LAPORAN KEGIATAN UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (F.1)
PENYULUHAN HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN BANCARKEMBAR KECAMATAN PURWOKERTO UTARA Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh surat tanda selesai internsip
Disahkan oleh :
Pendamping
dr. SintaWulan Sari NIP 19750826 2008012 2 006
Penyusun
dr. Michael Mettafortuna Sephberlian Dokter Internsip
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LatarBelakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius dan cenderung meningkat dimasa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang bahkan sampai seumur hidup. Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup, sosial ekonomi, industralisasi dapat memacu meningkatnya penyakit seperti hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang hipertensi tidak menampakkan gejala (Brunner & Suddarth, 2002: 896). Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 140/90 mmHg. Kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa sebagai proses degeneratif, hipertensi hanya ditemukan pada golongan orang dewasa. Banyak penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta penduduk Indonesia yang kontrol hanya 4%. Terdapat 50% penderita hipertensi tidak
2
menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi. Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi dan tidak diketahui penyebabnya. Keadaan ini tentu sangat berbahaya yang menyebabakan kematian dan berbagai komplikasi seperti stroke. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit stroke dan tuberkulosis mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 7% naik menjadi 16% pada kelompok umur 35-44 tahun dan kelompok umur 65 tahun atau lebih menjadi 29% (Survey Kesehatan Nasional, 2007 dalam Eka 2011: 3). Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh, hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal. Di negara berkembang penyakit yang menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa berkembang lainnya ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Zamhir, 2006 dalam Eka, 2011: 3). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2005 adalah 8.3% (pengukuran standar WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 140/90 mmHg). Pada tahun 2010 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025 (Zamhir, 2006 dalam Eka, 2011: 3). Meningkatnya kasus hipertensi menjadi masalah yang cukup besar. Pemerintah
mengadakan
penanggulangan
hipertensi
bekerjasama
dengan
3
Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) membuat kebijakan berupa pedoman penanggulangan hipertensi sesuai kemajuan tekhnologi dan kondisi daerah (local area specific), memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor resiko penyakit jantung dan hipertensi, mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan serta memperkuat jejaring serta memonitoring dan
evaluasi
pelaksanaan. Penanggulangan
hipertensi
dan
pencegahan juga dilakukan berbagai upaya seperti pemerintah Indonesia melakukan pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular termasuk hipertensi dengan dibentuk Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak Menular berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan no. 1575 tahun 2005 dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan hipertensi (Depkes, 2010). Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat pengetahuan keluarga maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi hipertensi diharapkan dapat mengontrol tekanan darah yaitu mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau obesitas. Pengetahuan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dilatarbelakangi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, tradisi keluarga, faktor pendukung meliputi ketersediaan sumber fasilitas, faktor pendorong meliputi sikap, perilaku petugas kesehatan, anggota keluarga dan teman dekat. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007: 144).
4
I.2. Permasalahan Secara umum ada beberapa permasalahan yang ditemui berkaitan dengan Hipertensi, yaitu : 1. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai faktor resiko dan gejala Hipertensi. 2. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai pentingnya pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan pentingnya pengobatan Hipertensi untuk mencegah komplikasi. 3. Pentingnya peran serta keluarga pasien untuk memberikan motivasi kepada pasien Hipertensi untuk rutin kontrol dan berobat. I.3. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian penyuluhan bagi masyarakat mengenai penyakit Hipertensi dan pentingnya upaya pencegahannya. Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan penyuluhan Hipertensi : Hari / tanggal
: Sabtu
Lokasi
: Posyandu Lansia di Kelurahan Bancarkembar
Bentuk Kegiatan : Penyuluhan Hipertensi dan tanya jawab Peserta
: Pasien Lansia dan
kader Posyandu Lansia di Kelurahan
Bancarkembar
I.4. Pelaksanaan Penyuluhan dilakukan pada tanggal 12 April 2018. Tempat penyuluhan dilakukan di Posyandu Lansia yang berada di Kelurahan Bancarkembar Purwokerto Utara. Jumlah peserta 50 orang. Materi yang diberikan yaitu : 1. Pengertian penyakit Hipertensi 2. Faktor resiko penyakit Hipertensi 3. Pencegahan penyakit Hipertensi 4. Komplikasi Penyakit Hipertensi
5
5. Tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi penyakit Hipertensi
I.5. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik. Setelah penyampaian materi penyuluhan, kemudian dilanjutkan Tanya jawab. Peserta sangat aktif bertanya antara lain mengenai diet pada pasien Hipertensi dan gejala-gejala klasik yang pernah di alami oleh pasien. Diskusi berjalan dengan lancer dan disambut baik oleh para peserta dan kader Posyandu Lansia.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013). Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7 terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2 (Yogiantoro, 2009).
