Fadilla Ratna - Ppt Pai.pptx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fadilla Ratna - Ppt Pai.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 15,398
  • Pages: 162
TUGAS POWER POINT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA NIM PRODI

: FADILLA RATNA PRATIWI : F3616022 : D3 KEUANGAN DAN PERBANKAN A

BAB 1 VISI MISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI

Deskripsi Pendidikan Agama Islam • Menurut Hasan Langgulung, pendidikan Agama Islam adalah sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Visi Pendidikan Agama Islam • Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran islam itu sendiri yang terkait dengan visi kerasulan yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya :QS : Al ‘Ankabut : 16 Artinya : Dan (Ingatlah) Ibrahim, ketika ia Berkata kepada kaumnya: “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepadaNya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui” Misi Pendidikan Agama Islam • Misi Pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran islam yaitu adanya upaya memperjuangkan, menegaskan, melindungi, mengembangkan, menyantuni, dan membimbing tercapainya tujuan keadilan agama bagi manusia.

BAB 2 AJARAN POKOK AGAMA ISLAM 1. Sumber Nilai Islam 2. Aqidah Islam 3. Syari’ah

1. Sumber Nilai Islam a. Al-Qur’an Al-Qur'an adalah firman Allah SWT, Allah berfirman dalam Q.S An-Najm 53:4 Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).  Al-Qur'an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Qur'an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.  Al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur'an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur'an, maka al-Qur'an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur'an.  Al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur'an dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur'an. (QS 15:9)  Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist).

b. As-Sunnah As-Sunnah atau disebut juga Hadist adalah : segala perkataan, perbuatan, dan apa-apa yang diperbolehkan oleh Nabi Muhammad SAW. c. Ijtihad Yaitu penggunaan akal (dalil aqli) untuk menemukan suatu keputusan hukum yang tidak diterapkan secara eksplisit dalam Al-qur’an dan As-sunnah.

2. Aqidah Islam Aqidah membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah dan sifat-sifat-Nya, yang berkaitan dengan rasul rasul-Nya, dan juga yang berkaitan dengan malaikat, kitab kitab, hari akhir, dan takdir (qodho dan qodar) Kepatuhan terhadap ajaran islam, atau keterikatan seorang muslim dengan Islam meliputi: a. Iman, yaitu meyakini ajaran Islam b. Amal, yaitu melaksanakan ajaran Islam c. Ilmu, yaitu mempelajari Islam d. Da’wah/jihad, yaitu menyebarluaskan agama Islam dan membelanya e. Sabar, yaitu tabah dalam ber-Islam

3. Syariah Syari’ah adalah sistem hukum yang didasari Al-Qur’an, As-Sunnah, atau Ijtihad. Seorang pemeluk Agama Islam, berkewajiban menjalankan ketentuan ini sebagai konsekwensi dari ke-Islamannya. Menjalankan syari’ah berarti melaksanakan ibadah. Dalam hal ini tidak hanya yang bersifat ritual, seperti yang termaktub dalam Rukun Islam, seperti: bersyahadat, sholat, zakat, puasa, dan berhaji bagi yang mampu. Akan tetapi juga meliputi seluruh aktifitas (perkataan maupun perbuatan) yang dilandasi keiman terhadap Allah SWT. Perkataan syari’at (syari’ah) (dalam bahasa arab) berasal dari kata syari’, secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Syari’at adalah suatu

jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah sebagai patokan hidup setiap muslim. Secara sederhana hukum syari’at adalah semua ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.

KEPRIBADIAN ISLAM

Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial senantiasa mengalami warna warni kehidupan. Berbagai macam cara dilakukan agar manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan terhindar dari hal-hal yang mengecewakan. Mampu tidaknya seseorang dalam mencapai keinginannya tergantung dari vitalitas, temperamen, watak serta kecerdasan seseorang. Kepribadian juga merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ia akan ikut menentukan sukses tidaknya seseorang. Kepribadian meskipun ia merupakan faktor yang penting dalam kejiwaan dan berada pada tataran rohani namun wujudnya dapat terlihat pada tingkah laku dan sikap hidup seseorang. ‫ب لَ َكانَْ َخي ًْرا‬ ِْ ‫ل ْال ِكتَا‬ ُْ ‫اّلل َولَ ْْو آ َمنَْ أ َ ْه‬ َِّْ ‫ن ْال ُم ْن َك ِْر َوتُؤْ ِمنُونَْ ِب‬ ِْ ‫ع‬ ِْ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَْ ِب ْال َم ْع ُر‬ ْ ِ َّ‫ت ِللن‬ ْْ ‫ْر أ ُ َّمةْ أ ُ ْخ ِر َج‬ َْ ‫ُك ْنت ُْْم َخي‬ َ َْ‫وف َوت َ ْن َه ْون‬ َْ‫لَ ُه ْْم ِم ْن ُه ُْم ْال ُمؤْ ِمنُونَْ َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُْم ْالفَا ِسقُون‬

Artinya : “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan kepada manusia. Kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Dan kalian beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Demikian firman Allah SWT, yang seharusnya diusahakan oleh ummat Islam perwujudannya, yakni menjadi ummat terbaik, ummat terunggul. Berkemampuan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Tapi, faktanya sekarang ini masih jauh dari harapan. Tanpa menutup mata terhadap gejala kebangkitan di sana-sini yang mulai nampak, secara umum nasib ummat Islam tidak menggembirakan. Ummat dan negeri-negeri Islam, sama sekali tidak berdaya menyelesaikan problemanya sendiri, Mengapa demikian? Gejala penyebab yang melanda ummat muslim adalah “cinta dunia dan takut mati”. Maka ummat Islam memerlukan perbaikan. Pada hakekatnya kepribadian Islam atau Syakhshiyah Islamiyah terbentuk dari aqliyah Islamiyah (pola pikir Islam) dan nafsiyah Islamiyah (sikap jiwa Islami). Artinya, seseorang dikatakan memiliki syakhshiyah Islamiyah, jika dalam dirinya terbentuk aqliyah dan nafsiyah yang islami. Aqliyah Islamiyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat pada diri seseorang bila ia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh terhadap Aqidah Islamiyah dan ia memiliki ilmu-ilmu keislaman yang cukup untuk bersikap terhadap berbagai ide, pandangan, konsep dan pemikiran yang ada di masyarakat, kemudian pandangan dan konsep tersebut distandarisasi dengan ilmu dan nilai-nilai islami. Untuk memperoleh Aqliyah islamiyah yang kuat, hanya bisa diraih dengan cara menambah khasanah ilmu-ilmu islam (tsaqofah islamiyah), sebagaimana dorongan islam bagi umatnya untuk terus menerus menuntut ilmu kapanpun dan dimanapun.

BAB 3 KONSEP KETUHANAN ISLAM

Definisi Tuhan Ibnu Taimayah memberikan definisi tuhan sebagai sesuatu yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertakwa kepada-Nya untuk keselematan dirinya di dunia dan akherat, dan juga tempat untuk meminta perlindungan kepada-Nya. Dalam konsep agama Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa. Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.

Definisi Tuhan Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma’ul husna artinya: “nama-nama yang paling baik”) yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah “Maha Pengasih” (ar-rahman) dan “Maha Penyayang” (ar-rahim). Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah hatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan 1. Pemikiran Barat Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut: a. Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif.

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan b. Animisme Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. c. Politeisme Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. d. Henoteisme Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan e. Monoteisme Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk Monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme. 2. Pemikiran Umat Islam Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu: a. Mu’tazilah Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam.

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan b. Qodariah Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. c. Jabariah Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah d. Asy’ariyah dan Maturidiyah Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam.

Filsafat Ketuhanan Dalam Islam Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Sedangkan Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan. Dalam filsafat Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).

Filsafat Ketuhanan Dalam Islam Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Filsafat ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Menurut para mufasir (ahli agama), melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq [96]:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah tentang diri-Nya”. Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).

Filsafat Ketuhanan Dalam Islam 2. Filsafat Tuhan berdasar spekulasi Spekulasi adalah membuat suatu keputusan dengan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki dan keyakinan untuk mendapatkan yang diinginkan, dengan pemikiran yang matang walaupun kadang hasil yang diterima tidak sesuai harapan. Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mengubah AlQur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari berfikir rasional hingga agnostisisme (ada teorinya) dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.

Pembuktian Wujud Tuhan Adanya alam organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan. Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan pencipta adalah Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta. Pembuktian dengan pendekatan seperti diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam menggunakan pembuktian semacam itu, Plato telah mengemukakan teori dalam bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan.

Proses Terbentuknya Iman Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau majusi”. Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah SWT adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah SWT. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

BAB 4 KEIMANAN DAN KETAKWAAN

Keimanan Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminuimanan yang secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang artinya “Adapun orangorang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”. Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya. Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan mengucapkan dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (tashdiiqun bil qolbi waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.

Keimanan dan Ciri - cirinya Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya. Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari tanda-tandanya seperti: 1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan berusaha agar Allah SWT tidak lepas dari ingatannya. 2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan 3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya 4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah 5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan 6. Memelihara amanah dan menepati janji

Manfaat Keimanan Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia: 1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda 2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut 3. Iman memberikan ketentramann jiwa 4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik 5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Ketakwaan Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut, menjaga, memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib, “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah SWT karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya."

Karakteristik Ketakwaan Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan: 1. Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, iman kepada hari kiamat, serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman. 2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai umat manusia. 3. Mendirikan shalat, puasa dan zakat 4. Menepati janji 5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan 6. Menahan amarah dan memaafkaan orang lain.

BAB 5 HAKIKAT MANUSIA

Pengertian Manusia Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan pikiran

Asal Kejadian Manusia Asal usul manusia dalam Islam dapat dijelaskan dalam proses penciptaan manusia pertama yakni nabi Adam As. Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan diberikan ilmu pengetahuan dan kesempurnaan dengan segala karakternya. Allah mengangkat Adam dan manusia sebagai khalifah dimuka bumi sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan engkau?” Tuhan berfirman:”sesungguhnya aku mengetahui apa yan tidak kamu ketahui”.(QS.Al-Baqarah : 30)

Proses penciptaan manusia dijelaskan dalam al-Qur’an dan bahkan penjelasan dalam Alqur’an ini kemudian terbukti dalam ilmu pengetahuan yang ditemukan setelah turunnya Alqur’an. Ada lima tahap dalam penciptaan manusia yakni al-nutfah, al-‘alaqah, almudhgah, al-‘idham, dan al-lahm sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini ”Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, dan segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami jadikan segumpal daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun ayat 12-14)

Tujuan Penciptaan Manusia Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia. Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya. Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.

