan maslah hipertensi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Tujuan khusus tiga setelah dilakukan kunjungan 2x45 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan menyebutkan 4 dari 6 cara mengontrol tekanan darah, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 cara perawatan hipertensi dan keluarga mampu mendemonstrasikan teknik relasasi nafas dan menyusun menu sehat diet hipertensi. Keluarga mampu memilah

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

37   

makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasiyaitu

minimal 3 makanan.

Keluarga mampu mengidentifikasi makanan yang tidak boleh , dan dibatasi yang sering dikonsumsi. Keluarga mampu menyusun menu makanan diet hipertensi selama seminggu termasuk waktu makan, jenis, dan ukurannya. (4) Tujuan keempat yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan menyebutkan cara 2 dari 4 cara modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah hipertensi. (5) tujuan kelima yaitu keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi hipertensi dengan mampu menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, keluarga mampu membawa Nenek N ke fasilitas kesehatan jika mengalami masalah pada penyakitnya

3.4. Implementasi Keperawatan Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi hipertensi pada lansia. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi, mengontrol, dan merawat hipertensi. Intervensi berpedoman pada tugas keluarga melipuhti lima tugas keluaga. Kemampuan keluarga dalam

memberikan perawatan dan

pengontrolan hipertensi dilakukan dengan memberikan informasi melalui pendidikan kesehatan terkait diet hipertensi, makanan yang tidak boleh, boleh, dan dibatasi, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara menyusun menu diet hipertensi, dan penyusunan jadwal makan nenek. Implementasi keperawatan terdiri dari penjelasan mengenai pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, dan akibat dari hipertensi. Perawat juga membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga yang memiliki hipertensi. Setelah itu perawat memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Perawat menggunakan strategi edukasi dengan menekankan pada penjelasan yang mudah dimengerti oleh keluarga dengan klien. Pengertian hipertensi dijelaskan kepada keluarga dengan menggunakan persamaan tekanan darah sebagai kekuatan pompa, pembuluh darah sebagai selang, dan air sebagai darah. Perawat menjelaskan bahwa tekanan darah adalah kekuatan kran yang memompa air, kekuatan tersebut dipengaruhi oleh kondisi kran atau jantung, kondisi selang atau

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

38   

pembuluh darah, dan kondisi air atau darah. Penyebab yang berasal dari jantung adalah orang yang memiliki kelainan jantung sehingga ada perubahan tekanan. Sedangkan penyebab yang ada di pembuluh darah misalnya seperti usia yaitu nenek N sudah lanjut usia sehingga pembuluh darah lebih tebal yang mengakibatkan upaya untuk jantung memompa menjadi lebih. Sedangkan penyebab dari darah yaitu adanya perubahan kondisi misalnya banyak kolesterol yang dibawa darah yang akhirnya menempel pada dinding pembuluh darah, atau banyaknya natrium atau zat garam di antara sel yang mengakibatkan ditariknya cairan masuk kedalam pembuluh darah sehingga tekanan menjadi lebih tinggi. Keluarga dengan antusias mendengarkan penjelasan perawat dan mengatakan memahami penyebab tekanan darah tinggi pada nenek N. Perawat setelah mengenalkan masalah juga mengajarkan tanda dan gejala serta mendiskusikan apa yang dialami oleh nenek N. Selanjutnya Perawat dan keluarga mengidentifikasi kategori tekanan darah nenek N. Setelah itu perawat dan keluarga mendiskusikan penyebab hipertensi yaitu akan mengakibatkan pembuluh darah pecah di otak karena tekanan yang terlalu tinggi, gangguan ginjal, gangguan jantung, dan gangguan mata. Stroke yang terjadi dapat mengakibatkan masalah kesehatan sosial dan ekonomi bagi keluarga. Perawat memotivasi keluarga untuk merawat nenek N. Selanjutnya mahasiswa bersama dengan keluarga mendiskusikan cara mengatasi hipertensi yaitu dengan memberikan informasi mengenai teknik relaksasi nafas dalam, diet hipertensi; memilih makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasi. Teknik relaksasi nafas dalam diajarkan sebagai upaya untuk memberikan ketenangan dan memperlebar pembuluh darah serta mengontrol tekanan darah. Relaksasi nafas dalam dilakukan selama tiga kali dalam 5 menit. Cara yang diajarkan yaitu menghirup nafas dalam-dalam menahan hitungan 3 detik lalu menghembuskan perlahan lewat mulut. Setelah itu keluarga diajarkan untuk mendemonstrasikan penyusunan makanan diet hipertensi mulai dari jenis, ukuran, dan waktu secara benar. Sebelum menjelaskan kepada keluarga perawat telah menghitung kebutuhan kalori nenek N perhari dan membagi kebutuhannya menjadi tiga kali sehari. Selama 1x60 menit

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

39   

perawat menjelaskan pengertian diet hipertensi, prinsip diet hipertensi, tujuan diet hipertensi, makanan yang dibolehkan, tidak diperbolehkan, dan dibatasi, serta mengajarkan klien membuat porsi makan yang sesuai dengan kebutuhan. Perawat menjelaskan diet hipertensi adalah pengaturan pola makan untuk menurunkan tekanan darah. Tujuan dari diet hipertensi adalah untuk mengurangi garam. Prinsip dalam diet hipertensi adalah makanan yang seimbang dan beraga, jenis dan jumlah diatur, serta ada pembatasan garam. Selanjutnya perawat dengan menggunakan lembar balik dan gambar menjelaskan bahan makanan yang dianjurkan meliputi; makanan yang segar seperti sumber karbohidrat, protein nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang mengandung serat; makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan natrium, vetsin, dan kaldu bubuk; sumber protein hewani seperti penggunaan daging, ayam, ikan, telur ayam atau bebek, dan susu segar. Selanjutnya bahan makanan yang dibatasi adalah pemakaian garam dapur, penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium seperti soda kue. Bahan makanan yang sangat harus dihindari yaitu; otak, ginjal, paru, jantung, dan daging kambing; makanan yang diolah menggunakan garam natrium seperti, cracker, pastries, dan kue lain, kripik, dan makanan kering asing; makanan dan minuman dalam kaleng; makanan yang diawetkan; mentega dan keju; bumbu-bumbu seperti kecap asin, terasi, petis, garam, dan saus tomat; makanan yang mengandung alkhohol misalnya durian dan tape. Selain menyebutkan perawat juga mencontohkan dengan food model yang telah disiapkan. Perawat setelah itu menjelaskan kebutuhan kalori nenek N dan membaginya menjadi tiga; pagi, siang, dan sore. Perawat menjelaskan bahwa sumber zat yang harus terpenuhi yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan zat lainnya. Kebutuhan kalori nenek N 1850 Kkal dengan karbohidrat yang harus dipenuhi 300 gram, protein 78 gram, lemak 33,3 gram. Sehingga satu kali makan nenek N harus memenuhi karbohidrat 100 gram, protein 26 gram, dan lemak 11,1 gram, sayur 1 mangkok, buah dan cemilan minimal 1 kali sehari. Perawat lalu menjelaskan ukuran rumah tangga untuk karbohidrat misalnya nasi ¾ gelas, singkong 1 gelas, kentang 1 buah sedang, ubi kuning 1 biji sedang. Protein yang dikonsumsi nenek

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

40   

N misalnya ikan segar 1 potong, daging ayam 1 potong sedang, daging sapi 1 ptg sedang, tempe 1 potong sedang, tahu 1 potong kecil, telur ayam 1 butir. Protein yang harus dihindari adalah daging kambing dan jero-jeroan yang tinggi lemak dan tidak baik untuk hipertensi Perawat juga menjelaskan konsumsi sayuran minimal 1 mangkok kecil sehari. Sayuran yang dianjurkan adalah yang ada kandungan kaliumnya, coontoh yang diberikan perawat misalnya oyong, ketimun, labu air, slada, slada air, tomat, toge, labu wuluh, dan kol. Perawat kemudian mengajarkan pada Nenek N dan keluarga cemilan dan buah yang baik untuk nenek N yaitu yang tinggi serat, kalium, dan magnestium. Buah yang dapat dikonsumsi dan baik misalnya anggur 20 buah, belimbing 1 buah besar, duku 16 buah, jambu biji 1 buah kecil, jeruk bali i potong, pepaya 1 potong kecil, pisang ambon 1 buah besar, pisang kepok 1 buah, dan strawbery 5 buah besar. Perawat juga menganjurkan pentingnya asupan susu sapi 1 gelas/hari. Penggunaan minyak atau sumber lemak boleh 3 sendok makan perhari. Konsumsi alpukat juga sangat baik untuk mendapat lemak non jenuh. Perawat setelah menjelaskan dan mendemonstrasikan menanyakan perasaan dan mendiskusikan mengenai makanan-makanan. Keluarga aktif bertanya mengenai makanan-makanan yang tidak boleh. Perawat selanjutnya meminta Nenek N dan keluarga untuk mengambil makanan yang ada dirumah selanjutnya menyebutkan komponen makanan apa yang kurang dan bahan makanan apa yang tidak boleh atau seharusnya dihindari. Perawat diakhir menutup dengan mengevaluasi dan meminta keluarga untuk menyusun menu sehat diet hipertensi dalam seminggu dengan sebelumnya telah dicontohkan oleh perawat. Kunjungan berikutnya perawat memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan untuk nenek dengan diet hipertensi secara benar dan perlahan-lahan. Mendiskusikan bersama keluarga cara untuk memodifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga yaitu, memberikan dukungan diet hipertensi dengan tidak menyediakan makanan yanga tidak diperbolehkan, berolahraga bersama, dan menyusun jadwal rutin untuk latihan relaksasi nafas dalam. Terakhir perawat dan keluarga mendisikusikan bersama tanda bahaya hipertensi dan kapan harus dibawa ke rumah sakit, mendiskusikan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

41   

terutama puskesmas, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posbindu secara rutin setiap bulan. Implementasi yang sangat berpengaruh terhadap Nenek N adalah penjelasan dan demonstrasi tentang diet hipertensi berdasarkan makanan yang boleh, tidak boleh, dan harus dibatasi. Makanan yang boleh adalah makanan yang mengandung rendah garam, sedangkan makanan yang tidak boleh adalah makanan yang tinggi natrium, makanan yang dibatasi adalah makanan yang memiliki kandungan natrium sedikit namun jika dikonsumsi terus menerus akan mengakibatkan natrium tinggi. Makanan dengan diet ini disarankan oleh Bina Pelayanan Gizi Kemenkes yang tetap memperhatikan kandungan gizi seimbang dan beragam. Kandungan gizi tersebut harus terdiri dari makanan mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zt pengatur. Penjelasan diet hipertensi telah meningkatkan pengetahuan klien mengenai pentingnya mengatur pola makan. Perawat mengajarkan cara melakukan diet hipertensi telah meningkatkan kemampuan klien dan individu menyediakan menu makanan diet hipertensi yang diajarkan. Sikap keluarga juga terlihat tampak perubahan yaitu dengan tidak menyediakan makanan yang tidak diperbolehkan dan tidak lagi membeli ikan asin setiap hari. 3.5. Evaluasi Keperawatan Intervensi keperawatan terkait hipertensi yang telah dilakukan kemudia dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi yang dapat dicapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan evvauasi SOAP, evaluasi sumatif dan menilai tingkat kemandirian keluarga. Evaluasi SOAP didapatkan data Nenek N mengatakan Hipertensi yaitu tekanan darah yang tinggi >140/90. Nenek N mengatakan penyebab Hipertensi makan yang asin, mengkonsumsi kopi, stress, dan keturunan, merokok. Nenek N mengatakan bahwa tanda dan gejala Hipertensi, yaitu: pusing pada tengkuk, sulit tidur, jantung berdebar, dan mudah lelah . Nenek N mengatakan Hipertensi Nenek N karena tidak menjaga pola makan sejak muda, sudah tua, berat badan berlebih,

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

42   

dan sering makan ikan asin.Tanda dan gejala Hipertensi yang dialami Nenek N jika tekananan darah diatas 200 mmHg maka mata berkunang-kunang, jantung berdebar-debar, pusing, dan sulit tidur. Keluarga dan Nenek N mengatakan bahwa dirinya dengan tensi diatas 150 tidak merasakan pusing . Ibu E mengatakan bahwa akibat dari Hipertensi yang tidak dirawat yaitu stroke, penyakit jantung, dan ginjal. Oleh karena itu keluarga mengatakan ingin merawat, mengontrol, dan mencegah perburukan hipertensi pada nenek N. Keluarga mengatakan ingin merawat nenek N dengan masalah hipertensi dengan mau mendengarkan informasi dari perawat. Keluarga dan Nenek N mengatakan bahwa cara perawatan Hipertensi adalah dengan mengecek tekanan darah sebulan sekali, tidak merokok, beraktifitas, makan yang sehat, dan tidak stress . Nenek N mengatakan cara perawatan seharus dilakukan oleh dirinya adalah makanan yang rendah garam, dan olahraga. Nenek N mengatakan untuk memberi ketenangan yaitu salah satu nya dengan teknik relaksasi. Nenek N mengatakan tarik nafas dalam bisa menenangkan Keluarga dan nenek N menyebutkan cara untuk merawat hipertensi kompres hangat untuk nyeri, mengurangi makanan asin, menghadapi stress dengan relaksasi, dan rutin berolahraga . Ibu E mengatakan makanan nenek N harus terdiri dari zat tenaga yaitu karbohidrat, sumber pembangun yaitu protein, dan sumber pengatur yaitu mengenadung vitamin dan mineral. Keluarga mengatakan diet hipertensi adalah pengaturan pola makan dan jenis makanan dengan tetap memberikan gizi seimbang dan beragam. Ibu E dan Nenek N mengatakan mau melakukan diet hipertensi secara perlahan. Nenek N dan keluarga mengatakan makanan yang dibolehkan yaitu makanan segar, makanan yang diolah tanpa atau sedikit garam, vetsin, dan kaldu bubuk, sumber protein, dan susu segar. Bahan makanan yang dibatasi dikatakan kelaurga adalah pemakaian garam dapur dan penggunaan bahan makanan seperti soda kue. Nenek N mengatakan garam seharusnya dengan tekanan darah 180mmHg tidak boleh digunakan, namun ia mengatakan akan sulit dilakukan. Sehingga nenek N dan keluarga akan mencoba mengurangi bertahap.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

