Farmakoterapi Epilepsi Ema Rachmawati
Kejang & Epilepsi
Kejang
Manifestasi klinik aktivitas neurotransmitter eksitatori (glutamat) yg berlebihan dari neuron di korteks serebral, kegagalan dari aktivitas neurotransmitter inhibitori (GABA) atau kombinasi keduanya
Epilepsi
penyakit yang disebabkan adanya gangguan/abnormalitas aktivitas elektrik dalam otak yang ditandai dengan kejang berulang yang tidak beralasan
Patogenesis & Etiologi
Epilepsi disebabkan karena ketidak seimbangan antara neurotransmiter eksitatori dan inhibitori Penyebab epilepsi :
Anak kelainan kongenital, trauma kepala, infeksi, demam tinggi Remaja trauma kepala, infeksi Dewasa trauma kepala, tumor, stroke, Alzheimer
Klasifikasi Epilepsi
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi :
Generalized seizure (kejang umum) terjadi pada seluruh area otak secara bersamaan
Tonic-clonic, myoclonic, atonic, absence, infantile spasm
Partial seizure (kejang parsial/focal) terjadi pada daerah tertentu dari otak
Simple partial seizure (tanpa gangguan kesadaran) Complex partial seizure (dg gangguan kesadaran) Secondary generalized
Kejang Umum
Tonic clonic Seizure
Merupakan kejang yang banyak terjadi Pasien bisa tiba2 terjatuh, mengalami fase tonik kemudian fase klonik, dan terjadi hentakan (jerking) Pasien dapat mengalami sianosis, menggigit lidah, ngompol saat periode kejang, pusing dan bingung setelah periode kejang selesai
Absence attack
Disebut juga petit mal Pasien biasanya mengalami kehilangan fokus (tidak sadar), dan tidak responsif selama beberapa detik Pada saat serangan tidak terdapat kejang atau berkedut atau kekakuan otot (tonic) Saat serangan, pasien tidak menyadari sekitarnya, pandangan kosong Petit mal biasanya terjadi pada usia 4-14 tahun
Myoclonic seizure
Terjadi sentakan tiba-tiba, seperti tersengat listrik Pasien biasanya tidak sadar menjatuhkan barang yang dipegangnya Kejang myoklonik biasanya terjadi sangat singkat antara 1-2 detik saja
Atonic seizure
Saat terjadi kejang atonik, pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot tangan dan kaki, dapat terjatuh dengan kepala terlebih dahulu
Kejang Parsial
Simple Partial Seizure
Pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran ataupun memori saat serangan Terjadi sentakan pada bagian tertentu tubuh
Complex Partial Seizure
Pasien dapat kehilangan atau gangguan kesadaran atau memori saat terjadi serangan Terjadi automatisasi saat terjadi kejang
Diagnosis
Pasien didiagnosis epilepsi apabila terjadi kejang berulang Jenis epilepsi ditentukan dgn :
Gejala kejang yang dialami pasien Gambaran EEG CT-Scan atau CAT-Scan MRI Pemeriksaan data darah (CBC, LFT, kimia darah) utk mengetahui underlying disease
Diagnosis secara tepat dan akurat sgt penting untuk menentukan terapi pasien dg epilepsi
Terapi Epilepsi
Sasaran Terapi
Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalkan ADR dari obat antiepilepsi
Strategi Terapi
Stabilisasi membran meningkatkan ambang stimulasi membran Menurunkan konduksi neurotransmiter
Terapi epilepsi
Terapi non Farmakologi
Pembedahan Diet ketogenik diet yg terdiri dari makanan tinggi lemak dan protein, tanpa karbohidrat/gula Stimulasi nerves vagus utk pasien yg tidak responsif terhadap obat anti epilepsi & tdk dapat dilakukan tindakan pembedahan
Terapi Farmakologi
Obat anti epilepsi (OAE)
Prinsip Terapi Epilepsi dgn OAE
Tx epilepsi bersifat individual Tx dengan antiepilepsi tunggal lebih baik, krn dapat mengurangi ADR Politerapi tidak lebih baik dari monoterapi Berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya Mulai obat dgn dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai kondisi klinis pasien Jika gagal mencapai terapi yang diharapkan hentikan pelan2 dan diganti dgn obat lain
Unique Challenges of AED
Michaelis-Menten Metabolism
Metabolisme Fenitoin capasity limited Metabolisme Michaelis-Menten apabila kapasitas metabolisme enzim hepatik sudah terlampaui maka adanya sedikit perubahan dosis mybb perubahan besar pada konsentrasi obat dlm darah Dosage adjustment fenitoin
Jika konsentrasi obat dlm darah < 7 mcg/mL total daily dose ditingkatkan 100 mg Jika konsentrasi obat dlm darah 7 - 12 mcg/mL total daily dose ditingkatkan 50 mg Jika konsentrasi obat dlm darah > 12 mcg/mL total daily dose ditingkatkan < 30 mg
