Farmasi Komunitas Kel 8.docx

  • Uploaded by: Tansy Augustin Cafrina
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Farmasi Komunitas Kel 8.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,907
  • Pages: 15
MAKALAH FARMASI KOMUNITAS

STUDI KASUS SWAMEDIKASI BATUK

OLEH Kelompok 8 : Rindi G Rengga

(18340204)

Marlen Ruhulessin

(18340213)

Tansy Augustin Cafrina

(18340218)

Gilas Faradilla

(18340233)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2019

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kita dapat menyelesaikan makalah Studi Kelayakan Apotik. Makalah ini berisi tentang Studi Kasus Swamedikasi. Makalah ini dapat dijadikan panduan untuk pembelajaran mahasiswa. Materi-materi dalam makalah ini penyusun tulis untuk menambah wawasan dalam berfikir keatif untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Isi makalah ini akan di bahas lebih rinci dan sistematis. Akhir kata kita ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada dosen pembimbing yaitu ibu Jenny Pontoan, M.Farm., Apt. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kita terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Jakarta, Maret 2019

Penyusun

i

DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar ................................................................................................................... i Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2 1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Batuk ............................................................................................................. 3 2.2 Klasifikasi Batuk ......................................................................................................... 3 2.3 Penyebab Batuk .......................................................................................................... 4 2.4 Mekanisme Terjadinya Batuk ..................................................................................... 5 2.5 Penatalaksanaan Terapi ............................................................................................... 6

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 11 3.2 Saran ......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seseorang atas inisiatifnya sendiri. Dasar hukum swamedikasi adalah peraturan Menteri Kesehatan No. 919 Menkes/Per/X/1993. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa swamedikasi merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada dokter. Namun penting untuk dipahami bahwa swamedikasi yang tepat, aman, dan rasional tidak dengan cara mengobati tanpa terlebih dahulu mencari informasi umum yang bisa diperoleh tanpa harus melakukan konsultasi dengan pihak dokter. Adapun informasi umum dalam hal ini bisa berupa etiket atau brosur. Selain itu, informasi tentang obat bisa juga diperoleh dari apoteker pengelola apotek, utamanya dalam swamedikasi obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek (Depkes RI, 2006; Zeenot, 2013). Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan salah satu penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, antara lain batuk. Batuk adalah mekanisme tubuh dalam mengeluarkan adanya benda asing yang masuk ke dalam saluran napas bagian atas. Adanya debu, virus, bakteri, allergen (serbuk sari, bulu binatang, debu), bahkan makanan yang salah masuk ke tenggorokan juga dapat memicu timbulnya batuk. Selagi batuk tidak mengganggu dan sesaat saja tentunya tidak perlu diwaspadai. Namun kalau batuk sudah mengganggu aktivitas, bahkan mulai disertai panas dan dahak yang kental, patutlah diwaspadai (Lukman, 2010). Masyarakat saat ini, jika batuk tidak meminum obat batuk tetapi melakukan swamedikasi non farmakologi seperti minum air hangat, minum perasan jeruk dan adapula yang meminum obat yang berdasarkan iklan yang berasal dari media sosial. Obat-obat yang dipilih mengandung lebih dari satu zat aktif yang kurang sesuai untuk pengobatan batuk. Menurut Kartajaya (2011) alasan masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi atau peresepan sendiri karena penyakit dianggap ringan (46%), harga obat yang lebih murah (16%) dan obat mudah diperoleh (9%), walaupun jumlah dokter dan rumah sakit

1

bertambah, hal ini tidak mempengaruhi masyarakat untuk melakukan tindakan swamedikasi (Kartajaya et al., 2011). Oleh karena itu makalah ini dilakukan untuk menjadi bahan dalam pemilihan obat pada swamedikasi batuk, sehingga dimaksudkan akan berdampak positif kepada apoteker untuk lebih dapat menjelaskan dengan benar fungsi dari masing-masing obat batuk yang akan dipilih oleh pasien (Kartajaya et al., 2011). 1.2 Perumusan Masalah 1. Apa definisi dari batuk? 2. Macam-macam klasifikasi dari batuk? 3. Apa penyebab terjadinya batuk? 4. Bagaimana mekanisme terjadinya batuk? 5. Bagaimana penatalaksanaan terapi dalam menangani batuk? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari batuk 2. Untuk mengetahui macam-macam klasifikasi batuk 3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya batuk 4. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya batuk 5. Untuk mengetahui tatalaksana terapi dalam menangani batuk

