Falsafah.docx

  • Uploaded by: Komang Sariani
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Falsafah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,826
  • Pages: 12
A. Konsep Holistic Care: Holisme, Humanisme 1. Holisme atau Holistic Holistic memiliki arti “menyeluruh” yang terdiri kata holy and healthy. Dengan Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektual, budaya, estetika, emosi, dan fisik. Jadi healthy yang dimaksud bukan hanya physically, tetapi lebih pada aspek sinergitas spiritually. Pengobatan holistic adalah, pengobatan dengan menggunakan konsep menyeluruh, yaitu keterpaduan antara jiwa dan raga, dengan metode alamiah yang ilmiah, serta yang ilahia yang mana tubuh manusia merupakan keterpaduan sistem yang sangat kompleks, dan salin berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat kompak dan otomatis terganngunya satu fungsi/ elemen/ unsur tubuh manusia dapat mempengaruhi fungsi lainnya. Keterkaitan antara jiwa dan raga tidak terpisahkan, sebagaimana dikenal bahwa: didalam raga yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan juga sebaliknya terdapat jiwa yang sehat dapat membentuk raga yang sehat, dan pembentukan jiwa yang sehat adalah dengan berserah diri secara penuh dan ikhlas kepada sang pencipta dan penguasa jagat Raya, yang memiliki segala sesuatu, dan penentu segala sesuatu, Allah SWT. Pengobatan Holistic terpadu, memiliki perbedaan konsep yang sangat nyata dengan konsep kedokteran (konvensional), konsep konvesional lebih menekankan kepada tindakan seperti pemberian obatobat kimiawi, dan dan tindakan rekayasa fisik dengan pembedahan/operasi dan lain-lain. Sementara pengobatan holistic lebih menekankan membangkitkan sistem imun pasien, dan memperbaiki secara menyeluruh dari faktor pencetus penyakit (akar permasalahan penyakit), sehingga definisi kesembuhan cenderung permanen (tidak kambuh lagi), sedangkan yang konvensional pada umumnya bersifat tindakan sementara (kambuh) sehingga sampai ada istilah pasien Langgangan Dokter. Holisme, bila ditelusuri dari akarnya berasala dari konsep aristoteles (filosof dari yunani), Baruch Spinoza (filosof Belanda), dan William James (filosof dari psikolog dari amerika), yang berkaitan dengan pergerakan Gestalt sebelum perang dunia. Holisme adalah nama yag diberikan kepada keyakinan bahwa adalah semua terkait erat. Holistic melihat dirinya terus-menerus sebagai bagian dari keseluruhan

dan mengganggap yang lain (manusia, hewan, tumbuhan atau obyek) sebagai orang lain. Konsep holisme selalu mengemukakan bahwa organisme satu kesatuan yang utuh, bukan terbagi-bagi dalam bagian-bagian. Sehingga pikiran dan tubuh merupakan bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka akan berpengaruh pada keseluruhan. Holisme menegaskan bahwa organisme selalu berikah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan segai rangkaian bagian atau komponen berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur terpisah tetapi dari bagian satu kesatuan dan apa yang terjadi dibagian satu akan mempengaruhi bagian lain. Hukum inilah yang semestinya ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya setiap komponen. Pandangan holistic dalam kepribadian, yang terpenting adalah: kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi dan koherensi (unity, integration, consistency san coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasi berarti patologik. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfunsi menurut hukum-hukum yang tidak terdapat dibagian-bagian. Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni aktualisasai diri (self actualization). Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk merealisasikan potensi inheren yang dimilikinya pada ranah tertutup maupun terbuka baginya. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme, jika terkuak dilingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral. Penelitian komperhensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ektensif terhadap banyak orang mengenai funsi psikologis yang diisolir. 2. Humanisme Perkembangan psikologi humanistik. “Humanisme” dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan perikemanuasiaan, perdamaian dan persaudraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh dari signifikan: humanism adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep perikemanuaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Kamus umum mendefinisikan humanism sebagai “suatu sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai karateristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbagi-bagi manusia, bukannya pada ototritas

supernatural mana pun”. Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat keajadian yaitu bagimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini disebut sebagai potensi manusia, dan para pendidik beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain efektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik yang beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia disini berarti mempuyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahan diri serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. 3. Ciri-Ciri Teori Humanisme Pendekatan humanisme dalam pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencangkup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditunjukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan masyarakat. Kerterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan. Karena, keterkaitannya dengan keberhailan akademik. Dalam teori belajar

