ACCOUNTING THEORY
The FASB’s Conceptual Framework D I S U S U N OLEH:
KELOMPOK 6: INDAH JAYANTI TAMPUBOLON
(110503036)
FACHRIAL PAWANGLEMAN
(110503056)
INGGIT RIZKI PRATAMA
(110503080)
DEWITA PRATIWI
(110503126)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA T.A. 2014/2015
CHAPTER 7 THE FASB’s CONCEPTUAL FRAMEWORK SUMMARY Accounting Theory : THE FASB’S CONCEPTUAL FRAMEWORK FASB atau Financial Accounting Standards Boards adalah badan atau lembaga non profit yang bertujuan untuk menetapkan atau membuat suatu sistem prinsip akuntansi yang bisa diterima secara umum (khususnya di Amerika Serikat). FASB sendiri terbentuk pada tahun 1973 yang menggantikan fungsi CAP dan APB pada AICPA atau American Institute of Certified Public Accountants. Fungsi dari FASB adalah untuk untuk menetapkan standar akuntansi keuangan yang mengatur penyusunan laporan keuangan oleh entitas nonpemerintah secara kredibel, akurat dan sesuai standar penyajian laporan keuangan. Misi FASB adalah untuk membangun dan meningkatkan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang mendorong pelaporan keuangan oleh badan non-pemerintah mampu menyediakan informasi bagi investor dan pengguna lain dari laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Misi itu dicapai melalui proses yang komprehensif dan independen dengan mendorong partisipasi yang luas dan obyektif dari semua stakeholder, dan tunduk pada pengawasan oleh Financial Accounting Foundation’s Board of Trustees. FASB merupakan bagian dari struktur independen atas semua organisasi bisnis dan profesi. Struktur tersebut meliputi Financial Accounting Foundation (Foundation), FASB, Financial Accounting Standards Advisory Council (FASAC), Governmental Accounting Standards Board (GASB), dan Governmental Accounting Standards Advisory Council (GASAC). Conceptual framework (kerangka konseptual) yang didefenisikan oleh FASB adalah sebagai berikut: “a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting and reporting” Kerangka konseptual merupakan suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. ASOBAT, APB Statement 4, Trueblood Committee Report dan SATTA memiliki pengaruh penting dalam proyek pengembangan kerangka kerja konseptual oleh FASB. Kerangka kerja konseptual akuntansi terdiri atas tujuh pernyataan, yang lebih sering disebut dengan Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC). SFAC terdiri atas : 1. SFAC No. 1 (1978), Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises 2. SFAC No. 2 (1980), Qualitative Characeristics Of Accountingg Informasi 3. SFAC No. 3 (1980), Elements Of Financial Statements Business Enterprises 4. SFAC No. 4 (1980), Objectives Of Financial Reporting By Nonbusiness Organizations 5. SFAC No. 5 (1984), Recognition Dan Measurement In Financial Statements Of Business Enterprises 6. SFAC No. 6 (1985), Elements Of Financial Statements; A Replacement of FASB Concepts Statements No. 3 Also Incorporating An Amendment of FASB Concepts Statements No. 2 7. SFAC No. 7 (2000), Using Cash Flow Informasi Dan Present Value In Accounting Measurements Sebelum kita membahas tentang SFAC, kita akan membahas mengenai satu studi FASB yang paling masif, luas, dan cukup tersebar, yaitu tentang Discussion memorandum FASB. “Discussion memorandum is a document issued by the Financial Accounting Standards Board (FASB) in order to promote discussion among accounting professionals. The issues discussed are often accounting guidelines and policies such as capitalization and depreciation policies or asset recognition guidelines”. Sebagian besar dipengaruhi oleh Trueblood Committee Report, Discussion memorandum FASB memuat tentang (1) tiga pandangan mengenai akuntansi
keuangan dan laporan keuangan, dan (2) garis besar dari beberapa pendekatan capital maintenance. Hal yang baru dan penting dari Discussion memorandum FASB, yang belum dipertimbangkan secara luas di empat dokumen sebelumnya, adalah mengenai capital maintenance, tentang bagaimana earning diukur dalam konteks menjaga modal (aset-kewajiban) di awal periode agar tetap utuh. Seperti APB Statement 4, SFAC tidak membuat GAAP serta tidak melibatkan Rule 203 dari Rule of Conduct of the AICPA yang melarang penyimpangan dari GAAP. Kelemahan ini menimbulkan dua keuntungan. Pertama, dapat menghindari kemungkinan terjadinya krisis yang dikarenakan oleh kegagalan dalam mempraktekkan peraturan. Yang kedua adalah masyarakat menjadi paham bahwa proses pembuatan