43   

Selanjutnya keluarga dan nenek N

mengatakan bahan makanan yang harus

dihindari jero-jeroan, bahan makanan kaleng, makanan yang diawetkan, bumbu penyedap, durian dan tape. Nenek N mengatakan porsi nasi yang harus dimakan adalah ¾ gelas atau satu centong/kali makan dengan lauk ikan 1 ptg sdg, ayam 1 ptg sdg, tempe atau tahu 1 buah, dan sayur-sayuran satu mangkok dengan diselingi makanan buah seperti pepaya, apel, dan buah lainnya. Nenek N dan keluarga menyebutkan bahwa makananya boleh digoreng namun tidak semuanya gorengan karena kebutuhan lemak hanya sedikit. Setelah itu nenek N mampu mendemonstrasikan penyajian makanan sesuai yang dianjurkan terutama tentang ukuran. Nenek N mengambil sendiri makanan dan lauk yang ada dirumah lalu nenek N menyebutkan makananya sudah lengkap terdiri dari zat pembangun, dan zat pengatur, dan zat tenaga. Nenek N juga menyebutkan bahan makanannya segar namun masih menggunakan garam dan bersantan banyak. Keluarga mengatakan juga masih menggunakan mecin karena merasa tidak gurih. Keluarga mengatakan akan mencoba menggunakan garam ditambah gula sedikit untuk menciptakan rasa gurih. Nenek N juga mengatakan jadi lebih tahu mengapa ikan asin tidak baik untuk dirinya sehingga ia mau mengurangi ikan asin dan berusaha tidak makan lagi. Kunjungan selanjutnya keluarga mengatakan Nenek N sekarang tidak memakan ikan asin lagi dalam seminggu dan sudah membatasi garam meski sulit jika harus memisahkan makanan. Keluarga sudah mencoba membatasi mecin pada makanannya. Keluarga mengatakan sudah mencoba menghindari makanan yang tidak dibolehkan perlahan-lahan. Keluarga mengatakan menu hari itu ikan kembung goreng, sayur labu siam, dan sambal. Selanjutnya keluarga mengatakan lebih paham cara memodifikasi lingkungan untuk merawat nenek N dengan cara menyusun menu makan diet hipertensi. Keluarga mengatakan juga cara agar nenek N patuh terhadap diet adalah tidak menyediakan makanan yang tidak diperbolehkan atau dibatasi.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

44   

Selanjutnya keluarga mengatakan tanda dan gejala bahaya hipertensi yaitu tibatiba jatuh, tiba-tiba pusing berat, dan tiba2 sulit bicara, ketika hal ini terjadi Nenek N harus segera di bawa ke palayanan kesehatan. Keluarga mengatakan jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi adalah Puskesmas, Posyandu, Rumah sakit, mantri, bidan, dokter. Nenek N mengatakan bahwa manfaat fasilitas kesehatan

adalah

mendapatkan

informasi

tentang

sarana

pemeriksaan,

pengobatan, dan perawatan Hipertensi. Nenek N mengatakan bahwa akan pergi ke posbindu setiap bulannya. Implementasi yang dilakukan oleh perawat dapat diterimaka keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi maupun saat melakukan demonstrasi. Keluarga terlibat aktif dalam diskusi, hal ini terlihat dari kehadiran dua anggota keluarga setiap kali melakukan imlementasi. Keluarga terutama Ibu E, Ibu S, dan Nenek N mampu menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda gejala, dan akibat hipertensi. Keluarga Bepar R dapat menyebutkan

kembali

cara

perawatan

hipertensi.

Keluarga

mampu

mendemonstrasikan tarik nafas dalam untuk menenangkan nenek N. Selanjutnya keluarga mampu menyebutkan pengertian diet hipertensi dan menyebutkan makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasi untuk diet hipertensi. Keluarga juga mampu menyusun menu diet hipertensi selama seminggu. Pada saat kunjungan mendadak menu nenek N adalah ikan, sayur labu siam, dan sambal, serta selingan pisang rebus. Keluarga mengatakan nenek N juga sudah tidak makan ikan asin lagi. Keluarga juga terlihat mendukung nenek N dengan mengajak jalan pagi bersama setiap hari. Nenek N juga terlihat hadir pada saat pelaksanaan posyandu untuk mengontrol tekanan darah dan tetap meminum obatnya sesuai dosis. Pada tanggal 27 Mei 2014 tekanan darah nenek N turun menjadi 180/100 mmHg, dimana sudah terjadi penurunan diastol 10 mmHg. Hal ini menunjukan perbaikan pemeliharaan kesehatan Nenenk N. Hasil observasi yang dilakukan atau dilaporkan oleh keluarga makan perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah hipertensi pada nenek N telah tercapai ditunjukan dengan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

45   

penurunan tekanan diastole 5-10 mmHg dan sistole 0-10mmHg. Pemeliharaan kesehatan nenek N sudah baik dan harus terus dipertahankan Perawat memotivasi keluarga untuk terus melakukan kontrol dengan melakukan diet hipertensi, olahraga, aktifitas ringan, dan mengurangi garam. Perawat memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang diiperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga meminta kader untuk terus memantau pekermbangan status kesehatan Nenek S. Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas kesehatan keluarga pada masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi. Keluarga Bapak R dapat menyebutkan kembali definisi hipertensi. menyebutkan 4 dari 6 penyebab hipertensi, menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala hipertensi, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Keluarga Bapak R mampu menyebutkan 3 dari 6 akibat kurang gizi. Keluarga mampu

merawat

anggota

keluarga

dengan

masalah

hipertensi

dengan

menyebutkan 4 dari 6 caramengontrol tekanan darah. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 cara perawatan hipertensi dan keluarga mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas dalam dan dan menyusun menu diet hipertensi. Keluarga mampu menyebutkan 3 makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasi. Keluarga mampu memodifikasi lingkunga dengan menyebutkan cara 2 dari 4 modifikasi lingkungan. Keluarga menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, keluarga mampu menyebutkan kapan harus dibawa kerumah sakit.Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti posbindu dan klinik kesehatan. Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Bapak R belum melakukan pemeliharaan kesehatan yang efektif terkait hipertensi pada nenek N. Nenek N hanya meminum obat setiap hari 1x12,5 mg. Perawat melakukan intervensi dan dari beberapa intervensi yang sangat berpengaruh adalah diet hipertensi yang dilakukan oleh Nenek N. Pada saat kunjungan terlihat nenek N makan dengan ikan, nasi, dan sayur labu siam dan cemilan pisang rebus.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

46   

Kunjungan berikutnya keluarga mengatakan sudah tidak membeli ikan asin lagi dan mengurangi mecin atau tidak memakai mecin pada makanannya. Penyajian makan memang dirasakan sulit jika harus dipisah untuk makanan nenek N, sehingga keluarga mengurangi garam juga sedikit. Ibu E dan Ibu S mengolah makanan yang segar seperti ikan, ayam, tahu dan tempe. Nenek N mengatakan juga tidak lagi makan ikan asin. Saat dilakukan evaluasi, Ibu E dan nenek N dapat menjelaskan kembali apa itu diet hipertensi dan contoh makanan yang boleh, tidak boleh, serta harus dihindari. Keluarga Bapak R terlihat melakukan penyajian menu diet hipertensi. Secara kognitif Ibu E dapat memahami setiap penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk menyebutkan kembali, meski Nenek N tidak mengingat banyak namun ia menyebutkan hal-hal penting terkait hipertensi dengan cukup baik. Selama proses pemberian asuhan keperawatan dan pembimbingan keluarga, terjadi stressor dalam proses keluarga yaitu keluarga menerima anggota baru yaitu cucu Nenek S sehingga penyajian menu diet hipertensi dan perawatan lainnya sedikit terganggu. Namun, keluarga menyadari harus tetap mempertahankan status sehat Nenek N. Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Maglaya (2009) menyebutkan 5 tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah hipertensi, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan hiertensi, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk perawatah hipertensi. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4x45 menit dengan pemantauan selama 10 kali, tingkat kemandirian keluarga Bapak R berada pada tingkat III kemandirian dari tingkat kemandirian II. Hal ini ditunjukan data bahwa keluarga menerima petugas kesehatan, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sedeharan sesuai

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

47   

yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

47   

BAB IV ANALISIS SITUASI Bab ini akan menjelaskan analisis yang diawali dengan uraian profil lahan praktik, analisis masalah keperawatan dengan konsep keperawatan kesehatan masyarakatt perkotaan, serta analisis diet hipertensi dengan penelitian yang sebelumnya, dan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan. 4.1. Profil Lahan Praktek Kecamatan Tapos memiliki tujuh kelurahan dan 12 desa. Kelurahan tersebut antara lain Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Cimpaeun, Keluarahan Cilangkap, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, dan Kelurahan Jati Jajar. Puskesmas Kelurahan Sukatani digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada Kelurahan Sukatani. Luas wilayah Kelurahan Sukatani 508,60 km2 dengan jumlah total penduduk adalah 57941 jiwa dengan jumlah perempuan 29.152 orang dan laki-laki berjumlah 28.789. Jumlah Rukun Tetangga 184 RT dengan 26 Rukun Warga. Jumlah kepala keluarga 16840 Jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk 12215/km2. Sebagian besar beragama Islam dengan 38484 orang memeluk agama islam. Angka kematian penduduk sukatani 198 dan Angka Kelahiran 114. Jumlah penduduk yang datang sebesar 654 orang dan penduduk yang pindah 246 orang. Sebagian besar pekerjaan penduduk sukatani adalah pengrajin/ industri kecil yaitu 13.740 Jiwa. Selain itu penduduk bekerja di bidang pertanian, listrik gas dan air, serta angkutan. Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan Sukatani adalah sebagai berikut 7409 orang belum sekolah, 6310 orang tidak tamat SD/sederajat, 5176 orang tamat sekolah dasar, 8161 orang tamat SLTP, 21.437 orang tamat SLTA, 3.469 orang tamat akademik dan 58.457 orang tamat perguruan tinggi. Sarana dan prasarana yang terdapat di Sukatani yaitu Industri / Pabrik, Mesjid dan Mushola, dan 29 sekolah, Klinik Swasta, dan apotik. Sedangkan fasilitas kesehatan yang dimiliki terdiri dari 1 puskesmas, 26 posyandu, 1 pos KB, dan 1 Balai Pengobatan. Terdapat 2 dokter umum , 3 dokter gigi, dan 4 Perawat. 47  

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

48   

Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (RW). RW 22 merupakan salah bagian wilayah dari Kelurahan Sukatani. Wilayah RW 22 termasuk salah satu RW terluas yang terbagi menjadi tujuh rukun tetangga (RT), yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10,dan 12. Jumlah49 lansia yang ada di RW 22 yaitu 33 orang yang berusia leih dari 60 tahun. Jumlah kader yang aktif sebanyak 40 orang. Mayoritas penduduk di RW 22 beragama Islam dan berasal dari suku Jawa. Keadaan pemukiman di RW 22 cukup padat, dengan mayoritas perumahan merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri dari rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang lain sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik pada sebagian rumah. Terdapat tempat pembuangan sampah umum, dan sebagian warga memiliki tempat pembuangan sampah di depan rumahnya. Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 22 adalah praktik Bidan, posyandu, dan pobindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap satu kali dalam sebulan. RW 22 memiliki satu posyandu yaitu posyandu Mawar yang terletak di sekretariat RT 01. Posyandu Mawar mengelola balita yang ada di RW 1 Kelurahan Sukatani. Posyandu dilakukan setiap tanggal 22, kecuali jika tanggal tersebut jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke hari berikutnya. Posyandu flamboyan I diadakan di RT 1 dengan luas 5m x7m. Kader di RW 22 ada sebanyak 50 orang. Selain Posyandu pelaksanaan posbindu juga dilakukan kepada lansia dan pra lansia. Namun, kunjungan lansia diatas usia 60 tahun hanya 1-2 orang perbulannya. Padahal lansia di RW 22 yang berusia >60 tahun berjumlah 33 orang. Posbindu dilakukan oleh 4 kader yang melakukan penimbangan, pengukuran tekanan darah, dan pencatatan.

4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian Terkait KKMP RW 22 merupakan salah satu daerah urban yang berada di depok, hal ini ditandai dengan beraneka ragamnya suku masyarakat, tersedianya fasilitas umum, dan sebagian besar masyarakat yang bekerja tidak di sektor pertaniaan. Kepadatan  

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

49   

penduduk di Keluarahan sukatani juga cukup tinggi, dimana sukatani dekat dengan pusat daerah kota Depok. Hal ini sesuai dengan pernyataan, Allender, J.et al (2010) bahwa populasi yang padat, kompleks, dan berbagai ras/suku identik dengan urban. Kecenderungan masyarakat kota lebih banyak menderita hipertensi dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress, obesitas, kurangnya olahraga, merokok, alkhohol dan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Hal ini membawa konsekuensi berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi (Zuraidah, Maksuk, & Apriliadi. 2012). Hal ini terlihat pada kondisi di RW 22, Hasil penyebaran angket menunjukkan sebanyak 23 dari 33 responden (69,7%) memiliki hipertensi, 57,6% lansia merasakan tanda dan gejala seperti pusing, rasa berat atau sakit ditengkuk, 78,8% lansia tidak melakukan olah raga minimal 1 kali seminggu dan terdapat 21,2% lansia tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berada dekat lingkungan tempat tinggalnya.Masyarakat lansia RW 22 lebih dominan 63,6% tidak baik dalam hal perawatan maupun pencegahan hipertensi. Kemenkes 2012 menyatakan bahwa perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Menurut Suyono (1992 dalam Kemenkes. 2012) perubahan ini ditandai adanya perubahan pola makan dari yang mengandung serat dan sayuran menjadi tinggi protein, lemak, gula, dan garam, serta sedikit serat. Hal tersebut dapat menyebabkan risiko terjadinya masalah degeneratif salah satunya hipertensi. Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Pernyataan ini sesuai untuk menggambarkan keluarga Bapak R sebagai sebuah keluarga. Keluarga Bapak R terdiri dari 1 kepala keluarga, 1 orang istri, 2 orang adiknya, 1 orang nenek, dan 1 orang ibunya yang tinggal dalam satu rumah yang sama. Berdasarkan tipe keluarga, keluarga Bapak R termasuk keluarga Besar (Friedman, Bowden, dan Jones. 2003). Keluarga ini termasuk keluarga dengan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

50   

lansia dimana salah satu anggota keluarga telah memasuki usia lanjut usia dan menghadapi tahap tumbuh kembang lansia. Berdasarkan tahap tumbuh kembang keluarga Bapak R berada pada tahap tumbuh kembang pasangan baru menikah. Namun dikarenakan keluarga Bapak S adalah keluarga besar yang memiliki lansia dan terdapat masalah, maka mahasiswa fokus pada tahap tumbuh kembang keluarga dengan lansia. Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menyebutkan tugas perkembangan keluarga dengan lansia adalah keluarga mempertahankan kepuasan hidup, beradaptasi terhadap perubahan finansial, mempertahankan status pernikahan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan keterikatan kekeluargaan, dan melakukan life review dan mempertahankan eksistensi. Keluarga dan lansia sudah dapat memenuhi tugas perkembangan mempertahankan kepuasan hidup dengan merasa sudah membagi rumah dan tempat tinggal kepada anak-anaknya. Nenek N juga sudah menerima perubahan keuangan sehingga tidak memaksakan diri untuk bekerja dan Bapak R memenuhi kebutuhan keuangan Nenek N. Suami nenek N yang sudah meninggal sudah dapat diterima oleh nenek N dan keluarga sehingga nenek N lebih banyak berdiskusi dengan anaknya. Tugas perkembangan lain yang dilakukan nenek N adalah mempertahankan ikatan kekeluargaan dengan perhatian kepada anak dan cucunya serta memberikan nasehat. Selain itu nenek N juga masih merasa dihormati dan disayangi. Proses wawancara yang dilakukan mahasiswa nenek N sering menceritakan kehidupan masa lalunya dan merasa senang menceritakan. Namun, disisi lain ada tugas perkembangan Nenek N yang belum terpenuhi yaitu mempertahankan kesejahteraan diri terutama dalam hal kesehatan. Nenek N sering mengeluh tekanan darah yang selalu tinggi, kaki yang sakit pada sendi, dan badan yang terasa kurang enak. Keluarga harusnya menyediakan perawatan kepada anggoa keluarga yang telah lansia (Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, Gaulton dkk. 2010). Hal ini telah dilakukan keluarga dengan mengantar nenek N berobat di klinik swasta dan membelikan obat anti hipertensi di apotik setiap bulan. Selain itu berdasarkan keterangan tetangga keluarga Bapak R sangat perhatian dengan anggota keluarga dan cepat dalam mengambil keputusan untuk pergi ke pelayanan

