LAPORAN KEGIATAN INTERNSHIP F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan
OLEH : dr. Syamsu Fuad Syakh dr. Muh Gatra Pratama dr. Putri Pratama dr. Fahrin Husain dr. Ravel Rocky S Pendamping: dr. Sunarti Wahana : Puskesmas Ge’ Tengan Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Periode 2017/2018 1
LAPORAN KEGIATAN UPAYA PROGRAM JAMBAN SEHAT DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS GE’ TENGAN KABUPATEN TANA TORAJA PERIODE MEI-SEPTEMBER 2017
I.
LATAR BELAKANG Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka
panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Sasaran utama pembangunan kesehatan itu salah satunya yaitu kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan kehidupan yang dinamis antara manusia dan lingkunga nuntuk mendukung tercapainya kualitas hidup yang sehat. Menurut Bloom, tingkat derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : faktor perilaku,genetik, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dengan adanya upaya kesehatan lingkungan maka diharapkan meningkatnya jumlah kawasan sehat, tempattempat umum sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi,sarana air minum, dan sarana pembuangan limbah. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare,typhuS , muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Jamban sehat merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting di sekolah. Setiap siswa, guru, dan penghuni sekolah lainnya harus menggunakan jamban untuk 2
buang air besar dan buang air kecil sehingga menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih, sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya dan tidak mengundang lalat atau serangga yang menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, tifoid, cacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.
II.
PERMASALAHAN DI MASYARAKAT Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban keluarga antara
lain. Hanya terdapat beberapa orang kader kesehatan lingkungan sehingga mengakibatkan belum optimalnya dalam melakukan penyuluhan mengenai jamban sehat, terbatasnya dana untuk membangun jamban dan septik tank sendiri ataupun umum di dusun tersebut, sehingga kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat, tidak mengetahui dampak yang dapat timbul jika BAB di jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi, dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara membangun jamban sehat sederhana. Selain itu tidak adanya penyuluhan terjadwal mengenai jamban sehat mengakibatkan sosialisasi ke masyarakat sangat kurang
III.
PEMILIHAN INTERVENSI Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka diadakan penilaian dan
diskusi mengenai Jamban Sehat di beberapa desa/lembang. Manfaat yang dapat diambil dari pemanfaatan jamban sehat di rumah-rumah masyarakat yaitu untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dengan demikian dapat mewujudkan seluruh masyarakat yang sehat.
IV.
PELAKSANAAN Penilaian dan penyuluhan tentang jamban sehat dilaksanakan di beberapa desa/lembang, Kabupaten Tana Toraja. Kegiatan yang dilakukan antara lain tinjauan langsung terhadap jamban di rumah-rumah masyarakat dan memberikan penyuluhan singkat kepada masyarakat. Materi penyuluhan berupa pengetahuan mengenai definisi jamban sehat, manfaat menggunakan jamban bersih, syaratsyarat jamban sehat, dan cara memelihara jamban.
3
.V.
EVALUASI Jenis S arana Jamban Keluarga
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
KELUEAHAN/ LEMBANG
Randanan Tengan Palipu Lemo Marinding Ke’pe’ Gasing Bt. Tangti Rt Kalua’ Simbuang Pakala Rt. Dada Pa’tengko Tampo U. Timur U. Barat Buntu Datu JUMLAH
Jml Jml Pddk Rumah (Jiwa) Tangga
Komunal MS JML Jumlah Jml RT Jml S RN Jml S arana Pengguna Jiwa 252
Leher Angsa MS Jml RT Jml Pengguna 252 263
Jml Jiwa 1400
Jumlah S arana 150
Plengsengan MS Jml RT Jml Pengguna 138 158
Jml Jiwa 859
Cemplung MS Jumlah Jml RT S arana Jml Penggun
1897
450
2265
460
498
498
506
2296
104
99
117
338
1263
400
173
173
189
890
115
106
123
561
817
220
94
94
119
456
84
77
87
316
9
9
10
2766
780
465
465
546
2387
221
219
274
753
25
9
30
1763
500
284
284
288
1091
115
98
117
390
2764
750
273
273
301
1519
439
389
453
1633
10
2
13
1361
320
258
258
307
1389
22
17
29
165
2729
520
450
450
70
50
30
2504
610
346
346
358
1432
244
230
230
920
20
5
5
845
200
64
64
66
472
110
98
117
651
1162
350
154
154
173
667
127
59
138
486
1164
257
176
176
181
694
144
149
149
658
1509
340
210
210
212
1104
100
90
90
400
863
221
100
94
109
461
90
50
50
260
845
200
90
90
90
360
97
50
50
200
1416
400
72
72
72
216
314
285
285
855
14
5
5
27933
6978
3959
3953
3780
16834
2546
2204
2497
9445
78
30
63
0
0
0
0
Dari hasil penilaian jamban beberapa desa didapatkan masih ada beberapa RT di desa yang menggunakan jamban cemplung, dimana diantaranya adalah desa lemo dengan 10 pengguna, desa marinding dengan 30 pengguna, desa gasing dengan 13 pengguna, desa simbuang dengan 5 pengguna, buntu datu dengan 5 pengguna. Jadi jumlah RT yang masih menggunakan jamban cemplung adalah 63 dari 5 desa yang didapatkan. Dimana kita ketahui bahwa jamban cemplung sangat dapat memugkinkan kontaminasi terhadap lingkunagn di sekitar sehingga dapat menimbulkan wabah penyakit bagi masyarakat setempat. Adapun criteria jamban sehat Menurut kriterian Depkes RI (1985), syarat sebuah jamban keluarga dikatagorikan jamban sehat, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1.Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT SGL maupun jenis sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi tanah liat atau berkapur yang terkait dengan porositas tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi yang menjadikan posisi jamban diatas muka dan arah aliran air tanah. 4
2.Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menutup lubang jamban atau dengan sistem leher angsa. 3.Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1×1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban. 4.Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahanbahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat; 5.Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang; 6.Cukup penerangan; 7.Lantai kedap air; 8.Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah; 9.Ventilasi cukup baik, dan 10.Tersedia air dan alat pembersih.
VI.
SARAN Dikarenkan masih adanya beberapa desa yang menggunakan jamban yang tidak sesuai criteria jamban sehat maka sebaiknya diadakan penyuluhan ataupun program “pemicu”, dimana program pemicu adalah program yang dilakukan oleh pihak dari Puskesmas Ge’tengan untuk mengajarkan ataupun memberikan informasi kepada masyarakat di desa tentang criteria dari jamban sehat menurut criteria Depkes RI yang sudah diterangkan diatas. Ini bertujuan untuk menjadikan masyarakat Tana Toraja menjadi masyarakat yang lebih sehat.
Peserta Internship
(dr. Syamsu Fuad Syakh)
Pendamping
(dr. Sunarti)
5