struktur yang dapat dipraktekkan dan utilitarianmetatheoritical merupakan proses yang lambat sehingga adanya trial dan error serta sifat sementara peraturan yang menyebabkan peraturan tersebut mudah disesuaikan merupakan hal yang wajar. Statement No. 1 Secara umum, SFAC No. 1 membahas tentang tujuan pelaporan keuangan bisnis. Tujuan akuntansi yang tertulis pada statement ini adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi. Karena karakteristik pengguna yang heterogen itu sama dalam hal prediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian aliran kas masa depan. Dengan demikian, laporan keuangan harus bersifat general purpose atau melayani semua keutuhan secara umum, sementara pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan untuk memahami laporan pelaporan keuangan. (kebalikan dari asumsi limited ability yang digagas Trueblood Committee). Statement ini masih menekankan pentingnya stewardship untuk menilai seberapa baik pelaksanaan tugas manajemen kepada pemilik dan pihak terkait. Walaupun dalam statement ini, gagasan stewardship beralih ke konsep yang lebih luas (tidak terbatas hanya pada penjagaan aset), yaitu accountability. Ada beberapa value judgments yang penting :
Manfaat penggunaan informasi harus lebih besar dari cost pembuatannya
Laporan akuntansi tidak merupakan satu-satunya sumber informasi tentang perusahaan
Akuntansi akrual sangat berguna dalam menilai dan memperkirakan earningpower dan aliran kas perusahaan
Informasi yang diberikan seharusnya berguna, namun pengguna harus menggunakan prediksi dan penilaian mereka sendiri
Walaupun statement ini tidak menspesifikasi pernyataan yang mana serta format apa yang seharusnya digunakan, namun statement ini menyebutkan bahwa pelaporan keuangan harusnya menyajikan informasi ekonomi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemilik perusahaan. Disebutkan juga bahwa kinerja perusahaan disediakan oleh pengukuran earnings beserta komponennya serta bagaimana perolehan dan pengeluaran kas. Secara keseluruhan. SFAC No. 1 merupakan invocation tujuan Trueblood Committee yang sangat hati-hati, dan tetap mempertahankan generality. Statement No. 2 SFAC No. 2 membahas tentang karakteristik kualitatif informasi akuntansi dan fungsi laporan keuangan adalah untuk melayani kebutuhan pengambilan keputusan pengguna. Seperti tertulis di SFAC No. 1, pengguna memang diasumsikan telah memahami laporan keuangan, tetapi informasi itu sendiri memiliki derajat komprehensif yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pembuat dan pengguna. Namun di atas laporan keuangan itu dimengerti (understandability) atau tidak tetap saja ada pembatas pervasif dimana benefit laporan keuangan harus lebih besar daripada costnya (information economics).
Benefit laporan keuangan dapat dilihat dari utilitas informasi dalam pengambilan keputusan bagi beberapa kelompok pengguna (terutama investor dan kreditur) serta seberapa berguna informasi akuntansi terhadap tujuan predictive dan accountability.
Cost laporan keuangan dibagi menjadi dua yaitu direct cost dan indirect cost. o
Direct cost informasi terdiri atas kos untuk mengumpulkan, menyiapkan dan menyebarkan informasi.
o
Indirect cost informasi adalah :
terkait bahwa nantinya informasi tersebut dapat menimbulkan competitive disadvantage
terkait understandability informasi tersebut (informasi tambahan tidak dipahami, information overload)
Information economics ini sendiri merupakan masalah yang cukup serius bagi para pembuat standar. Namun, selain information economics, representational faithfulness suatu laporan keuangan juga harus dipertimbangkan. Sebelum membahas hubungan antara information economics dengan representational faithfulness, kita harus memahami dua kualitas spesifik keputusan primer, yaitu relevance dan reliability. Relevance merupakan kualitas laporan keuangan yang diambil dari ASOBAT, yang berarti mampu membuat perbedaan terhadap keputusan dengan membantu pengguna untuk membuat prediksi tentang hasil di masa lalu, sekarang, dan masa depan atau untuk mengkonfirmasi atau mengoreksi ekspektasi. Relevance memiliki tiga aspek, yaitu :
Predictive value (nilai prediktif) : kebergunaan input bagi proses prediksi
Feedback value (nilai umpan balik) : mengkonfirmasi atau mengoreksi ekspektasi sebelumnya
Timeliness (ketepatan waktu) : supaya relevan, informasi harus ada sebelum manfaatnya bagi pengambilan keputusan hilang. Bukan merupakan aspek utama.
