Fha Hematokrit.docx

  • Uploaded by: Cempaka
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fha Hematokrit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,497
  • Pages: 41
HEMATOKRIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Disusun Sebagai Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air Tahun Akademik 2017-2018

Disusun Oleh : Kelompok 15 / Perikanan A Ajeng Dyah A 230110170022 Iqbal 230110170043 Hagi Nuansa F 230110170053

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2018

LEMBAR PENGESAHAN Judul Praktikum

Hematokrit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Kelas

Perikanan – A

Kelompok

Nama Ajeng Dyah Iqbal Hagi Nuansa F

Jatinangor, April 2018

Asisten Laboratorium

Amsal Laodikia Tarigan NPM. 2301101500132

Dosen Penanggung Jawab Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP. NIP. 19901112 2016043001

NPM 230110170022 230110170043 230110170053

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur semoga tetap tercurah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan inayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Hematokrit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)”. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Laporan praktikum ini dibuat dalam rangka melengkapi salah satu tugas Praktikum Fisiologi Hewan Air. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat menghitung nilai hematokrit dari ikan mas Laporan ini disusun dengan semaksimal mungkin. Terlepas dari itu, dalam pengerjaannya penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan praktikum ini. Penyusun menerima dengan tangan terbuka semua kritik serta saran dari pembaca yang bertujuan untuk membangun agar penulis dapat memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata penyusun berharap laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.

Jatinangor, Maret 2018

Kelompok 15

i

DAFTAR ISI

BAB

I.

Halaman DAFTAR GRAFIK .................................................................

iv

DAFTAR TABEL ....................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................

vi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................. 1.2 Tujuan ................................................................................ 1.3 Manfaat .............................................................................

1 1 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas ............................................................................ 2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas ......................................................... 2.1.2 Fisiologi Ikan Mas ............................................................ 2.2 Sistem Peredaran Darah ..................................................... 2.2.1 Komponen Penyusun Darah .............................................. 2.2.2 Jantung ............................................................................... 2.2.3 Saluran Darah..................................................................... 2.3 Hematokrit ......................................................................... 2.3.1 Metode Pengukuran Hematokrit ....................................... 2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit ............................................................... III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu ................................................................. 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 3.2.1 Alat ......................................................................................... 3.2.2 Bahan ..................................................................................... 3.3 Prosedur Kerja .......................................................................

3 3 4 4 6 7 8 8 8 9 12 12 12 12 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Kelompok ...................................................................... 14 4.2 Data Kelas .............................................................................. 14 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................ 19 5.2 Saran ...................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 21 LAMPIRAN ................................................................................... 22

ii

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1.

Alat-alat praktikum ..................................................................

12

2.

Bahan-bahan praktikum ...........................................................

12

iii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

1. Ikan mas .....................................................................................

Halaman 3

2. Mekanisme pernapasan pada ikan mas ......................................

Error! Bookmark not defined. 3. Grafik hasil perhitungan konsumsi oksigen ............................... 4. Grafik hasil perhitungan laju konsumsi oksigen kelas Perikanan

angkatan 2017 ........................................................................... Error! Bookmark not defined.

iv

19

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1

Judul Alat ..........................................................................................

Halaman Error!

Bookmark not defined.0 2

Bahan .......................................................................................

21

3

Prosedur Kerja .........................................................................

22

4

Kegiatan ...................................................................................

23

5

Tabel Angkatan........................................................................

vi

25

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Ikan mas merupakan salah satu ikan yang paling banyak dibudidayakan

oleh penambak ikan di Indonesia yang tentunya tidak pernah ada habis-habisnya permintaan dari konsumen. Ikan mas beraneka ragam untuk dibudidayakan, ada yang membudidayakan hanya sampai benih saja atau sampai siap panen. Kelangsungan hidup ikan mas sangat ditentukan oleh kualitas dan kesteril-an media air yang digunakan. Budidaya ikan mas bisa dilakukan di kolam, sawah atau waduk secara intensif sangat menguntungkan. Sebab,penggemar jenis ikan air tawar ini cukup banyak,sehingga peluang pasarnya terbuka lebar.Apalagi budidaya ikan mas tidaklah begitu sulit dilakukan. Namun, ikan mas sangat rentan terhadap serangan sejumlah hama maupun penyakit seperti White Spot dan Myxosporesis. Karena itu, kehadiran hama dan penyakit perlu diwaspadai. Ikan mas merupakan ikan yang sensitif terhadap patogen. Status kesehatan pada ikan dapat dideteksi salah satunya dari kualitas darah dengan parameter darah yang mencakup hematokrit. Anderson (1992) menyatakan bahwa berkurangnya nilai hematokrit pada ikan dapat mengindikasikan adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah pada pakan, defisiensi vitamin dan infeksi penyakit.