humanistic,

belajar

dianggap

behasil

jika

individu

memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Individu dalam proses belajarnya harus berusaa lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar darisudut pandang pelakuny, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu individu untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu individu harus mampu mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga individu mengetahuinya apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar individu tersebut dapat

memahaminya juga individu dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian individu diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai suatu proses yang terjadi dalam individu meliputi bagian atau domain diantanya domain kognitif, efektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap individu. B. Konsep Berubah 1. Sifat proses berubah Perubahan adalah proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi seseorang, keluarga, kelompok atau komunitas (potter dan perry, 2009). Proses berubah juga dapat diartikan sebagai proses beranjaknya seseorang dari keadaan status quo menjadi keadaan keseimbangan semu. status quo “ is a situation or state of affairs as it is now, or as it was before a recent change” atau keadaan dimana seseorang belum bergerak dari keadaan semula. Keseimbangan semu adalah keadaan yang dirasakan belum memadai dalam waktu tertentu. Perubahan yang baik dapat dijalani manusia bertahap dan memerlukan waktu sesuai kemampuan manusia itu sendiri. Sehingga perubahan yang terjadi secara radikal biasanya akan menemui banyak hambatan. Macam-Macam Proses Berubah a. Perubahan ditinjau dari sifatnya, yaitu: 1) Perubahan spontan a) Perubahan sebagai respon terhadap kejadian alamiah dan terkontrol/ alamiah. b) Perubahan yang terjadi tidak diramalkan atau diprediksi sebelumnya. c) Perkembangan, yaitu perubahan yang berbentuk kemajuan/peningkatan atau penambahan yang terjadi pada individu, kelompok dan organisasi d) Perubahan yang direncanakan yaitu sebagai upaya yang bertujuan untuk mencapai tingkat yang lebih baik. 2) Perubahan ditinjau dari keterlibatan: a) Melalui penyediaan informasi yang cukup

b) Adanya sikap positif terhadap perubahan sesuatu atau inovasi c) Timbulnya komitmen diri untuk berubah 3) Perubahan ditinjau dari sifat pengelolaan b. Menurut Ducan 1) Perubahan berencana a) Menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai b) Adanya titik mulai yang jelas dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai c) Adanya persiapan yang matang 2) Perubahan acak/kacau a) Tidak ada titik awal perubahan b) Tidak ada upaya mempersiapkan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan c. Menurut Horsey dan Blancard 1) Partisipatif Yaitu individu/klien diikutkan dalam proses perubahan tersebut. Misalnya ketika bidan bidan membangkitkan motivasi klien. 2) Paksaan Yaitu perubahan yang total menggunakan kekuatan misalnya instruksi dari atasan 2. Teori-Teori Perubahan a. Teori Perubahan Lippit Lippit ingin menunjukkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan pembaharuan. Langkah-langkahnya meliputi: 1) Menentukan diagnose terlebih dahulu pada masalah yang ada 2) Mengadakan penilaian terhadap motivasi dan kemampuan dalam perubahan 3) Melakukan penilaian terhadap motivasi pasien/ agen dan sumber daya 4) Memiliki tujuan perubahan yang progresif 5) Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai agen perubahan (pendidik, peneliti, pemimpin). 6) Mempertahankan hasil dari perubahan yang telah dicapainya

7) Melakukan penghentian bantuan supaya harapan peran dan tanggung jawab dapat tercapai secara bertahap. b. Teori perubahan Kurt Lewin Teori perubahan Lewin menjelaskan bahwa seseorang yang akan mengadakan suatu perubahan harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum agar proses perubahan tersebut dapat terarah dan mencapai tujuan yang ada. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change. Tahapan Perubahan Menurut Lewin Anatara Lain: 1) Unfreezing (tahap pencaraian) Pada tahap awal ini, seseorang mencari sesuatau yang baru baik dari sisi nilai, sikap maupun kepercayaan. Seseorang dapat mengadakan proses perubahan jika memiliki motivai yang kuat untuk berubah dari keadaan semula. 2) Changing (tahap mengubah) Pada tahap ini, changing merufpakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistances. Bisa dikatakan juga tahap menstabilkan norma-norma yang sudah ada. 3) Refreezing Pada tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan perubahan telah mencapai tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru. 4) Action research (tahap penelitian tindakan) Tahap penelitian tindakan menjelaskan bahwa hasil penelitian yang ada langsung diaplikasikan ke kegiatan-kegiatan yang ada. Kemudian, lebih fokus menaruh penelitian terhadap suatu tindakan yang berfokus pada masalah yang nyata. Penelitian itu dikembangkan dari pengetahuan atau teori dan logat yang dapat diambil. c. Teori perubahan Rongers E Menurut Rongers E, perubahan sosial adalah prose dimana sesuatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu antara anggota suatu sistem sosial.