Karena tujuan laporan keuangan adalah untuk pengambilan keputusan, maka aspek predictive ability yang jelas terkait erat dengan pengambilan keputusan sangat ditekankan. Namun, feedback value juga penting untuk (1) menilai seberapa baik pekerjaan manajemen (apakah sesuai dengan ekspektasi pengguna laporan keuangan terhadap akuntabilitasnya), dan (2) untuk pengambilan keputusan. Seringkali feedback value dan predictive ability saling bertentangan, namun sebagian besar konflik yang terjadi dapat diselesaikan secara optimal. Reliability merupakan penggabungan dari :
Verifiability : adanya konsensus antar pengukur. Namun karena bersifat kualitatif sehingga sulit diukur, standar akuntansi tidak menjelaskan harus seberapa verifiable sebuah laporan keuangan.
Representational faithfulness : seperti verifiability, representational faithfulness juga terkait dengan measurement theory. Representational faithfulness mengacu pada gagasan bahwa pengukuran itu sendiri harus berkorespondensi dengan fenomena yang diukur.
Neutrality : proses penyusunan standar seharusnya memperhatikan relevance dan reliability di atas efek standar tersebut terhadap kelompok pengguna laporan keuangan atau perusahaan itu sendiri
Ada beberapa pandangan terkait apakah representational faithfulness atau economic consequence yang mendasari pengesahan standar akuntansi. Secara garis besar, ada tiga pendapat yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan :
Hanya menekankan pada representational faithfulness (Ruldan), karena suatu standar jika sudah representational faithfulness maka ia sudah cukup benar.
Representational faithfulness dan economic consequence merupakan hal yang saling melengkapi.
Menekankan pada economics consequence
Selain konsep-konsep di atas, ada bebrapa konsep lain yang dibahas dalam Statement No. 2 :
Conservatism : adanya kesengajaan salah saji memang tidak sesuai dengan representational faithfulness, tapi karena pengguna butuh prudent reporting terutama ketika mengahdapi ketidakpastian atau resiko, maka konservatisme juga penting.
Comparability dan consistency : merupakan karakteristik output. Namun keduanya tidak merupakan bagian dari kerangka kerja konseptual, bukan merupakan bagian dari struktur teori itu sendiri.
Materiality : apakah suatu hal cukup besar untukmempengaruhi keputusan pengguna
Statement No. 3 Statement No. 3 mendefinisikan 10 elemen laporan keuangan, merupakan resolusi dari definisi yang disajikan di discussion memorandum. Ada beberapa hal yang tidak disebutkan :
Tiga pandangan akuntansi keuangan yang terdiri atas revenue-expense, asset liability, dan nonarticulated.
Tidak menspesifikasikan jenis capital maintenance yang digunakan
Tidak menyebutkan masalah pengakuan, pengukuran dan tampilan laporan keuangan
Dengan demikian, definisi pada pernyataan terlihat seperti lapisan pertama dalam menentukan isi laporan keuangan, sehingga praktisi masih harus menentukan sendiri properties elemen-elemen tersebut serta penyusunannya memunculkan pembalikan dari terminologi. Statement No. 4 Tujuan Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut statement of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) adalah :
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan serta kemampuan untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode Memberikan informasi bagaimana memperoleh dan membelanjakan kas Memberikan penjelasan dan intrepetasi untuk membantu pemakai dalam memahami informasi keuangan yang diberikan. Statement No. 5 SFAC No. 5 membicarakan tentang masalah pengakuan dan pengukuran sehingga setelah diterbitkannya dokumen ini, tidak ada usaha yang lebih lagi terkait masalah pengakuan dan pengukuran. Dokumen ini menolak prinsip utama hipotesis pasar efisien yang mengungkapkan tubuh laporan keuangan sama efektifnya dengan mengungkapkan bagian dalam laporan itu sendiri. Salah satu fokus SFAC No. 5 adalah format dan penyajian perubahan ekuitas pemilik yang bukan merupakan setoran dari pemilik. Dengan demikian, pengertian earning menjadi berbeda dengan net income (earning menggantikan net income). Earning merupakan net income dikurangi efek kumulatif pada tahun sebelumnya karena adanya perubahan prinsip akuntansi yang digunakan. Dengan demikian, selain statement ofearning, sekarang muncul statement of comprehensive income yang memuat :
Semua perubahan ekuitas pemilik selain setoran pemilik pada periode tersebut
Efek kumulatif pada tahun sebelumnya karena adanya perubahan prinsip akuntansi yang digunakan
Efek rugi/untung dari marketable securities yang bukan termasuk aset lancar
Penyesuaian mata uang asing.