7
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
<120
<80
Prahipertensi
120-139
80-89
Hipertensi derajat 1
140-159
90-99
Hipertensi derajat 2
>160
>100
Normal
2.1.2 Faktor Penyebab Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minumminuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2013). Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat badan lebih atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyairesiko yang lebih besar terkena hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat badan berlebih dikarenakan pola hidup (Life style) yang tidak sehat (Rahajeng & Tuminah, 2009). Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial. Teori esensial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh faktor yang saling mempengaruhi, dimana faktor yang berperan utama dalam patofisiologi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor
8
lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan obesitas (Dwi & Prayitno 2013). 2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi; (Kemenkes RI, 2013) 1. Berdasarkan Penyebab a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivas) dan pola makan. Hipertensi jenis ini terjadi pada sekitar 90% pada semua kasus hipertensi. b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekiar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal, sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu, misalnya pil KB.
2. Berdasarkan bentuk hipertensi Hipertensi diastolik (diastolic hypertension, hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi). Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension). Jenis hipertensi yang lain, adalah sebagai berikut; (Kemenkes RI, 2013) 1. Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang
9
ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival/sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru. 2. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu: a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
10
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin. c. Preeklampsia
pada
hipertensi
kronik,
yang
merupakan
gabunganpreeklampsia dengan hipertensi kronik. d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya. 2.1.5
Penatalaksanaan Hipertensi
Hipertensi dapat ditatalaksana dengan menggunakan perubahan gaya hidup atau dengan obat-obatan. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak melebihi seperempat sampai setengah sendok teh atau enam gram perhari, menrunkan berat badan yang berlebih, menghindari minuman yang mengandung kafein, berhenti merokok, dan meminum minuman beralkohol. Penderita hipertensi dianjurkan berolahraga, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Cukup istirahat (6-8 jam) dan megendalikan istirahat penting untuk penderita hipertensi. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013) 11
1. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih. 2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti biskuit, kreker, keripik, dan makanan kering yang asin. 3. Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang. 4. Susu full cream, margarine,mentega, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau kambing, kuning telur, dan kulit ayam. 5. Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan kaleng, dan soft drink. 6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium. 7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape. Jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 untuk terapi farmakologis hipertensi: (Yogiantoro, 2009) 1. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant). 2. Beta Blocker (BB).
12
3. Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB). 4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI). 5. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist or blocker (ARB). 2.4 Senam lansia Menpora (2000) dalam Isesreni (2011) senam lansia merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah, sehingga perlu diberdayakan dan dilaksanakan secara benar, teratur, dan rutin. Senam lansia dapat membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah, sehingga aliran darah bisa kembali lancar, dikarenakan pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung berkurang, dan berbagai pembuluh darah penting khusus di jantung dan otak mengalami kekakuan (Isesreni & Minropa, 2011). Senam lansia merupakan rangkaian gerakan yang dirancang khusus bagi lanjut usia yang biasa melakukan olahraga sejak usia muda ataupun yang tidak pernah mengikuti olahraga. Gerakan-gerakan yang dilakukan pada senam lansia tidak bersifat high impact tetapi low impact yang merupakan rangkaian gerakan kegiatan sehari-hari dengan dipadukan musik yang lembut dan tidak menghentak-hentak yang menimbulkan suasana santai. Gerakana otot yang dipilih adalah gerakan yang tidak terlalu menimbulkan beban dan
13
setiap gerakan dibatasi delapan sampai enam belas kali hitungan serta cukup baik bila dilakukan secara teratur dua sampai tiga kali seminggu (Tegawati et al., 2009). Senam lansia dibuat khusus untuk membantu lansia agar dapat mencapai usia lanjut yang sehat, berguna, bahagia, dan sejahtera. Program senam lansia diarahkan pada pembentukan lansia yang sehat dinamis, yaitu mempunyai kemampuan gerak, mampu mendukung segala kegiatan, dan kreativitas bagi peningkatan kesejahteraan hidup lansia. Senam lansia tidak hanya sekedar menjaga kesehatan pada lansia, tetapi tetapi tercapainya lansia yang sehat fisik, mental, dan sosial (Tegawati et al., 2009). Senam lansia yang dilaksanakan secara rutin efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah (Hartini & Mulyanti 2012). Latihan fisik atau senam juga dapat membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah, sehingga aliran darah bisa kembali lancar, sehingga senam lansia yang dilakukan secara teratur akan memberikan dampak yang baik bagi lansia terhadap tekanan darah (Isesreni & Minropa, 2011). Selain itu dengan dilakukannya senam lansia secara rutin juga terjadi penurunan derajat insomnia (Sumedi et al., 2010). menunjukkan adanya pengaruh signifikan senam bugar lansia terhadap kualitas hidup penderita hipertensi (Setiawan et al., 2013). Senam lansia yang dilakukan secara rutin juga menunjukkan adanya pengaruh terhadap kualitas hidup lansia penderita hipertensi (Setiawan et al., 2013). 14