1

2

1.2

Tujuan Tujuan dari pelaksanaan praktikum konsumsi oksigen dan laju konsumsi

oksigen pada ikan mas yaitu untuk dapat menghitung nilai hematokrit dari ikan mas. 1.3

Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah untuk

memberikan informasi mengenai perhitungan nilai hematokrit dari ikan mas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Ikan Mas Ikan mas atau common carp termasuk Ordo Ostariophysi, Familia

Cyprinidae. Ikan mas (Cyprinus carpio) mempunyai empat buah sungut dan bagian belakang jari-jari terakhir sirip anal pada ikan mas mengeras dan bergerigi. Ikan mas berasal dari Jepang, China, dan diintroduksi ke seluruh dunia sebagai ikan konsumsi. Ikan mas merupakan ikan budidaya tertua yang dapat tumbuh mencapai ukuran panjang 120 cm dengan berat 37,3 kg. Ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini digemari oleh masyarakat. Sifat ikan mas adalah omnivora atau pemakan segala, mencari hewan dasar dengan cara mengauk dasar kolam yang menyebabkan air menjadi keruh (Tim Peneliti BRPPU 2008).

Gambar 1. Ikan mas

Menurut Djoko Suseno (2000) dalam Rochdianto (2005) di Indonesia pertama kali ikan mas berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat penting. Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata (1981) dalam Rochdianto (2005), ikan mas yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan mas diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis), Jawa Barat pada pertengahan

abad

ke-19.

Masyarakat

setempat

disebutkan

sudah

menggunakan kakaban yaitu substrat untuk pelekatan telur ikan mas yang terbuat

3

4

dari ijuk pada tahun 1860, sehingga budidaya ikan mas di kolam di Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Sedangkan penyebaran ikan mas di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah terbentuk "Jawatan Perikanan Darat" dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat itu. Dari Jawa, ikan mas kemudian dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan Jawatan Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan mas dari Negeri Belanda, yakni jenis Galisia ("mas gajah") dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi mas jenis Frankisia ("mas kaca"). Menurut Djoko Suseno (2000) dalam Maulana (2012), kedua jenis mas tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya. Huet, (1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar dan danau-danau serta perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini sangat peka terhadap perubahan kualitas lingkungan. Ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar yang tidak terlalu dalam dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas 25-30 ppt. 2.1.1 Klasifikasi Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio) seperti gambar di bawah adalah sebagai berikut: Filum Kelas Ordo Famili Genus

: Chordata : Pisces : Ostariophysi : Cyprinidae : Cyprinus

5

Spesies : Cyprinus carpio 2.1.2 Fisiologi Ikan Mas Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan. Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang sensitif terhadap kandungan oksigen terlarut dalam media air tempat hidupnya (Maulana 2012). Sebagai contoh, dilingkungan internal O2 dan zat-zat harus terus menerus diganti sesuai kecepatan penggunaannya oleh sel. Kandungan O2 pada lingkungan air berhubungan erat dengan suhu, sehingga mempengaruhi suhu cairan intra dan ektsra sel, sehingga menyebabkan stress yang ditandai dengan aktifitas operkulum. Salah satu yang mempengaruhi homeostasis adalah suhu air pada lingkungan hidup ikan. Ikan mas hanya dapat hidup di air dan mempunyai alat pernapasan yang khusus. Ikan bernapas dengan insang yang tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung (Susilawati 2010). Respirasi diawali dengan ventilasi insang yaitu pengaliran air ke permukaan lamela insang melalui rongga mulut dan dikeluarkan melalui operkulum, kemudian dilanjutkan dengan proses difusi oksigen dan karbondioksida antara air dan darah yang terjadi di lamela insang, proses diakhiri dengan pengangkutan oksigen dari insang ke lingkungan intrasel dan karbondioksida dari lingkungan intrasel ke insang. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang berfungsi

6

untuk menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2 (Ratningsih 2008). Bagian-bagian darah pada ikan mas terdiri dari sel darah marah yang memiliki ukuran diameternya mendekati sekitar 1 per 7.500 milimeter berjumlah sekitar 20.000 – 3.000.00 dalam tiap mm3, leukosit berjumlah sekitar 20.000 – 150.000 dalam tiap mm3, dan trombosit yang berukuran sangat kecil kira-kira berdiameter sepertiga diameter sel darah merah atau 2 – 3 mikron (Winarni 1997). Menurut Yuda (1999) nilai hematokrit tidak selalu tetap hasilnya dan pada ikan nilainya antara 5 – 60 %. Kisaran nilai hematokrit ikan mas pada kondisi normal sebesar 30,8 – 45,5. Nilai hematokrit yang kurang dari 22 menunjukan ikan mengalami anemia (Abdullah 2008). 2.2

