Pedoman pelaksanaan penanggulangan program filariasis
Seksi pemberantasan penyakit menular Dinas kesehatan Kabupaten kolaka timur Tahun 2019
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Di Indonesia upaya pemberantasan Filariasis telah dilaksanakan sejak tahun 1975 terutama di daerah endemis tinggi Filariasis. Pada tahun 1997, World Health Assembly menetapkan resolusi “Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem”, yang kemudian pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan WHO dengan mendeklarasikan “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020”. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem limfe, penimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae, dan skrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Secara tidak langsung, penyakit yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk ini dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja penderita, beban keluarga,dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi Negara yang tidak sedikit. Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia tahun 1998, menunjukkan bahwa biaya perawatan yang diperlukan seorang penderita filariasis pertahun sekitar 17,8% dari seluruh pengeluaran keluarga atau 32,3% dari biaya makan keluarga. Di Indonesia, sampai dengan tahun 2014 terdapat lebih dari 14 ribu orang menderita klinis kronis filariasis (elephantiasis) yang tersebar di semua provinsi. Secara epidemiologi, lebih dari 120 juta penduduk Indonesia berada di daerah yang berisiko tinggi tertular filariasis. Sampai akhir tahun 2014 terdapat 235 kabupaten/kota endemis filariasis, dari 511 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis ini dapat bertambah karena masih ada beberapa kabupaten/kota yang belum terpetakan. Data WHO menunjukkan bahwa Filariasis telah menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara di seluruh dunia, terutama negara-negara di daerah tropis dan beberapa daerah subtropics. Di Regional South-East Asia (SEAR) terdapat 3 jenis parasit Filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang terdapat di 9 negara, yaitu Banglades, India, Indonesia, Maldive, Myanmar, Nepal, Sri Langka, Thailand, dan Timor Leste. Penanggulangan filariasis dilaksanakan berbasis wilayah dengan menerapkan manajemen lingkungan, pengendalian vektor, menyembuhkan atau merawat penderita, memberikan obat terhadap orang-orang sehat yang terinfeksi
cacing filarial dan sebagai sumber penularan Filariasis serta pemberian obat pencegahan secara massal. Berdasarkan uraian diatas, diharapkan Filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. B.
Tujuan 1. Menurunnya angka mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap Kecamatan yang berada di Kabupaten Kolaka Timur. 2. Mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.
C.
Kebijakan 1. Penanggulangan Filariasis di Indonesia dilaksanakan dengan strategi eliminasi Filariasis. 2. Eliminasi Filariasis di Indonesia sejalan dengan Program Eliminasi Filariasis Limfatik Global, WHO, melalui dua upaya utama memutuskan rantai penularan Filariasis serta mencegah dan membatasi kecacatan. 3. Satuan lokasi pelaksanaan eliminasi filariasis (implementation unit) adalah Kabupaten/kota. 4. Mencegah penyebaran filariasis antar Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan antar Negara.
D.
Strategi 1. Memutuskan rantai penularan Filariasis dengan Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM) Filariasis di Kabupaten/Kota 2. Mencegah dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis filariasis 3. Pengendalian vektor secara terpadu 4. Memperkuat surveilans, jejaring laboratorium dan mengembangkan penelitian 5. Memperkuat kerjasama lintas batas daerah dan Negara, terutama dalam rangka memutus rantai penularan Filariasis
BAB II KEGIATAN
A.
Surveilans Epidemiologi Surveilans filariasis yang berjalan di Kabupaten Kolaka Timur adalah kegiatan pemberian obat massal pencegahan (POMP) yang secara teknis sudah diatur dan diundangkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1582 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Kegiatan surveilans yang dilakukan meliputi sosialisasi mengenai informasi tatalaksana kasus filariasis, pendataan penduduk sasaran pengobatan massal filariasis, melakukan koordinasi tingkat RS (Rumah Sakit) KAPFI (Komite Ahli Pengobatan Filariasis), Kabupaten, Kecamatan, Desa, pencanangan pengobatan massal dan pelaksanaan pengobatan filariasis. Pengobatan filariasis melibatkan kader dalam pendistribusian obat di damping oleh petugas puskesmas sebagai supervisor puskesmas, pemberian obat pada penduduk yang tidak hadir (sweeping), monitoring reaksi obat, puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan siap 24 jam, rujukan efek samping ke RS, dan penguatan sistem rujukan berjenjang.