Fungsi dan Peran Manusia Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antaranya adalah: 1. Belajar 2. Mengajarkan ilmu 3. Membudayakan ilmu Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba & Khalifah Allah SWT 1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan, Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka). 2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.

Hakikat Manusia Hakikat manusia adalah sebagai berikut : 1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. 3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. 4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya. 5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. 6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

BAB 6 NILAI, NORMA, DAN ETIKA

Pengertian Nilai Nilai adalah standart tingkah laku, keindahan, keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Nilai adalah bagian dari potensi manusiawi seseorang, yang berada dalam dunia rohaniah (batiniah, spiritual), tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan sebagainya. Namun sangat kuat pengaruhnya serta penting peranannya dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu system yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi sekitar bagian-bagiannya. Nilai tersebut lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan pola dari system sosial.

Pengertian yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia mencakup : 1. Wajib dan Fardhu Yakni bila dikerjakan mendapat pahala, dan bila ditinggalkan akan mendapat siksa atau berdosa. 2. Sunnah dan Mustajab Yakni bila dikerjakan maupun ditinggalkan akan tidak disiksa. 3. Mubah dan Jaiz Yaitu bila dikerjakan maupun ditinggalkan tidak akan disiksa atau berdosa. 4. Makruh Yaitu bila dikerjakan orang tidak disiksa atau berdosa, hanya tidak disukai Allah, dan bila ditinggalkan tidak mempengaruhi pahala. 5. Haram Yakni bila dikerjakan orang akan mendapat siksa atau berdosa, dan bila tidak dikerjakan akan mendapatkan pahala.

Nilai yang mencakup dalam system nilai Islami yang merupakan komponen adalah : • Sistem nilai luhur yang senada dan senafas dengan Islam • Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akherat. • system nilai tingkah laku dari manusia yang mengandung hubungan pribadi dengan lainnya.

Nilai dapat dibagi menjadi 3, yaitu : • Nilai material artinya segala sesuatu yang berguna bagi manusia. • Nilai vital artinya segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas atau kegiatan. • Nilai kerohanian artinya segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu : a. nilai kebenaran/keyakinan yaitu nilai yang bersumber dari akal manusia b. nilai keindahan yaitu nilai yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan atau estetika) c. nilai moral/kebaikan yaitu nilai yang bersumber dari unsur kehendak /kemauan(karsa,etika) d. nilai relegius yaitu nilai yang bersumber dari kekyakinan atau kepercayaan manusia, yang merupakan nilai kebutuhan kerohanian yang tinggi dan mutlak Fungsi dari nilai social

Pengertian Norma

Tolak ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan tindakan manusia. Normal juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai benar/salah. yang melanggar norma dapat hukuman yang berwujud sanksi, seperti sanksi agama dari Tuhan dan dapartemen agama, sanksi akibat pelanmggaran susila, kesopanan, hukum, maupun kebiasaan yang berupa sanksi moral dari masyarakat.

Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada lima :

• • • • •

norma agama norma susila norma kesopanan norma kebiasan norma hukum,

Pembentukan Moral Melalui Pendidikan Agama Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara lahiriyah dan bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan manusia bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah hidupnya ke depan. Sedangkan secara bathiniyah pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama, sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun kolektif. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan pada setiap orang sesuai dengan tata aturan. Selain itu agama juga mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, banyak ayat-ayat kauniyah yang menganjurkan umatnya untuk selalu belajar kapanpun dan dimanapun, atau dengan istilah long life education sebagai motivasi agama untuk dunia pendidikan. Misalnya wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah tentang pendidikan, yaitu bagaimana kita membaca perkembangan diri sendiri, orang lain bahkan dunia dengan pengetahuan yang berorientasi agama (ketuhanan). Oleh sebab itu pendidikan agama (Islam) akan memberi “imunisasi” pada jiwa seseorang untuk selalu berada dalam jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama itu sendiri, yang selalu mengajarkan kebenaran hakiki pada setiap aktifitas pemeluknya.

Pendidikan agama pada dunia pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai ketuhanan, karena dalam pendidikan agama (Islam) diberikan ajaran tentang muamalah, ibadah dan syari’ah yang merupakan dasar ajaran agama. Hal inilah yang menjadikan pendidikan agama sebagai titik awal perkembangan nilai-nilai agama pada anak. Sebagai contoh, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk bershadaqah, dengan shadaqah anak didik diharapkan peduli dengan masyarakat sekitar yang membutuhkan uluran tangah/bantuan. Shadaqah ini mengajarkan nilainilai sosial (muamalah) dalam berinteraksi di masyarakat. Dengan shadaqah seorang anak didik akan merasakan bahwa “saling membutuhkan” pada setiap orang adalah ciri dari kehidupan. Ini merupakan contoh kecil dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Dari contoh di atas mengajarkan “simbiosis mutualisme” dalam kehidupan yang menjadikan suatu bukti bahwa betapa pentingnya nilai-nilai agama diajarkan kepada anak, dimana dalam dunia pendidikan dicakup dalam satu bidang garapan yaitu pendidikan agama. Pendidikan agama dalam kehidupan tidaklah sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, melainkan juga orang tua sebagai contoh nyata dalam kehidupan anak. Bagaimana mungkin anak akan menjadi baik, jika orang tuanya hidup dalam ketidakbaikan. Oleh karena itu pendidikan agama harus ditanamkan kepada anak dimanapun ia berada, baik formal maupun non formal.

Pengertian Etika Dalam tradisi filsafat istilah etika lazim difahami sebagai suatu teori ilmu pengetahuan yang mendiskusikan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk berkenaan denganperilaku manusia. Dengan kata lain, etika merupakan usaha dengan akal budinya untuk menyusun teori mengenai penyelenggaraan hidup yang baik. Persolan etika muncul ketika moralitas seseorang atau suatu masyarakat mulai ditinjau kembali secara kritis. Moralitas berkenaan dengan tingkah laku yang konkrit, sedangkan etika bekerja dalam level teori. Nilai-nilai etis yang difahami, diyakini, dan berusaha diwujudkan dalam kehidupan nyata kadangkala disebut ethos.

Karakteristik Etika Islam • Etika islam mengajarkan dan menuntut manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan dar tingkah laku yang buruk. • Etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatun, didasarkan pada ajaran Allah SWT. • Etika islam beersikap universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia. • Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrahmanusia ke jenjang akhlak yangluhur dan meluruskan perbuatanmanusia.

Macam-macam etika • Etika Deskriptif Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu yang memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis. • Etika Normatif Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat. • Etika Metaetika Merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan menyelidiki serta menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif yang diungkapkan lewat pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan. Istilsh-istilah normatif yang sering mendapat perhatian khusus, antara lain keharusan, baik, buruk, benar, salah, yang terpuji, tercela, yang adil, yang semestinya.

Persamaan nilai, etika, dan norma Pertama, etika, norma, dan nilai mengacu kepada ajaran atau gambar tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik. Kedua, etika, norma, dan nilai merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya. Ketiga, etika, norma, dan nilai seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.

Perbedaan nilai, norma, dan etika Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Tuhan. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.

Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berart ibudi pekerti, tabiat atau watak yang tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan keputusan, peraturan) “ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung” ( Q.S Al-Qalam: 4 )

Etika deskriptif

Etika Normatif

Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.

Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari.

• Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia • Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa • Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang. • Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya. • Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari Etika bergaul dengan orang • Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat. • Memaafkan kekeliruan orang lain dan tidak mencari-cari kesalahan kesalahan orang lain.

Etika makan dan minum • Berupaya untuk mencari makanan yang halal. • Hendaknya mencuci tangan sebelum makan dan begitu juga setelah makan. • Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. • Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.

MORAL Pengertian Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.

Perbedaan Antara Etika dan Moral Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

AKHLAK Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).

Faktor-faktor pembentuk akhlaq : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Instinct (naluri) Nutritive instinct (auri maka sejak lahir) Sexual istinct (naluri berjodoh) Paternal instinct (naluri keibuan dan kebapakan) Combative instinct (naluri berjuang) Naluri bertuhan Keturunan

Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak: • Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. • Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. • Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. • Dilakukan dengan sungguh-sungguh. • Dilakukan dengan ikhlas.

Macam-Macam Akhlak 1. Akhlak kepada Allah a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah. b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada diri sendiri a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah. b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya. c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. 4. Akhlak kepada sesama manusia a. Akhlak terpuji (Mahmudah) • Husnuzan Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib. • Tawaduk Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. • Tasamu Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. • Ta’awun Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.

b) Akhlak tercela (Mazmumah) • Hasad Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung. • Dendam Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. • Gibah dan Fitnah Adalah membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. • Namimah Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.

Manfaat etika, moral dan akhlak dalam kehidupan : 1. Menjadikan insan yang lebih taqwa kepada Allah. 2. Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 3. Memperbaiki tingkah laku manusia untuk menjadi pribadi yang baik. 4. Mengetahui dampak positif hidup rukun dalam kehidupan. 5. Memahami pentingnya arti persatuan di dalam kehudipan. 6. Menumbuhkan kesadaran pribadi untuk membentuk nuansa kebersamaan dalam kehidupan sosial. 7. Dapat berperilaku mahmudah yaitu berakhlak terpuji dan mampu mennghindari akhlak madzmumah.

Perbedaan antara akhlak, moral dan etika Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat olehsuatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata seharihari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya “ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(HR. Ahmad). Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

BAB 8 PRANATA SOSIAL DAN PERADABAN ISLAM

PENGERTIAN Pranata sosial dalam ajaran Islam adalah nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial Masyarakat Muslim berdasarkan syari'at Islam. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada masa dahulu untuk diimplementasikan masa sekarang.

Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain, walaupun ia sendiri dilahirkan sendirian tetapi ketika berinteraksi dengan lingkungan ia memerlukan banyak orang untuk saling mengenal bekerjasama dan saling tolong menolong. Hal ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Surah al-Hujurat ayat 13 :

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

FAKTOR – FAKTOR a) Pranata dibidang Agama b) Pranata dibidang Ekonomi Islam c) Pranata keluarga yang Islamiyah d) Pranata pendidikan dalam Islam e) Pranata politik dalam Islam

a) Pranata dibidang agama Dalam Islam al-Qur’an dan hadits adalah sumber hukum yang harus dipatuhi dan serta harus adil dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan wahyu Allah sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” Islam sangat menekakan aspek spritual keagamaan dimana Wahyu Tuhan sebagai pedoman hidup Umat Islam, agar Islam yang kita pahami sekarang tidaklah sama seperti zaman dahulu, karena adanya perubahan zaman dan waktu.Oleh sebab itu, pintu ijtihad tetap selalu terbuka dengan berdasarkan moralitas dan fitrah kemanusiaan sehingga eksistensi Ajaran Islam berkembang dengan baik, maka Islam dapat bertahan hingga kini. Terbentuklah lembaga ke-Islaman seperti Majlis Ulama' Indonesia (MUI) sebagai wahana bagi Umat Islam untuk meminta kejelasan hukum terhadap suatu permasalahan. Pengadilan Agama Islam sebagai wahana untuk menyelesai berbagai macam perkara hukum bagi Umat Islam baik menyangkut masalah perkawinan, perceraian, wakaf dan lain sebagainya

b) Pranata dibidang ekonomi Dalam Islam faktor ekonomi merupakan hal sangat penting dalam membangun kesejahteraan Umat Islam. Salah satu buktinya adalah eksistensi Bank Syari`ah dan mu`amalat di Indonesia. Keberadaan sudah teruji dan terbukti ketika ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi maka bank ini tetap bertahan, sebab prinsip yang ditanamkan adalah bagi hasil dan tidak ada yang dirugikan malah sebaliknya sama-sama untung.Ide yang dibangun dari bank syari’ah adalah bebas dari riba, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 275

Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (ayat 276). Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” Ayat ini memberikan pelajaran pada kita bahwa Islam memperhatikan konsp ekonomin yang mengajarkan pada kita untuk berlaku jujur dan tidak merugikan orang lain sehingga dengan kejujuran tersebut dapat menghilangkan dari praktek riba dan monopoli, maka nikmat yang dirasakan oleh semua orang.

c) Pranata keluarga yang Islamiyah

Ayat tersebut mengajarkan bahwa faktor keimanan seseorang sebagai hal yang paling utama dalam membina rumah tangga sebab keimanan dapat menjaga keharmonisasian rumah tangga, jika rumah tangga tersebut harmonis maka akan membentuk kehidupan sosial suatu masyarakat juga menjadi harmonis. Akan tetapi sebaliknya, keadaan sosial yang terjadi pada masa sekarang pada masyarakat modern dirasakan kurang ikatan kekeluargaan mulai dari lingkungan keluarga sampai masyarakat mulai melemah sebab dominasi sikap individu dan kesibukan kerja untuk mengejar karir dan harta. Inilah yang terjadi pada mayoritas Masyarakat Indonesia sekarang. Padahal sebaliknya, Islam mengajarkan pada kita untuk mempererat ikatan kekerabatan sebagai prioritas utama, mulai dari rumah tangga sampai tetangga. Rasulullah SAW menyatakan bahwa “Rumahku adalah Surgaku dan saling menghormati tetangganya” artinya adalah kaum muslim wajib menjaga keutuhan rumah tangga dan berbuat baik pada tetangganya.

Ciri-ciri keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah 1. Semua anggota keluarga, suami dan Istri serta anakanaknya, dihiasi dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Dengan kata lain, nilai-nilai agama diimplementasikan dengan baik. 2. Hubungan suami istri dibangun atas dasar saling membutuhkan. 3. Suami dan istri dengan khlas menunaikan kewajiban masing-masing dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT. 4. Rezeki yang selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. 5. Terjalin komunikasi aktif (musyawarah) antar anggota keluarga 6. Ungkapan-ungkapan mesra antara suami istri

d) Pranata pendidikan dalam Islam

Artinya: “ Hai, orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Islam sangat menjunjung tinggi orang yang berilmu pengetahuan yang diikuti keimanan yang mantap, tentu saja untuk memperoleh pengetahuan tersebut perlu belajar. Maka dengan sendirinya belajar itu menjadi wajib hukumnya. Begitu juga dengan kehidupan sekarang bahwa posisi orang yang berilmu dan berbuat baik mempunyai kesempatan menduduki posisi yang mulya. Bagi kehidupan masyarakat modern memandang penting masalah pendidikan untuk masa depannya. Asumsi yang muncul adalah semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar peluang ia mendapatkan pekerjaan dan mencapai karir. Islam mengajarakan hal yang sama pada kita. Rasulullah SAW berpesan “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai tiang lahat” atau dalam Teori Ilmu Pendidikan terdapat istilah long live education maksudnya adalah pendidikan sepanjang masa. Oleh sebab itu, adanya dilembaga-lembaga Pendidikan Islam berupa Pondok Pasantren, sekolah Islam, dan yayasan Islam lainnya merupakan wujud pranata sosial umat Islam dalam bidang pendidikan.

BAB 9 KONSEP HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI ISLAM

Pengertian Hukum Islam Pengertian hukum adalah Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuhdan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Sedangkan pengertian hukum islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukumhukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).

Ruang Lingkup Hukum Islam Hukum Islam dibagi ke dalam dua bagian : 1. Bidang Ibadah (ibadah mahdah) Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukan seorang muslim dalam berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. 2. Mu’amalah ( ibadah ghairu mahdah) Mu’amalat adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan dengan kehidupan sosial manusia.Yang sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtiad manusia yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu.

Tujuan Hukum Islam Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan. Mengarahkan manusia kepada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat kelak. Menurut Abu Ishak al-shatibi : 1. Memelihara agama 2. Memelihara jiwa 3. Memelihara akal 4. Memelihara keturunan 5. Memelihara harta

Sumber hukum islam Berikut sumber hukum islam : 1. Al-Qur’an Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab disertai kebenaran agar dijadikan hujjah(argumentasi) dalam hal pengakuannya sebagai rasul dan agar dijadikan sebagai pedoman hukum bagi seluruh ummat manusia, di samping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya. 2. As-Sunnah Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan / persetujuan / diamnya) Rasulullah saw terhadap sesuatu hal/perbuatan seorang shahabat yang diketahuinya. Sunnah merupakan sumber syariat Islam yang nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur’an karena sebenarnya Sunnah juga berasal dari wahyu. 3. Al-Ijtihad Al-Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga berdasar pada QS.4 : 59 yang berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taat kepada ketentuan-ketentuan Rasul (sunah/hadits) serta taat mengikuti ketentuan-ketentuan Ulil Amri (Ijtihad). Al-Ijtihad yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu persoalan yang tidak ditegaskan secara langsung oleh Al-Qur’an dan atau Hadits dengan cara istinbath (menggali kesesuaiannya pada Al-Qur’an dan ataupun Hadits) oleh ulama-ulama yang ahli setelah wafatnya Rasulullah.

Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat a. Fungsi Ibadah Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang. b. Fungsi Amar Ma’ruf Hukum Islam sebagai hokum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Ketika suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Hukum Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar hokum tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas.

c. Fungsi Zawajir Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai dengan ancaman hokum atau sanksi hokum.Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut d. Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam halhal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hokum yang berkenaan dengan masalah yang lain, yakni masalahmuamalah, yang pada umumnya hokum Islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.

HAK ASASI MANUSIA

Pengertian : HAM merupakan hak yang secara alamiah diperoleh seseorang sejak lahir, karena itu HAM sejalan dengan fitrah manusia itu sendiri. HAM dalam Islam tidak semata-mata menekanakan kepada hak asasi saja, tetapi juga dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi kepada Allah sebagai Penciptanya. Konsep : Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentangh persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia

Pandangan HAM dalam islam

HAM menurut Islam : “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu.” (H.R Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Kewajiban umat Islam : Setiap orang harus mengakui hak-hak orang lain, karena hal ini merupakian sebuah kewajiban yang dibebankan oleh agama untuk mematuhi hukum Allah

Kewajiban dalam Islam : a. Huququllah (hak-hak Allah) : kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah SWT diwujudkan dengan ritual ibadah. b. Huququl’ibad (hak-hak manusia) : kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan makhluk Allah lainnya. Rumusan HAM dalam Islam 1. Hak-hak Alamiah a. Hak Hidup b. Hak kebebasan beragama dan kebebasan pribadi c. Hak bekerja 2. Hak Hidup a. Hak pemilikan b. Hak berkeluarga c. Hak keamanan d. Hak keadilan e. Hak saling membela dan mendukung f. Hak keadilan dan persamaan

DEMOKRASI

Demokrasi adalah pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka pilih dibawah sistem pemilihan bebas. Selain itu, demokrasi juga menyerukan kebebasan manusia secara menyeluruh dalam hal : a. Kebebasan beragama b. Kebebasan berpendapat c. Kebebasankepemilikan d. Kebebasan bertingkah laku

Ciri demokrasi dalam Islam 1. Berada di bawah payung agama Islam 2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya yang tentunya sesuai dengan nilai-nilai Islam 3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah 4. Suara mayoritas tidak bersifat mutlak meskipun tetap menjadi pertimbangan utama dalam musyawarah 5. Musyawarah hanya berlaku pada persoalan ijtihad; bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Al-Qur’an dan sunnah 6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama Islam 7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oloeh semua warga

Prinsip Demokrasi dalam Islam 1. Syura adalah suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam Al-Qur’an 2. Al-’adalah adalah keadilan, artinya dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana, tidak boleh kolusi dan nepotis 3. Al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. 4. Al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada orang lain, sehingga amanah harus dijaga dengan baik. 5. Al-Masuliyyah adalah tanggung jawab 6. Al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya setiap orang, setiap warga masyarakat diberi kebebasan untuk mengekspresikan pendapatnya.