Sistem Peredaran Darah Secara umum sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang

terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun, jantung teleostei terdiri atas empat bagian. Namun pada kenyataanya mirip dengan satu silinder atau pompa piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka darah dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri, dan tekanan arteri lenih besar dari tekanan arterionale. Akibat adanya perbedaan tekanan maka aliran darah dapat terjadi. Ada dua jenis energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung, yaitu: (1) energi kinetik yang menyebabkan darah mengalir dan (2) energi potensial

yang tersimpan dalam pembuluh darah dan menimbulkan

tekanan darah. Selain itu, aliran darah juga dipengaruhi oleh viskositas darah. Bila viskositas darah meningkat maka aliran darah akan melambat.Kontrol terhadap jantung, didasarkan pada dua mekanisme, yakni adrenergik dan cholinergik. Adrenergik merangsang jantung berkontraksi, sedangkan cholinergik menyebabakan relaksasi. Kedua proses yang saling bertentangan ini menyebabkan jantung dapat memompa darah dan mengisinya kembali.

7

Darah dipompa keluar selama kontraksi ventrikel (systole) dan diikuti oleh periode relaksasi dan pengisian kembali (diastole). Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Start dari jantung, darah menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. Selain itu, sebagian darah dari insang kadang langsung kembali ke jantung. Hal ini terjadi bilamana tidak semua output cardiac dibutuhkan untuk menuju ke dalam dorsal aorta dan pembuluh eferen yang lain. Pada bagian lain, yaitu berawal dari insang pertama, sebelum dihubungkan ke sistem vena. Peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi kontrol dan untuk sekresi gas ke cairan mata. Darah merupakan suatu fluida yang berisi beberapa bahan terlarut dan erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran

oksigen terjadi dari air dengan

karbondioksida terjadi pada bagian semipermeabel yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen. Dorsal aorta adalah sumber darah terbesar pada tubuh. Dari sini darah di suplai ke kepala, otot badan, ginjal dan semua organ pencernaan melalui pembuluh kapiler. Ada tiga rute pengembalian jantung, yakni pertama, dari otak, darah kembali ke

jantung melalui vena cardinal anterior yang berhubungan

dengan vena cardinal anterior yang berhubungan dengan vena cardinal umum. Di sini, juga bertemu darah dari vena cava posterior, yakni darah dari vena caudal yang telah melalui sistem renal portal. Kedua, dari organ visceral, darah kembali ke jantung melalui vena hepatik. Terakhir, dari insang, darah dikembalikan ke jantung melalui vena branchial (Nina 2012). 2.2.1 Komponen Penyusun Darah Darah tersusun atas plasma darah dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit (sel darah merah), leukosit(sel darah putih) dan trombosit(keping darah).

8

Sedangkan plasma darah mengandung 90% air dan berbagai zat terlarut atau tersuspensi di dalamnya (Hartati 2012).

Gambar 2. Sel Darah pada Ikan (Sumber: Hartati 2012) Keterangan : (1) Eritrosit, (2) Trombosit, (3) Eosimophil dan (4)Neutophi

Sel darah merah berbentuk seperti piringan membulat, cekung pada dua sisinya dan diameternya mendekati sekitar 1 per 7.500 milimeter. Komponen terpenting dalam sel darah merah kebiruan dan memiliki kemampuan unuk mengikat oksigen dan mengangkut oksigen tersebut mulai dari insang keseluruh jaringan tubuh dan melepaskan oksigen dalam jaringan pembuluh kapiler. Hemoglobin

yang mengikat oksigen atau oksihemoglobin inilah

yang

menyebabkan eritrosit berwarna merah cerah (Hartati 2012). Sel darah putih memiliki dua tipe yaitu granular yang memiliki inti berkeping banyak dan nogranular yang memiliki inti membulat. Leukosit granular terdiri atas netrofil merupakan sel yang bersifat menyerang dan menghancurkan bakteri eosnofil yang merupakan sel yang mampu meningkatkan ketanggapan terhadap timbulnya infeksi dan alergi, dan basofil yang menghasilkan antikoagulan heparin dan substansi histamine.Netrofil merupakan sel darah putih yang relative banyak jumlahnya dibandingkan dengan sel lainnya dan bertambah bila terjadi infeksi. Leukosit nongranular terdiri atas monosit dan limfosit. Limfosit merupakan sel darah yang memiliki inti relative besar dan sitoplasma kecil. Limfosit jumlahnya terbesar kedua setelah netrofil dan ukurannya kurang lebih sebesar sel darah merah. Bagian sel darah putih yang berhubungan dengan respon kekebalan dan menghasilkan antibodi adalah limfosit. Fungsi limfosit dalam system pertahanan tubuh yaitu membentuk anibodi apabila ada protein lain

