Farmakoterapi Semster 4.docx

  • Uploaded by: lidyawati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Farmakoterapi Semster 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,191
  • Pages: 18
MAKALAH FARMAKOTERAPI 2 PRAKTIKUM 1 TUBERKOLOSIS

Disusun oleh : Lalu Anggi Hardiwianto ( 170500071) Lia Ilfana (170500072) Lidiawati (170500073) Dosen : Eva Nurinda,M.,Sc.Apt.

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMAATA 2019

A. TUJUAN 

Untuk melakukan analisis pada kasus



Menentukan masalah klinis yang ada pada kasus



Memberikan solusi pengobatan untuk pasien

B. KASUS III : TBC MS seorang wanita berusia 36 tahun masuk rumah sakit dengan riwayat 2 bulan batuk. Selain itu dia juga merasa lemah-lesu, berkeringat pada malam hari dan berat badannya menurun 8 kg. Dia juga mempunyai riwayat DM tipe 2 yang diterapi dengan glibenklamid 5 mg tiap hari. Status gizi pasien saat ini buruk. Pengembangan kasus : Pasien mengalami batuk darah berwarna merah kehitaman 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan pasien sering mengalami sesak saat bernafas dan rasa sakit pada dada atau punggung atas. Pasien menyadari adanya penurunan berat badan setelah menderita batuk 2 bulan yang semula 53 kg menjadi 45 kg. Pasien mengalami penurunan dalam nafsu makan sehingga status gizi pasien menjadi buruk. Hasil pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan fisik

: normal

Hasil foto rontgen dada

: ada bercak infiltrat

Hasil tes kulit tuberculin PPD yang dibaca pada 48 jam

: indurasi 14mm

Tes BTA

: positif

Diagnosis

: TBC

Data pasien : Berat Badan

: 45 kg

Tinggi Badan

: 160 cm

BMI

: BB/(TB²) = 17,6

Suhu

: 36,5˚ C

Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 90 kali/menit

Pemeriksaan penunjang Leukosit

: 10000/ml

LED

: 17 mm/jam

Kultur sputum

: + Mycobacterium tuberculosis

GDP

: 140 mg/dL

GD2PP

: 200 mg/dL

HbA1c

: 0.9 mcg/mL

Kolesterol total

: 120 mg/dL

HDL

: 50 mg/dL

LDL

: 98 mg/dL

Trigliserid

: 100 mg/dL

Hb

: 10 g/dL

Hematokrit

: 33%

Fungsi ginja

: normal

Riwayat Pengobatan : Glibenklamid 5 mg tiap hari Ambroxol 30 mg 3 x sehari C.DEFINISI Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan mycobacterium tuberculosis. Hingga saat ini tuberculosis masih menjadi penyakit menular yang paling berbahaya di dunia . world health organization (who) melaporkan bahwa sebanyak 1,5 juta orang meninggal karena TB (1,1 juta HIV negatif dan 0.4 juta positif HIV ) dengan rincian 89.00 orang laki laki 480.000 orang perempuan dan 140.000 anak anak . Pada tahun 2014 kasus TB diperkirakan terjadi pada 9,6 juta orang dan 12% diantaranya adalah HIV –positif (WHO, 2015 ) D.PATOFISIOLOGI Infeksi primer diinisasi oleh impletasi organisme di alveolar melalui droplet nuclei yang sangat kecil (1-5 mm ) untuk menghindari sel epithelial siliari dari saluran pernafasan atas . bila terinplatasi

