BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian hasil belajar pserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran Di dalam proses belajar mengajar pastilah akan ada evaluasi guna mengetahui sejauh mana tujuan/ target belajar tercapai. Hasil evaluasi tersebut tertuang dalam nilai. Hasil penilaiam disajikan dalam bentuk nilai angka dan huruf, dalam hal ini, lembaga pendidikan ada yang menggunakan penilaian dengan angka 0 – 100 dan ada pula yang menggunakan penilaian angka 0 - 10. Nilai angka ataupun nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan oleh guru kepada para siswa setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan atau buku rapor, seperti Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), Ijazah, dan daftar nilai lainnya. Dalam proses evaluasi, koreksi dan pemberian nilai merupakan bagian darinya. Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu, dalam hal ini terdapat jenis-jenis acuan penilaian yaitu Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan penilaian acuan norma (PAN). B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa itu Penilaian Acuan Patokan (PAP)? 2. Apa itu Penilaian Acuan Norma (PAN)? 3. Apa perbedaan dan persamaan PAP dan PAN? 4. Bagaimana mencari nilai rata-rata (Mean)? 5. Apa itu tabulasi data? 6. Bagaimana cara mancari standar deviasi (SD)? 7. Apa rumus konversi nilai skala 1-10? 8. Bagaimana konversi nilai 1-10? 1
C. Tujuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Adapun tujuan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui apa itu Penilaian Acuan Patokan (PAN). Untuk mengetahui apa itu Penilaian Acuan Norma (PAN). Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan PAP dan PAN. Untuk mengetahui bagaimana mencari nilai rata-rata (Mean). Untuk mengetahui apa itu tabulasi data. Untuk mengetahui cara mancari standar deviasi (SD). Untuk mengetahui rumus konversi nilai skala 1-10. Untuk mengetahui bagaimana konversi nilai skala 1-10.
BAB II PEMBAHASAN A. Penilaian Acuan Patokan (PAP) 1. Pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga “Criterion Evaluation” merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Menurut Ngalim (1984) Penilaian acuan patokan (PAP) adalah pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran peserta didik dengan patokan batas lulus yang telah ditetapkan oleh pendidik. 2
Menurut Sukardi (2011;23) menyatakan bahwa penilaian acuan patokan apabila posisi siswa merupakan hasil penampilannya dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Pada penilaian acuan patokan ini, hasil penampilan seorang siswa menunjukkan posisinya sendiri
tanpa membandingkan dengan hasil penampilan siswa lain. Dengan kata lain dalam acuan patokan, apa yang dicapainya dalam suatu tes adalah menggambarkan penampilannya dalam mengerjakan tes. Interpestasi penilaian acuan patokan dapat dibuat secara bervariasi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penilaian acuan patokan (PAP) adalah pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran peserta didik sesuai dengan penampilannya dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Tujuan yang hendak dicapai dalam proses evaluasi dapat ditunjukkan sebagai berikut: a.
Siswa dapat menampilkan perhitungan 8 dari 10 soal, dengan tanpa bantuan alat hitung
b. c.
seperti kalkulator. Dapat mengafalkan 3 diantara 5 metode mengoperasionalkan mesin secara aman. Dapat mencapai dalam ujian bahasa inggris dengan nilai 425 ujian setara TOEFL. Dalam penilaian dengan acuan patoka ini, siapa pun individual yang dapat mencapai
ketentuan yang berlaku seperti pada ketiga contoh tersebut dikatakan lulus. Sebaliknya, siswa yang tidak dapat mencapai kriteria baku yang telah ditetapkan dianggap gagal. 2.
Ciri-Ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP) Adapun ciri-ciri penilaian acuan patokan ialah sebagai berikut:
a.
Membandingkan hasil yang diperoleh siswa dengan menggunakan patokan atau kreteria yang ditentukan oleh guru. Kreteria dalam proses pembelajaran selalu mengacuh pada tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
b.
Bersifat objektif dan absolut
c.
Digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi tertentu..
3.
Penggunaan Penilaian Acuan Patokan (PAP) PAP pada umumnya digunakan untuk menguji tingkat pe-nguasaan bahan
pelajaran.Pengujian tingkat penguasaan bahan biasanya dilaksanakan pada pengajaran yang berori-entasi pada tujuan dan strategi belajar tuntas. Oleh karena itu nilai seorang siswa yang ditafsirkan dengan standar mutlak, sekaligus menunjukkan tingkat penguasaan riilnya terhadap bahan pelajaran dan juga merupakan standar pen-capaian indicator sesuai dengan 3
standar ketuntasan belajar. Agar nilai yang diperoleh siswa dapat berfungsi seperti yang diharapkan, yaitu mencerminkan tingkat penguasaan siswa, maka alat tes yang dipergunakan harus dapat diper-tanggungjawabkan, baik dari segi kelayakan, kesahihan,
maupun keterpercayaannya. Butir-butir tes yang disusun harus sesuai dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diberikan. 4.
Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
a.
Kelebiha Penilaian Acuan Patokan (PAP) Adapun kelebihan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah: 1) Hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat diguna-kan guru sebagai introspeksi tentang program pembela-jaran yang telah dilaksanakan. 2) Hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik/materi tertentu. 3) PAP dapat pula membantu guru merancang pelak-sanaan program remidi.
b.
Kelemahan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Adapun kelemahan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah: 1) Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar. 2) Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan. 3) Lebih menekankan hasil dari pada proses. 4) Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif atau negatif. 5) Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian profesional. 6) Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria. 7) Pikiran bawahannya presentase kecil yang memperoleh rangking rendah, dan sebaliknya pasti mereka yang dipendidikan tinggi yang memperoleh rangking tinggi. 8) Siswa atau mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka.
B. Penilaian Acuan Normatif (PAN) 1. Pengertian Penilaian Acuan Normatif (PAN) Menurut Ngalim (1984) penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Menurut Sukardi (2011;22) menyatakan bahwa penilaian acuan normatif merupakan 4
pengukuran yang mendeskripsikan penampilan atas dasar posisi relatif seorang siswa terhadap siswa lain didalam kelompok atau kelasnya. Pada proses belajar, penilaian ini banyak dilakukan oleh seorang guru karena dapat mengacu pada ketentuan atau norma yang
berlaku disekolah, daerah atau lokal, disamping itu guru juga bisa menggunakan acuan normatif nasional. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penialain acuan norma adalah penilaian yang mendeskripsikan penampilan atas dasar posis relatif seorang siswa terhadap siswa lain didalam kelompok atau kelasnya yang mengacu pada norma kelompok. Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompokkelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang rendah sampai dengan tertinggi. Secara ideal pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal. 2.
Ciri-Ciri Penilaian Acuan Norma (PAN) Adapaun ciri-ciri dalam penilaian acuan norma adalah sebagai berikut : a.
Penilaian acuan norma digunakan untuk menentukan kreteria siswa dibandingkan dengan siswa yang ada dalam kelompok.
b.
Penilaian acuan norma bersifat relatif artinya standar atau kreteria kelulusan siswa bisa berubah-ubah tergantung dari situasi dalam kelompok tersebut.
c.
Nilai yang digunakan pada penilaian acuan menggambarkan posisi siswa dalam kelompok bukan mengambarkan kompetensi yang didapatakan siswa.
d.
Penilaian acuan normatif menggambarkan penguasaan kelompok.
e.
Semua nilai siswa yang didapatkan digunakan sebagai penentuan standar kelulusan untuk melihat posisi siswa dalam kelompok.
3.
Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) Berbeda dengan PAP, PAN tidak dapat digunakan untuk mengukur kadar pencapaian
tujuan dan tingkat penguasaan bahan. PAN sering digunakan untuk fungsi prediktif, meramalkan keberhasilan pendidikan siswa di masa mendatang atau untuk menentukan peringkat/kedudukan siswa dalam kelompok. 5
4.
Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN)
a.
Kelebihan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti tersaji di bawah ini: 1) Hasil PAN dapat membuat guru bersikap positif dalam memperlakukan siswa sebagai individu yang unik. 2) Hasil PAN akan merupakan informasi yang baik tentang kedudukan siswa dalam kelompoknya. 3) PAN dapat digunakan untuk menyeleksi calon siswa yang dites secara ketat. b. Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN) Ada beberapa kekurangan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti tersaji di bawah ini: 1) Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa, apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan. 2) Sedikit menyebuttkan kualitas pembelajaran. 3) Tidak fair karena peringkat siswa tidak hanya tergantung pada tingkat prestasi, tapi juga atas prestasi siswa lain. 4) Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat menyebabkan peringkat, memperbesar-besarkan perbedaan dalam prestasi, dan menekan berbagai perbedaan 5) Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para siswa. C. Persamaan dan Perbedaan PAP dan PAN 1. Persamaan PAP dan PAN Menurut Sukardi (2011;24) menyatakan bahwa persamaan PAP dan PAN yaitu: a. Kedua pengukuran PAP dan PAN memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai b.
menentukan fokus item yang diperlukan. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai subjek yang
c.
hendak dijadikan sasaran evaluasi. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran samasama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes dengan menggunakan aturan
d.
dasar penulisan instrumen. Kedua pengukuran memerlukan persyaratan pokok yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang hendak diukur sedangkan
e. 2.
reabilitas yaitu apakah item tes memiliki hasil yang konsisten. Kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpulan data siswa yang dievaluasi. 6 Perbedaan PAP dan PAN Menurut Sukardi (2011;24) menyatakan bahwa persamaan PAP dan PAN yaitu:
a.
