Feature_menatap Mahameru Di Puncak Bromo

  • Uploaded by: Erizally, Rizki
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Feature_menatap Mahameru Di Puncak Bromo as PDF for free.

More details

  • Words: 750
  • Pages: 3
Feature : “MENATAP MAHAMERU DI PUNCAK GUNUNG BROMO” Gunung Semeru merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Jawa, ketinggiannya mencapai 3.676 m diatas permukaan laut, Gunung Semeru masuk kedalam 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Gunung Semeru juga dikenal sebagai kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru di Daerah Propinsi Jawa Timur. Wisatawan asing maupun domestik terutama para pecinta alam sangat mengenal kawasan ini terutama kawasan Bromo sebagai tempat yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pendaki gunung dan para petualang, juga tak ketinggalan kelompok pecinta alam yang saya ikuti, berniat untuk pergi kesana. Pada kesempatan liburan panjang kali ini kami yang tergabung dalam kelompok pecinta alam pelajar SMA Korpri-IKIP (sekarang Labschool - UPI) Sispakala Badung memutuskan untuk mencoba melakukan pendakian di Gunung Bromo, saat itu hanya 8 orang (satu tim) pendaki yang bisa mengikuti kegiatan pendakian itu yaitu terdiri dari 5 anggota regular, satu orang anggota senior, satu orang medic, dan satu orang guide; atau orang yang sudah mengenal medan pendakian di kawasan Gunung Bromo. Untuk menuju kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dari arah Kota Bandung kita bisa naik bus tujuan Probolinggo atau Surabaya, dengan menggunakan bus yang langsung menuju Probolinggo, dari Probolinggo kita naik kendaran umum colt jurusan Sukapura, terus ke Ngadisari dari Ngadisari tim berjalan kaki menuju Cemoro Lawang sejauh 3 Km. Di Cemoro Lawang kita memutuskan untuk beristirahat di rumah-rumah penduduk karena hari sudah larut malam, selain rute diatas kita bisa juga lewat Pasuruan, yaitu dari arah Probolinggo kita turun di Pasuruan di sana naik ada colt jurusan Tosari – Wonokitri, sampai di Wonokitri kita bisa beristirahat di hotel atau losmen atau bisa langsung melanjutkan perjalanan menuju Gunung Penanjakan. Pada hari pertama pendakian pagi-pagi sekali sekitar pukul 5 setelah Sholat Subuh

Menatap Mahameru di Puncak Gunung Bromo

hal 1

kita berkemas (packing) dan siap-siap melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Bromo ditempuh dengan berjalan kaki, kembali walaupun sebenarnya ada kuda yang disewakan oleh warga setempat sebagai alat transportasi yang biasa digunakan para wisatawan yang ingin menyaksikan panorama matahari terbit di kawasan Gunung Bromo. Setelah hampir 4 jam berjalan kaki tim sampai di perbatsan area berpasir (lautan Pasir) disana kita beristirahat kurang lebih setengah jam sambil memakan perbekalan yang dibawa. Di lereng Gunung Bromo terdapat sebuah komunitas masyarakat tradisional yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Tengger yaitu masyarakat disekitar Gunung Bromo, masyarakat Tengger mempunyai upacara tradisi adat tahunan “Kasodo” atau disebut dengan Upacara adat Tengger yaitu upacara melempar sesaji pada tengah malam, biasanya penyelengaraan upacara ini sangatlah meriah karena dihadiri oleh pejabat-pejahat tinggi juga para turis asing yang dating ke kawasan Gunung Bromo jumlah pengunjung bisa mencapai ribuan orang. namun sayang sewaktu tim melakukan pendakian disana, bukan harinya penyelenggaraan upacara adat Kasodo. Setelah cukup beristirahat, tim melanjutkan perjalanan dengan memasuki lautan pasir menuju puncak Gunung Bromo melalui rute Gunung Pananjakan, Gunung Penanjakan merupakan titik pandang terbaik ke arah kawasan Gunung Bromo, dimana Kawah Bromo nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotis, dengan kepulan asap dan warna-warni punggungan bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnva dan hamparan padang pasir mengelilinginva “Subhanallah, sungguh indah semua ciptaanmu ini ya tuhan”, kami sangat takjub akan pemandangan yang ada didepan mata kami, disini pemandangan matahari terbit nampak sangat indah dengan puncak Gunung Semeru yang dikenal dengan puncak Mahameru sebagai latarnya. Selain lewat rute Gunung Pananjakan untuk menuju puncak Bromo para pendaki juga dapat menggunakan jalur naik ke Gunung Batok atau Gunung Kursi setelah melalui lautan

Menatap Mahameru di Puncak Gunung Bromo

hal 2

pasir tadi, tetapi karena rute Pananjakan ini memiliki panorama yang sangat bagus menjadikannya sebagai rute pilihan sebagian besar para pendaki yang akan menuju puncak Bromo, suhu di kawasan puncak Bromo sendiri berkisar antara 5° - 14° Celcius, terasa sejuk, sangat dingin pada sore, malam menjelang subuh dan pada waktu turun kabut terutana bagi kita yang berasal dari dataran yang lebih rendah dengan hawa yang cukup hangat seperti di Kota Bandung. Setelah beberapa saat berada di sekitar kawah bromo, kami tak lupa untuk mendokumentasikan hasil dari pendakian tersebut, dengan foto-foto bersama berlatar Kawah Bromo yang indah dan Puncak Mahameru yang tinggi menjulang menusuk awan. Selama dua hari satu malam tim berada disana sungguh aku tidak bosan menatap sang Mahameru di seberang sana yang nampak agung. pada hari berikutnya kita memutuskan mulai menuruni gunung melalui rute yang sama untuk kembali ke Bandung, tapi dalam perjalanan pulang aku masih bisa membayangkan akan keindahan panorama alam Gunung Bromo dan puncak Mahameru, sungguh petualang dan pengalaman yang sangat berharga untukku.

Written by Rizki Erizally N. copyright@2009

Menatap Mahameru di Puncak Gunung Bromo

hal 3

Related Documents


More Documents from ""