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Batuk Batuk yang dalam bahasa latin disebut tussis adalah reflek yang dapat terjadi tiba-tiba dan sering berulang-ulang. Reflek ini bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernafasan dari lendir, iritasi, partikel asing, dan mikroba. Batuk adalah reaksi perlindungan alami yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari zat-zat yang mengganggu di tenggorokan, dimana hal ini dapat disebabkan oleh dahak, debu, partikel-partikel asing yang terhirup dan unsur-unsur infeksi serta merupakan suatu pertanda adanya alergi pada paru-paru (Behrman et al.,2000). Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir, gumpalan darah atau benda asing yang ada pada jalan nafas. Namun, ada pula batuk yang tidak bertujuan untuk mengeluarkan lendir maupun benda asing, seperti batuk yang disebabkan oleh iritasi jalan nafas. Hal ini disebabkan karena jalan nafas yang hiperreaktif sehingga iritasi yang minimal sekalipun sudah dapat menimbulkan munculnya refleks batuk (Djojodibroto, 2009). Batuk juga merupakan reflek fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia, dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas. Batuk merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernafasan. Batuk bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit yang menyerang saluran pernafasan (Kumaret al,2007). 2.2 Klasifikasi Batuk A.

Berdasarkan tanda klinis

Dapat dibedakan 2 jenis batuk, yaitu batuk produktif ( dengan dahak ) dan batuk nonproduktif ( kering). 1. Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (debu,kuman, dan sebagainya) dan dahak dari batang tenggorokan. Batuk ini pada hakekatnya tidak boleh ditekan oleh pereda batuk. Tetapi 3

dalam praktik sering kali batuk yang hebat mengganggu tidur dan meletihkan pasien ataupun berbahaya. 2. Batuk non-produktif bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan atau juga karena pengeluarannya memang tidak mungkin seperti tumor, ataupun disebabkan efek samping obat golongan ACE inhibitor. Batuk ini tidak ada manfaatnya dan seringkali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara yang cepat pada waktu batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorok dan faring ( tjay, 2015). B. Berdasarkan durasi Jenis-Jenis batuk berdasarkan waktu 1. Akut Akut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh. Jangka waktunya kurang dari 3 minggu dan terjadi karena iritasi, bakteri, virus, penyempitan saluran nafas atas. 2. Subakut Subakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis. Dikategorikan subakut bila batuk sudah 3-8 minggu. Terjadi karena gangguan pada epitel. 3. Kronis Kronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan penyempitan saluran nafas atas dan terjadi lebih dari delapan minggu. Batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit berat yang ditandai dengan batuk kronis, misalnya asma, TBC, gangguan refluks lambung, penyakit paru obstruksi kronis, sampaikanker paru-paru. Untuk itu, batuk kronis harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan diatasi sesuai dengan penyebabnya itu. (Nadesui,Hendrawan.2008) 2.3 Penyebab batuk Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit, proses yang merangsang reseptor batuk. selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik tertentu. Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendeteksi keadaan-keadaan tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks, tes fungsi paru dan lain-lain.

4

Beberapa penyebab batuk diantaranya yaitu  Iritan: rokok, asap, SO2, gas ditempat kerja  Mekanik: retensi sekret bronkopulmoner, benda asing dalam saluran nafas, postnasal drip, aspirasi  Penyakit paru obstruktif: bronkitis kronik, asma, emfisema, fibrosis kistik, bronkiektasis  Penyakit paru restriktif: pnemokoniosis, penyakit kolagen, penyakit granulomatosa  Infeksi: laringitis akut, bronkitis akut, pneumonia, pleuritis, perikarditis  Tumor: tumor laring, tumor paru. 2.4 Mekanisme Terjadinya Batuk Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu. Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan sejumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasinantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah. Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10-100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis.

5

Kemudian secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi.Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 30-50 detik setelah glotis terbuka yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap, kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 – 24.000 cm per menit dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%

2.5 Penatalaksanaan Terapi A. Terapi Non Farmakologi Terapi Non-farmakologi pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut : 

Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal



Menghindari paparan debu, minuman atau makan yang merangsang tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan minuman dingin



Menghindari paparan udara dingin



Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi tenggorokan sehingga dapat memperparah batuk



Menggunakan zat-zat emoliensia seperti kembang gula, madu atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk melunakkan rangsangan batuk dan mengurangi iritasi pada tenggorokan dan selaput lender (Ikawati, 2011).

B. Terapi Farmakologi Tujuan terapi batuk adalah untuk meminimalkan gejala dan menghilangkan atau mengatasi penyebab batuk. Obat batuk dapat digolongkan menjadi antitusif, ekspektoran, dan mukolitik.  Golongan antitusif Obat-obat golongan antitusif memiliki mekanisme kerja dengan menekan refleks batuk, diantaranya yaitu Dekstrometorfan, Kodein, Noskapin 1. Dekstrometorfan 

Indikasi: batuk kering tidak produktif.