BAB 10 KONSEP MASYARAKAT MADANI DAN KERUKUNAN

Pengertian dan Sejarah Masyarakat Madani Munculnya konsep masyarakat madani di berbagai belahan dunia dilatarbelakangi adanya ketidakpuasan beberapa kalangan akibat kurang kondusifnya tatanan sosial yang belum menerapkan prinsip toleransi, kebebasan publik, terjadinya kesenjangan sosial, dan diskriminasi yang merajalela. Hal ini menyebabkan masyarakat yang ada belum mencerminkan masyarakat yang berperadaban maju. Pengertian masyarakat madani dalam arti yang luas sangat beragam. Hal ini disebabkan konsep masyarakat madani muncul di berbagai belahan dunia dengan latar belakang yang berbeda pula. Di Barat telah dikenal dengan istilah civil society meskipun tidak semua kalangan sependapat bahwa civil society adalah padanan dari kata masyarakat madani. Masyarakat madani lebih dekat dengan istilah mujtama’ madani yang merupakan konsep tatanan ideal bermasyarakat yang telah diterapkan oleh Rasulullah SAW ketika membangun masyarakat Madinah.

Untuk memahami konsep masyarakat madani, terlebih dahulu perlu diketahui pengertiannya. Secara harfiah, kata “masyarakat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sejumlah manusia dalam arti seluas – luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Kata “madani” berasal dari bahasa Arab madinatun yang berarti kota atau berhubungan dengan perkotaan yang menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang berperadaban. Kata madaniyun dalam bahasa Arab juga diartikan dengan peradaban atau hadharah. Namun demikian, kata madani disini penekanannya bukan terletak pada unsur geografis, melainkan karakter atau sifat – sifat tertentu yang cocok untuk penduduk sebuah kota.

Tujuan Masyarakat Madani Konsep masyarakat madani ditelaah dari penafsiran Al – Qur’an dengan umat yang terbaik (khairah ummah), masyarakat yang seimbang (ummatan wasathan), dan masyarakat moderat (ummah muqtashidah). Kutipan ayat – ayat yang menggunakan istilah – istilah tersebut sebagai berikut. 1. Khairah ummah dalam QS. Al – Imran (3): 110 َْ‫ن ْال ُم ْن َك ِْر َْوتُؤْ ِمنُون‬ ِْ ‫ع‬ ِْ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَْ ِب ْْال َم ْع ُر‬ ْ ِ َّ‫ت ِللن‬ ْْ ‫ْر أ ُ َّمةْ أ ُ ْخ ِر َج‬ َْ ‫ُك ْنت ُْْم َخي‬ َ َْ‫وف َوت َ ْن َه ْون‬ َْ‫ب لَ َكانَْ َخي ًْرا لَ ُه ْْمْۚ ِم ْن ُه ُْم ْال ُمؤْ ِمنُونَْ َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُْم ْالْفَا ِسقُون‬ ِْ ‫ل ْال ِكتَا‬ ُْ ‫اّللْۗ َولَ ْْو آ َمنَْ أ َ ْه‬ َِّْ ‫ِب‬ Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang – orang yang fasik.

2. Ummatan wasathan dalam QS. Al – Baqarah (2): 143

َٰ ْ ‫ْۗو َماْ َج َْع ْلن‬ ً ‫س‬ ُ ْ‫طاْ ِلتَ ُكونُوا‬ َْ‫َاْال ِق ْبلَة‬ ْ ِ َّ‫علَىْالن‬ َ ْ‫علَ ْي ُك ْم‬ ُ ‫ْالر‬ َّ َ‫اس َو َي ُكون‬ َ ُْ‫سول‬ َ ْ‫ش َه َدا َء‬ َ ‫ْو‬ َ ْ‫ش ِهيدًا‬ َ ً‫َو َك َذ ِل َكْ َج َع ْلنَا ُك ْمْأ ُ َّمة‬ ْ ‫ْۚو ِإ ْنْ َكان‬ ْ َ‫علَىْالَّذِين‬ ْْ ‫ْم َّم‬ َ ‫الَّتِيْ ُك ْن‬ ُ ‫ن َي ْنقَ ِل‬ ِ ‫سو َل‬ ُ ‫ْالر‬ َّ ‫علَ ْي َهاْ ِإ ََّّلْ ِلنَ ْعلَ َمْ َم ْنْ َيت َّ ِب ُع‬ َ ْ‫َتْلَ َكِْبي َرةًْ ِإ ََّّل‬ َ ْ‫علَ َٰى‬ َ ْ‫ب‬ َ ْ‫ت‬ َ ْ‫ع ِق َب ْي ِه‬ ْ‫ْر ِِيم‬ َّ َ‫ْۗو َماْ َكان‬ َّ ‫َه َد‬ ِ َّ‫َّْللاْبِالْن‬ ِ ُ‫َّْللاُْ ِلي‬ َ ‫اسْلَ َر ُءوف‬ َ ُْ‫ىَّْللا‬ َ َّ ‫ضي َعْ ِإي َمانَ ُك ْمْْۚ ِإ َّن‬

Artinya: Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang – orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia – nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

3. Ummah muqtashidah dalam QS. Al – Mai’dah (5): 66

ْ‫ت‬ ْْ ‫ن َف ْوقِ ِه ْْم َو ِم‬ ْْ ‫ن َر ِب ِه ْْم ََل َ َكلُوا ِم‬ ْْ ‫ل ِإلَ ْي ِه ْْم ِم‬ َْ ‫اْل ْن ِجي َلْ َو َما أ ُ ْن ِز‬ ِ ِْ َ ‫ن ْت‬ ِ ْ ‫َولَ ْْو أَنَّ ُه ْمْ أَقَا ُموا الت َّ ْو َراْة َ َو‬ َْ‫سا َْء َما يَ ْع َملُون‬ ِ َ ‫أ َ ْر ُج ِل ِه ْْمْۚ ِم ْن ُه ْْم أ ُ َّمةْ ُم ْقت‬ َ ‫ص َدةْْۖ َو َكثِيرْ ِم ْن ُه ْْم‬

Artinya: Dan sekiranya mereka sungguh – sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al – Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. Dari kutipan ketiga ayat tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Al – Qur’an mengindikasikan kelebihan yang dimiliki oleh orang – orang muslim sebagai umat yang terbaik, umat yang tawasut atau moderat jika telah benar – benar mengamalkan nilai – nilai yang diajarkan oleh Islam.

Perbedaan konsep masyarakat madani dengan konsep civil society adalah adanya pemahaman yang berbeda. Islam di sini dalam konteks keimanan atau akidah keislaman merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dalam ranah penerapan konsep tersebut. Dengan demikian, sangat masuk akal ketika ayat yang pertama di atas menyebutkan andai kata ahli kitab itu beriman akan berpotensi menjadi umat yang baik pula. Selain dari ketiga ayat diatas, ada juga ayat yang berkaitan dengan visi kemasyarakatan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al – Imran: 103 – 104. Ayat 103: ْ‫فْ َبيْنَ ْقُلُو ِب ُك ْم‬ َْ َّ‫علَ ْي ُك ْمْ ِإ ْذْ ُك ْنت ُ ْمْأَ ْع َدا ًءْفَْأ َل‬ َ ‫ْۚوا ْذ ُك ُرواْنِ ْع َْم‬ َّ ‫ت‬ َّ ‫ص ُمواْ ِب َِ ْب ِل‬ َ ِْ‫َّْللا‬ ِ َ‫َوا ْعت‬ َ ْ‫اْو ََّلْتَفَ َّرقُوا‬ َ ً‫َّْللاِْ َج ِميع‬ ْ‫َّللاُْلَ ُك ْمْآ َيا ِت ِهْلَ َعلَّ ُك ْم‬ ُْ ‫ْم ْن َهاْْۗ َك َٰ َذ ِل َكْيُ َبِْي‬ ِْ ‫شفَاْ ُِ ْف َرة‬ َ ْ‫علَ َٰى‬ َّ ‫ن‬ ِ ‫ارْفَأ َ ْنقَ َذ ُك ْم‬ ْ َ ‫فَأ‬ َ ْ‫اْو ُك ْنت ُ ْم‬ ِ َّ‫ْمنَ ْالن‬ َ ً‫ص َب ِْت ُ ْمْ ِب ِن ْع َم ِت ِهْ ِإ ْخ َوان‬ َْ‫تَ ْهتَدُون‬ Ayat 104: ْ ‫ع ِن‬ ْ َ‫عونَ ْإِل‬ َْ‫ْوأ ُ لو َٰلَِِ َكْ ُْه ُمْٱ ْل ُم ْف ِل ُِون‬ ُ ‫نْمن ُك ْمْأ ُ َّمةْيَ ْد‬ ِ ‫ْويَأ ْ ُم ُرونَ ْبِ ْٱل َم ْع ُْر‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك‬ َ ْ َ‫ْويَ ْن َه ْون‬ َ ‫ْٱل ُمن َك ِر‬ َ ‫وف‬ َ ‫ىْٱل َخي ِْر‬

Artinya: (103) Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai – berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh – musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang – orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat – ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (104) Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang – orang yang beruntung. Kedua ayat ini memiliki hubungan yang erat: 1. Ayat pertama adalah perintah untuk membentuk kesatuan umat yang bersatu di bawah hukum Illahi. 2. Ayat kedua dapat ditafsirkan agar ada sekelompok orang, mungkin di antara pemimpin masyarakat, yang membantu ummah atau organisasi (menurut Ibnu Khaldun, organisasi di zaman modern tak lain adalah negara atau pemerintahan).

Ada dua visi kemasyarakatan yang dapat ditarik dari ayat 103 1. Pertama, kesatuan umat yang menghindarkan diri dari perpecahan. Dalam konteks sejarah Indonesia, visi ini diterjemahkan menjadi sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. 2. Kedua, adanya hukum yang disepakati sebagi pegangan. Tanpa hukum, masyarakat akan kebingungan dengan apa mereka harus berpegangan. Hukum sebagai penyelaras yang mengontrol tatanan masyarakat. Dengan demikian, telah jelas bahwa munculnya konsep masyarakat madani adalah dalam upaya membentuk masyarakat yang memiliki peradaban yang tinggi. Artinya, semua elemen, baik pemerintahan maupun masyarakat dapat menjalankan tugas sesuai peran masing – masing tanpa tumpang tindih. Jika hal itu dilakukan, masyarakat yang sejahtera, berpendidikan, dan memiliki loyalitas tinggi terhadap negara dan kesatuan warga negara dapat tercipta.