Unique Challenges of AED
Protein binding
Fenitoin dan Valproat highly bound to plasma protein Perlu monitoring kadar obat dalam darah pada pasien2 dg resiko penurunan jumlah protein plasma:
Pasien CKD, hipoalbumin, neonatus, ibu hamil, critical ill, pasien dgn penggunaan obat2 highly protein bound
Autoinduksi
Carbamazepin potent hepatic inducer Meningkatkan metabolisme obat lain dan metabolismenya sendiri Mulai dengan dosis kecil kemudian dilakukan peningkatan dosis carbamazepin utk menghindari efek autoinduksi
Obat Anti Epilepsi
Obat yang menurunkan eksitasi saraf
Menyebabkan inaktivasi kanal Na shg menurunkan penghantaran muatan listrik
Contoh : Fenitoin, Fenobarbital, Karbamazepin, Lamotrigin, Asam Valproat, Topiramat
Menyebabkan modulasi kanal Ca
Contoh : Ethosuximid, pregabalin
Obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik
Agonis reseptor GABA mengaktifkan kerja reseptor GABA (contoh BDZ, barbiturat) Menghambat GABA transaminase (contoh Vigabatrin) Menghambat GABA transporter (contoh Tiagabin) Meningkatkan konsentrasi GABA dg meningkatkan pelepasan GABA (contoh Gabapentin)
Pilihan anti epilepsi berdasarkan jenis epilepsi
AAN (American Academy of Neurology), SIGN (Scottish Intercollegiate Guidelines Network), NICE (National Institute for Clinical Excellent in United Kingdom), ILAE (International League Against Epilepsy)
Pilihan anti epilepsi
Pada tipe epilepsi myoclonic dan absence hindari penggunaan carbamazepin, oxcarbazepin, gabapentin, tiagabin, pregabalin krn dpt memperburuk kondisi kejang
Pilihan anti epilepsi
Adverse Effect
Serum concentration related ataxia, sedasi Idiosinkrasi skin reaction, hepatic failure, hematology reaction Kronik ADR neuropati, cerebellar atrophy, weight gain, osteoporosis
Carbamazepin, fenitoin, fenobarbital, oxcarbazepin dan valproat mybb osteoporosis setelah 6 bulan penggunaan Perlu suplemen calcium dan vit D
Switch Obat antiepilepsi ?
Obat antiepilepsi tdk boleh dihentikan mendadak memicu kejang Switch OAE Mulai agen OAE kedua dgn dosis kecil sembari menurunkan dosis agen OAE pertama kemudian dilakukan peningkatan dosis OAE kedua secara perlahan dalam beberapa minggu, sedangkan OAE pertama di tapp off perlahan sejalan dg peningkatan dosis OAE kedua
Stopping OAE ?
Penghentian OAE dapat dilakukan pada pasien dgn kondisi:
Bebas kejang dalam 2-5 tahun Pemeriksaan neurologi normal Intelegensia normal Pasien dgn tipe kejang umum (generalized seizure) atau pasien dg kejang parsial tunggal Pasien menunjukkan EEG normal selama menjalani terapi
Penghentian dilakukan dg tapp of selama 1-3 bln
Pasien anak & ibu hamil
Pasien anak membutuhkan dosis OAE /kg BB lebih tinggi drpd dewasa krn metabolic ratesnya tinggi Pasien wanita hamil
OAE menimbulkan efek teratogenik pada janin (mybb neural tube defects) Rekom : berikan asam folat 1-4 mg/hari Valproat perlu dihindari pd ibu hamil krn mybb retardasi mental dan mybb PCOS OAE berinteraksi dg KB hormonal
Status Epileptikus
Kejang umum yang terjadi selama 30 menit atau lebih atau kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa pemulihan kesadaran di antara dua kejadian tersebut Merupakan kondisi darurat yang memerlukan pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen maupun kematian
Patofisiologi SE
SE terjadi apabila otak gagal mengisolasi terjadinya kejang Glutamat menstimulasi reseptor NMDA mybb depolarisasi depolarisasi terus menerus mybb neuron rusak dan mati GABA menstimulasi res GABAa mybb hiperpolarisasi dan hambatan pada membran sel post sinaptik apabila kejang terus berlanjut mybb penurunan respon terhadap agonist res GABA
Perubahan metabolisme saat SE
Fase I (tjd dl 30 menit pertama saat serangan SE)
Tjd peningkatan aktivitas autonomik dan kebutuhan metabolisme serebral shg terjadi hipertensi, takikardi, hiperglikemia, hipertermia, berkeringat, salivasi Aliran darah serebral meningkat
Fase II (terjadi pada 30-60 menit saat SE)
Autoregulasi serebral menghilang, terjadi penurunan aliran darah serebral, tekanan intra kranial meningkat, shg terjadi hipotensi sistemik Terjadi kompensasi thd peningkatan kebutuhan metabolisme serebral hipoglikemia, hipertermia, gagal nafas, hipoksia, asidosis metabolik dan asidosis respiratorik, hiperkalemia, hiponatremia dan uremia
Tx pada SE
Tatalaksana Tx pada SE