9

yang masuk kedalam tubuh Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-sisa sel yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan akan menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya factor lingkungan yang tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan sebagainya (Hartati 2012). Trombosit merupakan platelet darah yang sangat kecil ukurannya (kira-kira berdiameter sepertiga diameter sel darah merah), tidak memiliki inti dan bentuknya bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka dan kemudian menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit pecah, agn pengkoagulasi membentuk tromboplastin yang membantu membentuk jarring-jaring sel sebagai upaya pertama dalam proses penyembuhan. Satu dari sekian kemampuan darah adalah kemampuan untuk menggumpal (terkoagulasi) ketika dikeluarkan dari tubuh. Dalam tubuh, gumpalan terjadi merespon jaringan yang terluka seperti otot teriris, atau terluka. Dalam pembuluh darah, darah tetap dalam kondisi cair, sesaat setelah keluar, darah menjadi kental dan berglatin serta berubah menjadi rekatan seperti agar-agar (Hartati 2012). Plasma darah merupakan cairan darah yang umumnya terdiri dari: a. Air mencakup 91-92%. b. Protein, sekitar 8-9% yang terdiri dari serum albumin, serum globulin, dan fribinogen. c. Garam anorganik dalam bentuk ion sekitar 0,9% seperti : Anion : Cl- , CO32- , HCO3- , SO42- , PO4- , I- . Kation : Na+ , K+ , Ca2+ , Mg2+ , Fe3+ . d. Substansi organik bukan protein, terdiri dari : Non protein Nitrogen, misalnya lipid, karbohidrat, glukosa, garam ammonium, urea, asam urat, dan lain-lain. e. Gas terlarut dalam plasma. f. Berbagai substansi lain seperti hormon, enzim, dan anti toksin. Sel darah ikan memiliki inti yang menonjol dengan jumlah ± 2 juta mm3 dan memiliki ukuran yang cukup konsisten yaitu umumnya sekitar 12 x 3 mikron dan memiliki sitoplasma yang kecil (Hartati 2012).

10

2.2.2 Jantung Ikan mas memiliki jantung beruang dua, yaitu bilik (ventrikel) dan sebuah serambi (atrium). Jantung terletak dibawah faring didalam rongga tubuh yang terletak di anterior . Peranan jantung sangat penting dalam hubungannya dengan pemompaan darah keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah, selain itu terdapat organ sinus venesus yaitu struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka diruang depan jantung (Timang 2010).

Gambar 3. Jantung Ikan (sumber : Timang 2010)

Jantung adalah suatu organ yang berupa benda berongga dan terletak dalam rongga ruang mediastinal atau bagian posterior lengkung insang. Organ ini merupakan suatu pompa yang terdiri atas otot licin yang secara ritmis berkontruksi untuk memompa darah dari vena ke arteri . Untuk melaksanakan fungsi ini, jantung mempunyai suatu sistem klep yang menyebabkan darah mengalir ke satu arah. Jantung pad aikan dibangunkan oleh dua ruangan yang terletak dibagian posterior lengkung insang dibagian depan rongga badan lain diatas ithmus. Kedua ruang tersebut ialah natrium yang berdinding tipis dan ventrikel yang berdinding tebal. Ruangan ini berurutan dari belakang kedepan yaitu sinus venosus adalah ruangan tambahan atau kantung yang berdinding tipis, hampir tidak mengandung jaringan otot. Dinding kaudalnya bersatu dengan bagian depan dari septum transpertum yang memisahkan rongga pericardial dari rongga pleuroperitonial (Burhanuddin 2008).