PAP tipe pengkuruannya yang berfokus pada penentuan domain tugas belajar yang tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran, sedangkan PAN tes
b.
yang mencakup domain tugas pemelajaran dengan item pengukuran yang spesifik. PAP menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa, sedangkan PAN menekankan perbedaan antara individual siswa yang satu dengan siswa
c.
yang lain dalam kelompok/kelas. PAP item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menghilangkan item atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah. Sedangkan PAN item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung menghilangkan item yang memiliki tingkat
d.
kesulitan rendah. PAP lebih banyak digunakan, khusus nya untuk kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery learning). Sedangkan PAN lebih sering digunakan, khususnya pada kelas yang memiliki kelompok-kelompok
e.
dengan membedakan antara siswa pandai, diatas rerata, dibawah rerata, dan bodoh. PAP interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria tertentu atau domain pencapaian belajar. Sedangkan PAN interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu secara jelas. Selain itu, perbedaan penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma dapat dilihat
dari dua elemen yaitu dari pengembangan tes dan standar Performance. 3.
Perbedaaan PAP dan PAN dari sesi pengembangan tes Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Norma (PAN) Soal-soal tes disusun Soal tes tidak hanya berdasarkan
pembelajaran Setiap tes
tujuan
mempunyai
prasyarat
menyelesaikannya Dasar pertimbangan penyususan
khusus
berdasarkan
apa
yang diterima siswa Tidak memnetingkan
dalam
kemampuan prasyarat dalam
dalam
penyususan tes Dasar pertimbangan
berdasarkan
ditentukan dari hasil yang
kreteria tertentu Mementingkan butir soal tes
didapatkan oleh siswa Membuat kategori pada level
berdasarkan
tujuan
sedang
7
instruksional 4.
pelajaran
Perbedaan PAP dan PAN dari sesi standar Performance
Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penialain Acuan Norma (PAN) Standar perfomance Standar performance berdasarkan
bentuk
tingkah
berdasarkan jumlah soal yang
laku
dijawab benar oleh siswa dibandingkan dengan siswa lain yang menempuh soal
Pengukuran diukur
performance
berdasarkan
performance
standar
yang
ditetapkan Distribusi
menyerupai kurva normal Didasarkan pada KKM
nilai
yang sama Prestasi siswa ialah 80% dari siswa lain
telah tidak
Penilaian
adanya yang diperoleh siswa Didasarkan pada nilai
berdasarkan
apa
kelompok Sedangkan untuk maksud dari penilaian acuan patokan ialah untuk mendiagnosis belajar siswa sedangkan penilaian acuan norma untuk melihat posisi siswa dalam kelompok.
D. Mencari Nilai Rata-Rata (Mean) Rata-rata hitung sehari-hari dikenal dengan nama tara-rata saja, rata-rata pengukuran didefenisikan sebagai hasil pembagian jumlah nilai pengukuran oleh banyaknya hasil pengukuran tersebut, selanjutnya digunakan untuk rerata sebagai berikut. ∑x Rumus: ´x = n Keterangan : ´x = (x bar) adalah rata-rata ∑ = (sigma) adalah jumlah x = niilai data dari 1 sampai n n = banyaknya data Contoh:
8
1.
Dalam ujian semester Andi mendapatkan nilai matematika 9, Bahasa Indonesia 8, Bahasa Inggris 7, dan Pengetahuan Umum 8. Tentukan rata-rata hitung dari nilai Andi! Penyelesaianya: Jumlah hasil pengukuran yaitu nilai-nilai ujian Andi 9 + 8 + 7 + 8 dan rata-rata hitungnya adalah: 9+8+7+ 8 4
=8
Itu berarti bahwa nilai-nilai Andy terkisar di sekitar 8 2.