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

51   

kesehatan. Hal ini didukung oleh penataan peran anggota keluarga yang jelas. Bapak R sebagai kepala keluarga bertugas mencari nafkah dan mengambil keputusan. Sedangkan Ibu S sebagai ibu rumah tangga bertugas membantu mertuanya dalam mengurus rumah tangga. Anak Nenek N yang tinggal disebelah rumah selalu siap menyediakan kendaraan dan akomodasi nenek N untuk pergi jauh. Masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga harus diatasi dengan kemampuan keluarga menjalankan tugas kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yaitu kemampuan mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Keluarga dalam mengenal masalah keluarga sudah mengerti bahwa nenek N mengalami hipertensi dan harus mencegah perburukan dengan minum obat hipertensi. Namun, keluarga belum mengetahui berapa tekanan darah yang termasuk tinggi dan harus menjadi perhatian oleh keluarga. Keluarga hanya mengatakan penyebab hipertensi adalah kebiasaan makan asin dan sudah berusia tua. Proses pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala keluarga yaitu bapak R yang selama ini memutuskan untuk langsung membawa anggota keluarga yang sakit ke dokter swasta untuk diobati karena tidak tahu bagaimana cara perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi dirumah. Selain itu, keluarga tidak pernah memperhatikan konsumsi garam dan makanan pengawet serta ikan asin yang dikonsumsi. Keluarga cenderung senang dengan makanan yang gurih dan asin. Cemilan yang dimakan biasanya adalah kerupuk gurih yang ada diruangan. Nenek N juga dikatakan tidak suka minum air putih dan lebih menyenangi teh pahit. Konsumsi teh pahit 3-5 gelas perhari. Nenek N juga tidak mengikuti senam pada hari minggu di depan rumahnya karena alasan sudah tua. Keluarga dan nenek N mengatakan tidak mengetahui mengapa makanan yang tinggi garam berhubungan dengan hipertensi, hanya mengetahui tidak boleh. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi keperawatan yang mengarah pada 5 tugas kesehatan keluarga.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

52   

AHA (2011) menyebutkan bahwa hipertensi pada lansia terjadi dikarenakan faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah yaitu peningkatan usia dan riwayat dari keluarga. Sedangkan faktor yang dapat diubah yaitu pola makan yang tinggi garam, kurangnya aktifitas fisik, stress yang tidak dihadapi, merokok, konsumsi alkhohol, dan minum kopi. Faktor risiko ini dimiliki oleh klien yaitu nenek N telah berusia 68 tahun, sejak muda sering mengonsumsi kopi, sering menghadapi stress tinggi karena bekerja di pasar, tidak mengontrol makan dan sangat menyukai makanan ikan asin. Tanda dan gejala hipertensi yang dialami klien dengan hipertensi yaitu kepala pusing berat terutama pada tengkuk, cemas yang berlebihan, nafas pendek, dan pandangan yang kabur (AHA, 2012). Nenek N dengan tekanan darah 180/110 mmHg dalam tiga kali pengukuran tidak merasakan tanda dan gejala seperti pusing pada tengkuk, pandangan kabur, nafas pendek, ataupun jantung berdegup lebih kencang. Namun nenek N pernah mengalami hipertensi krisis dimana nenek N merasakan kepala yang sangat berat dan jantung yang berdegup kencang sehingga dibawa kerumah sakit dan tekanan darah nenek N 220/110 mmHg. Hal ini sesuai dengan pernyataan AHA (2012) bahwa pada studi yang terbaru menyatakan bahwa tekanan darah tinggi tidak selalu menyebabkan sakit kepala kecuali dalam kasus hipertensi krisis yaitu sistolik diatas 180mmHg dan diastolik diatas 110 mmHg. Oleh karena itu AHA (2012) menyarankan sakit kepala atau kurangnya sakit bukan indikator yang dapat diandalkan untuk mengatakan tekanan darah tinggi. Kontrol tekanan darah ke pelayanan kesehatan dan Posbindu merupakan indikator yang penting untuk dilakukan terutama pada usia lanjut. Nenek N mengeluhkan meskipun ia sudah meminum obat yang diberikan dokter tekanan darah saat diperiksa tidak pernah turun dan seringkali naik. Berdasarkan hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa keluarga masih kurang memiliki pengetahuan yang baik terkait pengertian hipertensi, mengapa penyebab dapat berhubungan dengan hipertensi, dan belum dilakukannya manajemen nonfarmokologik karena gagal untuk memulai perilaku menurunkan faktor risiko. Keluarga dan Nenek N merasa sulit untuk melakukan perawatan selain minum

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

53   

obat dan belum merasakan efektifitas perawatan lain yang dapat menurunkan tekanan darah. Analisis ini sesuar dengan diagnosa NANDA (2014) yaitu Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan batasan karakteristik kurangnya pengetahuan keluarga mengenai hipertensi dan cara perawatannya, gagal memasukan regimen terapetik kedalam aktivitas harian, gagal untuk memulai perilaku menurunkan faktor risiko, ketidakefektifan permilihan aktivitas harian untuk mencapai tujuan kesehatan, melaporkan keinginanan untuk mengontrol penyakit, melaporkan kesulitan untuk melakukan manajemen terapetik pada masalah. Intervensi keperawatan diberikan berdasarkan 5 tugas kesehatan keluarga. Keluarga diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian, tanda dan gejala, penyebab, serta akibat dari masalah kesehatan hipertensi. Kemudian perawat memfasilitasi keluarga untuk memutuskan melakukan perawatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan hipertensi. Selanjutnya perawat mengajarkan cara perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi yaitu manajemen diet hipertensi, aktifititas fisik, dan teknik relaksasi nafas dalam. Manajemen diet hipertensi dilakukan oleh perawat dengan menjelaskan pengertian diet hipertensi, manfaat diet hipertensi, kebutuhan kalori nenek, contoh makanan yang diperbolehkan, dibolehkan, dan dihindari,serta melakukan demonstrasi penyusunan menu makanan diet hipertensi selama seminggu. Intervensi diet hipertensi dievaluasi setiap kunjungan dan perawat memberikan motivasi. Perawat bersama keluarga melakukan modifikasi lingkungan untuk mendukung perawatan keseahtan anggoa keluarga yang mengalami hipertensi. Terakhir perawat mengajarkan tanda bahaya hipertensi dan kapan harus segera kerumah sakit. Perawat juga memotivasi keluarga untuk terus melakukan kontrol hipertensi setiap bulan ke Posbindu dan Puskesmas atau klinik swasta lainnya.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

54   

4.3. Analisis Intervensi Diet Hipertensi sebaga Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor keturunan, dan interaksi diantara semua faktor. Faktor lingkungan yang berdampak pada tekanan darah yaitu diet, aktivitas fisik, dan faktor psikososial. Faktor diet sangat penting dan predominan berperan dalam homeostasis (AHA, 2006). Meskipun penurunan tekanan darah yang terjadi hanya diperkirakan 3 mmHg namun jika setiap individu melakukan pola makan yang benar akan berdampak besar terhadap populasi dan menurunkan 8 % kematian akibat stroke dan 8% karena penyakit jantung (AHA.2006). Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan pada keluarga Bapak R ini lebih menekankan pada manajemen diet meskipun Nenek N telah mngonsumsi obat-obatan. Pada individu yang telah mengonsumsi obat perubahan pola makan dan mengurangi garam akan menurunkan tekanan darah dan memfasilitasi pengurangan terhadap obat (AHA, 2006). Hal ini sesuai dengan kondisi Nenek N yang sudah mengonsumsi obat namun tidak merasakan adanya penurunan tekanan darah. Intervensi yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan mengenai hipertensi dan 6 kali pertemuan untuk pengontrolan diet dalam waktu 7 minggu. Perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan, melakukan perawatan, dan memodifikasi, serta memanfaat kan fasilitas kesehatan. Sesuai perannya sebagai edukator dan konselor perawat menggunakan metode diskusi untuk melakukan intervensi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Feinstein,dkk (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesehatan seperti perilaku kesehatan perilaku pencegahan, serta kepercayaan kesehatan. Hal ini sesuai dengan tugas kesehatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah. Pada kemampuan mengenal masalah keluarga diajak untuk berdiskusi mengenai hipertensi, kemudian perawat meluruskan pengetahuan yang belum tepat dan memberikan penghargaan atas pengetahuan keluarga yang sudah baik. Penjelasan yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga terkait dengan masalah kesehatan hipertensi sehingga manajemen diet dapat terlaksana dengan baik. Hasil dari implementasi tersebut keluarga mampu

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

55   

menyebutkan kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, dan akibat serta cara perawatan. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010 dalam Muhammadis, 2011)

yang menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimiliki. Setelah keluarga mengenal masalah maka selanjutnya keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan. Keluarga Bapak R dan Nenek N mengambil keputusan dan menyatakan keinginan untuk merawat nenek N yang sakit hipertensi. Hal ini terlihat dari antusiasme keluarga dalam program intervensi yang diberikan. Selanjutnya perawat menjelaskan perawatan anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan diet. Perawat mulai menjelaskan dari pengertian diet hipertensi, tujuan diet hipertensi, makanan yang diperbolehkan, dibatasi, dan dihindari pada diet hipertensi. Selain itu perawat menjelaskan kebutuhan kalori pada nenek N dan Nenek N beserta keluarga mendemonstrasikan penyusunan menu makanan dalam sehari hingga seminggu. Media yang digunakan pada saat melakukan implementari berupa lembar balik, dan daftar makanan pengganti food models. Meskipun penelitian menunjukan efektifitas diet lebih berdampak usia dewasa tengah, namun beberapa penelitian menunjukan adanya hasil yang baik pada lansia (AHA, 2006). Penemuan penting tersebut yaitu lansia dikatakan dapat mempertahankan perubahan dietnya terutama dalam hal menurunkan berat badan dan mengurangi konsumsi garam dalam jangka waktu yang lama. Kedua penurunan tekanan darah terbaik justru didapatkan pada individu yang semakin tua. Ketiga adanya risiko atribut lain pada peningkatan tekanan darah lansia, maka dampak perubahan tekanan darah harus diartikan sebagai upaya untuk melakukan penurunan risiko gangguan kardiovaskular pada lansia (AHA, 2006). Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan (2011) dalam panduannya menyebutkan diet hipertensi sangat penting memperhatikan bahan makanan yang dianjurkan, bahan makanan yang dibatasi, dan makanan yang dihindari. Lebih lanjut disebutkan prinsip pengaturan makanan diet hipertensi adalah gizi

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

56   

seimbang dan beragam serta rendah garam atau natrium. Gizi seimbang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Penatalaksanan diet dilakukan sesuai dengan prinsip diatas yaitu perawat menyusun menu makan disesuaikan dengan kebutuhan kalori klien. Perhitungan kalori klien berdasarkan rumus Brocca yaitu 1850 kkal perhari dengan BB nenek 54 kg dan TB 145cm. Kebutuhan kalori ini telah disesuaikan dengan faktor lainnya. Pengurangan makanan yang tinggi natrium atau garam dilakukan dengan mengajarkan individu makanan yang boleh, tidak boleh, dan perlu dibatas pada diet hipertensi. Makanan yang tidak boleh yaitu makanan jero-jeroan, makanan yang diolah dengan garam natrium, makanana dan minuman kaleng, makanan yang diawetkan, mentega dan keju, bumbu-bumbu pengawet, dan makanan yang mengandung alkohol. Sedangkan makanan yang perlu dibatasi yaitu penggunaan garam dapur dan penggunanan bahan makanan seperti natrium (Kemenkes, 2011). Pada saat dlakukan implementasi keluarga dapat menyebutkan kembali makanan yag dihindari dan dibatasi. Selain itu nenek N dan keluarga juga menyatakan tidak akan mengonsumsi ikan asin lagi dan mengurangi monosodium glutamate yang diberikan pada makanan. Keluarga juga sudah menyebutkan cara membatasi garam dan tidak boleh mengonsumsi garam. Pada saat evaluasi selama seminggu keluarga menyatakan tidak lagi mengonsumsi ikan asin setiap hari, namun masih merasakan sulit untuk memisahkan makanan dan tidak menggunakan garam pada nenek N. Perubahan perilaku menurut tahap perubahan yaitu prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi lalu mempertahankan perubahan perilaku (Browning & Thomas, 2005). Perubahan perilaku biasanya dilakukan dalam waktu enam bulan(Browning & Thomas, 2005). Faktor lain yang mempengaruhi seseorang yaitu kurangnya akses lingkungan, kurangnya dukungan, dan rendahnya kepercayaan diri dalam melakukan perubahan perilaku (Browning & Thomas, 2005). Selama pemberian intervensi penatalaksanaan diet, pemeriksaan tekanan darah dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan diet hipertensi. Hal ini juga disesuaikan dengan tujuan penatalasaksanaan yaitu menurunkan tekanan darah

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

57   

dan mencegah kenaikan tekanan darah (AHA, 2011). Target penurunan tekanan darah pada lansia 140-145/90-95 mmHg (AHA, 2011). Pengurangan garam dapat menurunkan 7,6/3,3 mmHg, multi treatment non farmakologi dalam suatu penelitian menunjukan perubahan 4,2/4,9 mmH (Maddens, Imam, & Ashkar. 2005). Penelitian di kanadia dengan melibatkan lansia dengan menerapkan multifaktor treatment nonfarmokologik dapat menurunkan tekanan darah 11/8 mmHg setelah 12 bulan intervensi (Rabkin, 1994). Pada Nenek N perubahan tekanan darah selama intervensi 5-10 mmHg dengan intervensi manajemen diet. Anjuran perawatan selain obat medis selalu dianjurkan oleh tenaga kesehatan untuk mendorong efektifitas manajemen pengobatan. Namun, pada kenyataanya banyak pasien yang tidak melakukan anjuran tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan hal ini yaitu kurangnya pengetahuan, belum adanya kepercayaan kesehatan mengenai hipertensi, dan kurangnya motivasi untuk patuh terhadap regimen pengobatan. Keberhasilan diet hipertensi ditentukan oleh faktor kepatuhan dimana kepatuhan dipengaruhi faktor lainnya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan diet meliputi pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan model terapi, interaksi profesional kesehatan dengan pasien, umpan balik dari tenaga kesehatan, kepercayaan dan agama yang dianut, faktor geografis, sikap individu, dan dukungan petugas kesehatan dan keluarga. Nenek N dan keluarga dalam hal ini belum terlalu patuh dikarenakan adanya perubahan faktor lingkungan dan sosial seperti penyediaan menu yang sama karena dimasak satu kali sehari dan perubahan keluarga. Kurangnya kepatuhan juga dikarenakan adanya perubahan proses keluarga yaitu keluarga yaitu Istri Bapak R melahirkan anak pertama sehingga merubah pola penyajian makanan dan menu dirumah. Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami dan mematuhi perilaku diet dibandingan dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah (Ouyang, 2007). Tingkat pendidikan nenek N yang lulus SD dan keluarga yang rata-rata SMA

membuat memahami informasi yang diberikan terkait

dengan hipertensi. Hal ini terlihat dari Ibu E dan Nenek N yang menyebutkan kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, akibat, dan cara perawatan yang  