11

Jantung merupakan organ sirkulasi darah yang esensial. Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh darah atau suatu struktur mascular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan dilingkupi atau diselimuti oleh kantung pericardial. Pada ikan terdapat dibagiian rostral hati dan bagian ventral dari rongga mulut. Denyut jantung secara umum terdapat dua tipe, yaitu neurogenic dan miogenik. Jantung neurogenic denyutnya akan tetap ritmis meskipun hubungan dengan syaraf diputuskan. Berbeda dengan jantung neurogenic yang apabila hubungan jantung dengan syaraf diputuskan jantung akan berhenti berdenyut. Jantung miogenik terdapat pada jaringan otot jantung khusus yang membuat simpul yang merupakan alat pacu jantung. Pada ikan letaknya di sinus venosus. Organ jantung dilapisi oleh selaput tipis yang disebut pericardium. Jantung terbagi atas dua ruang yakni atrium yang berdinding tipis dan ventrikel yang berdinding tebal. Pada jantung terdapat satu ruang tambahan berdinding tipis dan sedikit berotot yang disebut sinus venosus. Organ ini berfungsi sebagai penampang darah dari ductus cuvieri dan vena hepatica kemudian akan mengirimkan darah tersebut ke atrium. Atrium merupakan ruang tunggal yang relative lebih luas daripada sinus venosus. Dinding atrium sedikit lebih berotot dibandingkan dengan sinus venosus (Rahardjo 2011). 2.2.3 Saluran Darah Ada tiga bentuk saluran darah yaitu arteri, vena dan kapiler. Di bawah ini merupakan gambar saluran darah pada ikan.

Gambar 4. Sistem peredaran darah ikan

12

(Sumber : Dosenbiologi.com)

1) Arteri Arteri adalah salah satu pembuluh darah yang ada dalam tubuh ikan. Arteri di dalam tubuh ikan berfungsi untuk menyalurkan darah yang keluar dari insang menuju ke seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri mengandung banyak oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh ikan. Arteri dalam tubuh ikan terdiri dari tiga buah lapisan, yaitu intima, endothelium, dan subendothelium. 2) Vena Vena adalah salah satu pembuluh darah yang ada dalam tubuh ikan dan berfungsi sebagai pembuluh darah balik yang alirannya bertujuan ke jantung. Vena memiliki dinding yang lebih tipis dari arteri namun ukuran rongganya jauh lebih besar dari arteri. Dinding vena sangat elastis dan aktif berkontraksi sehingga mampu memompa darah sampai ke jantung. 3) Kapiler Kapiler adalah tempat percabangan salurah darah dalam tubuh ikan yang berfungsi sebagai tempat pertukaran antara darah dengan jaringan atau sel. Kapiler yang terdapat dalam tubuh ikan ada tiga jenis, yaitu kapiler kontinyu, kapiler berpori dan kapiler diskontinyu (Effendi Yempita 2009). 2.3

Hematokrit Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil

pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat respon stress pada ikan. Kadar hematokrit ini juga bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen. Hematokrit didefinisikan sebagai perbandingan antara sel darah merah dengan

13

seluruh volume darah. Presentase kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah merah (Hartati 2012) Menurut Yuda (1999) dalam Hartati (2012) nilai hematokrit tidak selalu tetap hasilnya dan pada ikan nilainya antara 5 – 60 %. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai hematokrit dapat juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya animea dan ikan terkena penyakit apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak jelas dan ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit. Anderson (1992) dalam Hartati (2012) menyatakan bahwa berkurangnya nilai hematokrit pada ikan dapat mengindasikan adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah pada pakan, defisiensi vitamin dan infeksi penyakit (Hartati 2012). 2.3.1 Metode Pengukuran Hematokrit Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu : (Hartati 2012) 1) Darah dimasukkan ke dalam tabung Winstrobe yang mempunyai skala, kemudian diputar dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama setengah jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi antikoagulan terlebih dahulu. 2) Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah. Kecepatan pemutaran adalah 11000 rpm selama 4 menit. 3) Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Pada metode ini menggunakan alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel darah merah bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah dicampur dengan antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat baca. Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada galvanometer. Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 mL darah dan disebut dengan persen (%) dari volume darah tersebut. Biasanya nilai hematokrit ini ditentukan dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler. Ada 2 (dua) cara dalam menentukan nilai hematokrit, yaitu: (Hartati 2012). 1)

Makrometode (menurut wintrobe)

14

a) Isilah tabung Wintrobe dengan darah antikoagulan oxalat, heparin, atau EDTA sampai garis tanda 100 di atas. b) Masukkan tabung tersebut ke dalam sentrifuge (pemusing) yang cukup besar, pusinglah selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm. c) Bacalah hasilnya dengan memperhatikan :

Gambar 5 . Tabung Hematokrit (sumber : Hartati 2012) Keterangan Gambar : a. Warna plasma di atas : warna kuning itu dapat dibandingkan dengan larutan kaliumbicarbonat dan intensitasnya disebut dengan satuan. Satu satuan sesuai dengan warna kaliumbicarbonat 1 : 10000. b. Tebalnya lapisan putih di atas sel-sel merah yang tersusun dari leukosit dan trombosit (buffy coat) c. Volume sel-sel darah merah.