Nilai matematika dari 50 siswa : 75 98 52 75 84 87 65 95 63 86 78 37 98 66 90 79 80 89 68 57 95 55 79 88 76 60 77 49 92 83 71 78 51 81 77 58 93 85 70 62 80 74 69 70 62 84 62 73 48 72 Maka rata-rata Mean: 75+ 98+…+72 ´x = = 73,06 = 73 50 Supaya data yang kita peroleh lebih ringkas, maka dapat disusundalam bentuk kelas-kelas interval yang disebut distribusi frekuensi. Pedoman penyusun distribusi frekuensi: a) Urutkan data dari yang terkecil ke terbesar. b) Tentukan banyak kelas interval yaitu antara 5 smpai 15 ( tidak ada aturan umum yang menentukan banyak kelas). Sebagai ancar-ancar tentang banyaknya kelas dapat digunakan rumus Sturges, yaitu: k = 1 + 3,322 log n Dengan : k = banyaknya kelas n = banyaknya siswa c) Tentukan lebar kelas interval dataterbesar−dataterkecil Lebar kelas = banyaknya kelas interval d) Susun kelas-kelas interval sedemikian sehingga setiap data masuk pada tepat satu kelas interval. Contoh data nilai matematika diatas dapat disusun dalam 7 kelas interval. Data terbesar : 99 9 Data terkecil : 37 99−37 62 6 Lebar interval = = =8 =9 7 7 7
Kelas interval 37 – 45 46 – 54 55 – 63 64 – 74 75 – 81 82 – 90 91 - 99
Kelas interval 37 – 45 46 – 54 55 – 63 64 – 74 75 – 81 82 – 90 91 – 99
Frekuensi (f) 2 3 8 9 14 9 5
Nilai tengah 41 50 59 68 77 86 95 Jumlah
Frekuensi (f) 2 3 8 9 14 9 5 50
(2 x 42 ) + ( 3 x 50 ) + ( 8 x 59 )+ ( 9 x 68 ) + ( 14 x 77 ) + ( 9 x 86 ) +(5 x 95) 50 82+150+ 472+612+612+1078+774+ 475 = 50 3643 = 50 = 72,86 =73
´x
=
E. Tabulasi Data Menurut KBBI (2016) tabulasi data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan dan evaluasi. Menurut Suharsimi (2004;94) menyatakan bahwa tabulasi adalah pengolahan atau pembrosesan hingga menjadi tabel. Tabulasi merupakan Coding seet yang memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisisnya, baik secara manual maupun komputer. Tabulasi ini berisikan variabel-variabel objek yang akan diteliti dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori berdasarkan variabe-variabel yang diteliti. Berikut ini adalah contoh instrumen yang ditujukan untuk mengetahui efektivitas program pelatihan calon kepala sekolah SD/MI. Nomor Responden [
] (diisi oleh peneliti)
10
Bapak/Ibu yang terhormat, Kami mohon bantuannya untuk mengisi angket yang disampaikan ini. Angket ini
ditujukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan pelatihan yang telah Bapak/Ibu ikuti berhasil mencapai tujuan, bukan untuk menilai pribadi Bapa/Ibu. Untuk itu, mohon dengan hormat angket ini diisi apa adanya sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu. Petunjuk: 1. Beri tanda silang (x) pada pilihan yang telah disediakan sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu. 2. Untuk pertanyaan yang berupa isian, mohon diisi dengan ruang kososng yang diberi tanda “___”. 3. Pertanyaan yang berisikan pilihan jawaban, mohon beri tanda check list (√) pada gambar
⃞ yang telah disediakan pada masing-masing pilihan.
Terima kasih atas bantuannya.
A. Identitas Peserta Pelatihan 1. Golongan/Ruang:
[ ]
a. II/d b. II/e c. III/a d. III/b e. III/c f. III/d g. IV/a 2. Jenis kelamin : 3. Jenis Sekolah :
⃞ Laki-laki
⃞ Negeri
4. Umur : _____ tahun
⃞ Perempuan
[ ]
⃞ Swasta
[ ] [ ] [ ]
5. Pendidikan terakhir : a. SLTA b. Diploma II c. Diploma III/Sarjana Muda d. S-1
11
e. S-2 6. Pengalaman mengikuti kursus/Pelatihan sejenis yang pernah diikuti:
[ ]
a. Belum pernah b. Pernah satu kali c. Pernah dua kali d. Pernah tiga kali e. Lebih dari tiga kali B. Persepsi Peserta tentang Penyelenggaraan Program Penelitian Tentang Materi 1. Apakah semua materi bisa dipahami?
[ ]
a. Tidak bisa dipahami sama sakali b. Sebagian kecil bisa dipahami c. Setengahnya bisa dipahami d. Sebagian besar bisa dipahami e. Semuanya bisa dipahami 2. Apakah materi yang diajarkan baru?