M.tuberculosis melalui saluran nafas mikroorganisme akan membelah diri dan di

cerna oleh makrofag pulmoer dimana pembelahan diri akan terus berlangsung walaupun

lebih

pelan nekrosis jaringan dapat di klasifikasi pada daerah yang terkena infeksi dan nodes limfe regional dapat terjadi menghasilkan pembentukan radiodense area menjadi kompleks ghon Makrofag yang teraktifasi dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah yang di tumbuhi M. tuberculosis yang padat seperti keju (daerah nekrotik ) sebagai bagian dari imunitas yang di medisinal oleh sel hipersensitivitas

tipe tertunda juga berkembang melalui aktivasi dan

perbanyakan limfosit T. makrofag membentuk granuloma yang mengandung organisme. keberhasilan dalam menghambat pertumbuhan M tuberculosis membutukan aktivas dari limfosit CD4 subsetyang di kenal sebagai sel Th 1 yang mengaktivasi makrofag melalui sekresi dari interferon y sekitar 90% pasien yang pernah menderita penyakit primer tidak memiliki manifestasi klinis lain sekalin uji klinis uji kulit yangbpositif dengan atau tanpa kombinasi dengan adanya granuloma stabil yang di peroleh dari hasil radiografi.

Sekitar 5% paisen (biasanya anak anak

orang tua atau penurunan system imun )

mengalami penyakit primer yang berkembang pada daerah infeksi primer ( biasanya lubos paling bawah ) dan lebih sering dengan diseminasi menyebabkan terjadinya infeksi meningitis dan biasa nya juga melibatkan lubos paru paru paling atas E. ETIOLOGI Tuberkolosis paru adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh

basil bakteri

mycobacterium tuberculosa yang mempunyai sifat khusus yaitu than terhadap asam pada pewarnaan (basil tahan asam ) karena basil TB mempunyai sel lipoid. basil sanggat rentan dengan sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja akan mati, basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit jika tekanan alcohol 70% dan lisol 50% Basil TB memperlukan waktu 12-24 jam dalam melakukan mitosis hal ini memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2-3 hari sekali Dalam jaringan tubuh ini dapat dormant selama beberapa tahun , sifat dormant ini berarti kuman dapat bangit kembali dan menjadikan tubercolosi aktif kembali.sifat lain kuman adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang kaya oksigen dalam hal ini tekanan bagaian apical paru paru lebih tinggi dari pada jaringan linnya sehingga bagian tersebut merupakan tempak predileksi penyakit tuberkolosis kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA postif kepada orang yang disekitarnya terutama orang yang kontak erat TB merupakan penyakit infeksi penting saluran pernafasan, basil mikrobacterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas ( droplet infecktion ) sampai alveoli sehingga terjadinya infeksi primer (ghon) dapat menyebar kekelenjar getah bening dan terbentuklah primer kompleks (ranke) keduanya dinamakan

tubercolosis primer yang dalam perjalanan

sebagian besar akan mengalami penyembuhan. tuberculosis

paru primer adalah terjadinya

peradangan sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikrobakterium sedangkan tuberkolosis post primer ( reinfection ) adalah peradangan bagian paru oleh karena terjadinya penularan ulang pada tubuh sehingga terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut .

F. Faktor penyebaran Mycobacterium tuberculosis dan faktor resiko Ada 4 faktor penyebaran penyakit TBC ( CDC 2016 ),yaitu : a) Daya tahan tubuh seseorang rendah b) Infectious (tingkat penularan ) tingkat penularan penderita TB berhubungan langsung dengan jumlah tubercle bacillus yang di keluarkan oleh penderita ke udara penderita dengan banyak tubercle bacillus bersifat menular dibandingkan penderita dengan sedikit pengeluaran bacilli atau tanpa bacilli makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak negative ( tidak terlihat adanya kuman ) maka penderita tersebut di anggap tidak menular ( depkes RI 2005 ) karakteristik berikut akan mempengaruhi tingkat penularan c) Faktor kliniks terdiri dari beberapa batuk khususnya batuk selama 3minggu atau lebih penyakit saluran nafas khususnya yang berhubungan

dengan laring (sangat menular ) mulut

dan hidung gagal di tutup ketika batuk tidak sesuaian / kurangnya terapi d)

Radiografi dan laboratorium Meliputi lubang atau rongga pada radiografi dada kultur positif M.tuberculosis dan hasil positif dari AFB (Acid fast bacilli ) sputum smear

e) Lingkungan Factor lingkungan

mempengaruhi konsentrasi M, tuberculosis factor

lingkungan penyebab meningkatnya penyebaran M, tuberculosis adalah 1) Ruangan Paparan di rungan yang kecil dan tertutup 2) Ventilasi Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya pelarutan /eliminasi droplet nuclei 3) Sirkulasi udara Sirkulasi kembali udara dengan kandungan droplet nurclei