2)

Metode mikrohematokrit Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah

heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat. 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Hematokrit Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit yaitu : 1) Bila memakai darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena mengandung cairan intrastitial.

15

2) Bahan pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6-8 jam akan meningkatkan hematokrit. 3) Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan dilakukan. 4) Darah yang diperiksa tidak boleh mengandung bekuan. 5) Didaerah beriklim tropis, tabung kapiler yang mengandung heparin cepat rusak karena itu harus disimpan dilemari es (Hartati 2012).

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1

Tempat dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran pada hari Senin, 16 April 2018 pada pukul 07.30 sampai 09.30. 3.2

Alat dan Bahan Berikut beberapa alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum :

3.2.1 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 3.2.2

Alat yang Digunakan Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum Nama Alat Fungsi Timbangan Alat untuk menimbang bobot tubuh ikan mas Wadah plastik Tempat menaruh ikan saat ditimbang Cawan petri Tempat untuk menyimpan organ ikan Hematocrit Papan pembaca nilai hematokrit (%) reading chart Sentrifuge hematokrit Alat untu menstrifuge darah ikan Timbangan Alat untuk mengatur bobot ikan Malam Bahan untuk menyumbat salah satu ujung pipa kapiler Pipa kapiler heparinized Alat untuk menampung sampel darah segar Gunting bedah Alat untuk membedah sampel ikan Penjepit arteri Alat untuk menjepit pembuluh aorta ventralis Jarum sonde Alat untuk menusuk bagian kepala ikan Bahan yang Digunakan

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum No Nama Bahan Fungsi 1. Ikan mas Objek yang akan diamati 3.2 Prosedur Praktikum Berikut prosedur kerja yang dilakukan untuk mengamati hematokrit pada ikan mas : 1.

Wadah plastik disiapkan dan diisi air

2.

Ikan dimasukkan kedalam wadah kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya

16

17

3.

Ikan ditusuk bagian anterior lengkung hidung menggunakan jarum sonde hingga ikan pingsan

4.

Ikan yang sudah pingsan dibedah dibagian depan operkulum sampai ke anal

5.

Aorta ventrales yang terletak didekat jantung dijepit menggunakan penjepit arteri hingga terisi penuh oleh darah

6.

Aorta ventrales digunting agar darah keluar

7.

Darah yang mengalir dari aorta ventrales ditampung dalam pipa kapiler

8.

Pipa kapiler yang berisi darah ditutup menggunakan malam

9.

Pipa kapiler di sentrifuge menggunakan alat sentrifuge hematokrit selama 4 menit pada kecepatan 12.000 rpm

10.

Pipa kapiler yang telah disentrifuge diletakkan pada hematocrit reading chart kemudian dibaca dan ditentukan nilai hematokrit

11.

Nilai hematokrit dicatat pada lembar kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Data Kelompok Hasil pengamatan kelompok 15, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Bobot dan nilai hematokrit ikan mas kelompok 15

Bobot Ikan (Gram)

Nilai Hematokrit (%)

100

26

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 15, dapat diketahui bahwa ikan yang digunakan pada kelompok 15 memiliki bobot seberat 100 gram dengan nilai hematokrit sebesar 26 %. Dengan kadar nilai hematokrit ikan mas kelompok 15 sebesar 26% menandakan bahwa ikan mas tersebut dalam keadaan sehat. Hal ini sesuai dengan literatur dari Kuswardani (2006) yaitu ikan air tawar dikatakan sehat apabila kadar hematokritnya berkisar antara 22-60%. Apabila hematokrit ikan kurang dari 22% dinyatakan terjadinya anemia, sama halnya apabila nilai hematokrit lebih besar dari 60% menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress. Perhitungan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin mencerminkan oksigen yang membawa daya muat dalam darah. Nilai yang rendah dapat disebabkan karena kerusakan insang atau osmoregulasi yang cacat, sementara nilai yang tinggi menunjukkan naiknya permintaan oksigen atau tekanan yang akut (Dewi 2012). 4.2

Data Angkatan Berikut data hasil pengamatan mengenai hematokrit pada ikan mas yang

dilakukan oleh kelas Perikanan A, Perikanan B dan Perikanan C :