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

58   

tepat. Perubahan perilaku nenek N untuk melakukan diet sudah juga dilakukan yaitu pada seminggu pertama setelah dilakukan intervensi diet nenek dan keluarga melakukan intevensi sesuai yang direncanakan. Ellis (2010) mengatakan bahwa klien yang rutin melakukan cek kesehatan memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang tidak mengecek kesehatan secara rutin. Meskipun perawat melakukan cek tekanan darah secara ruitn namun kepatuhan diet hipertensi kurang hal ini terlihat adanya sulitnya nenek N mempertahankan tekanan darah yang turun 5 mmHg pada minggu ke 5 pada sistole. Namun nenek N mampu mempertahankan tekanan darah diastole turun 10 mmHg. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah penulis lakukan terhadap intervensi manajemen diet, didapatkan hasil bahwa kadar hipertensi Nenek N turun 5-10 mmHg. Hal ini disebabkan Nenek N belum sepenuhnya mengubah kebiasaan untuk mengatur pola makan dengan baik. Menurut Potter dan Perry (2005), klien dalam mengubah kebiasaannya mungkin memiliki hambatan seperti hambatan eksternal (kurang fasilitas, kurang materi, dan kurang dukungan sosial) dan hambatan internal (kurang pengetahuan, kurang motivasi, kurang keterampilan untuk mempengaruhi perubahan pada kebiasaan kesehatan, dan ketidakjelasan tujuan jangka pendek serta jangka panjang). Berdasarkan hasil wawancara penulis, ternyata klien memiliki hambatan internal yaitu kurangnya motivasi dari dalam diri klien untuk melakukan keteraturan diet hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Agrina, Rini, dan Hairatama (2011) mengenai kepatuhan lansia terhadap diet hipertensi bahwa sebanyak 56,7% lansia tidak patuh terhadap diet hipertensi. Selain itu kebiasaan yang sudah sering sulit diubah dan perlu waktu perlahan-lahan. Selanjutnya penelitian Tumenggung (2013) kepatuhan diet hipertensi berbanding lurus dengan dukungan sosial keluarga dan menyebutkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam menjalankan diet hipertensi. Keluarga Bapak R terlihat sudah cukup baik dukungan misalnya dengan mengingatkan nenek N untuk tidak memakan ikan asin dan membantu penyediaan makanan yang sesuai anjuran. Disisi lain ada dukungan keluarga yang belum maksimal seperti penyediaan makanan yang dihindari dan dibatasi.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

59   

Keluarga masih menyediakan makanan seperti ikan asin dan makanan yang gurih untuk anggota keluarga lain namun ini seringkali membuat nenek tidak bisa menghindari untuk mencicip. Selain itu adanya tugas perkembangan keluarga lain seperti kelahiran anggota keluarga baru membuat perubahan dalam penyajian dan pengaturan makanan.

4.4. Alternatif Pemecahan yang Dilakukan Masalah yang menjadi penghambat dalam keberhasilan manajemen diet pada keluarga Bapak R terutama Nenek N adalahnya kurangnya kepatuhan pada nenek N dan kepercayaan nenek N bahwa perlunya manajemen diet dalam menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi. Perawat mengatasinya dengan membuat buku kontrol tekanan darah yang berisi perilaku nenek N dan tekanan darah secara berkala. Harapannya dengan ada kartu kontrol hipertensi keluarga dan Nenek N dapat mengetahui perkembangan kesehatan Nenek N dengan diet yang telah dilakukan sehingga dapat menumbuhkan rasa kepercayaan dan kepatuhan Nenek N untuk melakukan diet hipertensi. Lebih lanjut buku kontrol ini dapat dipergunakan di Posbindu atau Puskesmas sehingga ada motivasi Nenek N dan keluarga untuk mempertahankan gaya hidup sehat salah satunya diet hipertensi. Perawat juga telah memberikan lembar berisi tentang makanan yang boleh dan tidak boleh untuk nenek N. Selain itu perawat meminta keluarga untuk menuliskan menu harian di dalam lembar yang disediakan untuk seminggu. Sehingga pada kunjungan berikutnya perawat dapat mendiskusikan menu makanan pada hari sebelumnya dan perawat dapat memberi motivasi kepada keluarga atas kepatuhan diet hipertensi atau hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk melakukan diet hipertensi.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

60   

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab penutup ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil analisi situasi yang dijabarkan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bagian ini diuraikan kesimpulan dari hasil analisis situasi, sehingga dapat diketahui hasil dari karya ilmiah. Setelah itu, bab ini akan menguraikan saran untuk penulisan selanjtunya agar lansia dengan hipertensi pada keluarga dapat melakukan perawatan dan pengontrolan tekanan darah. 5.1. SIMPULAN Kesehatan Perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena penduduk kota di Indonesia yang semakin pesat. Perkembangan yang cukup pesat juga diiringi dengan peningkatan permasalahan pada perkotaan. Permasalahan ini adalah akibat dari arus urbanisasi dan kegagalan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan, dan kesejahteraan. Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada pola makan yang tidak memenuhi kebutuhan, pola kerja, stress, beban hidup, dan tuntutan pekerjaan yang mengakibatkan kebiasaan masyarakat berubah. Kebiasaan yang terus menerus dilakukan dapat mengakibatkan perluasan Penyakit Tidak Menular salah satunya hipertensi. Praktik Keperawatan Mahasiswa di Kelurahan Sukatani, khususnya RW 22 bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama keluarga dengan lansia hipertensi. Berdasarkan hasil surve lebih dari 60% lansia memiliki hipertensi dan masih ada 30% yang tidak melakukan perubahan gaya hidup. Survey pada lansia di RW 22 menunjukan juga masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi dan cara merawat lansia dengan hipertensi. Asuhan Keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan keluarga bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikan keluarga dalam mengontrol hipertensi dan melakukan upaya perawatan untuk pencegahan perburukan hipertensi. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh 61 mahasiswa pada keluarga Bapak R, khususnya nenek N. Tanda-tanda

 

60

 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

61   

ketidakefektifan manajemen kesehatan diri adalah klien sudah meminum obat akan tetapi tidak melakukan tindakan untuk merawat dan mencegah. Nenek N tidak memiliki tanda dan gejala hipertensi, nenek N termasuk kepada katergori hipertensi tanpa tanda dan gejala. Tekanan darah Nenek N yaitu 180/110 mmHg yang termasuk kategori hipertensi berat. Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan pada lansia adalah dengan diet hipertensi dan menyusun menu makanan hipertensi dengan menghindari dan membatasi makanan yang tidak diperbolehkan. Pemilihan intervensi tersebut dilakukan agar keluarga memahami pentingnya melakukan perubahan pola makan untuk mendukung efektifitas terapi obat dan menurunkan tekanan darah. Keluarga diharapkan dapat menyadari manfaat diet hipertensi sebagai salah satu upaya untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah perburukan hipertensi. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak R selama 5-7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui pengukuran tekanan darah Nenek N dan didapatkan hasil penimbangan nenek N turun 5-10 mmHg pada diastole dan sistole 10 mmHg. Tingkat kemandirian keluarga Bapak R saat ini berada pada tingkat kemandirian III. 5.2. SARAN 5.2.1. Puskesmas/Perawat Komunitas Puskesmas perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait hipertensi pada keluarga dengan lansia hipertensi. Edukasi dapat dilakukan pada saat lansia melakukan kunjungan ke Puskesmas dan dilakukan pencatatan serta motivasi untuk mengontrol tekanan darah. Sehingga akan meningkatkan dukungan dan kontrol dari tenaga kesehatan. Perawat kesehatan masyarakat dari Puskesmas perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan lansia yang memiliki kerentanan terhadap Penyakit Tidak Menular melalui asuhan keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam mengatasi masalah hipertensi pada lansia. Puskesmas juga dapat menerapkan media promosi yang sesuai dengan lansia sehingga mudah

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

62   

dipahami oleh lansia. Diet hipertensi dapat menjadi materi edukasi perawat di Puskesmas terutama berkaitan dengan penjelasan mengapa makanan yang tinggi garam tidak dibolehkan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan diet hipertensi. 5.2.2. Pendidikan Keperawatan Pendidikan keperawatan dapat memasukan materi mengenai diet hipertensi atau mengembangkan metode-metode perawatan lainnya yang dapat diajarkan kepada mahasiswa. Sehingga dapat menambah khasanah keilmuan mahasiswa untuk mengajarkan keluarga dan masyarakat mengenai cara perawatan dan pencegahan komplikasi. Inovasi seperti edukasi diet hipertensi kepada masyarakat juga menjadi tantangan bagi pendidikan keperawatan terutama meningkatkan kepatuhan lansia dan keluarga untuk melakukan diet hipertensi. 5.2.3. Penelitian Selanjutnya Tulisan ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang mempengaruhi diet hipertensi pada lansia, selain itu juga dapat menjadi dasar untuk meneliti metode bagaimana yang paling tepat untuk meningkatkan kemampuan lansia dan keluarga dalam melakukan diet hipertensi pada lansia di Indonesia. 5.2.4. Keluarga Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan lansia dengan aktif bertanya dan berkonsultasi pada petugas kesehatan. Keluarga diharapkan dapat tetap mempertahankan diet hipertensi yang telah dilakukan. Anggota keluarga lain selain nenek yang sakit juga diharapkan dapat memberikan dukungan agar Nenek N patuh terhadap diet hipertensi dengan tidak menyediakan makanan yang dilarang dan dihindari. Keluarga diharapkan mampu menyediakan menu makanan dengan rendah garam pada nenek. Setelah itu keluarga dan lansia diharapkan dapat melakukan cara perawatan lainnya seperti manajemen stress, melakukan aktifitas fisik rutin dengan olahraga ringan pada lansia. Lansia juga diharapkan selalu melakukan kunjungan ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan fisik terutama tekanan darah, berat badan,dan tinggi badan.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

63   

5.2.5. Masyarakat/Kader Kader diharapkan dapat melakukan kunjungan keluarga yang berisiko hipertensi. Kader juga diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk kontrol ke Puskesmas. Selanjutnya kader diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat ataupun individu mengenai hipertensi

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

64   

DAFTAR PUSTAKA Agrina, Rini S. S., Hairitama, R. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam pemenuhan Diet Hipertensi. Vol 6, No 1, April 2011: 46 – 53 AHA. (2006). Dietary Approaches to Prevent and Treat Hypertension: A Scientific Statement From American Heart Associaton. http://hyper.ahajournals.org/content/47/2/296 AHA. (2011). Expert Consensus Document On Hypertension in Elderly; A Report American Collage of Kardiologi Foundation Task Force on clinical expert Consesnsus Document. http://circ.ahajournals.org/content/123/21/2434.full.pdf AHA. (2012). What is Symptom of Hipertension. http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/Symptom sDiagnosisMonitoringofHighBloodPressure/What-are-the-Symptoms-ofHigh-Blood-Pressure_UCM_301871_Article.jsp Allender,J. A. , Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community health nursing : promoting and protecting the public’s health. Lippincott: Williams & Wilkins Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2013). http://depokkota.bps.go.id/publikasi/kematan-tapos-dalam-angka-tahun-2013 BPS. (2010). Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. http://www.bps.go.id/download_file/MFD/MFD_2010_Buku_3.pdf diunduh pada 1 Juli 2014 pukul 11.30 WIB. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes BPSDM Kemenkes. (2014). Presentasi Pengorganisasian dan manajemen Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Browning, C. J., & Thomas, S.A. (2005). Behavioral change: An evidence-based for social and public Health. USA: Elsevier Health Sciences Dinas Kota Depok. (2012). Profil Kesehatan Kota Depok. Dinkes Depok Ellis, G. E. (2010). An Assesment of the factors than affect the self care behaviour of diabetes. Birmingham: ProQuest Information and Learning Company.

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

65   

Feinstein, L. & dkk. (2005). What are the Effects of Education on Healh?. diunduh pada 2 Juni 2013 http://www.oecd.org/edu/countrystudies/37425753.pdf Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange. JNC. (2003). The Seventh Report of the Joint National Comitter on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, R.J., Duff, V.G., Coehlo, D. P., Hanson, S. M. H. (2010). Familiy Health Care Nursing. Philadelphia: Davis Company Kemenkes RI. (2012). Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan. Penyakit Tidak Menular Kemenkes. (2011). Brosur Diet Hipertensi Kemenkes. (2011). Prinsip-Prinsip Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Regulasinya http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2337. Lundy, K. S., & Janes, S. (2009). Community Health Nursing; Caring For the Public’s Health. UK: Joanes & Barlett International Publisher. Maddens, M., Imam, K., Ashkar, A. (2005). Hypertension in Elderly. Primary Care: Clinic in Office Practice; 32; 723-753 Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. Muhammadis, (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Kepatuhan Diet Garam pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdlmuhammadis-6122-2-babii.pdf 06 Juli 2014 Pukul 20:11 WIB NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC. Rabkin, S. W. (1994). Non-pharmacologic Therapy in the Management Of Hypertension: an Update. Canadian Journal Of Public Health. S 44-47 http://www.jstor.org/stable/41991200\ tanggal 31 Mei 2014 pukul 01.47

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

66   

Ramayulis, R.(2009). Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus Sines, D., Saunders, M., dan Burford, J., F. (2013). Community Health Care Nursing: Fourth Edition. US. America: Wiley-Blackwell Steyn, K., & Damasceno, A. (2006). Lifesityle and Related Risk Factor For Chronic Diseases. www.ncbi.com 02 Juli 2014 Pukul 19.00 Stanhope, M., & Lancester, J. (2000). Community & Public Health Nursing. USA: Mosby elsevier Tumenggung, I. (2013). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Diet Hipertensi di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Vitahealth. (2004). Hipertensi:Informasi Lengkap untuk Penderita & Keluarga. Jakarta: Gramedia. WHO Statistic. (2013). http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2013/en/ tanggal 27 Juni 2014 Pukul 21.00 WHO. (2014). Raised blood pressure. http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/ pada 28 Juni 2014 Pukul 20.11 WIB Zuraidah, Maksuk, & Apriliadi, N. (2012). Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan: Analissi Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat di Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012. Poltek Palembang:2012