4) Diabetes Meningkatkan risiko penyakit TB aktif bukit biologi mendukung teori bahwa diabetes melemahkan

secara langsung respon imun intrinsic dan

adaptif sehingga mempercepat poliferasi TB 5) Asap rokok Hubungan antara merokok dan TB telah di pelajari dalam beberapa review sistematik bates dan colleagues dalam meta analisis dari 24 studi efek merokok pada TB mengukapkan resiko TB pada perokok dengan dari pada non perokok. 6) Alkohol Alcohol telah di ketahui sebagai faktor resiko yang sangat kuat terhadap penyakit TB . 7) Penurunan berat badan

G. PENENTUAN DIAGNOSIS Diagnosis TB paru

di tegakan berdasarkan diagnosis klins di lanjutkan dengan

pemerisaan fisik pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi (Depkes RI 2016 ). Diagnosis klinis adalah diagnosis yang di tegakan berdasarkan ada dan tidak adanya gejala pada pasien. Pada pasien TB paru gejala klinis utama adalah batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih gejala tambahan yang mungkin menyertai adalah batuk berdarah sesak nafas dan rasa nyeri dada , badan lemah nafsu makan menurun berat badan menurunrasa kurang enak badan (malaise) berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam /meriang lebih dari sebulan (depkes RI 2006). Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum pada pasien mungkin di temukan konjungtiva mata atau kulit pucat karena anemia suhu demam (subfebris ) badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan terutama pada kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik . pada TB paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering di temukan atrofi dan retraksi otot otot intercostal. Bila TB

mengenai pleura , sering terbentuk efusi pleura sehingga paru

yang sakit akan terlihat

tertinggal dalam pernafasan , perkusi memberikan suara pekak auskulasi memberikan suara yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali dalam

penampilan klinis TB sering

asimtomatik dan penyakit barudi curigai dengan di dapatnya kelainan radiologi dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif ( Bahar 2007 ). Pemeriksaan radiologis Pada saat pemeriksaan radiologi dada merupakan cara yang prkatis untuk menentukan lesi TB lokasi lesi TB umumnya di daerah apex paru tapi dapat juga mengenai lobus bawah atau daerah hilus menyerupai tumor paru pada awal penyakit saat lesi masih menyerupai sarang sarang pnecumonia, gambaran radionya berupa bercak bercak seperti awan dan dengan batas batas yang tidak tegas bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas dan di sebut tuberkuloma (Depkes RI 2006). Pada klasifikasi bayangan nya tampak sebagian bercak bercak padat dengan densitas tinggi. pada atelectasis terlihat seperti fibrosis yang luas dengan penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru . gambaran TB milier terlihat berupa bercak

bercak halus yang umum nya tersebar

merata pada seluruh lapangan

paru,pada TB yang sudah terlanjut foto dada sering di dapatkan bermacam macam bayangan sekaligus seperti infeltrat garis garis fibrotic klasifikasi kavitas maupun atelektrasis dan emfisema. Klasifikasi TB Pasca primer menurut American tuberculosis Association ( Rasad 2005 ) 1. Tuberculosis minimal (minimal tuberculosis ) yaitu luas sarang sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang di batasi oleh garis garis media apeks daniga depan sarang soliter dapat berada dimana saja tidak harus berada dalam daerah tersebut diatas tidak ditemukan adanya lubang ( kavitas) 2. Tuberculosis lanjut sedang ( moderately advanced tuberculosis ) yaitu luas sarang sarang bersifat bercak bercak tidak melebihi luas satu paru sedangkan bila ada lubang diameternya tidak melebih 4 cm, kalau sifat bayangan srang sarang tersebut berupa awan awan yang menjelma berupa daerah kosolidasi yang homogen luasnya tidak boleh melebihi luas satu lubus 3. Tuberculosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis ) yaitu luas daerah yang di hinggapi oleh sarang sarang lebih dari pada klasifikasi kedua diatas atau