18

19

Gambar 2. Grafik hasil perhitungan konsumsi oksigen

Grafik diatas merupakan grafik hasil pengamatan mengenai hematokrit pada ikan mas yang dilakukan oleh kelas Perikanan angkatan 2017. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa hematokrit ikan mas dari masing-masing kelompok menunjukkan hasil yang berbeda. Terdapat 1 ikan yang memiliki jumlah hematokrit sebesar 13-19%, nilai hematokrit yang rendah tersebut menandakan bahwa ikan dalam keadaan tidak sehat (anemia), terdapat pula 6 ekor ikan yang memiliki jumlah hematokrit sebanyak 20-26%, 6 ekor ikan yang nilai hematokritnya 27-33%, 13 ekor ikan memiliki hematokrit bernilai 34-40%, 15 ekor ikan yang memiliki nilai hematokrit sebesar 41-47%, 11 ekor ikan memiliki nilai hematokrit sebesar 48-54% serta terdapat 2 ekor ikan yang memiliki nilai hematokrit sebesar 55-61%. Sesuai data tersebut dapat diketahui bahwa 2 ekor ikan yang memiliki nilai hematokrit berkisar 55-61% adalah ikan yang berada dalam kondisi kurang baik atau stress. Hal tersebut sesuai pernyataan dari Kuswardani (2006) bahwa nilai hematokrit lebih besar dari 60% menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress. Adapun rata-rata hasil pengukuran hematokrit pada seluruh kelas yaitu sebesar 41 – 47 %. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kelas memiliki ikan mas dengan keadaan sehat. Adapun grafik yang menunjukkan hubungan antara bobot ikan dan hematokrit yang digambarkan sebagai berikut:

20

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada ukuran yang pasti berupa besarnya R2 untuk mengatakan bahwa suatu pilihan variabel sudah tepat. Jika R2 semakin besar atau mendekati 1, maka model makin tepat. Untuk data survei yang berarti bersifat cross section data yang diperoleh dari banyak responden pada waktu yang sama, maka nilai R2 = 0,2 atau 0,3 sudah cukup baik. Berdasarkan hasil pengamatan angkatan 32% nilai hematokrit dipengaruhi oleh bobot ikan. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa kadar hematokrit ini dapat bervariasi tergantung pada ukuran tubuh, faktor nutrisi, umur, jenis kelamin, dan masa pemijahan. Hartati (2012) menyatakan bahwa bobot dan ukuran tubuh ikan merupakan faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit ikan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan Berdasarkan pengamatan mengenai hematokrit pada ikan mas yang

dilakukan oleh kelompok 15 jumlah hematokrit pada ikan mas sebesar 26% dan termasuk dalam keadaan ikan yang sehat. Kebanyakan ikan yang dijadikan sampel pengamatan yang dilakukan oleh Perikanan 2017 adalah ikan dalam keadaan sehat atau normal karena rata-rata nilai hematokrit berkisar pada nilai 4147%. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami anemia (Kuswardani 2006). 5.2

Saran Praktikum mengenai perhitungan nilai hematokrit pada ikan mas harus

dilakukan hati-hati dan teliti terlebih dalam menjepit saluran aorta ventralis pada ikan mas karena ikan tersebut akan cepat mati karena sampel darah yang digunakan berada dekat sekali dengan jantung. Serta praktikan yang lain diharapkan lebih memperhatikan asisten ketika menjelaskan cara kerja dalam menjalankan praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum.

21

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2008. Efektivitas Ekstrak Daun Paci-Paci (Leucas Lavandulaefolia) Untuk Pencegahan Dan Pengobatan Infeksi Penyakit Mas (Motile Aeromonad Septicaemia) Ditinjau Dari Patologi Makro Dan Hematologi Lele Dumbo Clariassp. Skripsi. Program Studi Teknologi Dan Manajemen Akuakultur Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Anderson. 1992. Immunostimulants, Ajduvants and Vaccine Carrier in Fish: Application to Aquaculture. Ann. Rev. Fish Dis 2: 281-307. Burhanuddin. 2008. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar. Dewi. 2012. Biomarker Pada Ikan Sebagai Alat Monitoring Pencemaran Logam Berat Kadmium, Timbal dan Merkuri di Perairan Kaligarang Semarang. Thesis. Universitas Diponegoro. Effendi Yempita. 2009. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Hartati. 2012. Nilai Hematokrit Ikan Nila ( Oreochromis Niloticus ) Yang Dipelihara Diberbagai Ketinggian Tempat. Skripsi. Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Huet. 1971. Textbook of Fish Culture. Fishing News Book Ltd. London. 436 hlm.Jakarta. 83 hal. Inc. London. Kuswardani. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab Darah Maskoki Carassius auratus Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Maulana. 2012. Perubahan Kondisi Fisiologis Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Akibat Pengaruh Perbedaan Ukuran dan Suhu Lingkungan. Skripsi. Bogor: Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Nina. 2012. Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipelihara Diberbagai Ketinggian Tempat. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Nuraini. 2012. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 22