Langkah-langkah untuk mengadakan perubahan menurut Rongers antara lain: 1) Tahap Awareness Tahap awal yang menyatakan bahwa untuk memgadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah 2) Tahap interest Tahap ini menyatakan untuk mengadakan perubahan harus timbul perasaan suka/ minat terhadap perubahan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah. 3) Tahap evaluasi Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak ditemukan hambatan selama mengadakan perubahan. 4) Tahap Trial Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan situasi yang ada. 5) Tahap adoption Tahapan terakhir yaitu proses perubahan terhadap sesuatu yang baru setelah ada

uji

coba

dan

merasakan

ada

manfaatnya

sehingga

mampu

mempertahankan hasil perubahan. Rongers juga membagi karakter dari adopsi yaitu: a) Relative advantage b) Compatibility c) Complexity d) Trialability e) Observability Rongers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi: a) Innovators Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat disbanding kelompok sosial lainnya. b) Early Adopters

Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini disbanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. c) Early Majority Kategori pengadopsi eperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. d) Late Majority Kelompok yang ini lebih berhati-hati sebelum mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. e) Laggards Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adpsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal-hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. 3. Tipe Perubahan Apabila dipandang dari tipe perubahan, menurut Bennis tahun 1995, perubahan ini sendiri memiliki tujuh tipe diantaranya: a. Tipe indoktrinasi, suatu perubahan yang dilakukan oleh sekelompok atau masyarakat yang menginginkan pencapaian tujuan yang diharapkan dengan cara memberi doktrim atau menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat berubah. b. Tipe paksaan atau kekerasan, merupakan dengan tipe perubahan dengan melakukan pemaksaan atau kekerasan pada anggota atau seseorang dengan harapan tujuan yang dicapai dapat terlaksana. c. Tipe teknokratik, merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatan lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan terdapat satu pihak merumuskan tujuan dan pihak lain untuk membantu mencapai tujuannya. d. Tipe interaksional, merupakan kekuatan perubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan dari perubahan.

e. Tipe sosialisasi, merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan menggunakan kerjasama dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan kerjasama dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. f. Tipe emultif, merupakan suatu perubahan dengan menggunakan kekuatan unilateral dengan tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara sungguhsugguh, perubahan ini dapat dilakukan pada sistem diorganisasi yang bawahannya berusaha menyamai pimpinan atau atasannya. g. Tipe alamiah, meruapakan perubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak disengaja tetapi dalam merumuskan dilakukan secara tidak sungguh, seperti kecelakaan, maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk lebih berhati-hati dalam berkendaraan dan lain sebagainya. 4. Proses Terjadinya Perubahan Suasana pelayanan kesehatan pada tahun 1990an adalah suatu tantangan. Tekanan dari pemerintah, perusahaan asuransi, serikat kerja, para pegawai, dan konsumen mengenai pelayanan ksehatan,diarahkan kembali pada perawatan diri dan pencegahan. Teknologi mengalami perubahan dan fokus biaya perwatan properatif bergeser kearah yang lebih efektif pada situasi yang sama. Keperawatan mempunyai kesempatan baru untuk menjadi bagian dari perubahan, selama seluruh sistem mengalami pergeseran biaya pada saat kualitas pelayana perawatan klien meningkat. Kreaktifitas dan tinjauan tekanan kekuatan eksternal yang luas akan memungkinkan perawat melakukan perubahan. Perubahan dapat dijabarkan dengan beberapa cara, termasuk perubahan yang direncanakan atau yang tidak direncanakan. Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa suatu persiapan, sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang direncanakan dan dipikirkan sebelumnya, terjadi dalam waktu yang lama, dan termasuk adanya suatu tujuan yang jelas. Perubahan terencana lebih mudah dikelolah daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusiaataua tanpa persiapakan