Karena adanya pembedaan konsep antara earningdan comprehensive income, muncullah masalah pengukuran. Recognition criteria mengacu pada ketika aset, kewajiban, biaya, pendapatan, untung, atau rugi harus dicatat. Recognition criteria yang mendasar dari kerangka kerja konseptual sebelumnya adalah :
Hal tersebut sesuai dengan definisi elemen laporan keuangan
Memiliki atribut yang dapat diukur yang relevan dengan reliability yang cukup
Relevance
Reliable
Dengan demikian, aset baru diakui ketika aset telah atau dapat direalisasikan, pendapatan telah dipenuhi, biaya diakui ketika aset sudah digunakan dan rugi diakui ketika tidak ada manfaat yang diharapkan lagi. Lima atribut pengukuran :
Historical cost
Current/replacement cost
Exit/current market value
Net realizable value (selling cost – any cost to complete or dispose)
Present (discounted) value aliran kas masa depan
Statement No. 6 Merupakan pengganti (bukan revisi) SFAC No. 3, dimana definisi yang terdapat didalamnya sama persis dengan yang tertulis di SFAC No. 3 dengan tambahan cakupan sampai ke organisasi
nonbisnis. Dengan demikian, karakteristik informasi akuntansi pada SFAC No. 2 juga berlaku bagi organisasi nonbisnis.Definisi-definisi tersebut merupakan pengembangan dari definisi yang tertulis di APB Statement 4. Dopuch dan Sunder telah mengkritisi definisi-definsi tersebut atas dasar bahwa berbagai kriteria masing-masingnya sangatlah penting namun belum cukup untuk menentukan apakah sebuah tipe general dari kegiatan akuntansi jatuh kedalam suatu kategori definisi khusus. Berikut definisi-definisi yang terdapat dalam SFAC No. 6 :
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events.
Liabilities are probable future sacrifices of economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the future as a result of past transactions or events.
Equity or net assets is the residual interest in the assets of an entity that remains after deducting its liabilities. In a business enterprise, the equity is the ownership interest. In a not-for-profit organization, which has no ownership interest in the same sense as a business enterprise, net assets is divided into three classes based on the presence or absence of donor-imposed restrictions—permanently restricted, temporarily restricted, and unrestricted net assets.
Investments by owners are increases in equity of a particular business enterprise resulting from transfers to it from other entities of something valuable to obtain or increase ownership interests (or equity) in it. Assets are most commonly received as investments by owners, but that which is received may also include services or satisfaction or conversion of liabilities of the enterprise.
Distributions to owners are decreases in equity of a particular business enterprise resulting from transferring assets, rendering services, or incurring liabilities by the enterprise to owners. Distributions to owners decrease ownership interest (or equity) in an enterprise.
Comprehensive income is the change in equity of a business enterprise during a period from transactions and other events and circumstances from nonowner sources. It includes all changes in equity during a period except those resulting from investments by owners and distributions to owners.
Revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlements of its liabilities (or a combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations.
Expenses are outflows or other using up of assets or incurrences of liabilities (or a combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations.
Gains are increases in equity (net assets) from peripheral or incidental transactions of an entity and from all other transactions and other events and circumstances affecting the entity except those that result from revenues or investments by owners.
Losses are decreases in equity (net assets) from peripheral or incidental transactions of an entity and from all other transactions and other events and circumstances affecting the entity except those that result from expenses or distributions to owners.
Samuelson mengkritisi definisi kerangka konseptual aset. Menurutnya, definisi aset menurut FASB, yang menekankan pada keuntungan-keuntungan ekonomi di masa depan (aliran kas masuk di masa depan) didasarkan pada penerimaan-penerimaan dan biaya-biaya masa depan. Jadi, fokus utama definisi ini adalah konsep mempertemukan pendapatan dengan biaya. Padahal menurutnya, definisi aset seharusnya fokus terhadap hak milik yang berkaitan dengan kekayaan, yang menyediakan sebuah laporan neraca yang kuat. Pendapat lain yang juga menentang definisi-definisi tersebut adalah terkait dengan bagaimana istilah ”transaksi-transaksi masa lalu” dapat diinterpretasikan ke dalam definisi aset dan kewajiban. Statement No. 7 Selain memakan waktu yang sangat lama (15 tahun) dalam penerbitannya, SFAC No. 7 memuat tentang masalah-masalah pengukuran khusus dan bukannya masalah konseptual yang lebih luas sehingga sering dipandang sebagai bagian dari SFAC No. 5. SFAC No. 7 memuat tentang situasi dimana present-market determined amounts tidak tersedia saat harus diakui. Namun, metode present value tidak digunakan secara konsisten pada standar.