B.
Pengelolaan Logistik 1. Membuat perencanaan kebutuhan logistik sesuai kebutuhan 2. Membuat surat permintaan logistik ke Dinas Kesehatan prov. Sulawesi Tenggara 3. Menerima logistik sesuai permintaan kebutuhan dari Balai Farmasi Provinsi 4. Menyerahkan obat ke Balai Farmasi Dinkes Kabupaten 5. Menerima surat permintaan logistik dari Puskesmas 6. Disposisi surat permintaan dari puskesmas ke bagian kepegawaian 7. Menyerahkan surat permintaan yang telah di disposisi ke Balai Farmasi Kabupaten
C.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Upaya pencegahan yang dilakukan yaitu sebagai berikut : 1. Menghindari diri dari gigitan nyamuk vektor - Menggunakan kelambu sewaktu tidur - Menutupi ventilasi rumah dengan kawat kassa - Menggunakan obat nyamuk semprot/bakar untuk mengusir nyamuk - Menggunakan alat pelindung diri atau obat oles anti nyamuk 2. Memberantas Nyamuk Vektor - Menjaga kebersihan lingkungan
- Menghilangkan/membersihkan tempat perindukan nyamuk - Menimbun, mengeringkan atau mengalirkan air yang tergenang 3. Minum Obat pencegahan filariasis secara teratur Upaya pengendalian filariasis dilakukan dengan cara promosi kesehatan yang merupakan cara yang efektif untuk mengubah perilaku masyarakat agar menjadi lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Promosi kesehatan melalui penyuluhan ke masyarakat dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan perubahan perilaku untuk memutuskan rantai penularan filariasis.
BAB III TATALAKSANA
A.
Pembagian Program (Kasus) Menurut lokasi kelainan yang ditimbulkan, terdapat 2 golongan filariasis yaitu yang menimbulkan kelainan pada saluran limfe (filariasis limfatik) dan jaringan subkutis (filariasis sukutan). Penyebab utama filariasis limfatik adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori sedangkan filariasis subkutan disebabkan oleh Onchorcercia spp. Filariasis Limfatik yang disebabkan oleh W.bancrofti disebut juga sebagai Bancroftian filariasis dan yang disebabkan oleh Brugia malayi disebut sebagai Malayan filariasis. Filariasis limfatik ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp., Culex spp., Aedes spp., dan Mansonia spp.
B.
Prinsip Diagnosis Penentuan diagnosis terhadap penyakit filariasis atau penyakit kaki gajah dapat dilakukan melalui serangkaian wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu juga diperlukan pemeriksaan penunjang yang mencakup : Tes darah Tes urine Kedua pemeriksaan penunjang diatas diperlukan untuk memastikan keberadaan cacing filarial dalam tubuh penderitanya. Biasanya, pemeriksaan darah dilakukan dimalam hari dimana parasit cacing filarial dalam keadaan aktif.
C.
Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi yang dilaksanakan dalam program eliminasi Filariasis adalah upaya untuk memonitor pelaksanaan POPM Filarisasis sehubungan dengan pemutusan rantai penularan Filariasis. Secara umum kegiatan monitoring dan evaluasi berhubungan dengan dua kegiatan pokok, yaitu evaluasi cakupan pengobatan dan evaluasi prevalensi microfilaria.
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filarial yang hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum. Mekanisme penularan penyakit filariasis yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif menggigit manusia, maka terjadi infeksi microfilaria. Tahap selanjutnya didalam tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat kelamin. Adapun usaha penanganan penyakit filariasis sebagai tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan albendazol dan paracetamol. Upaya rehabilitasi dapat dilakukn dengan operasi.
B.
Saran 1. Pengetahuan perlu ditingkatkan dengan penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang penyakit kaki gajah dengan menekan pada penyebab, cara penularan, gejala-gejala, pengobatan dan pencegahan penyakit filariasis limfatik. 2. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan syarat utama untuk menghindari infeksi filariasis. 3. Pemberantasan nyamuk dewasa dan larva perlu dilakukan sesuai aturan dan indikasi.
Tirawuta, Maret 2019 Mengetahui, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Kolaka Timur
Ir. Barwik Sirait, M.Si.,MPH NIP. 19630910 198502 1 002