alat karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebu, perawat aharus dapat mengelolah perubahan. Proses perencanaan terjadi karena adanya perubahan yang sangat kompleks dan melibatkan interaksi banyak orang, faktor dan tekanan. Secara umum, perubahan terencana adalah suatu proses dimana ada pendapt baru yang dikemabangkan dan dikomunikasikan kepada semua orang, walaupun akhirnya atau diterima atau ditolk. Perubahan perencanaan, sebagaimana proses kepearawatn, memrlukan suatu pemikiran yang matang tentang keterlibatan individu atau kelompok. Penyelesaian, masalah, pengambilan keputusan, pemikiran kritis, pengkajian dan efektifitas penggunaan keterampilan interpersonal, termasuk kemampuan komunikas, koaborasi, negosiasi, dan persuasi, adalah dalam perencanaan perubahan. Orang yang mengelola perubahan harus mempunyai visi yang jelas dimana proses akan dilaksanakan dengan arah yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses perubahan memerlukan tahapan yang berurutan dimana orang akan terlibat disebuah proses perubahan dan arah perubahan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu koalisi perludan harus dibentuk untuk mendukung perubahan. Dalam literature yang lain disebut bahwa proses terjadinya perubahan terdiri dari beberapa tahap: Mencarikan: melibatkan menghancurkan cara melakukan normal oaring yang melakukan sesuatu memutuskan pola, kebiasaan, dan rutinitas sehingga orang siap untuk menerima alternatif baru (Harsey, Blanchard) atau mengurang kekuatan untuk mengurangi status quo, menciptajkan perubahan, minimalisasai tantangan terhadap perubahan seperti memberikan masalah proaktif. 5. Motivasi Dalam Perubahan Motivasi itutimbul karena tuntutan kebutuhan dasar manusia, sedangkan kebutuhan dasar manusia yang dimaksud antara lain: a. Kebutuhan fidiologis (makan, minum, tidur, oksigen dan lain-lain) berdasarkan kebutuhan tersebut maka manusia akan selalu mempertahankan hidupnya dengan jalan memenuhinya atau mengadakan perubahan.

b. Kebutuhan keamanan, kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapatkan jaminan keamanan atau perlindunagan dari berbagai anacaman bahaya yang ada. c. Kebutuhan sosial, kebutuhan ini mutlak diperlukan karena manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. d. Kebutuhan penghargaan dan dihargai, setiap manusia ingin mendapat penghargaan dimata masyarakat akan prestasi, status dan lain-lain. Untuk itu manusia akan termotivasi untuk mengadakan perubahan. e. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan perwujudan diri agar diakui masyarakat akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. f. Kebutuhan interpersonal yang meliputi kebutuhan untuk berkumpul bersama untuk melakukan control dalam mendapatkan pengaruh dalam lingkungan. 6. Strategi Dalam Perubahan Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar dalam tujuan perubahan dan tercapai secara tepat, efektif dan efesien, untuk itu dibutuhkan strategi khusus dalam perubahan diantaranya: a. Strategi Rasional Empirik Strategi ini didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan memiliki sifat rasional untuk kepentingan diri dalam perilaku. Untuk mengadakan suatu perubahan strategi rasional dan empiric yang didasarkan dari hasil penemuan atau riset untuk diaplikasikan dalam perubahan manusia yang memiliki sifat rasional akan menggunakan rasiomnalnya dalam menerima sebuah perubahan. Langkah dlam perubahan atau kegiatan yang diinginkan dalam strategi rasional empirik ini dapat melalui penelitian atau adanya desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang akan dilalukan bahwa benar-benar sesuai dengan rasional. Strategi ini juga dilakukan dalam penempatan sasaran yang seseuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dab efesien, selain itu juga menggunakan siitem analisis dalam pemecahan masalah yang ada. b. Strategi Redukatif Normatif

Strategi ini dilaksanakan berdasrkanstandar norma yang ada dimasyarakat. Perubahan yang akan dilaksanakan melalui nilai-nilai normative yang ada di masyarakat sehingga tidak akan menimbulkan permasalahan baru dimasyarakat. Standar norma yang ada dimasyarakat ini didukung dengan sikap dan sitem nilai individu yang ada dimasyarakat. Pendekatan ini dilaksanakan dengan mengadakan intervensi secara langsung dalam penerapan teori-teori yanga ada. Strategi ini dilaksanakan dengan cara melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan proses penyusunan rancangan untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memilik kemampuan dalam berkolaborasi dengan masyarakat. Kemampuan ilmu perilaku harus dimiliki dalam pembaharu. c. Strategi Paksaan Kekuatan Dikatakan strategi paksaan- kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral dan kekuatan politik. Strategi ini dapat dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan, penerapan sistem pendidikan dan lain-lain.

More Documents from "Komang Sariani"