Karakteristik Masyarakat Madani • Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi. • Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara seagama maupun terhadap umat agama lain. Secara sederhana, toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. • Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekadar kebebasan dan persaingan. Demokrasi juga suatu pilihan untuk bersama – sama membangun dan memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera. Selain ketiga ciri dasar di atas, masyarakat madani juga mempunyai ciri – ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi, hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak dan moral yang baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, dan menentukan nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.

Piagam Madinah dan Potret Kerukunan Antar Umat Beragama Perjuangan dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah SAW melalui tahapan yang panjang. Dakwah islam mula-mula dengan cara diam-diam. Setelah wahyu yang mengutus Rasulullah SAW untuk menyampaikan kepada orang lain turun beliau berdakwah kepada kerabat dekatnya dan setelah itu disebarkan secara terangterangan. Setelah perjuangan dakwah Islam di Mekah di rasa cukup Rasulullah SAW berdakwah ke luar Mekah. Di antara bukti-bukti yang meneladani kaum muslimin untuk bisa hidup bermasyarakat yang madani adalah dengan melihat kronologi dan rangkaian-rangkaian dakwah yang dilakukan Rasul SAW saat di Madinah. Dillokasi terdapat kuburan orang musyrik nabi memerintahkan untuk menggalinya dan memindahkan di tempat lain. Ini mengidentifikasi bahwa Rasulullah SAW mengajarkan untuk bersikap toleransi. Masjid yang dibangun juga sebagai tempat untuk menyampaikan ajaran islam sebagai tempat pertemuan para kabilah untuk membicarakan berbagai urusan serta menjadi parlemen untuk melakukan musyawarah dan mengagendakan suatu rencana.

Setelah nabi menjadikan masjid sebagai tempat berkumpul berkumpul dan bersatu langkah berikutnya adalah mempersatukan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Ini menandakan bahwa ikatan persaudaraan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW telah melunturkan unsur-unsur kesukuan,perbedaan ras dan warna kulit yang melatarbelakangi mereka. Selain itu mempersatukan orangorang mukmin dari dua wilayah yang berbeda. Setelah itu membuat perjanjian dengan penduduk Madinah yang non muslim. Tujuan nya untuk menciptakan keamanan dan ketentraman untuk seluruh manusia di bawah satu peraturan yang melindungi dan mengayomi. Begitulah Rasulullah SAW ketika mengatur umatnya. Tidak hanya mengayomi para penduduk muslimin melainkan juga mengatur bagaimana sebisa mungkin dapat hidup berdampingan dengan nonmuslim secara rukun dan damai serta saling menjaga hak dan kewajiban masing-masing sesuai yang telah disepakati.

Masyarakat Madani di Indonesia Paradigma dan Praktik Gagasan masyarakat di Indonesia mulai tampak menjelang tumbangnya rezim Orde Baru. Dominasi terhadap lembaga peradilan dan lembaga perwakilan rakyat telah menimbulkan gangguan terhadap prinsip-prinsip keadilan dan mekanisme demokrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa konsep masyarakat madani muncul berkaitan erat dengan gagasan dan visi demokratisasi yang diperjuagkan banyak kalangan mengingat proses demokratisasi yang digembor-gemborkan seolah-olah tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk kasus di Indonesia agama mengambil peranan penting dalam membentuk masyarakat madani khususnya sebagai masyarakat politik. Namun hal ini mengalami hambatan disebabkan idealisme negara menjadi kecenderungan yang dominan. Hal ini sangat mencolok ketika dibandingkan dengan konsep masyarakat madani yang diterapkan di dunia barat agama relatif tidak pernah menjadi pusat kekuasaan.

Dengan demikian rasanya tidak pas kalau ada sebagian kalangan beranggapan bahwa menerapkan konsep masyarakat madani di Indonesia ini tidak relevan dan tidak cocok. Mereka beranggapan bahwa konsep ini lahir dari pemikiran orang barat yang dikhawatirkan akan mengarah pada pemahaman yang sekuler dan liberal tanpa batas,istilah boleh sama tetapi muatan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tentu berbeda. Padahal setiap negara memiliki latar belakang sosisal budaya berbeda. Latar belakang merupakan elemen penting untuk menganalisis permasalahan-permasalahan untuk ditindaklanjuti dengan mencari solusi dan jalan keluar. Dengan demikian jika ingin berhasil penerapan konsep masyarakat madani harus disesuaikan dengan konteks keindonesiaan.

Strategi Membangun Masyarakat Madani di Indonesia Strategi yang dapat ditempuh untuk membangun masyarakat madani melalui pemberdayaan masyarakat ada tiga cara. 1. Dengan memperluas golongan menengah melalui pembangunan ekonomi yang lebih terarah 2. Memberdayakan sistem politik dengan menciptakan kerangka kelembagaan yang lebih kondusif terhadap demokratisasi. 3. Dengan upaya penyadaran dan pendidikan politik tidak hanya dilapisan menegah ke bawah tetapi di kalangan elit politik. Dalam kerangka pemikiran masyarakat madani persatuan umat dipandang sangat penting. Persatuan ini dilandasi oleh kebijakan umum yang diterima bersama. Persatuan dan kesatuan adalah modal awal sebelum melangkah untuk melakukan strategi-strategi mewujudkan masyarakat madani. Jika persatuan telah melekat dan perbedaan telah terkikis langkah untuk mewujudkan cita-cita bersama adalah perkara yang tidak mustahil dan masyarakat madani pun segera terealisasi.

BAB 11 KONSEP BUDAYA DAN ETOS KERJA

A. Pengertian Budaya Islam - kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu budhdhayah yaitu bentuk plural (jamak) dari buddhi yang berarti budi atau akal sebagai alat batin untuk menimbang baik-buru, benar-tidak, dan sebagainya. - dengan demikian, jika kata kedudayaan disandingkan dengan Islam, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam adlaah kebudayaan yang benar-benar disepakati dan tidak diragukan oleh para ahli sebagai kebudayaan yang datang dari Islam, baik yang dihasilkan oleh umat, pemerintah, maupun sebagai manifestasi dari nilainilai ajaran islam

B. Unsur Pembentuk Kebudayaan Islam 1. Sistem politik - pada awal sejarah isalam, negara dan pemerintahan yang dibangun adalah bercorak teokrasi. - Dalam surat Al Hajj 64-65 Allah SWT berfirman : (64) ‫َّللا لَ ُه َْو ْالغَنِيْ ْال َِ ِمي ُْد‬ ََّْ ‫ن‬ َّْ ‫ض َو ِإ‬ ْ ِ ‫اَلر‬ ِْ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫لَ ْهُ َما فِي ال‬ ْ ‫ت َو َما فِي‬ ‫ض ِإَّل‬ ْ ِ ‫اَلر‬ ْْ َ ‫س َما َْء أ‬ ْ ِ ‫اَلر‬ ََّْ ‫ن‬ َّْ َ ‫( لَ ْْم ت ََْر أ‬65) ْ‫اس لَ َر ُءوفْ َر ِِيم‬ ْ ِ َّ‫َّللا ِبالن‬ ََّْ ‫ن‬ َّْ ‫ِبإ ِ ْذ ِن ِْه ِإ‬ َّ ‫ض َو ْالفُ ْلكَْ تَجْ ِري ِفي ْال َبِْ ِْر ِبأ َ ْم ِرِْه َويُ ْم ِسكُْ ال‬ ْ ‫ن ْت َقَ َْع َعلَى‬ ْ ‫س َّخ َْر لَ ُك ْْم َما ِفي‬ َ ‫َّللا‬

artinya : Apakah kamu tidak melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui. Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa lagi Maha Terpuji. Apakah kamu tiada melihat bahwa Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

- dalam sistem politik Islam, dikenak adanya institusi kekhalifahan. Institusi ini terbentuk pasca Rasulullah wafat. Khalifah diartikan sebagai pengganti Nabi.

2. Sistem Ekonomi - ada dua bidang yang menjadi lndasan sistem ekonomi sebagai salah satu pilar pembentukan kebudayaan islam, yaitu pertanian dan perdagangan. - dalam bidang pertanian, masyarakat Arab pra Islam telah mengenal alat pertanian semimodern seperti alat bajak, cangkul, garu dan tongkat kayu untuk menanam. - Dalam bidang perdagangan, juga telah mencapai kemajuan pesat yang ditandai dengan dijadikannya Mekah sebagai pusat perdagangan internasional. 3. Sistem Kemasyarakatan - masyarakat Islam merupakan masyarakat yang rabbani, insani, akhlaqi. Dan masyarakat yang seimbang (tawazun). Masyarakat dituntut untuk mendirikan masyarakat seperti ini sehingga dapat memperkuat agama, membentuk kepribadian, dan bisa hidup dibawah naungan-Nya. 4. Ilmu Pengetahuan - sejak kedatangannya, islam selalu mengadakan penelitian dan eksplorasi terhadap sesuatu yang belum pernah diketahui sebelumnya. Dasi segi pendidikan, ilmu pengetauan termasuk science, kemajuan peradaban, dan kultur pada islam, tetapi mengukur dengan gemilang dalam kemajuan peradaban dunia.

C. Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam 1. Kebudayaan Saba’ - salah satu pengaruh kebudayaan Saba’ yang dapat ditelusuri alam kebudayaan Arab pra-Islam adalah sebuah tulisan Abrahah tahun 532-543 tentang hancurnya bendungan ma’rib di Saba’ dimulai dengan kata – kata “dengan kekuatan, kemukiaan, dan kasih sayang Yang Maha Pemurah (Rahman) dan Penyelamat serta Roh Kudus” 2. Kebudayaan Abissinia - Orang Abissinia membentuk suatu bagian penting dalam aktivitas perdagangan internasional yang ketika itu dionopoli oleh orangorang Saba-Himyar, khususya dalam komoditas rempah-rempah yang jakur utamanya melintas Hijaz. 3. Kebuayaan Persia - budaya ini mulai memasuki Arab pada abad menjelang kemunculan agama Islam. Persia yang menganut agama Zoroaster bersaing dengan Abissinia untuk memperoleh supremasi di Yaman 4. Kebudayaan Gassan

D. Karakteristik Kebudayaan Islam 1. Kesatuan - Jika unsur peradaban tidaka bersatu, berjalin, dan selaras satu dengan lainnya, unsur-unsur itu tidak membentuk peradaban, tetapi himpunan campur aduk. 2. Rasionalisme - rasionalisme terdiri atas 3 aturan atau hukum, yaitu ; (a) menolak semua yang berkaitan dengan realitas, (b) menafikan hal-hal yang sangat bertentangan, dan (c) terbuka terhadap bukti baru dan/atau berlawanan. 3. Toleransi - sebagai prinsip metodologis dalam intisari peradapan Islam, toleransi adalah keyakinan bahwa Tuhan tidak membiarkan umat-Nya tanpa mengutus rasul dari mereka sendiri. Toleransi adalah keyakinan bahwa keanekaragaman agama terhadi karena sejarah dengan semua faktir yang mempengaruhinya, kondisi ruang dan waktunya yang berbeda, prasangka, keinginan, dan kepentingannya.

A. KONSEPSI DAN URGENSI 1. Budaya Akademik  Budaya akademik (Academic culture), Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.  Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut.

“Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik” (1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif; (2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral; (3) kebiasaan membaca; (4) penambahan ilmu dan wawasan; (5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat; (6) penulisan artikel, makalah, buku; (7) diskusi ilmiah; (8) proses belajar-mengajar, dan (9) manajemen perguruan tinggi yang baik

2. Etos Kerja  Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberEtos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .  Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu: 1. suatu aturan umum atau cara hidup 2. suatu tatanan aturan perilaku. 3. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .

Akhlak menurut para Tokoh • Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya . • Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita. • Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .

Tujuan Etos Kerja • Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah: 1. Pendorang timbulnya perbuatan 2. Penggairah dalam aktivitas. 3. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan .

Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat. ْ ِ ‫سا َْد ِفي ْاَل َ ْر‬ ‫ض‬ َْ ‫ْك َو‬ َْ ‫َّللاُ ِإ َلي‬ َّْ َْ‫سن‬ ْْ ‫ك ِمنَْ الد ْنَْيا َوأ َ ِْ ِس‬ َْ ‫َصي َب‬ َْ ‫َّل ت َ ْن‬ َْ ‫َّار ْاْل ِخ َرْة َ َو‬ َْ ‫َّللاُ الد‬ َّْ ‫اك‬ َْ َ ‫َوا ْبت َ ْغِ ِفي َما َءات‬ ِ ‫سن‬ َ َْ‫َّل تَب ْْغِ ْالف‬ َ ِْ َ ‫ن َك َما أ‬ َْ‫َّل يُ ِِبْ ْال ُم ْف ِسدِين‬ َْ ‫َّللا‬ ََّْ ‫ن‬ َّْ ‫ ِإ‬. Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. AlQashash: 77)

Pandangan islam mengenai etos kerja • Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya . Beberapa Surat Yang Mengarah dalam Etos Kerja dalam Islam di antaranya :

• • • • • • • • •

(Q.S. Al-Baqarah: 148) (Q.S. Al-Isra’: 7) (Q.S. Al-Ashr: 1-3) (Q.S. Al-Qashash: 77) (Q.S. Al-Najm::{53}:39) (Q.S. Ar-Ra’d{13}: 11) (Q.S Al Mu’minun : 1 – 11) (Q.S. At-Tabah,9 : 105) (Q.S. Al An’am (6):135

Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian Drama mengemukakan 13 sikap yang menandai etos kerja tinggi pada seseorang

1. efisien 2. Rajin 3. Teratur 4. disiplin/tepat waktu 5. Hemat 6. jujur dan teliti 7. rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan

8. bersedia menerima perubahan 9. gesit dalam memanfaatkan kesempatan 10. Energik 11. ketulusan dan percaya diri 12. mampu bekerjasama; dan 13. mempunyai visi yang jauh ke depan.

Etos Kerja Islami (Telaah Psikologi) • Bahwasannya kepribadian terdiri dari sistem-sistem psikofisik. Kehidapan manusia kalau diibaratkan sebagai perjalanan, jasmani memang laksana kendaraan. Perjalanan bisa sangat terganggu bila kendaraan tidak normal dan sering rusak. Kesehatan jasmani adalah perpaduan yang serasi antara bermacam-macam fungsi jasmani, disertai kemampuan menghadapi kesukarankesukaran biasa yang dijumpai dalam lingkungan, di samping secara positif merasa gesit, kuat, dan bersemangat. Sedangkan kesehatan mental ialah perpaduan atau integrasi yang serasi antara fungsi-fungsi jiwa ringan yang biasa terjadi pada manusia umumnya, di samping secara positif dapat menikmati kebahagiaan dan menyadari kemampuan.

Dari sejumlah pendapat dan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, indikasi-indikasi orang beretos kerja tinggi pada umumnya meliputi sifat-sifat:

1.Aktif dan suka bekerja keras; 2.Bersemangat dan hemat; 3.Tekun dan profesional; 4.Efisien dan kreatif; 5.Jujur, disiplin, dan bertanggung jawab; 6.Mandiri; 7.Rasional serta mempunyai visi yang jauh ke depan; 8.Percaya diri namun mampu bekerjasama dengan orang lain; 9.Sederhana, tabah dan ulet; 10.Sehat Jasmani dan rohani;

PRINSIP BUDAYA DAN ETOS KERJA ISLAMI 1. 2. 3. 4. 5.

Orientasi kemasa depan. Kerja keras dan teliti serta menghargai waktu. Bertanggung jawab. Hemat dan sederhana. Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.

BAB 12 KONSEP EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Pengertian Ekonomi Islam Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.

Konsep Ekonomi Islam Ekonomi Islam pada hakekatnya bukanlah sebuah ilmu dari sikap reaksioner terhadap fenomena ekonomi konvensional. Awal keberadaannya sama dengan awal keberadaan Islam di muka bumi ini (1500 tahun yang lalu), karena ekonomi islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam sebagai system hidup. Islam yang diyakini sebagai konsep hidup tentu melingkupi ekonomi sebagai salah satu aktivitas hidup manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi Islam merupakan aktivitas agama atau ibadah kita dalam berekonomi. Ilmu ekonomi sebagaimana ilmu kemanusiaan lainnya sampai saat sekarang masih tetap sebagai ilmu dalam proses diterima atau ditolak. Ilmu ini belum sampai atau tidak samapi kepada titik kematangan untuk menetapkan suatu paham yang benar.

Sistem Ekonomi Islam Sistem ekonomi Islam harus terikat dengan syariat Islam, sebab segala aktivitas manusia (termasuk kegiatan ekonomi) wajib tunduk kepada syariat Islam. Sistem ekonomi Islam adalah suatu konsep penyelenggaraan kegiatan kehidupan perekonomian baik yang berhubungan dengan produksi, distribusi, ataupun penukaran yang berlandaskan kepada syariat Islam yaitu al-Qur’an dan as Sunnah. Sistem ekonomi Islam kontras dengan system ekonomi kapitalis yaitu sekulerisme di mana paham sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Dalam kapitalisme pemanfaatan kepemilikan tidak membuat batasan tata caranya, dan tidak ada pula batasan jumlahnya. Sebab pada sistem ekonomi kapitalisme adalah cermin dari paham kebebasan (freedom/liberalisme) di bidang pemanfaatan hak milik. Seseorang boleh memiliki harta dalam jumlah berapa saja dan diperoleh dengan cara apa saja.oleh karena itu tidak heran dibolehkan seseorang bekerja dalam usaha perjudian dan pelacuran. Sedang dalam Islam ada batasan tatacara tetapi tidak membatasi jumlahnya. Tatacara itu berupa hukum-hukum syariah yang berkaitan dengan cara pemanfaatan (tasharruf) harta, baik pemanfaatan yang berupa kegiatan pembelanjaan (infaqul mâl), seperti nafkah, zakat, shadaqah, dan hibah, maupun berupa pengembangan harta (tanmiyatul mal), seperti jual beli, ijarah, syirkah, shina‟ah (industri), dan sebagainya. Seorang Muslim boleh memiliki harta berapa saja, sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan sesuai syariah Islam

Prinsip ekonomi islam Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut: 1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT kepada manusia. 2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu. 3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. 4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja. 5. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti. 6. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). 7. Islam melarang riba dalam segala bentuk

Tujuan Ekonomi Islam Secara umum tujuan ekonomi Islam adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan ekonomi umat supaya lebih makmur atau meningkatkan tarap hidup ke arah yang lebih baik. 2. Menciptakan ekonomi umat yang adil dan merata. 3. Mewujudkan perekonomian yang stabil, namun tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat. 4. Mewujudkan perekonomian yang serasi, damai, bersatu, dalam suasana kekeluargaan sesama umat, menghilangkan nafsu menguasai atau serakah. 5. Mewujudkan perekonomian yang menjamin kemerdekaan dalam hal produksi, distribusi serta menumbuhkan rasa kebersamaaan. 6. Mewujudkan peri kehidupan ekonomi yang tidak membuat kerusakan di muka bumi, sehingga kelestarian alam dapat dijaga dengan sebaik-baiknya, baik alam fisik, kultural, sosial maupun spiritual keagamaan. 7. Menciptakan ekonomi yang mandiri

Islam dan Kesejahteraan Umat Ajaran Islam sangat perhatian terhadap terwujudnya kesejahteraan umat (Islam sangat filantropis). Hal ini dibuktikan dengan adanya ajaran tentang perintah-perintah dan larangan-larangan:  Adanya perintah membayar zakat bagi umat Islam yang memenuhi syarat  Adanya anjuran untuk waqaf, infaq, shadaqoh bagi umat Islam yang mampu.  Adanya perintah untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, dan menyintai sesama umat.