 

  Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Universitas Indonesia

Lampiran I PENGKAJIAN KELUARGA KELOLAAN Tanggal Pengkajian: Senin, 17 April 2014 I. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga 2. Alamat 3. Komposisi Keluarga No 1 2 3 4 5 6

Nama R N E S B Y

:R : RT 03 RW 22 :

Hub dg KK KK Nenek Ibu Istri Adik Adik

TTL/Umur 28 tahun 67 tahun 46 tahun 23 tahun 24 tahun 19 tahun

L/P L P P p L P

Pekerjaan Karyawan Pensiun IRT IRT Karyawan Pelajar

Pendidikan D3 SMP SMK SMA SMK SMA

Genogram

Ny.N  (68) 

E       (46)

S(23 )

R  (28) 

B  (24) 

Keterangan:

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Y  (19)

= laki-laki meninggal

= Wanita meninggal

= Tinggal Bersama

4. Tipe Keluarga Tipe keluarga Bpk. R merupakan keluarga besar yang terdiri atas keluarga inti dengan lansia. Keluarga Bpk. R adalah keluarga yang dibentuk (family of procreation). Pengambilan keputusan oleh Bpk.R bersifat demokratis, sesekali bp. R otoriter untuk beberapa hal penting. Norma yang digunakan bilateral, suami dan istri saling mempengaruhi. Meski bapak R adalah seorang anak, namun dalam keputusan beliau melibatkan ibunya yang sudah ditinggalkan bapaknya. 5. Suku Suku yang diterapkan sehari-hari yaitu suku jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari bahasa jawa dan bahasa indonesia. Tidak ada pantangan makanan terkait dengan budaya, keluarga mengatakan semakin tua memang sudah seharusnya mengurangi. Acara-acara yang merupakan adat istiadat selalu dilakukan. Kebiasaan kebudayaan yang berkaitan yaitu konsumsi jamu-jamu atau rempah ketika mengalami sakit, seperti minum kunir, jahe, dll. Keluarga tinggal di lingkungan yang beragam suku yaitu jawa, betawi, dan sumatera. Keluarga meyakini pada usia tua adalah wajar adanya penurunan, saat tua merupakan buah pada saat upaya muda. 6. Agama Agama yang dianut oleh keluarga adalah islam . Nenek N sering melakukan ibadah solat, tidak ada halangan untuk ibadah yang dilakukan. Klien mengatakan beribadah dapat membuat dirinya lebih tenang dan mengharapkan tuhan menyelesaikan masalah-masalahnya. Nilai utama dalam hidup yang dipegang klien bahwa harus berbuat baik dengan orang lain dan berpikir positif tentang orang lain. Anggota keluarga lainnya mengatakan sering beribadah. Keluarga lainnya tampak rajin beribadah untuk yang perempuan, namun untuk Bp. R sendiri dan adiknya tidak tampak mengerjakan solat lima waktu. Hal ini dibenarkan oleh Ibu E anaknya yang laki-laki hanya solat jum’at. 7. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Keluarga Bp.R termasuk status ekonomi menengah keatas. Bpk. R bekerja di perusahaan konstruksi dan bekerja sistem proyek. Sehingga penghasilan yang didapat tidak pasti setiap bulan, sehingga rata-rata penghasilan Bp. R + 5 juta perbulan. Keluarga Bp. R menyiasati dengan menabung dan membagi uangnya sesuai dengan kebutuhan. Belanja harian biasanya antara ibunya Bpk R atau Istrinya. Bapak R bekerja proyek sehingga sering pergi berhari-hari. Nenek N sendiri tidak memiliki uang simpanan, jika menginginkan sesuatu biasanya akan dibelikan oleh Bp. R. Nenek N sendiri terkenal sebagai tukang urut bayi, sesekali beliau diminta untuk mengurut sehingga mendapat penghasilan 20-50/kali urut. Namun, nenek N mengatakan hal tersebut bukanlah pemasukan utama, ia tetap mendapatkan kebutuhan dari Bp R. Ibu E juga menjual kunir asli jika ada yang memesan dan berjualan dari rumah. Keluarga mengatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biaya untuk kesehatan Bp.R dan istrinya telah ditanggung asuransi tempat bapak bekerja. Anggota keluarga lainnya termasuk Nenek N telah memiliki jamkesda. Meski demikian keluarga menganggap jamkesda dapat digunakan untuk sakit berat di rumah sakit. Selama ini nenek N kontrol kesehatan di klinik dokter terdekat. 8. Aktifitas rekreasi keluarga Keluarga tidak memiliki jadwal rutin kapan berekreasi. Jika rekreasi biasanya pergi ke pasar atau mengunjungi. Nenek N sudah lama tidak berekreasi dan bepergian karena takut kelelahan. Biasanya Nenek N berjalan-jalan ke rumah tetangga atau nenek N sudah merasa terhibur jika tetangga datang mengunjungi dirinya, beliau juga seminggu sekali merasa terhibur dengan pergi ke pengajian. Rekreasi di dalam rumah biasanya dengan menonton televisi. Nenek N sudah merasa terhibur dengan berjalan setiap pagi dipinggir rumahnya dan berbincang dengan orang lain juga sambil melihat ikan.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 9. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu keluarga dengan lansia. Keluarga menyadari bahwa lansia terjadi banyak penurunan sehingga yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesehatannya. Nenek N selama ini menyadari dan menerima penurunan fungsi tubuh, sehingga ia lebih berhatihati. Saat ini ia menyadari bahwa sudah sendiri sehingga tidak dapat bercerita lagi dengan pasangan untuk mengatasi berbagai masalah. Oleh karena itu sekarang ia hanya berdo’a dan mengandalkan anak-anaknya. Saat

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

ini nenek N sudah merasa puas dengan kehidupannya karena anak-anaknya sudah mandiri dan cucunya sudah ada yang menikah serta bekerja. Nenek N merasa dihargai baik di keluarga ataupun di lingkungannya karena ia sangat perhatian dengan lingkungan. Ketika masa pensiun habiskan dengan merawat anak, cucu, dan membantu lingkungan sekitar seperti urut bayi. Penurunan fisik yang paling dirasakan Nenek N adalah kekuatan tulangnya yang mulai menurun dan badannya yang mudah tidak enak. Nenek N sering merasakan nyeri-nyeri pada sendi dan panas pada kaki sekitar paha ke panggul. Nenek N sejak muda tidak ada pantangan dan bekerja berat. Nenek N menyadari bahwa kematian akan menjemputnya suatu saat, namun ia tidak merasa takut atau khawatir, ia hanya ingin agar dapat meninggalkan keluarga dalam keadaan sejahtera. Nenek N juga meningkatkan keterikatan sosial seperti menjadi penasehat di lingkungannya, lalu sering menasehati anak-anaknya. Nenek N merasa cukup puas dengan kehidupannya karena tidak ada cekcok dengan anak yang merawatnya. Selain itu anak keduanya juga tinggal disamping rumahnya dan siap atau perhatian ketika nenek N butuh bepergian jauh. 10. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah mengubah gaya hidup. Hal ini dikarenakan ia masih sering merasakan sakit pada badan dan tidak mengubah pola makan. 11. Riwayat keluarga inti Bapak R dan istrinya telah menikah selama 2 tahun dan dikarunia satu anak. Bapak R tinggal bersama Nenek N dan ibu E. Bapak R sering mengalami sakit pada kepala karena sering tidur malam. Nenek N sudah terdiagnosa hipertensi dan mengonsumsi obat-obatan. Anggota keluarga lainnya tidak mengalami masalah kesehatan. Sejak dahulu nenek dan Bapak R tinggal bersama. Hal ini dikarenakan agar ada yang merawat nenek. Selain itu Nenek N sudah membagi rumahnya menjadi dua agar anaknya tidak tinggal berjauhan. Nenek N pernah dirawat dirumah sakit dengan tekanan darah 220/110 dan hampir pingsan. Sejak saat itu nenek N mulai terus berobat dan kontrol sebulan sekali. 12. Riwayat keluarga sebelumnya Nenek N dan suaminya bertemu di kota Magetan. Mereka lalu menikah setelah dua tahun berpacaran. Setelah tinggal di magetan, Nenek N pindah

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

ke Jakarta selama 9 tahun tepatnya di casablanca. Setelah itu beliau pindah ke sukatani karena ada penggusuran di casablanca. Sejak beberapa puluh tahun hingga sekarang beliau tinggal di sukatani. Keluarga inti Nenek N dikatakan cukup harmonis dan sejahtera. Nenek N dan suami bekerja keras agar dapat hidup lebih baik. Selama muda beliau dan suami tidak mengalami sakit-sakit. Namun, Suami Nenek N telah meninggal 10 tahun yang lalu karena sakit komplikasi. Orangtua Nenek N meninggal karena sudah tua. Saudara Nenek N yang lain ada yang mengalami hipertensi. Anak-anak Nenek N sesekali mengalami ISPA. Sebagian besar anak nenek N masih dalam usia dewasa dan produktif bekerja. Hubungan keluarga harmonis antar ibu dan anak, maupun anak dan anak. Anak Nenek N tinggal berdekatan dan sering berkomunikasi. Anak pertama nenek N banyak membantu masalah keuangan untuk anak kedua sangat membantu terkait tenaga. III. Lingkungan 13. Karakteristik rumah Rumah satu lantai merupakan milik Nenek N dengan luas tanah 150 m2 dan luas bangunan 150 m2. Denah rumah terdiri atas 2 kamar tidur, 2 ruangan yang disekat, 1 ruang tengah, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Pada setiap kamar terdapat jendela yang langsung berhadapan dengan udara dari luar. Setiap hari terlihat keluarga membuka jendela. Ventilasi terdapat pada setiap kamar dan ruangan. Lantai rumah semen licin. Ruang tamu tidak tersusun rapi, halaman tidak tampak sampah, terdapat kolam dengan ikan yang bersih, dapur tidak tertata, tidak ada meja makan. Televisi dan alas tampak berada diruang tengah. Kabel listrik berada dibelakang televisi dan tidak tampak kabel yang melintasi diruangan. Kamar tidur Bapak R dan anaknya tampak kasur berada pada lantai. Sedangkan kasur di kamar Nenek N menggunakan dipan. Hal ini dikatakan Nenek N karena beliau sudah tidak bisa jika harus duduk dilantai atau jongkok, sehingga harus sejajar dengan pahanya. Kamar Nenek N terdapat baju dan peralatan dirinya yang tidak disusun rapi. Lampu kamar Nenek N menggunakan neon dan lampu pijar. Saat siang hari kamar tampak sangat gelap karena kamarrnya hanya berupa sekat tanpa jendela. Saat malam hari Nenek N menghidupkan lampu neon. Benda-benda di kamar Nenek N masih diletakan beberapa jauh dari jangkauan. Misalnya di lemari yang tinggi.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Keadaan rumah agak rapi dan bersih karena keluarga biasa membersihkan rumah setiap hari seperti menyapu, mengepel, dan membersihkan tempat tidur ataupun dapur. Pembuangan sampah diletakan di suatu tempat dalam tong sampah besar, lalu setiap 1 hari diangkut oleh petugas ke TPA. Air yang digunakan yaitu air sumur yang menggunakan pompa jet. Air yang kotor mengalir melalui selokan yang telah dibuat. Jamban yang digunakan yaitu jamban jongkok di kamar mandi. Kamar mandi luas, ada jarak 50 cm untuk masuk kamar mandi. Kamar mandi terang tidak licin. Kondisi air bersih dan segar. Keluarga mengatakan kebersihan lingkungan juga menjadi kunci untuk kesehatan, oleh karena itu lingkungan mesti dijaga untuk tetap bersih rapi dan sehat. D 

     H 

 

 

 

 



 





 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





 

 

 

 



Keterangan: A = Kamar tidur Anak R dan Istri B = Ruang beribadah dan tempat menyetrika C = Kamar tidur Nenek N D = Kamar tidur Ibu E dan An. Y E= Ruang tamu F= Ruang tengah dan ada dipan An. B G= Dapur H= kamar mandi Disebelah dari rumah Nenek N tinggal anak laki-lakinya yang kedua. Beliau sesekali mengunjungi Nenek N dan membantu kebutuhan Nenek N. 14. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Adat dan istiadat komunitas di sekitar yaitu jawa. Hampir semua warga menjunjung dan menjalankan adat istiadat jawa. Keluarga bpk. R aktif bersosialisasi dengan warga dan menjadi termasuk yang disegani di daerah sekitar. Menurut keluarga bapak R tetangga adalah saudara terdekat, sehingga sangat penting untuk bersilaturahmi dan menjalin hubungan baik. Masalah kesehatan yang sering terjadi di komunitas menurut keluarga adalah penyakit seperi hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit infeksi. Menurut keluarga hal ini terjadi karena gaya hidup dan juga kebiasaan sewaktu muda. Menurut keluarga informasi dan pengetahuan tentang kesehatan sudah cukup baik di lingkungannya dari para kader dan kegiatan yang dilakukan. Kader kesehatan yang juga merupakan ibu RT 03 berada didepan rumahnya. Sehingga keluarga sering berkonsultasi dengan kader tersebut. Lingkungan RT 03 menurut keluarga sangat erat kekeluargaannya. Hal ini terlihat jika ada yang sakit maka segera dijenguk, hajatan dibantu bersama, dan masalah dirembukan bersama. 15. Mobilitas geografis keluarga Alat transportasi yang tersedia di lingkungan cukup banyak. Angkutan tersebut yaitu ojek, taksi, angkutan umum, dan bis. Keluarga menggunakan mobil dan motor untuk bepergian. Nenek N biasanya berjalan kaki jika jarak nya tidak jauh, dan jika jauh akan menggunakan motor diantar oleh anaknya. Bapak R sendiri menggunakan mobil pribadi untuk bekerja, dan adik-adiknya menggunakan motor untuk bekerja dan kuliah. 16. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Bpk R bekerja di perusahaan dengan sistem proyek, sehingga untuk acara resmi beliau seringkali tidak bisa hadir. Namun untuk acara informal di hari libur terlihat bpk dan keluarga seing bercengkerama dengan tetangga. Nenek N mengatakan beliau masih mengikuti pengajian mingguan dan arisan bulanan. Ibu E mengatakan sering membantu jika ada hajatan ataupun arisan RT. Selain itu ibu E masih sering membantu tetangga sekitar yang membutuhkan ramuan jamu. Nenek N merasa senang karena sering dikunjungi baik untuk berbincang atau meminta petuah nenek N terutama untuk masalah bayi. Nenek N merasa hal itu sangat menyenangkan dan itu adalah buah dari dahulu apa yang dilakukannya. Waktu muda beliau sangat perhatian dengan masyarakat dan tetangga lainnya. 17. Sistem pendukung keluarga sistem pendukung keluarga yang dimiliki yaitu adanya asuransi kesehatan yang dimiliki keluarga. Selain itu komunikasi dan sifat keluarga yang selalu