Hal yang paling penting mengenai pengukuran aset adalah, pengukuran-pengukuran persent value merupakan metode untuk mensimulasi nilai yang adil daripada present value tertentu dari suatu aset perusahaan. Oleh karena itu, jika perusahaan tidak mengetahui nilai pasar spesifik aset tertentu, maka perusahaan akan bekerja keras terhadap tingkat diskon tersebut. Tingkat diskon (potongan tunai) seharusnya meliputi resiko dan ketidakpastian, yang dapat mencerminkan penilaian oleh nilai pasar. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pasiva adalah tingkat diskon harus dipengaruhi oleh posisi kredit suatu perusahaan. Pembawaan nilai pasiva yang sebenarnya dipengaruhi oleh kedudukan kredit perusahaan sehingga jika kedudukan kredit perusahaan memburuk, maka penilaian pasiva akan menurun (karena jika posisi kredit yang rendah berarti tingkat potongan tunai akan naik). Pengukuran aset dan pasiva pada SFAC No 7 bersifat tetap. Suatu aset dilihat dan dinilai secara terpisah dari perusahaan yang memilikinya, tetapi pasiva tidak dapat dipisahkan karena pasiva pada akhirnya akan dilunasi. The conceptual Framework as a Codificational Document Pendekatan postulat dan prinsip ARSs 1 dan 3 telah disebut-sebut sebagai contoh dasar pembuatan standar karena berusaha menyediakan dasar logis untuk menurunkan standar akuntansi yang tepat. Di sisi lain, kerangka kerja konseptual telah disamakan dengan konsititusi dalam beberapa hal dimana alternatif di dalamnya dapat dipandang sebagai didalam hukum atau di luar hukum. Pendekatan konstitusional tidak menyediakan struktur logis seperti foundational approach sehingga bukan instrumen yang mengikat secara legal, atau seperti yang dikatakan Solomon, tidak memiliki elemen kewenangan seperti selayaknya konstitusi. Pembuatan standar oleh organisasi seperti FASB diketahui menggunakan dasar codification. Kodifikasi adalah pembenaran proses pembuatan standar itu sendiri di atas individu standar yang menjadi hasil proses tersebut ataupun individu yang melakukan proses tersebut. Pendekatan kodifikasional dipandang rasional dan membutuhkan alasan yang bagus untuk pemilihan standar akuntansi. Kelebihan kerangka kerja konseptual menurut codificational view:
Dapat mendukung dan meningkatkan sifat rasional proses
Memiliki aspek teoretis karena memberikan kriteris untuk memilih ketika mengevaluasi alternatif akuntansi
Tidak hanya standarnya yang dapat dikembangkan, namun kerangka kerja konseptual itu sendiri juga merupakan subjek koreksi dan penghalusan.
Jurisprudential view memperhatikan proses legitimasi dan penerimaan kerangka kerja konseptual sebagai lawan dari “teori” sebenarnya yang ada di dalam dokumen. Archer memang mendukung penggunaan kerangka kerja konseptual, tapi ia ingin agar pembuatan standar itu lebih sistematis dan filosofis, bahkan menggunakan cost/benefit analysis untuk menilai keinginan sosial terhadap alternatif-alternatif akuntansi. Berikut kritik Archer dan Power terhadap conceptual framework yang digunakan oleh FASB :
Apakah dokumen teoretis yang solid dapat dikembangakan sambil mengutilisasi penyusunan konsensus antar kelompok yang terpengaruh oleh discussion memorandum dan draft yang ditampilkan?
Dokumen itu memberikan bantuan bagi pembuat standar, tapi tidak memberikan jawaban final.
Kerangka konseptual juga pernah menggunakan riset empiris, misalnya pada verifiability, pengukuran manfaat dan biaya dan pentingnya karakteristik kualitatif bagi penyaji, auditor dan pengguna. Dokumen standar memang masih jauh dar sempurna. Namun, ketika kita bicara masalah perubahan, dokumen ini masih dapat dikembangkan, terutama pada hal sudut pandang kodifikasional kerangka kerja konseptual. Yang pasti, standar akuntansi keuangan masih perlu lebih mengangkat masalah konsistensi dan comparability dalam pelaporan keuangan.
Conceptual Framework for Financial Reporting