Bukti filantropis Islam yang bersifat larangan:  Islam melarang riba (memungut tambahan dari harta pokok dengan cara yang tidak dibenarkan)  Islam melarang jual beli ghoror (jual beli yang mengandung ketidakpastian/ berspekulasi)  Islam melarang ikhtikar (menimbun)  Islam melarang menipu dalam semua bentuknya  Islam melarang mubadzir (boros/berlebih-lebihan)  Islam melarang jual beli najasy (memuji/mengaku telah ditawar lebih mahal pada barang dagangannya sendiri)  Islam melarang talaqqi rukban (membeli dengan mencegat pedagang yang tidak tahu harga pasar), dll.

Manajemen zakat, infaq, dan shadaqah Pengertian dan dasar hukum zakat  Kata zakat berarti suci, menyucikan. Zakat juga semakna/ dapat diartikan dengan nama’ (pertumbuhan), thaharah (suci), barakah (tambah kebaikan).  Zakat adalah pengambilan tertentu dari harta yang tertentu untuk diberikan pada golongan tertentu  Menurut UU No 38 Than 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, zakat adalah : Harta yang wajib disisihkan oleh seorang Islam atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan pada yang berhak menerimanya. Dasar Hukum zakat antara lain: Q.S. 9:103, Q.S. 2:110, Q.S. 9:60, dll., dan banyak Hadits Nabi. Harta yang wajib dibayarkan zakatnya adalah: 1. Emas, perak, dan uang. 2. Barang yang diperdagangkan 3. Hasil peternakan 4. Hasil bumi 5. Hasil tambang dan barang temuan.

Pengertian Infaq dan shadaqah  Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan oleh seseorang setiap kali ia memperoleh rizki sebanyak yang dikehendakinya sendiri  Shadaqah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang pada orang lain dengan tidak ditentukan jenis, jumlah, maupun waktunya, dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah.  Infaq biasanya secara khusus diberikan pada mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kita

Manajemen zakat produktif  Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya bergantung pada banyaknya zakat yang terkumpul, tetapi juga pada dampak dari pengelolaan zakat itu sendiri  Pengelolaan zakat baru dikatakan berhasil jika benar-benar mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat. Inilah makna manajemen zakat yang produktif.  Keadaan ini sangat bergantung dari kinerja Amil dan political will pemerintah  Pijakan untuk mencapai hal tersebut telah ada, yaitu Undang-Undang No 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan zakat, juga telah dibentuk Direktorat Zakat dan Wakaf dalam Departemen Agama. Dalam pengelolaan zakat produktif, setidaknya diperlukan beberapa prinsip antara lain:  Pengelolaan harus berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah  Keterbukaan/transparansi/akuntabilitas.  Menggunakan manajemen dan administrasi modern  Berpegang teguh pada tujuan utama pengelolaan zakat, yaitu: - Mengangkat harkat dan martabat mustahiq, juga bangsa dan negara - Membantu memecahkan persoalan ekonomi yang dihadapi para mustahiq - Meningkatkan syiar Islam - Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial masyarakat.

Manajemen Wakaf Wakaf dan Permasalahannya di Indonesia  Wakaf secara bahasa berasal dari kata : waqafa-yaqafu-waqfan yang berarti: menghentikan, berdiam di tempat, menahan sesuatu  Dalam Ensiklopedi Islam: Wakaf adalah memelihara suatu barang atau benda dengan jalan menahannya agar tidak menjadi milik pihak ketiga.  Menurut PP No. 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik: Wakaf adalah perbuatan hukum dari seseorang yang dengan sengaja memisahkan atau mengeluarkan harta bendanya yang tertentu untuk digunakan atau diberikan manfaatnya bagi keperluan di jalan Allah/kebaikan.

Wakaf memiliki rukun dan syarat-syarat yaitu:  Waqif, yaitu orang yang berwakaf. Syaratnya: Aqil, baligh, rasyid, tak terhalang melakukan tindakan hukum, dan atas kehendak sendiri.  Mauquf alaih, yaitu sasaran atau pihak yang dituju dalam wakaf. Syaratnya tidak boleh bertentangan nilai-nilai ibadah.  Mauquf, yaitu barang yang diwakafkan. Syaratnya: Barang kekal tak lekas rusak, milik waqif, jelas wujud dan batas-batasnya, lepas dari kekuasaan wakif.  Shighat, pernyataan serah terima wakaf baik secara lisan atau tulisan. Syaratnya harus jelas dan dapat dimengrti, serta tegas untuk seseorang atau umum. Di samping itu dalam wakaf juga sebaiknya ada mutawalli/nadzir yaitu orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf dengan sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya.

BAB 13 PENDIDIKAN DAN KESEHATAN ISLAM

Pendidikan dalam islam A. Hakikat pendidikan islam Pendidikan islam senantiasa memantulkan nilai – nilai ajaran islam yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan hadist. Pendidikan dalam islam dikenal dengan penggunaan term at-tarbiyah, at-ta’lim, at-ta’dib, dan arriyadlah. 1. at-tarbiyah, sebagai penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan memberi petunjuk dan nasihat sehingga memiliki potensi dan kompetensi jiwa yang mantap yang dapat membuahkan sifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah air. 2. at-ta’lim, proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah sehingga terjadi tazkiyah / pembersihan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah.

3.

4.

at-ta’dib, pengenalan dan pengakuan yang secara bengangsur – angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud dan keberadaannya. ar-riyadlah, pelatihan terhadap individu pada fase anak-anak. Hal ini diprioritaskan dengan pertimbangan jika anak kecil sudah terbiasa berbuat sesuatu yang positif, masa remaja dan dewasanya akan lebih mudah berkepribadian saleh.

B. Prinsip dan Fungsi Tugas Pendidikan Islam 1. Prinsip pendidikan islam a.

b.

c.

Pendidikan merupakan proses pemberian dalam pencapaian tingkat kesempurnaan, yaitu manusia yang mencapai tingkat iman dan ilmu yang setinggi-tingginya. Pada diri manusia terdapat potensi baik dan buruk, potensi negatif seperti lemah, tergesa-gesa, berkeluh kesah. Pendidikan islam sebagai pembangkit potensi-potensi yang baik pada diri anak didik dan upaya mengurangi potensi buruk. Model pendidikan islam adalah Rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang baik / uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab :21) yang dijamin oleh Allah SWT memiliki akhlak yang agung.

(QS. Al-Ahzab :21)

ُ ٌ ‫سو ِل ه‬ ‫ان‬ ‫ح‬ ‫ة‬ ‫و‬ ‫س‬ َ ‫سنَةٌ ِل َم ْن َك‬ َ ‫لَقَ ْد َك‬ ْ ُ ‫ان لَ ُك ْم ِفي َر‬ َ َ َ ‫َّللاِ أ‬ ْ ْ َ ‫يرا‬ ‫روذَ َك َر ه‬ ‫يَ ْر ُجو ه‬ ‫خ‬ ‫اْل‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ِ ً ‫َّللاَ َك ِث‬ َ ْ َ َ ‫َّللاَ َو‬ Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

2. Fungsi Tugas Pendidikan islam a. b. c.

Pendidikan islam sebagai pengembangan potensi. Pendidikan islam sebagai pewarisan budaya. Pendidikan islam mendewasakan interaksi.

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan islam Dasar yang menjadi acuan pendidikan islam merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang dicita-citakan yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, kata-kata sahabat nabi, kemaslahatan masyarakat, nilai tradisi dan adat istiadat, hasil ijtihad. Pendidikan islam bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan, dan panca indra agar maksimal pertumbuhan dan perkembangnya menuju manusia paripurna (insan kamil).

Kesehatan dalam Islam Hakikat kesehatan dalam islam Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang. Sebagaimana Firman Allah yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah : 168.

(Q.S. Al Baqarah : 168)

َ ‫ض َح ََل ًًل‬ ‫ط ِيبًا َو ًَل‬ ِ ‫اس ُكلُوا ِم هما فِي ْال َ ْر‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها النه‬ ُ ‫تَت ه ِبعُوا ُخ‬ َ ‫ش ْي‬ ‫ت ال ه‬ ٌ ‫عد ٌُّو ُم ِب‬ ‫ين‬ ِ ‫ط َوا‬ َ ‫ان ۚ ِإنههُ لَ ُك ْم‬ ِ ‫ط‬ Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan di pandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai atau sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat menekankan Kesucian atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit sering kali berasal dari lingkungan yang kotor. Islam dan seluruh ajarannya, memberikan sebuah pandangan yang tegas mengenai kesehatan. Kesehatan bukan hanya sebuah anjuran tetapi juga merupakan juga kewajiban. Semua ibadah-ibadah dalam Islam mengandung ajaran tentang pentingnya menjaga kesehatan. Karena penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sebuah kondisi akan dikatakan sehat bila lingkungan di sekitarnya bersih. Oleh karena itu, Nabi mengatakan “kebersihan sebagian dari pada iman”

Tujuan dan unsur kesehatan • Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan. • Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga unsur , yaitu kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan sosial. 1. Kesehatan jasmani, merupakan bentuk dari keseimbangan manusia dengan alam. Kesehatan rohani di mana ada keseimbangan dan hubungan yang baik secara spiritual antara khalik atau pencipta yang di wujudkan dari aktivitas makhluk dalam memenuhi semua perintah sang khalik. keinginan manusia yang tidak terbatas kadang membuat manusia menjadi rakus. Makan berlebih, pola hidup yang tidak baik, penggundulan hutan untuk bahan bangunan, eksploitasi laut yang tidak bertanggung jawab, semuanya itu akan membuat keseimbangan alam terganggu. Di sadari maupun tidak, manusia merupakan bagian dari alam. . Nabi pernah bersabda “sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”.