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

ingin saling membantu. Dalam anggota keluarga yang bersifat saling terbuka sangat membantu nenek N mengatasai permasalahannya. Tetangga yang merupakan kader dan saudara merupakan sumber kekuatan bagi keluarga. IV. Struktur Keluarga 18. Pola Komunikasi keluarga Pola komunikasi keluarga yaitu terbuka. Anggota keluarga bisa saling menyampaikan pendapatnya dan berkomunikasi secara terbuka. Nenek N mengatakan sering diajak berbicara dengan anggota keluarga lain dan diajak bercana. Selain itu ia tidak merasa segan untuk mengungkapkan kebutuhannya. Ibu Z mengatakan jika ada masalah yang tidak terselesaikan akan dikomunikasikan lewat musyawarah. Setiap anggot keluarga saling menghormati dan berbicara santai tapi sopan. 19. Struktur Kekuatan Keluarga Keputusan di dalam keluarga diambil oleh Bpk. R sebagai kepala keluarga dengan tetap mempertimbangkan masukan dari anggota keluarga lainnya. Keputusan yang berkaitan dengan Nenek N diambil oleh semua anggota keluarga atau anak-anaknya terutama dan Anak perempuannya. 20. Struktur peran Bpk. R menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dengan mencari nafkah, Bpk. R sangat dihormati di keluarganya. Ibu Z. Berada dirumah mengurusi rumah tangga dan mempersiapkan kelahiran. Ibu E berada dirumah mengurusi rumah tangga dan anak-anaknya. Anak-anak terlihat membantu orangtua untuk pekerjaan rumah dan Nenek N sebagai lansia sudah tidak banyak melakukan pekerjaan berat. 21. Nilai dan Norma Budaya Nilai dan norma budaya yang dianut yaitu budaya jawa. Bapak sebagai pencari nafkah dan ibu mengurusi rumah tangga. Ketika bapak sudah mapan ibu tidak bekerja lagi dan fokus mengerjakan urusan rumah. Budaya jawa yang diterapkan tidak bertentangan dengan kesehatan bahkan melengkapi terapi medis. Seperti jamu-jamuan dan herbal yang diminum oleh nenek N. Sejak tua sendiri Nenek N lebih percaya terhadap medis sehingga jarang mengonsumsi jamu.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

V. Fungsi Keluarga 22. Fungsi Afektif Bapak R tampak menyayangi ibu dan neneknya. Hal ini terlihat dari gaya berkomunikasi Bp R yang mengajak anggota keluarganya bercanda sesekali. Nenek N mengatakan bapak R perhatiaan terhadap dirinya. Ibu E juga terlihat sangat menyanyangi ibunya, hal ini terlihat dari antusiasme bertanya mengenai masalah kesehatn dan sering mengingatkan ibunya. Nenek N mengatakan Nenek N ingatannya sangat baik dan masih sering mengobrol yang bermacam-macam dan tahan mengobrol dalam jangka waktu lama. Berdasarkan keterangan tetangga Nenek N seringkali berobat dan berpindah tempat karena merasa tidak cocok, meski demikian anggota keluarga dengan sabar mengantarkan nenek N untuk berobat. Jika ada masalah kesehatan anggota keluarga segera membawa ke pelayanan kesehatan. Ibu E yang sudah memasuki pra lansia juga sering bepergian bersama ke acaraacara pengajian. Sesama anggota keluarga saling mengingatkan dan membantu. 23. Fungsi sosialisasi Secara umum sosialisasi bapak H dan keluarga sangat baik ditandai dengan sering berbincang dengan tetangga di depan rumahnya. Selain itu keluarga juga perhatian dengan tetangga yang sedang memiliki hajatan. Ibu E sering mengikuti arisan dan pengajian RT dan hampir seluruh warga RT sangat dekat dengan Ibu E. Nenek N juga sering datang dengan ditemani Ibu E. Bapak H mengikuti kegiatan di sekitar rumahnya. Nenek N tampak sesekali mengunjungi tetangga yang sudah melahirkan. 24. Fungsi perawatan keluarga Perawatan keluarga dapat dilihat dari pola makan, olahraga, pola istirahat, dan cara merawat masalah kesehatan yang dialami keluarga. Keluarga bapak H menyediakan makanan sehari-hari dengan selalu memasak. Adapun makanan yang sering dikonsumsi adalah nasi, tahu, tempe, ikan, ayam, sayur-sayur, dan sesekali buah. Sebagian besar keluarga menyukai makanan yang pedas. Sarapan pagi dimulai pukul 08.00, siang 13.00, dan malam 19.00. Nenek N memasak satu sampai dua kali sehari. Makan bersama dilakukan pada siang hari. Khususnya pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi. Nenek N mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul 14.00, makan malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Nenek N mengatakan terbiasa makan asin dan gurih. Nenek N menyukai nasi yang lembut dan kuah sayur. Cemilan yang sering dikonsumsi yaitu kripik yang selalu ada di kamarnya. Nenek N mengatakan mengemil >3x perhari. Pantangan yang dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau, kacangkacangan dan cabe. Keluarga mengatakan Nenek N memang sering mengemil keripik dan yang gurih-gurih. Keluarga mengatakan seringkali nenek N merasa masakan anaknya kurang asin sehingga ia menambahkan garam. Tidak ada pantangan terhadap santan dan makanan berlemak. Nenek N pantang dan tidak pernah makan daging kambing. Pola makan anggota keluarga lain tidak ada pantangan. Ibu Z yang sedang hamil makan lebih sering sehat dan bergizi. Ibu E sudah mengurangi makanan yang hijau dan selain itu tidak ada pantangan. Anak lainnya makan 3xsehari dengan menu yang dibuat oleh ibunya dan tidak pernah mengalami maag. Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau sakit ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350 cc perhari, malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang air kecil 1 kali pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek N tidak terbiasa minum air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan teh. Jika buang air kecil Nenek N berhati-hati. Ny.P sering merasa sering pipis dan sedikit yang keluar. Meski sering buang air kecil Nenek N mengatakan tidak mengalami masalah. Pola berkemih anggota lain dikatakan tidak ada yang bermasalah. Ibu Z yang sedang hamil 34 minggu juga sering BAK namun mengatakan dapat mengatasinya. Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur. Namun baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama tidur sekitar 5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu mengatakan cukup puas dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia merasakan segar. Selama sebelum terlelap Nenek N tidak sering memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga lain seperti Bapak R tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu Z dan Ibu E tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul 22.00 WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur. Pola olahraga yang dilakukan Nenek P tidak rutin. Setiap pagi biasanya berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5 menit perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap hari minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

berat. Anggota keluarga lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam setiap hari minggu. Ibu Z yang sedang hamil juga sering berjalan setiap pagi 30 menit, sering mengajak nenek N namun nenek tidak mau. Setiap malam hari sakit panas pada kakinya. Gaya berjalan normal dan tidak berpegangan dengan dinding. Tempat tidur tidak ada penyangga. Suasan rumah terang. Nenek N masih ingin melakukan kegiatan seperti menyuci ataupun membalik pakaian yang dijemur. Saat pertemuaan pertama dan kedua , keluarga mengatakan sudah menyadari akan kondisi Nenek S yang mengalami hipertensi. Nenek N dan Ibu E sering membawa nenek N ke pengobatan alternatif, namun atas saran kader kesehatan, nenek N menyadari ia perlu ke dokter dan mengobat. Oleh karena itu sejakdua tahun yang lalu nenek N selalu mengonsumsi obat anti hipertensi. Keluarga mengeluhkan tekanan darah Nenek N tidak turun dan keluarga tidak mengetahui cara lain selain minum obat. Ibu E mengatakan Nenek N memang sangat sulit mengatur jenis makanan, setiap hari selalu makan ikan asin dan merasa tidak enak jika tidak makan ikan asin. Disisi lain nenek N dan keluarga juga takut dapat membuat stroke pada nenek N jika tidak dikontrol. Mengenai masalah kesehatan hipertensi keluarga hanya mengetahui tekanan darah tinggi jika diatas 200. Keluarga mengatakan hal ini dikarenakan nenek yang suka makan asin dan sudah tua. Nenek saat ini merawatnya dengan minum obat captopril 1x12,5 mg. Tanda dan gejala seperti pusing tidak dirasakan oleh nenek N. Nenek mengatakan akibatnya adalah stroke. Nenek tidak tahu bagaimana cara merawat lainnya. Saat ini nenek N setiap bulan kontrol ke dokter terdekat namun tidak pernah datang ke posbindu. Keluarga mengatakan sulit untuk memberitahu dan mengubah pola makan nenek N. VI. Stress dan Koping Keluarga 25. Stressor jangka pendek Stressor jangkapendek yang dirasakan keluarga adalah masalah kesehatan pada anggota keluarga lainnya seperti Ibu Z yang akan melahirkan, masalah hipertensi pada Nenek N, An.B yang belum mendapat pekerjaan setelah lulus, dan pendidikan yang sedang ditempuh An.Y. Gaya hidup yang baik selalu diupayakan keluarga meski tampaknya belum berhasil. Seperti nenek N yang mengalami hipertensi belum efektif merawatnya, sehingga meski minum obat, tekanan darah tidak turun. lalu bapak R yang masih sering merokok. Selain itu ada dua tahap tumbuh kembang yang harus dipenuhi

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

keluarga yaitu tahap tumbuh kembang bapak R dengan pasangan baru menikah dan Nenek P yang lansia. Stressor jangka pendek Nenek Ndalah masalah kesehatannya yang dirasakan kurang baik seperti sering nyeri pada sendi dan tekanan darahnya yang selalu tinggi. Stressor jangka pendek lainnya adalah persiapan melahirkan pada Ibu Z 26. Stressor jangka panjang Stressor jangka panjang keluarga adalah mempersiapkan kehidupan anakanak yang lebih baik. Nenek P sendiri merasa tidak ada yang perlu ia pikirkan lagi dalam jangka waktu lama karena ia sudah membagi rumah kepada anaknya, anaknya sudah menikah dan cucunya sudah bekerja. Ia berharap dapat meninggal dengan meninggalkan anaknya dalam keadaan sejahtera. Stressor jangka panjang keluarga bapak R adalah mempersiapkan kehidupan yang mandiri yaitu memiliki rumah. Ibu E sendiri meraskan stresor jangka panjang adalah mempersiapkan kehidupan yang mandiri untuk dua anak lainnya yang belum menikah. 27. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Keluarga berespon terhadap masalah Nenek N yaitu mengikuti kemauan nenek N untuk berobat dan mencoba berobat ke beda-beda dokter. Keluarga menganggap bahwa masalah yang dihadapi nenek N harus diatasi bersama. Selain itu keluarga juga aktif bertanya kepada petugas kesehatan dan mengikuti anjuran kesehatan. 28. Strategi koping yang digunakan Strategi koping yang digunakan yaitu berdo’a dan bercerita dengan anaknya yang lain sehingga dapat membantu menyelesaikan. Strategi koping yang dilakukan Nenek N kebanyakan stratgi koping internal, yaitu berdo’a, sabar, dan berdiskusi dengan anaknya. Strategi koping keluarga lainnya yaitu mendiskusikan bersama-sama. Keluarga saling terbuka ketika ada masalah. 29. Strategi adaptasi disfungsional Nenek N sering tidak patuh dengan anjuran dokter meski sudah diingatkan. Adaptasi disfungsional juga dilakukan anggota keluarga lain kurang menciptakan lingkungan yang dapat mendukung. Misalnya mengingatkan nenek untuk tidak makan ikan asin, namun menu yang disediakan ikan asin.

VII. Harapan Keluarga

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Harapan keluarga Nenek N dapat mempertahankan kesehatannya dan bisa senang menjalani kehidupan. Keluarga berharap perawat dapat mengatasi permasalahan yang diatasi Nenek N.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

VIII. Pemeriksaan Fisik Jenis

Bapak R

Ibu E

Ibu Z

Nenek N

An B

An Y

pemeriksaan Suhu

36,5 oC

36,4oC

36,8oC

36,8oC

36,4oC

36,4oC

Nadi

76 x/menit

80 x/menit

85x/menit

88x/menit

89 x/menit

80 x/menit

RR

20 x/menit

20 x/menit

20 x/menit

20 x/menit

20 x/menit

20 x/menit

TD

110/80 mmHg

110/80 mmHg

110/70 mmHg

180/110 mmHg

110/70 mmHg

110/70 mmHg

BB

60 kg

70 kg

69 kg

54 kg

50 kg

49 kg

TB

168 cm

154 cm

150 cm

145 cm

160 cm

152 cm

Kepala

tidak ada lesi,

tidak ada lesi,

tidak ada lesi,

tidak ada lesi,

tidak ada lesi,

tidak ada lesi,

penyebaran rambut

penyebaran rambut

penyebaran rambut

penyebaran rambut

penyebaran rambut

penyebaran rambut

merata, rambut

merata, rambut ikal

merata, rambut ikal

merata, rambut ikal

merata, rambut ikal

merata, rambut ikal

lurus hitam

hitam, agak rontok

hitam, agak rontok

putih, agak rontok

hitam, agak rontok

hitam, agak rontok

konjungtiva tidak

konjungtiva tidak

konjungtiva tidak

konjungtiva tidak

konjungtiva tidak

konjungtiva tidak

anemis, pupil bulat

anemis, pupil bulat

anemis, pupil bulat

anemis, pupil bulat

anemis, pupil bulat

anemis, pupil bulat

isokor

isokor

isokor

isokor

isokor

isokor

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

bersih

bersih

bersih

bersih

bersih

bersih

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada sekret

tidak ada sekret

tidak ada sekret

tidak ada sekret

tidak ada sekret

tidak ada sekret

gigi masih utuh dan

gigi masih utuh dan

gigi masih utuh dan

Gigi geraham atas

gigi masih utuh dan

gigi masih utuh dan

lengkap

lengkap

lengkap

tidak ada 1 dan gigi

lengkap

lengkap

Mata

Telinga

Hidung

Mulut dan gigi

geraham bawa tidak ada dua

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Leher

Dada/thorax

Abdomen

tidak ada

tidak ada pembesaran tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada pembesaran

pembesaran

kelenjar getah bening

pembesaran

pembesaran

pembesaran

kelenjar getah bening

kelenjar getah

kelenjar getah

kelenjar getah

kelenjar getah

bening

bening

bening

bening

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

pembesaran, ronkhi

pembesaran, ronkhi

pembesaran, ronkhi

pembesaran, ronkhi

pembesaran, ronkhi

pembesaran, ronkhi

(-), wheezhing (-)

(-) dan wheezhing (-)

(-) dan wheezhing

(-) dan wheezhing

(-) dan wheezhing

(-) dan wheezhing (-)

S1 & S2 normal

S1 & S2 normal

(-) S1 & S2 normal

(-) S1 & S2 normal

(-) S1 & S2 normal

S1 & S2 normal

tidak ada keluhan

tidak ada keluhan

tidak ada keluhan

tidak ada keluhan

tidak ada keluhan

tidak ada keluhan

BU (+) Ekstremitas

Kulit

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

Nyeri pada sendi

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

deformitas (-)

deformitas (-)

deformitas (-)

dan paha

deformitas (-)

deformitas (-)