lebih ada berlubang lubang maka diameter keseluruhan semua berlubang melebih 4cm Pemeriksaan bakteriologis Tuberkolosis paru pada orang dewasa dapat di tegakan dengan di temukan BTA positif pada pemeriksaan dahak secara mkroskopis . hasil pemeriksaan dinyatakan positif apa bila sedikitnya dua atau tiga pemeriksaan dahak SPS (sewaktu-pagi- sewaktu )BTA hasilnya positif berdasarkan diagnosis di atas WHO 1991 memberikan kriteria pada pasienTB paru menjadi a. Pasien dengan sputum BTA positif adalah pasien pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopi di temukan

BTA sekurang kurang nya pada 2 kali

pemeriksaan /1 sedian sputumnya positif di sertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif /1 sedian sputumnya positif di sertai biakan yang positif b. Pasien dengan sputum BTA negative adalah pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali tetapi pada biakannya positif .(Hapsari 2007) Bila hanya satu specimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesime SPS di ulang 1. Kalau hasil ronntgen

mendukung TB, maka penderita diagnosis sebagai

penderita TB BTA positif 2. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB maka pemeriksaan dahak SPS diulang Bila tiga spesime dahak negatif di berikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau amoksisilin ) selama 1-2 minggu bila tidak ada perubahan namun gejala klinik mencurigakan TB ulang pemeriksaan dahak SPS 1. Kalau hasil SPS positif Positif

didiagnosis sebagai penderita tuberculosis BTA

2. Kalau hasil SPS tetap negative lakukan foto rontgen dada untuk mendukung diagnosis TB . A. Bila rontgen mendukung TB didiagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif B. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB penderita tersebut bukan TB .

H. PENGOBATAN Terapi kuno hanya terbatas pada penanggulangan

gejala penyakit (terapi

simtomatis ). Pengobatan di bantu pula dengan istirahat lengkap (bedrest) dan diet sehat dianjurkan mengonsumsi banyak lemak dan vitamin a untuk membentuk jaringan lemak baru yang dapat menyelubungi kuman (encapsulate) dan meningkatkan daya tangkis tubuh. Lazimnya pasien dirawat rumah sakit khusus (sanatorium ) dan sering kali dibedah sebagai tindakan akhir Terapi modern dilakukan tuberkulostatika dan pasien pada umumnya di rawat jalan. sebagian penderita malahan dapat bekerja sebagaimana biasa. Llazimnya 4-6 minggu tidak ada bahaya infeksi lagi walaupunsering kali di dalam sputumnya masih terdapat basil TBC. Pengobatan TBC paru terdiri dari 2 tingkat, yaitu fase terapi intensif dan fase pemeliharaan 1. Fase terapi intensif merupakan terapi dengan isoniazid yang di kombinasi dengan rifampisin dan pirazinamida selama 2 bulan. Untuk prevensi resistensi di tambahkan lagi etambutol. 2. Faese pemeliharaan menggunakan isoniazid bersama rifampisin selama 4 bulan lagi, sehingga seluruh masa pengobatan mencakup 6bulan. Telah di buktikan bahwa kur singkat ini sama efektifnya dengan kur lama dari 2+7 bulan. Presentase residifnya juga k.l. sama (k.l. 1%)6,7,8,9 guna mengurangi efek samping dari isoniazid (neuropati) diberikan juga piridoksin (10mg/ hari ). Obat TBC dibagi pengobatan primer dan sekunder, obat primer : INH, rifampisi, pirazinamid dan etambutol. Obat obat ini paling efektif dan rendah toksisitasnya, tetapi menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Maka terapi selalu dilakukan dengan kombinasi dari 3-4 obat. Suku suku yang sekaligus kebal