2.

kesehatan rohani Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang tertuang dalam Al – Qur’an surat Al- Ra’d : 28 yang berbunyi :

ْ َ ‫ين آ َمنُوا َوت‬ ‫َّللاِ ۗ أ َ ًَل ِب ِذ ْك ِر ه‬ ‫ط َم ِئ ُّن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر ه‬ َ ‫اله ِذ‬ ِ‫َّللا‬ ْ َ‫ت‬ ‫وب‬ ُ ُ‫ط َمئِ ُّن ْالقُل‬ “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram. (Q.S. Al-Ra’d: 28)

3.

kesehatan sosial Hidup bermasyarakat dalam arti yang seluas-luasnya adalah salah satu naluri manusia. Menurut Aristoteles menyebutkan manusia adalah Zone Polition, yaitu manusia yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Oleh karena itulah dalam Islam di kenal istilah Ukhuwah (persaudaraan) yang akan mendatangkan muamalah (saling menguntungkan), hal ini memungkinkan rasa persaudaraan lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Q.S. Al – Hujurat ayat 13 yang menyatakan : “hai manusia , sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (Q.S. AlHujarat: 13)

Apabila ketiga unsur ini terpenuhi maka akan tercipta sebuah keadaan baik fisik, mental, maupun spiritual yang produktif dan sempurna untuk menjalankan aktivitas kemakhlukan. Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang makhluk menaati apa yang di perintahkan Allah, ciri-ciri jiwa yang sehat yang dalam Al-Qur’an di sebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (attaqwa), hati yang selalu menjaga dari hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu ada manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah .

BAB 14

KONSEP ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ISLAM

Definisi Ipteks  Pengetahuan dan ilmu pengetahuan - Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindera, intuisi, firasat atau yang lainnya. - Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, disistemisasi, diorganisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan pengatahuan yang obyektif, general, dan verivikatif. Atau sains adalah pengetahuan yang rasional, empiris, obyektif, terukur, verivikatif, serta komunal/general.  Teknologi

adalah

metode

ilimiah

untuk

mencapai

tujuan

praktis.

Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yangg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

 Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia yang bernilai keindahan.

Ipteks Dalam Pandangan Islam  Ilmu dalam Islam diartikan sebagai:Segala pengetahuan yang bersifat dapat menjelaskan/memberi kejelasan terhadap segala sesuatu yang dihadapi atau dibutuhkan oleh manusia baik dalam kapasitasnya sebagai hamba ataupun khalifah Allah.  Sumber ilmu dalam pandangan Islam adalah berasal dari wahyu, pemikiran (akal), serta pengalaman manusia.  Ilmu yang berasal dari wahyu bersifat perennial/ abadi, mutlak, dan

berfungsi sebagai pedoman hidup manusia.  Sedangkan ilmu yang berasal dari akal ataupun pengalaman manusia itu bersifat aquired/ perolehan, relatif, dan berfungsi sebagai sarana dalam kehidupan manusia.

 Dalam pandangan Islam, Ipteks itu bersifat terikat nilai (tidak bebas nilai), yaitu harus disesuaikan dengan nilai-nilai ajaran islam  Ipteks merupakan hasil olah pikir dan rasa manusia, karenanya harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan akal budi manusia.  Pengembangan ipteks merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban manusia sebagai makhluk Allah yang berakal  Ipteks merupakan pedoman dan sarana bagi manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah, agar kualitas ibadah dan kesejahteraannya meningkat

 Islam sangat mendorong pengembangan ipteks, terbukti dengan banyaknya ayat Al-Qur’an atau Hadits Nabi yang memerintahkan untuk memperhatikan penciptaan atau keberadaan alam semesta, bahkan ayat yang pertama adalah perintah untuk membaca (dalam arti luas) bukan perintah tentang

ibadah ritual tertentu.

Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal Makna integrasi iman, ilmu, dan amal  Dalam pandangan Islam antara iman (taqwa) di satu sisi, dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di sisi lain, haruslah terjadi hubungan yang harmonis dan tidak boleh dipisah-pisahkan. Sistem yang terintegrasi inilah

yang dinamakan dengan Dinul Islam karena berarti telah memuat aqidah, syari’ah, dan akhlaq.  Aktivitas manusia tidak akan bernilai sebagai amal shalih kalau tidak dibangun di atas iman dan ilmu yang benar.  Pencarian dan pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan ketaqwaan tidak akan bernilai ibadah, serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan lingkungannya, bahkan bisa menjadi malapetaka.

Keutamaan Orang-orang Yang Berilmu  Orang yang berilmu itu sangat dimuliakan Allah, karena itu umat Islam diwajibkan menuntut ilmu sepanjang hayatnya. (Al-Hadits)  Orang yang beriman dan berilmu dijamin oleh Allah akan ditinggikan derajatnya, bahkan tidurnya orang yang berilmu itu lebih utama daripada ibadahnya orang bodoh. (QS.58:11)  Di antara yang lebih berhak untuk dijadikan sebagai pemimpin adalah mereka yang lebih tinggi ilmunya (Q.S. 2:247)  Orang yang berilmu merupakan salah satu pilar dalam tegaknya kehidupan dunia (AlHadits)

 Orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang berilmu (Q.S. 35:28)  Manusia diangkat sebagai khalifah Allah adalah karena ilmunya (Q.S. 2:30-32)  Ibadah yang diterima Allah adalah yang dilakukan atas dasar iman dan ilmu yang benar (Al-Hadits)

 Sejarah menunjukkan bahwa bahwa bangsa yang memimpin peradaban adalah yang lebih unggul dalam penguasaan dan penerapan iptek.

Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan  Ilmuwan dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pemanfaatan dan pelestarian lingkungan dibanding orang-orang awam  Ilmuwan

harus

mendorong

pengembangan

ipteks

ke

arah

kemashlahatan ummat, dan mencegah terjadinya kerusakan yang siasia, karena kerusakan alam dan lingkungan itu lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia.  Ilmuwan harus selalu menyadari bahwa dirinya adalah hamba dan

khalifah Allah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas keilmuannya.

َ ‫ث لَ ُك ْْم‬ ُ ‫تْ َم ِل ًكا قَالُوا أَنَّى يَ ُك‬ ‫علَ ْينَا‬ َْ ْ‫ونْ لَ ْهُ ْال ُم ْل ُك‬ َْ َ‫َّللاَ قَ ْْد بَع‬ َّْ ‫ن‬ َّْ ‫ل لَ ُه ْْم نَبِي ُه ْْم ِإ‬ َْ ‫ََقَا‬ َ ‫طالُو‬ َ ‫ص‬ َّْ ‫ن‬ َّْ ‫ل ِإ‬ َْ ‫ل قَا‬ ِْ ‫سعَ ْةً ِمنَْ ْْال َما‬ َْ ْ‫ك ِم ْن ْهُ َولَ ْْم يُؤ‬ ِْ ‫ن أ َ َِقْ ِب ْال ُم ْل‬ ُْ َِْ ‫َون‬ ْ ‫َّللاَ ا‬ ُ‫علَ ْي ُْك ْْم َوزَ ا َدْه‬ َ ُ‫طفَاْه‬ َ ‫ت‬ َ ‫بَ ْس‬ )٢٤٧( ‫يم‬ ْ ‫ع ِل‬ َّْ ‫ن يَشَا ُْء َو‬ ْْ ‫َّللاُْ يُؤْ تِي ُم ْل َك ْهُ َْم‬ َّ ‫ط ْةً فِي ْال ِع ْل ِْم َو ْال ِج ْس ِْم َو‬ َ ْ‫َّللاُ َوا ِسع‬ 247

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah

mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka)

berkata:

"Sesungguhnya

Allah

telah

memilih

rajamu

dan

menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha mengetahui.

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM  IPTEK adalah analisis dari uraian rahasia-rahasia dibalik fenomena alam yang didokumentasikan dan disebarkan dalam bentuk tulisan yang disimbolkan dengan pena yang kemudian dapat diwujudkan dalam kehidupan  Kompilasi pengetahuan manusia kemudian didokumentasikan dan disebarkan dalam bentuk tulisan. Pembacaan ayat - ayat kauniyah ini melahirkan sains dalam upaya menafsirkan. Ada astronomi, Matematika, Fisika, Kimia, biologi, dsb.  Dari segi esensinya, semua sains sudah islami, sepenuhnya tunduk pada Hukum

Allah. Hukum-hukum yang digali dan dirumuskan adalah hukum-hukum alam yang tunduk pada Sunatullah.  Pembuktian teori yang dikembangkan dilandasi pencarian kebenaran, bukan pembenaran nafsu manusiawi.

 Sedangkan

tujuan

meningkatkan

manusia

harkat

meningkatkan

kemanusiaannya,

ilmu

meredam

memperbanyak berbuat kebajikan melalu karunia akal.

pengetahuan rasa

adalah

kesombongan

untuk dan

INTEGRASI ILMU, IMAN , TEKNOLOGI DAN SENI  Dengan pemahaman atas IPTEK kesadaran atas kemahaEsaan Allah semakin mempertebal iman sehingga menuntut ilmu menjadi kewajiban bagi manusia. Dengan menuntut ilmu berarti manusia memanfaatkan semua anugerah fasilitas akal dan alam semesta.  Memikirkan perihal pembentukan, susunan dan evolusi alam semesta dalam tinjauan astronomi merupakan cara mengenal kekuasaan Allah yang pada gilirannya akan memperkuat Aqidah.  Untuk mengembangkan Etos keilmuan perlu senantiasa diciptakan stabilita yang dinamis dalam kehidupan bernegara. Melalui keadaan yang stabil itu proses-proses mempertajam pikiran, memperluas pandangan syiar ilmu, menciptakan buah pikiran dan menggerakkan aktifitas memajukan IPTEK dapat dilaksanakan dengan baik.

 Salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa adalah bergantung pada kemajuan penguasaan terhadap ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi membawa bangsa ke derajat kemuliaan, kebahagian, dan kekuasaan.

KEUTAMAAN ORANG BERILMU  Barang siapa yang mendapat ilmu pengetahuan orang beriman ia telah mendapat banyak kebajikan ( QS. Al- Baqarah 269 )  Allah meninggikan beberapa derajat kedudukan orang beriman dan berilmu pengetahuan ( QS. Al-Mujadalah 11 )  Barang siapa meninggalkan rumahnya untuk untuk mendapat ilmu pengetahuan maka ia dalam jalan Allah sampai sekembalinya. Barang siapa yang bepergian untuk mendapatkan ilmu pengetahuan , dimudahkan Allah jalannya ke surga dst.

Related Documents

Ratna Vigyan.pdf
August 2019 31
Ratna Jena
October 2019 30
Ratna Sarii.docx
December 2019 25
Ratna Jupitawati
November 2019 25
14 Ratna
November 2019 37