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

tidak ada keluhan,

turgor kulit normal

turgor kulit normal

turgor kulit normal

turgor kulit normal

turgor kulit normal

turgor kulit normal

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Analisa Data Data Data Subjektif “saya pernah dirawat karena merasa sangat pusing,ternyata saat ditensi 220/100” “dengan tekanan darah 180/100 saya tidak pernah merasakan pusing” “saya suka makan yang gurih dan asing saat ini belum mengurangi konsumsi garam, juga belum mengurangi makanan berlemak, dan gorengan” “lebih dari tiga kali sehari atau hampir setiap hari saya makan ikan asin, rasanya tidak enak kalau tidak makan ikan asin” “Tekanan darah tinggi jika diatas 180” “penyebabnya karena makan kolesterol tinggi dan makan garam” “tandanya pusing, mata kunang-kunang” “saya minum obat teratur dan tidak berani jika tidak minum obat” “ saya tidak merasa pusing, jantung berdebar, mata berkunang-kunang ataupun sulit tidur saat ini. “Saya tahu tekanan darah tinggi jika diatas 200” “saya merawatnya dengan minum obat” “saya tidak bisa dan sulit mengurangi ikan asin, makan sedikit saya pikir tidak masalah” “saya tidak melakukan kegiatan lain untuk menurunkan tekanan darah” “saya selalu membeli obat di apotik jika obatnya habis”

Masalah Keperawatan Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri

Data Objektif Tekanan darah: 170/90 – 180/110 mmHg BB = 54 kg TB = 145 cm IMT = 25,6 kg/m2 (overweight) Nadi: 84x/menit kuat, reguler Bunyi jantung: BJ 1 , BJ 11 Normal Mengonsumsi obat captopril 12,5mgx1

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

DATA SUBJEKTIF: “kadang terasa tidak nyaman di kakinya, terasa panas dan cenat cenut terutama malam hari “ “Ketika merasa tidak nyaman pada kakinya, maka ia cenderung diam dan menghentikan aktivitasnya” “ asam urat menurut keluargadalah karena sayur warna hijau, tidak mengetahui kenapa jadi nyeri, tandanya nyeri pada kaki, sekarang saya pantang dengan tidak makan hijau, tapi kok tidak berubah nyerinya”I “saya hanya mencegah dengan tidak makan hijau” “nenek memang minum airnya sedikit 3 gelas ukuran 350 ml dan tidak bisa air putih, pasti seduhan teh” “ saya tidak melakukan perawatan sederhana, kecuali hanya diistirahatkan saja jika kebas itu kembali menyerang terkait masalah penumpukan asam urat pada dirinya: DATA OBJEKTIF: Asam urat : 7 mg/dl Tidak ada gangguan gaya berjalan. Tampak tidak bisa berlama-lama duduk dengan kaki dilipat Sulit berdiri dari duduk Kekuatan otot 5555 5555 5555 5555 DS: “ nenek sudah mengetahui dirinya tua, makanya sekarang sudah tidak bekerja berat, dan kegiatan yang dilakukan tidak jauh-jauh” kata anaknya “ saya dulu ini bekerja di pasar, namun sejak anak mapan dan saya mulai tua saat ini sudah tidak melakukan aktivitas berat” “ saya sadar sudah lansia, sehingga lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah, makanya ikut pengajian sekalian hiburan bertemu teman” “selama suami tidak ada saya banyak bercerita ke Allah SWT dan kepada anakanak” “kebutuhan sehari-hari dipenuhi sama anak-anak, terutama anak terakhir yang belum menikah” “saya sangat puas dengan kehidupan

Resiko gangguan mobilisasi fisik Nenek N dengan gout

Kesiapan meningkatkan peningkatan usia lanjut

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

adaptasi

sekarang dan berharap anak-anak saya sukses” “alhamdulillah anak-anak saya kompak dan selalu membantu jika saya perlu berobat” “sekarang saya sering kontrol ke dokter” “saya merasa puas dengan hidup saya dan wajar dengan penurunan yang ada” DO: ‐ Nenek bertanya mengenai perubahan pada lansia seperti sulit memulai tidur, dan jika terjaga tidak bisa tidur lagi. ‐ Nenek bertanya mengenai perubahan BAK, makan, kekuatan badan ‐ Nenek ingin meningkatkan pengetahuan mengenai perubahan normal yang terjadi pada lansia

SKORING MASALAH KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifa Manajemen Kesehatan Diri Terkait hipertensi pada Nenek N

Sifat masalah : Risiko

2

Angka Tertinggi 3

Kemungkina n masalah untuk diubah : mudah

2

3

Kriteria

Potensi masalah untuk dicegah : baik

Skor

Bobot

Perhitungan

Pembenaran

1

2/3 x 1 = 2/3

Masalah berisiko karena tekanan darah nenek N 180/110 tidak merasakan tanda dan gejala. Ada riwayat tekanan darah mencapai 220 merasakan pusing. Jika tidak diatasi akan mengakibatkan stroke

2

2

2/2 x 2 = 2

Tingkat pendidikan keluarga yang cukup tinggi (SMA) sehingga dapat dengan mudah menangkap penjelasan perawat, ada motivasi dari keluarga untuk menghindari, sumber ekonomi keluarga cukup. Di sekitar rumah keluarga pun terdapat fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, bidan, & Puskesmas)

3

1

3/3 x 1 = 1

Masalah sudah terjadi. Nenek N sudah mengonsumsi obat namun merasa belum ada perubahan tekanan darahnya

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Menonjolnya masalah : segera ditangani

TOTAL SKOR

2

2

1

2/2 x 1 = 1

Keluarga mengatakan bahwaharus segera diatasi agar tidak terjadi komplikasi

4 2/3

2. Resiko gangguan mobilisasi fisik Nenek N dengan gout

Sifat masalah : Risiko

2

Angka Tertinggi 3

Kemungkina n masalah untuk diubah : mudah

2

2

Kriteria

Potensi masalah untuk dicegah : cukup

Menonjolnya masalah : segera ditangani

Skor

2

Bobot

Perhitungan

1

2/3 x 1 = 2/3

2

2

2/2 x 2 = 2

3

1

2/3 x 1 = 2/3

2

1

2/2 x 1 = 1

Pembenaran Masalah saat ini sedang dirasakan. Data subjektif bahwa sering merasa nyeri saat malam hari. Data objektif nenek tampak meringisi,Namun masih dapat beraktifitas. Nenek Nkan berhenti melakukan aktifitas dan membaluri yang hangat pada bagian yang sakit

Tingkat pendidikan keluarga yang cukup tinggi (SMA) sehingga dapat dengan mudah menangkap penjelasan perawat, ada motivasi dari keluarga untuk menghindari, sumber ekonomi keluarga cukup. Di sekitar rumah keluarga pun terdapat fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, bidan, & Puskesmas)

Masalah sudah terjadi dan sudah dapat diatasi. Balsem dikatakan dapat mengurangi nyeri . Nenek juga sudah tidak makan sayur yang hijau.

Keluarga mengatakan bahwa nyeri pada Nenek N dapat diatasi dengan pemberian balsem. Nenek mengatakan dapat berjalan meski perlahan.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

TOTAL SKOR

4 1/3

3. Kesiapan meningkatkan kebutuhan adaptasi lansia Kriteria Sifat masalah : potensial Kemungkina n masalah untuk diubah : mudah

Potensi masalah untuk dicegah : baik

1

Angka Tertinggi 3

2

3

Skor

Menonjolnya masalah : tidak segera 1 ditangani TOTAL 3 5/6 SKOR

Bobot

Perhitungan

Pembenaran

1

1/3 x 1 = 1/3

Masalah saat ini tidak dirasakan. Nenek merasakan perubahan dan mengatasi

2

2

2/2 x 2 = 2

Tingkat pendidikan keluarga yang cukup tinggi (SMA) sehingga dapat dengan mudah menangkap penjelasan perawat, ada motivasi dari diri nenek untuk dapat mengatasi, sumber ekonomi keluarga cukup. Di sekitar rumah keluarga pun terdapat fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, bidan, & Puskesmas).

3

1

3/3 x 1 = 1

2

1

1/2 x 1 = 1/2

Potensi masalah sudah diadaptasi dengan keluarga hanya perlu ditingkatkan

Tidak perlu segera ditangani

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Manajemen Kesehatan diri Terkait hipertensi pada Nenek N 2. Resiko gangguan mobilisasi fisik Nenek N dengan gout 3. Kesiapan meningkatkan kebutuhan adaptasi lansia         

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

RENCANA KEPERAWATAN 

No. 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait hipertensi pada Nenek N Ditandai dengan: Data Subjektif “saya pernah dirawat karena merasa sangat pusing,ternyata saat ditensi 220/100”

Tujuan Umum Setelah tindakan keperawatan 4 x 45 menit ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan tidak terjadi

Khusus Setelah pertemuan selama 4 x 45 menit selama 2 minggu keluarga mampu:

Kriteria

“lebih dari tiga kali sehari atau hampir

Rencana Intervensi

Mengenal masalah Respon verbal hipertensi dengan: Menyebutkan pengertian hipertensi

Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah >140/90 mmHg

Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian hipertensi. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. Evaluasi kembali penjelasan yang sudah diberikan. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali.

Menyebutkan penyebab hipertensi

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 penyebab hipertensi Konsumsi tinggi garam. Merokok Mengkonsumsi kopi dan alkohol Keturunan Stress Berat badan berlebih

Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab hipertensi. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. Tanyakan kembali pada keluarga tentang penyebab hipertensi. Beri renforcement positif.

Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi.

Respon verbal

Keluarga menyebutkan 4 dari 5 tanda/gejala hipertensi: Pusing Kaku di bagian tengkuk Jantung berdebar-debar Mudah lelah Sulit tidur

Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala hipertensi. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. Evaluasi kembali tentang tanda dan gejala yang telah didiskusikan. Beri reinforcement positif.

“dengan tekanan darah 180/100 saya tidak pernah merasakan pusing” “saya suka makan yang gurih dan asing saat ini belum mengurangi konsumsi garam, juga belum mengurangi makanan berlemak, dan gorengan”

Kriteria Evaluasi Standar

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

setiap hari saya makan ikan asin, rasanya tidak enak kalau tidak makan ikan asin” “Tekanan darah tinggi jika diatas 180” “penyebabnya karena makan kolesterol tinggi dan makan garam” “tandanya pusing, mata kunangkunang” “saya minum obat teratur dan tidak berani jika tidak minum obat”

Memutuskan untuk merawat Nenek N dengan hipertensinya. Keluarga mampu menyebutkan akibat dan komplikasi hipertensi bila tidak ditangani dengan baik.

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 akibat hipertensi bila tidak diatasi: Stroke Serangan jantung Risiko jatuh Penglihatan menurun Kerusakan ginjal Kematian

Diskusikan dengan keluarga tentang akibat bila hipertensi tidak diatasi. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya bila ada yang belum jelas. Beri reinforcement positif pada keluarga.

Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi Nenek yang kurang mampu memelihara kesehatannya.

Respon verbal

Keputusan keluarga untuk merawat dan mengatasi masalah hipertensi.

Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Beri reinforcement positif atas keputusan yang diambil keluarga.

Keluarga mampu merawat Nenek N Menyebutkan cara pencegahan terjadinya komplikasi dari hipertensi

Respon verbal

Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 cara pencegahan hipertensi, yaitu dengan disingkat Cerdik: Cekkan kesehatan secara berkala Enyahkan rokok secara berkala. Rajin aktivitas fisik Diet sehat dan kalori seimbang Istirahat yang cukup Kelola stress

Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan hipertensi. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. Tanyakan kembali pada keluarga tantang cara pencegahan terjadinya komplikasi hipertensi. Beri reinforcement positif pada keluarga.

Keluarga mampu menyebutkan dan perawatan untuk Nenek N

Respon Verbal

Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 5 cara perawatan hiperternsi:

“ saya tidak merasa pusing, jantung berdebar, mata berkunang-kunang ataupun sulit tidur saat ini. “Saya tahu tekanan darah tinggi jika diatas 200”

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Diskusikan dengan keluarga tentang perawatan untuk Nenek N yang hipertensi

“saya merawatnya dengan minum obat” “saya tidak bisa dan sulit mengurangi ikan asin, makan sedikit saya pikir tidak masalah” “saya tidak melakukan kegiatan lain untuk menurunkan tekanan darah” “saya selalu membeli obat di apotik jika obatnya habis”

Data Objektif Tekanan darah: 170/90 – 180/110 mmHg BB = 54 kg TB = 145 cm IMT = 25,6 kg/m2 (overweight)

Keluarga mampu mendemontrasikan teknik relaksasi nafas dalam, kompres hangat, dan menyusun menu sehat hipe rtensi

Respon psikomotor

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan: Menyebutkan cara-cara modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah hipertensi.

Respon verbal

Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi hipertensi: Mampu menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan.

Respon afektif

Keluarga mampu membawa Nenek N ke fasilitas kesehatan jika mengalami masalah

Melakukan kompres hangat pada tengkuk jika mengalami nyeri Melakukan teknik relaksasi nafas dalam jika mengalami nyeri pada tubuh Melakukan diet rendah garam untuk mencegah komplikasi dari hipertensi Melakukan pola hidup yang sehat dengan tidak merokok Melakukan pola hidup yang sehat dengan rutin melakukan aktivitas fisik.

Cara memodifikasi lingkungan mengatasi masalah hipertensi: Menyusun menu makan sehat untuk hipertensi Menyusun jadwal rutin latihan relaksasi nafas dalam

Manfaat fasilitas kesehatan: sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan hipertensi, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah hipertensi Respon verbal

Keluarga mengatakan akan membawa anggota keluarga yang mengalami hipertensi

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Lakukan demontrasi cara kompres bila temgkuk nyeri. Lakukan demontrasi teknik nafas dala, Jelaskan diet rendah garam dan pola hidup yang baik. Minta keluarga untuk redemonstrasi dengan bimbingan perawat. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang tidak dimengerti. Tanyakan kembali apa yang telah dijelaskan. Beri reinforcement positif atas jawaban dan redemontrasi yang benar.

Diskusikan bersama keluarga cara memodifikasi lingkungan. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. Tanya kembali tentang cara modifikasi lingkungan. Beri reinforcement positif.

Diskusikan bersama keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi dan beri pujian atas jawaban yang benar.

Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan sesuai kemampuan keluarga. Motivasi keluarga untuk membawa anggota

Nadi: 84x/menit kuat, reguler

pada penyakitnya

ke fasilitas pelayanan kesehatan: Puskesmas, dokter praktek, RS, dan rajin mengunjungi posbindu tiap bulannya.

Bunyi jantung: BJ 1 , BJ 11 Normal Mengonsumsi obat captopril 12,5mgx1

                               

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

keluarga yang mengalami hipertensi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Beri reinforcement positif pada keluarga atas usaha yang telah dilakukan.