terhadap dua atau lebih jenis obat sanggat jarang terjadi. Yang paling digunakan adalah kombinasi INH , rifampisin dan pirazinamid. a. Isoniazid (INH) Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biositesis asam mikolat yang merupakan unsur penting dinding mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terektrasi oleh metamol dari mikobakterium. Isoniazid mudah diabsopsi pada pemberian oral maupun parenteral. Dosis obat : 200-400mg dosis dewasa dan anak Efek samping obat: mual, muntah, anoreksia, letih, lemah gangguan saluran pencernaan, demam, ruam. Kontra indikasi : penyakit hati, penyakit dari SSP Resistensi dapat timbul agak cepat bila digunakan sebagai obat tunggal, tetapi resistensi silang dengan obat TBC lain nya tidak terjadi. b. Rifampisin Merupakan obat anti tuberculosis yang bersifat bakterisidal (memebunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri. Dosis obat: 10-20mg/kgBB/hari (max.600 mg /hari) Efek samping obat: gangguan saluran cerna seperti mual, muntah,sakit uluhhati kejang perut dan diare c. Pirazinamid Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang telah di buat sintetiknya. Obat ini tidak larut dalam air pirazinamid dalam tubuh dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam . Dosis obat : 1-30 mg/kg BB/ hari (maksimal 2 gram/hari ) Efek samping yang seringkali terjadi dan berbahaya adalah kerusakan hati dengan ikterus ( hepatotoksis ), terutama diatas dosis 2 gram sehari maka pengobatan

harus di hentikan. Pada hamper semua pasien, prazinamid menghambat pengeluaran asam urat sehingga meningkatkan kadar dalam darah (hiperurisemia) dan menimbulkan serangan encok (gout). d. Etambutol Merupakan tuberkulostatik dengan mekanisme kerja menghanbat sintesis RNA. Absorpsi setalah pemberian oral cepat. Dosis obat : oral 25mg/kg BB/hari (garam di HCL), selalu dalamkombinasi dalam INH i.v 1-15mg/kg dalam 2 jam. Efek samping : neuritis optic (radang saraf mata), buta warna, ruam.

I. ANALISIS KASUS SUBJEKTIF (S) MS seorang wanita berusia 36 tahun masuk rumah sakit dengan riwayat 2 bulan batuk. Selain itu dia juga merasa lemah-lesu, berkeringat pada malam hari dan berat badannya menurun 8 kg. Dia juga mempunyai riwayat DM tipe 2 yang diterapi dengan glibenklamid 5 mg tiap hari. Status gizi pasien saat ini buruk. Pengembangan kasus : Pasien mengalami batuk darah berwarna merah kehitaman 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan pasien sering mengalami sesak saat bernafas dan rasa sakit pada dada atau punggung atas. Pasien menyadari adanya penurunan berat badan setelah menderita batuk 2 bulan yang semula 53 kg menjadi 45 kg. Pasien mengalami penurunan dalam nafsu makan sehingga status gizi pasien menjadi buruk.

OBJEKTIF (O) Hasil pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan fisik

: normal

Hasil foto rontgen dada

: ada bercak infiltrat

Hasil tes kulit tuberculin PPD yang dibaca pada 48 jam

: indurasi 14mm

Tes BTA

: positif

Diagnosis

: TBC

Data pasien Berat Badan

: 45 kg ( menurun)

Tinggi Badan : 160 cm BMI

: BB/(TB²) = 17,6

Suhu

: 36,5˚ C

Tekanan Darah: 130/80 mmHg (perhipertensi) Nadi

: 90 kali/menit

Pemeriksaan penunjang Leukosit

: 10000/ml ( normal )

LED

: 17 mm/jam (laju endap darah normalnya 0-20 mm/jam pada wanita

dibawah 50 tahun) Kultur sputum : + Mycobacterium tuberculosis GDP

: 140 mg/dL (gula puasa normalnya dibawah 108 mg/dl )

GD2PP

: 200 mg/dL (gula darah 2 jam postaprandial normalnya di bawah 140

mg/dl ) HbA1c

: 0.9 mcg/mL (hemoglobin A1c normalnya di bawah 42 mmol/mol (6%)

Kolesterol total: 120 mg/dL (normal ) HDL

: 50 mg/dL ( normal )