6



Peringatan: kehamilan dan menyusui, data keamanan pada anak kurang lengkap.



Kontraindikasi: asma, batuk produktif, gangguan fungsi hati, sensitif terhadap dekstrometorfan.



Efek Samping: psikosis (hiperaktif dan halusinasi) pada dosis besar, depresi pernapasan pada dosis besar.



Dosis: Dewasa 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam maksimal 120 mg/hari Anak 1 mg/kg bb/hari dalam 3-4 dosis terbagi.

2. Kodein 

Indikasi: batuk kering atau batuk dengan nyeri.



Peringatan: asma, gangguan fungsi hati dan ginjal, riwayat penyalahgunaan obat.



Interaksi: bahaya khusus pada interaksi dengan petidin dan mungkin juga opioid yang lain, dan dengan MAOI



Kontraindikasi: batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi.



Efek Samping: konstipasi, depresi pernafasan pada pasien yang sensitif atau pada dosis besar.



Dosis: Dewasa: 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120 mg/hari; jarang diberikan sebagai obat batuk pada anak-anak. Anak: 6-12 tahun 5-10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg bb tiap 4-6 jam maksimal 60 mg/hari; 2-6 tahun 0,5-1 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari.

 Golongan mukolitik Mukolitik digunakan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi viskositas sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada beberapa pasien penyakit paru obstruktif kronis dan batuk produktif kronis. Pengobatan harus dihentikan jika tidak ada manfaat setelah 4 minggu pemberian. 1. AMBROKSOL 

Indikasi: Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma bronkial. Peringatan: ambroksol hanya dapat digunakan selama kehamilan (terutama trimester awal) dan menyusui jika memang benar-benar diperlukan; pemakaian selama kehamilan dan menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut; ambroksol tidak 7

boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa konsultasi dokter; dalam beberapa kasus insufisiensi ginjal, akumulasi dari metabolit ambroksol terbentuk di hati. Interaksi: Pemberian bersamaan dengan antibiotik (amoksisilin sefuroksim, eritromisin, doksisiklin) menyebabkan peningkatan penerimaan antibiotik kedalam jaringan paru-paru. 

Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap ambroksol.



Efek Samping: Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah dilaporkan tetapi jarang; efek samping yang ringan pada saluran saluran cerna pernah dilaporkan pada beberapa pasien; reaksi alergi (jarang); reaksi alergi yang ditemukan: reaksi pada kulit, pembengkakan wajah, dispnea, demam; tidak diketahui efeknya terhadap kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin.



Dosis: Dewasa: kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg, sesudah makan. Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari. Sirup tetes (drops): 15 mg/ml drops (1 mL= 20 tetes): Anak s/d 2 tahun: 0,5 mL (10 tetes) 2 kali sehari; Ambroksol drops dapat dicampur bersama dengan sari buah, susu atau air.Sirup 15 mg/5 mL (1 sendok takar = 5 mL): Anak usia 6-12 tahun: 2-3 kali sehari 1 sendok takar; 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/2 sendok takar; di bawah 2 tahun: 2 kali sehari 1/2 sendok takar. Contoh nama produk obat : Epexol syr 15ml/120ml (PT. Sanbe)

2. Asetilsistein 

Indikasi: terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada saluran pernapasan.



Peringatan: pasien yang sulit mengeluarkan sekret, penderita asma bronkial, berbahaya untuk pasien asma bronkial akut.



Kontraindikasi: hipersensitif terhadap N-asetilsistein.



Efek Samping: pada penggunaan sistemik: menimbulkan reaksi hipersensitif seperti urtikaria dan bronkospasme (jarang terjadi). Pada penggunaan aerosol, iritasi nasofaringeal dan saluran cerna seperti pilek (rinore), stomatitis, mual, muntah.



Dosis: Nebulasi 1 ampul 1-2 kali sehari selama 5-10 hari Contoh Produk Obat : Flumuicil capsul (PT. Zambo)

8

3.

Bromheksin 

Indikasi: Oral: mukolitik untuk meredakan batuk berdahak. Injeksi: sekretolitik pada bronkopulmonari akut dan kronik terkait sekresi mukus abnormal dan gangguan saluran mukus.



Peringatan: Tukak lambung, kehamilan, menyusui, penghentian pengobatan jika terjadi lesi kulit atau mukosa.



Kontraindikasi: Hipersensitivitas.



Efek Samping: Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik, bronkospasme, mual, muntah, diare, nyeri perut bagian atas, ruam, angioedema, urtikaria, pruritus.