Rahardjo. 2011. Ikhtiologi. Bandung. Lubuk Agung

22

23

Ratningsih. 2008. Uji Toksisitas Molase Terhadap Respirasi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA Universitas Padjajaran Jatinangor KM 21, Sumedang. Rochdianto. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan , Bali. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1. Bandung: Binadjipta. Susilawati. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Tim Peneliti BRPU. 2008. Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jakarta. Badan Riset Kelautan dan Perikanan Timang. 2010. Sistem Sirkulasi dan Jantung. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin, Makassar.

LAMPIRAN

25

Lampiran 1. Alat Praktikum

Cawan Petri

Wadah Plastik

Penjepit Arteri

Jarum Sonde

Pipa kapiler heparinized

Nampan

26

Hematocrit Reading Chart

Sentrifuge Hematokrit

Malam

27

Lampiran 2. Bahan

Ikan mas (Cyprinus carpio)

28

Lampiran 3. Prosedur Kerja Wadah plastik disiapkan dan diisi air Ikan dimasukkan kedalam wadah kemudian ditimbang Ikan ditusuk bagian anterior lengkung hidung hingga ikan pingsan Ikan yang sudah pingsan dibedah dibagian depan operkulum

Aorta ventrales yang terletak didekat jantung dijepit Darah yang mengalir dari aorta ventrales ditampung dalam pipa kapiler Aorta ventrales digunting agar darah keluar Pipa kapiler yang berisi darah ditutup menggunakan malam

Pipa kapiler di sentrifuge Pipa kapiler pada hematocrit reading chart kemudian dibaca dan ditentukan nilai hematokrit Nilai hematokrit dicatat pada lembar kerja

29

Lampiran 4. Kegiatan

Ikan mas ditimbang dan dicatat bobotnya

Lengkung hidung ikan mas ditusuk menggunakan jarum sonde

Ikan dibedah menggunakan gunting bedah

Aorta ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri

Aorta ventralis diputuskan menggunakan gunting

Darah ikan mas dimasukkan kedalam pipa kapiler

30

Salah satu ujung pipa kapiler ditutup menggunakan lilin

Nilai hematokrit diamati dan hasilnya dicatat pada lembar kerja

Darah ikan mas disentrifuge menggunakan sentrifuge hematokrit

31

Lampiran 5. Tabel Angkatan Berikut merupakan tabel hasil perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen kelas A : Kelompok Bobot (Gram) Nilai Hematokrit (%) 1 78,84 59 2 91,97 63 3 71,6 41 4 106,5 62 5 81,21 104 6 95,7 58 7 87,13 78 8 86,23 87 9 95 39 10 79,98 45 11 64,81 79 12 102,9 139 13 75,43 103 14 109,64 110 15 109,49 102 16 75,43 103 17 85,03 105 18 86,07 102

32

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen kelas B : Kelompok Bobot (Gram) Nilai Hematokrit (%) 1 78,84 59 2 91,97 63 3 71,6 41 4 106,5 62 5 81,21 104 6 95,7 58 7 87,13 78 8 86,23 87 9 95 39 10 79,98 45 11 64,81 79 12 102,9 139 13 75,43 103 14 109,64 110 15 109,49 102 16 75,43 103 17 85,03 105 18 80,16 125 19 86,07 102

33

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen kelas C : Kelompok Bobot (Gram) Nilai Hematokrit (%) 1 78,84 59 2 91,97 63 3 71,6 41 4 106,5 62 5 81,21 104 6 95,7 58 7 87,13 78 8 86,23 87 9 95 39 10 79,98 45 11 64,81 79 12 102,9 139 13 75,43 103 14 109,64 110 15 109,49 102 16 75,43 103 17 85,03 105 18 80,16 125 19 86,07 102

Related Documents

Fha Guidelines
April 2020 16
Fha Guide
June 2020 14
Fha Hematokrit.docx
June 2020 20
Fha Appraisal Sheet
November 2019 7
Laprak Fha 1.docx
June 2020 33

More Documents from ""