IMPLEMENTASI RENCANA KEPERAWATAN  PADA KELUARGA NENEK N  (berdasarkan diagnosa prioritas)    CATATAN PERKEMBANGAN  I: 

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi Tanggal  Implementasi 

Evaluasi 

  12 Mei  2014 

    

Mengucapkan salam  Memvalidasi keadaan keluarga  Mengingatkan kontrak  Menjelaskan tujuan kunjungan  Melakukan TTV   

S:      

TUK 1:  Dengan menggunakan lembar balik :   Mendiskusikan dengan keluarga  tentang pengertian Hipertensi.  Hipertensi adalah gangguan sistem  peredaran darah yang menyebabkan  kenaikan tekanan darah >140/90  mmHg   Memberi kesempatan keluarga untuk  bertanya 



 



 Menanyakan kembali tentang  pengertian Hipertensi   Mendiskusikan dengan keluarga  tentang penyebab Hipertensi yaitu  1. Konsumsi tinggi garam.  2. Merokok  3. Mengkonsumsi kopi dan alkohol  4. Keturunan  5. Stress  6. Berat badan berlebih     Memotivasi keluarga untuk  menyebutkan kembali penyebab  Hipertensi     Mendiskusikan dengan keluarga 







 

Keluarga menjawab salam  Nenek N mengatakan saat ini Nenek N  tidak merasakan pusing  Nenek N mengatakan hari ini makan  ikan asin dan tidak membatasi garam  Nenek N sudah minum obat  Saat malam hari nenek N merasakan  sulit tidur  Keluarga dan Nenek N menyetujui  kunjungan saat ini selama 60 menit  untuk membahas Hipertensi  Nenek N mengatakan Hipertensi yaitu  tekanan darah yang tinggi >140/90  Nenek N mengatakan penyebab  Hipertensi makan yang asin,  mengkonsumsi kopi, stress, dan  keturunan, merokok  Nenek N mengatakan bahwa tanda dan  gejala Hipertensi, yaitu: pusing pada  tengkuk, sulit tidur, jantung berdebar,  dan mudah lelah   Nenek N mengatakan Hipertensi Nenek  N karena tidak menjaga pola makan  sejak muda, sudah tua, berat badan  berlebih, dan sering makan ikan asin  Tanda dan gejala Hipertensi yang  dialami Nenek N jika TD 200 yaitu mata  berkunang‐kunang, jantung berdebar‐ debar, pusing, dan sulit tidur  Nenek N mengatakan Nenek N  mengatakan bahwa dirinya dengan  tensi diatas 150 tidak merasakan pusing  Nenek N mengatakan menjadi lebih  tahu tentang Hipertensi   Ibu E mengatakan bahwa akibat dari  Hipertensi yang tidak dirawat yaitu 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

tentang tanda dan gejala Hipertensi,  yaitu   1. Pusing  2. Kaku di bagian tengkuk  3. Jantung berdebar‐debar  4. Mudah lelah  1. Sulit tidur     Mendorong keluarga untuk  mengidentifikasi penyebab  Hipertensi pada Nenek N   Mendorong keluarga untuk  mengidentifikasi tanda dan gejala  Hipertensi pada Nenek N   Membantu keluarga  membandingkan apa yang telah  dijelaskan dengan kondisi Nenek N   Membantu keluarga untuk  mengidentifikasi masalah yang  timbul pada Nenek N   Bersama keluarga menyimpulkan  masalah yang dihadapi oleh keluarga   Memberikan positive reinforcement  atas usaha yang dilakukan keluarga   

stroke, penyakit jantung, dan gnjal.    O:     



 

 



TUK 2:  

Menjelaskan kepada keluarga  tentang akibat Hipertensi. Akibat dari  Hipertensi yaitu   1. 2. 3. 4. 5. 6.

  





Stroke  Serangan jantung  Risiko jatuh  Penglihatan menurun  Kerusakan ginjal  Kematian 

Memotivasi keluarga untuk  menyebutkan kembali akibat dari  Hipertensi  yang tidak teratasi 



TD Nenek N: 180/110, Nadi; 84x/menit,  RR: 20x/menit  Pertemuan dihadiri oleh Ibu E dan Ibu Z  Nenek N sangat kooperatif dan aktif  dalam kegiatan diskusi  Nenek N dan keluarga sangat aktif  bertanya apabila belum paham dengan  apa yang dijelaskan mahasiswa  Nenek N  dan keluarga mendengarkan  penjelasan dari mahasiswa dengan  antusias dan seksama  Nenek N menjawab pertanyaan yang  diajukan oleh mahasiswa  Nenek N dan keluarga dapat  menyebutkan kembali pengertian  Hipertensi  Nenek N dan keluarga dapat  menyebutkan kembali    Nenek N dan keluarga dapat  menyebutkan kembali 4 dari 5 tanda  dan gejala Hipertensi  Nenek N dan keluarga dapat  menyebutkan kembali 3 dari 5 akibat  Hipertensi  Nenek N mampu mengidentifikasi  penyebab, tanda gejala, dan akibat  hipertensi    

A:  

TUK I, II tercapai   

P: Evaluasi Tuk 1‐2 dan lanjutkan intervensi  pada TUK 3   

Mendiskusikan kembali dengan  keluarga untuk merawat anggota  keluarga dengan Hipertensi  Memberikan positive reinforcement  atas jawaban keluarga dan  keputusan untuk merawat anggota  keluarga dengan Hipertensi 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

14 mei  2014 

TUK 3:        

Mengucapkan salam  Memvalidasi keadaan keluarga  Mengingatkan kontrak  Menjelaskan tujuan kunjungan  Melakukan TTV 



Mendiskusikan dengan keluarga  tentang cara merawat anggota  keluarga yang mengalami Hipertensi,  yaitu  dengan disingkat Cerdik:  1. Cekkan kesehatan secara  berkala  2.  Enyahkan rokok secara berkala.  3. Rajin aktivitas fisik  4. Diet sehat dan kalori seimbang  5. Istirahat yang cukup  6. Kelola stress   Mendemonstrasikan cara mencegah  hipertensi dengan relaksasi nafas dalam  dan menghadapi stress   Memotivasi keluarga untuk  menyebutkan kembali cara merawat  anggota keluarga yang mengalami  Hipertensi di rumah.dan  mempraktikkan teknik relaksasi nafas  dalam   Memberikan positive reinforcement  atas kemampuan keluarga menjelaskan  cara pencegahan dan perawatan  Hipertensi 

16 Mei  2014 

 Mengucapkan salam   Memvalidasi keadaan keluarga   Mengingatkan kontrak   Menjelaskan tujuan kunjungan   Melakukan TTV  TUK 3:  

Menjelaskan cara perawatan  hipertensi:  1. Melakukan kompres hangat  pada tengkuk jika mengalami  nyeri  2. Melakukan teknik relaksasi 

Subjektif:  Nenek N mengatakan dapat berisitrihat   Keluarga mengatakan masih makan  ikan asin   Keluarga mendengarkan penjelasan  dan aktif bertanya   Nenek N mengatakan bahwa cara  perawatan Hipertensi adalah dengan  mengecek tekanan darah sebulan  sekali, tidk merokok, beraktifitas,  makan yang sehat, dan tidak stress    Nenek N mengatakan cara perawatan  seharus dilakukan oleh dirinya adalah  makanan yang rendah garam, dan  olahraga   Nenek N mengatakan untuk memberi  ketenangan yaitu  salah satu nya  dengan teknik relaksasi   Nenek N mengatakan tarik nafas dalam  bisa menenangkan   Nenek N mengatakan menjadi lebih  paham tentang cara perawatan  Hipertensi di rumah  Objektif   TD: 180/110 awal kunjungan, evaluasi  180/105 mmHg   Nenek N dapat menyebutkan kembali 5  dari 6 cara merawat anggota keluarga  yang mengalami Hipertensi   Nenek N mampu mendemonstrasikan  cara menghadapi stress dengan  relaksasi nafas dalam   Nenek N mampu melakukan tarik nafas  dalam  Analisa: TUK 3 relaksasi teratasi  Planning: menjadwalkan tarik nafas dalam  setiap merasa ada yang tidak nyaman,  Melanjutkan cara merawat hipertensi  S:   



 

Keluarga menjawab salam  Nenek N  menyetujui kunjungan saat ini  selama 60 menit untuk membahas  cara  diet hipertensi  Nenek N mengatakan beberapa hari ini  memakan makan yang rebus‐rebusan  dan mengurangi garam,namun masih  makan ikan asin sedikit.   Nenek N merasa agak lemas dan  berupaya beradaptasi.  Nenek N menyebutkan caa untuk 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

 

 

nafas dalam jika mengalami  nyeri pada tubuh  3. Melakukan diet rendah garam  untuk mencegah komplikasi dari  hipertensi  4. Melakukan pola hidup yang  sehat dengan tidak merokok  5. Melakukan pola hidup yang  sehat dengan rutin melakukan  aktivitas fisik.  Mendemonstrasikan penyajian  makanan untuk Nenek N   Memberikan kesempatan kepada  keluarga untuk memilah makanan  yang dibatasi, dihindari, dan  dibolehkan  Memberikan positive reinforcement  atas usaha yang dilakukan keluarga  Memastikan keluarga untuk  melakukan tindakan yang diajarkan   

 



  O:    

   



 



 



 

merawat hipertensi kompres hangat  untuk nyeri, mengurangi makanan asin,  menghadapi stress dg relaksasi, dan  rutin berolahraga   Nenek N mengatakan lebih paham  makanan yang baik untuk Nenek N  mengatakan  akan  Keluarga  memberikan  nenek  N  makana  bergizi  dan seimbang, 3 kali sehari  Nenk  A  mengatakan  akan  membatasi  makanan  yang  asin  dan  berusaha  mengurangi konsumsi ikan asin  Nenek N mengatakan akan mengurangi  mecin, memperbanyak sayur dan buah  Nenek  N  menyusun  menu  seminggu  (Lampiran) 

TD Nenek N: 120/80, Nadi; 88x/menit,  RR: 20x/menit  Nenek N sangat aktif dan kooperatif  Nenek N mampu mendemonstrasikan  makanan yang boleh, dihindari, dan  dibatasi (diet Hipertensi)  Nenek N mampu menyajikan makanan  yang  dapat dikonsumsi   Nenek N dan keluarga mampu memilah  makanan  Nenek N dan keluarga mampu  menyusun menu sehari (terlampir) 

A: 

 



   

Keluarga mampu  mendemonstrasikan  diet hipertensi dan penyajian makanan  untuk Nenek N Hipertensi   

P:   

19 Mei  2014 

      

Mengucapkan salam Memvalidasi keadaan keluarga  Mengingatkan kontrak  Menjelaskan tujuan kunjungan  Melakukan TTV 

TUK 4: 

  S  

 

 Mendiskusikan  dengan  keluarga   tentang  cara  memodifikasi  lingkungan 

Evaluasi pola makan  Melanjutkan TUK IV dan V  Keluarga menjawab salam  Nenek N  menyetujui kunjungan saat ini  selama 60 menit untuk membahas  modifikasi lingkungan terkait hipertensi  Keluarga mengatakan sudah tidak  makan ikan asin lagi dalam seminggu ini Keluarga mengatakan sudah membatasi  garam meski sulit untuk dipisahkan.  Nenek N mengatakan sudah  mengurangi rasa asin dan membatasi 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

1. Menyusun menu makan sehat untuk  hipertensi  2. Menyusun jadwal rutin latihan senam  3. Tidak menyajikan makanan yang  harus dihindari     Memberikan  pujian  atas  usaha  keluarga  untuk  menciptakan  suasana  yang  meningkatkan  kenyamanan Nenek N  TUK  5:   Menjelaskan kepada kelurga tentang  manfaat fasilitas kesehatan, sebagai  sarana untuk pemeriksaan,  perawatan/pengobatan hipertensi,  sebagai sarana untuk mendapatkan  informasi yang akurat dan tepat  untuk mengatasi masalah hipertensi   Memotivasi keluarga untuk  mnyebutkan kembali manfaat  fasilitas kesehatan   Menjelaskan kepada keluarga  tentang jenis‐jenis fasilitas kesehatan  yang dapat digunakan : puskesmas,  posyandu, RS, praktek perawat,  dokter praktek dan praktek bidan.   Memotivasi keluarga untuk  mnyebutkan kembali jenis‐jenis  fasilitas kesehatan yang dapat  digunakan   Memberikan positive reinforcement  bahwa Nenek Nkan ke fasilitas  kesehatan apabila sakitnya tidak  sembuh‐sembuh dan bertambah  parah. 



















mecin pada makannanya  Keluarga mengatakan sudah mencoba  menghindari makanan yang tidak  dibolehkan perlahan‐lahan  Keluarga mengatakan menu hari itu  ikan kembung goreng, sayur labu siam,  dan sambal  Keluarga mengatakan lebih paham cara  memodifikasi lingkungan untuk  merawat  Keluarga  mengatakan cara  memodifikasi lingkungan adalah  dengan menyusun menu makan sehat  dan menyusun jadwal rutin latihan  senam  Keluarga mengatakan akan mencoba  tidak mengonsumsi makanan yang  tidak diperbolehkan  Keluarga mengatkan tanda dan gejala  bahaya hipertensi yaitu tiba‐tiba jatuh,  tiba‐tiba pusing berat, dan tiba2 sulit  bicara  Nenek N mengatkan jenis fasilitas  kesehatan yang dapat dikunjungi  adalah Puskesmas, Posyandu, Rumah  sakit, mantri, bidan, dokter.  Nenek N mengatakan bahwa manfaat  fasilitas kesehatan adalah  mendapatkan informasi tentang sarana  pemeriksaan, pengobatan, dan  perawatan Hipertensi.  Nenek N mengatakan bahwa akan pergi  ke posbindu setiap bulannya  

O:   TD: 180/100, RR: 17X/menit, N:  89x/menit, Suhu 37   Keluarga mampu menyebutkan cara  memofigikasi lingkungan   Keluarga mengatakan ingin  memodifikasi lingkungan   Keluarga mampu mengenali gejala awal  tanda bahaya hipertensi   Keluarga mampu mendukung Nenek N  untuk olahraga setiap hari   Keluarga mampu menyebutkan  manfaat pelayanan kesehatan dan  kemana harus berobat 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

A: 

Masalah ketidakefektifan manajemen  kesehatan diri teratasi sebagian 

P:   Mengingatkan kembali keluarga untuk  membawa an.I ke fasilitas kesehatan  apabila masalah tidak tertangani. 

 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Nahla Jovial Nisa

Tempat Tanggal Lahir

: Yogyakarta, 11 Juli 1991

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Belum Menikah

Agama

: Islam

Alamat Asal

: Jalan Jend. Sudirman Km 2 Belakang Hall Ahwa Dekat Kantor IKPS Merangin, Jambi

Alamat Tinggal

: Jalan Senopati Dalam 2 No. 42 RT 01 RW 03 Senayan, Jakarta Selatan 12190

Email

: [email protected] atau [email protected]

Telepon

: 085695838918 atau 0215272435

Riwayat Pendidikan

:

Tahun 2003: SD N 02 Bangko, Merangin, Jambi Tahun 2006: MTsN Bangko, Merangin, Jambi Tahun 2009: MAN 4 Model Jakarta Tahun 2013: Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Related Documents


More Documents from "arif"

File.pdf
November 2019 2
Metode Secant.xlsx
December 2019 71