LDL

: 98 mg/dL ( rendah )

Trigliserid

: 100 mg/dl (normal )

Hb

: 10 g/dL

Hematokrit

: 33%

Fungsi ginjal : normal

ASSESMENT (O) dan PLANNING (P) Subjectif

dan Problem medis

Terapi

DRP

PLANNING

objectif

Batuk selama 2 Gejala TBC

Ambroxol

bulan

mg 3x sehari

30 Obat dihentikan

Tidak

obat

lanjutan

pemakaiannya krena ibu MS sudah tidak batuk TBC

Tuberkolosis

Belum diterapi

Rifampisin

Kultur sputum :

farmakologi

150mg+INH

+Mycobacterium

atau non

75mg +

tuberculosis

farmakologi

Pirazinamid 400mg + etambutol 275 mg (ISO VOL 50 hal. 181)

Tekan darah 130/80 mmHg

Perhipertensi

Belum di

Menggunakan

terapi

terapi non

farmakologi

farmakologi

atau non

yaitu :

farmakologi

mengubah gaya hidup yang sehat seperti mengurangi makanan yang mengandung garam

Gula darah

Diabetes mellitus tipe 2

Glibenklamid 5 diganti karena mg tiap hari salah satu efek sampingnya

Glimepirid 2mg Sekali sehari

hipertensi, sedangkan ibu MS sudah mengalami prehipertensi

Terapi nonfarmakologi : 1. Sering berjemur di bawah sinar matahari pada pagi hari(pukul 6-8) 2. Istirahat yang cukup (bedrest) 3. Diet sehat dengan pola makan yang benar, dianjurkan mengonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan system imun 4. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar 5. Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah, supaya selalu berganti dengan yang baru 6. Berolahraga secara teratur, seperti jalan santai di pagi hari 7. Mengurangi konkumsi garam berlebih

J. MOTORING Diskusikan dengan pasien untuk diet sehat dan memotivasi Membicarakan keluhan pasien tentang terapi Membantu mengingatkan pasien agar tidak lupa meminum obat Mengingatkan kepasien agar tidak lupa mengecek tekan darahnya Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa Klasikasi

Sistolik(mmHg )

Normal Prehipertensi Tahap 1 hipertensi Tahan 2 hipertensi

<120 120 -139 140- 159 ≥160

Diastolic (mmHg) Dan

<80

Atau

80-89

Atau Atau

90-99 ≥100

KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi) 

Pasien diberikan informasi mengenai cara pakai obat dan waktu penggunaan



Apa efek samping obat yang mungkin terjadi pada pasien



Menyarankan untuk menjaga gaya hidup sehat dengan mengatur pola makan dan menghindari makanan yang mengandung garam dan gula



Menyarankan untuk lebih banyak istirahat

DAFTAR PUSTAKA Abdallah A,M.,Gey van pitius N.C., Champion P.A.,Cox , J Luirink,J., Vandenbroucke-Grauls C.M,. Applemelk BJ. And Bitter W,.2007 Type VII Secretion-Mycobacteria show the way Nat rev microbial 5 883-891. Alangaden GJ keriswirth B,N., A., khetarpal M,. Igno F.R., Moghazeh S.L. Manavathu E.K.,lerner ,S.A 1998 Mechanism of Resistence to amikacin and kanamycin in mycobacterium tuberculosis Antimicrob Agents chemother 42,1295-1297. Black J.M.,& Hawk, J.H.(2005) Medical surgical nursing clinical Management forpasitive outcomes (7th Ed ) St.Louis Missouri Elsevier saunders. Ignativirus D.D,. &workman M.L (2006)medical –surgical Nursing : Critical Thingking for collaborative care (4th Ed) St Louis Missouri: Elsevier saunders. Smeltzer S.C,. Bare B.G,. Hinkle J.,L& Cheever K.H.(2008) Brunner & studdarh’s Textbook of medical-sugrical Nursing (11th Ed ) Philadelphia :Lippincott Williams &wikins

Related Documents


More Documents from "istiqomah"