Dosis: Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam sesudah makan). Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL: Dewasa dan anak-anak >10 tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3 kali sehari, anak 5-10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari.Cairan injeksi 4 mg/2 mL: 1 ampul (waktu pemberian 2-3 menit) sebanyak 2-3 kali sehari, dapat diberikan sebagai cairan infus intravena bersama glukosa, fruktosa, garam fisiologis, dan larutan ringer. Contoh Produk Obat : Bisolvon syr

4. Endostein 

Indikasi: mukolitik, pembasah pada afeksi saluran nafas akut dan kronis.



Peringatan: hamil, menyusui, diabetes mellitus (untuk granul).



Kontraindikasi: hipersensitif terhadap produk, pasien sirosis hati dan kekurangan enzim crystathionine sintetase, fenilketonuria (hanya pada granul), pasien gagal ginjal (dengan klirens keratin < 25mL/min).



Efek Samping: tidak ditemukan efek terhadap saluran pencernaan dan efek sistemik.



Dosis: Dewasa: 150-350 mg 2-3 kali sehari. Anak: Berat badan 15-19 kg: 175 mg 2 kali sehari; 20-30 kg: 175 mg 3 kali sehari; > 30 kg: 350 mg 2 kali sehari. Contoh Produk Obat : Vectrine capsul / Vectrine syr

9

 Golongan ekspektoran Ekspektoran digunakan untuk mengencerkan dahak dan meningkatkan pergerakan silia sehingga memudahkan pengeluaran dahak 1. Guaifenesin/ glyseril gualcolate (GG) 

Indikasi: pengencer dahak



Peringatan: hindari konsumsi gg jika memiliki alergi



Kontraindikasi: Belum diketahui interaksi gg dengan obat lain



Efek samping : Pusing,sakit kelapa,muntah,sakit perut,ruam



Dosis : Dewasa 200-400mg, tiap 4jam atau dosis maksimal adalah 1200mg per hari.

2. Amonium klorida 

Indikasi : Mengencerkan dahak



Peringatan : Hindari mengonsumi amonium klorida jika sedang mengonsumsi obat batuk lainnya.



Efek samping : mual, muntah, nyeri lambung, hipokalemia Contoh Produk obat : Obat Batuk Hitam

10

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Batuk adalah reaksi perlindungan alami yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari zat-zat yang mengganggu di tenggorokan, dimana hal ini dapat disebabkan oleh dahak, debu, partikel-partikel asing yang terhirup dan unsur-unsur infeksi serta merupakan suatu pertanda adanya alergi pada paru-paru. Klasifikasi batuk berdasarkan tanda klinis ada 2 yaitu batuk produktif (batuk berdahak) dan batuk non produktif (batuk kering) sedangkan berdasarkan durasi ada 3 diantaranya batuk akut ( < 3 Minggu), Sub Akut (3-8 Minggu), Kronik ( > 8 Minggu). Mekanisme batuk terbagi atas 3 Fase yaitu ,fase inspirasi ,fase kompresi, fase ekpirasi.Tata laksana pengobatan batuk terbagi atas 2 yaitu Terapi Non Farmakologi dan

Terapi

Farmakologi.

Terapi

farmakologi

yaitu

golongan

antitusif

:

Dextromethorpan Hbr dan Codein, golongan Mukolitik : Ambroxol, asetylsistein, bromhexin, Endostein. golongan Ekspetoran : Guaifenesin/ glyseril gualcolate dan Ammonium klorida.

3.2 SARAN Semoga makalah yang telah kami buat dapat menjadi tambahan ilmu dan membantu teman-teman calon apoteker dalam menangani kasus swamedikasi.

11

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM.2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagungsepto. Jakarta Behrman, Robert M, Kliegman, Ann M.Arvin, 2000, Ilmu Kesehatan AnakNelson Volume 3 Edisi 15.EGC: Jakarta DepKes. 2006.Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas terbatas.Departemen Kesehatan Republik Indonesia: jakarta Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine).EGC: Jakarta. Hakim, lukman. 2010. Jadi Dokter untuk Diri Sendiri. Benteng pustaka: Yogjkarta Ikawati,Z. 2011.Penyakit Sistem Pernapasan dan Tatalaksana Terapinya. Bursa Ilmu: yogjakarta Kartajaya, H., Taufik., Mussry, J., Setiawan, I., Asmara, B., Winasis, N.T., 2011. SelfMedication. Who Benefit and Who Is At Loss. Mark Plus Insight. Indonesia Tjay,H,T. 2015. Obat-obat penting edisi ke tujuh. PT Elex media komputindo: jakarta Yoga, aditama T.1993Patofisiologi Batuk. jakarta Bagian Pulmonologi KF UI, Unit Paru RS Pershabatan: Jakarta Zeenot, S. (2013). Pengelolaan dan Penggunaan Obat Wajib Apotek. D-Medika : Yogjakarta

12

Related Documents

Farmasi
July 2020 34
Farmasi
October 2019 58

More Documents from "Putri Melati Sukma"