[ ]
a. Semuanya baru b. Sebagian besar baru c. Setengahnya baru d. Sebagian kecil baru e. Semuanya tidak baru 3. Apakah materi yang diajarkan terstruktur?
[ ]
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya Tentang Pelatih 1. Apakah pelatih menguasai materi yang diajarkan?
[ ]
a. Semuanya tidak menguasai b. Sebagian kecil menguasai c. Setengahnya menguasai d. Sebagian besar menguasai e. Semuanya menguasai
12
2. Apakah pelatih melatih dengan menggunakan metode mengajar yang [ ] menyenangkan? a. Tidak
b. Kadang-kadang c. Ya Tentang Evaluasi Dan Tindak Lanjut Pelatihan 1. Apakah evaluasi yang dilakukan penyelenggara berkaitan dengan topik [ ] yang telah dilatihkan? a. Tidak b. Sebagian ya c. Ya 2. Apakah soal-soal yang dievaluasi mudah dipahami maksudnya?
[ ]
a. Tidak b. Sebagian kecil ya c. Setengahnya ya d. Ya Setelah diberi angket, para peserta pelatihan juga dites hasil belajarnya. Adapun nilai evaluasi yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Nilai Hasil Evaluasi Belajar Peserta Pelatihan Calon Kepala Sekolah SD/MI Peserta
Nilai
evaluasi
hasil Peserta
Nilai
1
belajar (Rentang 0 – 100) 90
16
belajar (Rentang 0 – 100) 93
2
95
17
94
3
89
18
97
4
85
19
95
5
86
20
98
6
97
21
95
7
92
22
95
8
87
23
97
9
89
24
10
75
25
75
11
89
26
78
12
81
27
78
13
91
evaluasi
hasil
13
80
28
89
14
90
29
87
15
95
30
88
Data yang bersifat kualitatif disebut dengan istilah “data narasi”. Dalam pembahasan kali ini, cara mengelola data narasi akan dibedakan dalam dua bentu, yaitu 1) data narasi berpotensi tabulasi dan 2) data narasi nontabulasi. a.
Data Narasi Berpotensi Tabulasi Data jenis ini mengacu pada jawaban responden yang tingkat kemunculannya tinggi,
artinya jawaban yang sering muncul karena diminati oleh responden. Contohnya: Pertanyaan: Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu tentang pentingnya pelatihan calon Kepala Sekolah SD/MI dimasa yang akan datang? a. Harus dilakukan karena................................................................ b. Tidak perlu dilaksanakan, karena................................................. c. Harus dilakukan dengan perbaikan, yaitu....................................... d. ........................................................................................................ b. Dara Narasi Nontabulasi Data narasi nontabulasi adalah data yang berwujud kalimat atau uraian yang sangat individual dan unik karena merupakan pendapat responden secara perseorangan. Misalnya: Tabel 5.2 Pengelompokkan Data Pilihan a. Harus dilakukan b. Tidak
Alasan Untuk memimpin perlu bekal Tidak semua calon mampu Untuk mendapatkan standar
Tallies //// // /// //
kemampuan perlu Semua guru memiliki pengalaman //
dilaksanakan
c. Harus
2
mengelola sekolah Materi yang diajarkan tidak asing ///
3
bagi para guru Untuk memimpin perlu persiapan ///
3
14
dilakukan
tetapi disesuaikan dengan tugas-
dengan
tugas peserta Pelatihan harus
perbaikan
Jumlah 7 3 2
disertai
dengan ////
4
tindak lanjut yang jelas
F. Menghitung Deviasi Standar (DS) atau Standar Deviasi (SD) Rumus yang digunakan untuk menghitung SD adalah :
SD
=i
fd fd N (¿ ¿ 2 ) −(¿) N ¿ √¿
Contoh menghitung standar deviasi berdasarkan tabel di bawah ini : TABEL NILAI ULANGAN BAHASA INDONESIA SISWA Fd
f.d2
+4
+4
16
3
+3
+9
27
47-53
4
+2
+8
16
4
40-46
12
+1
+12
12
5
33-39
16
0
0
0
6
26-32
5
−1
-5
5
7
19-25
4
−2
-8
16
8
12-18
3
−3
-9
27
9
5-11
2
−4
-8
32
∑fd=3
∑fd2=151
NO
Kelas Interval
F
1
61-67
1
2
54-60
3
N=50
D
∑d=0 15
SD
=i
fd fd N (¿ ¿ 2 ) −(¿) N ¿ √¿
2
=7
√
=7
√ 3,02−0.0036
151 3 − 50 50
( )
=7
2
√ 3,0164
= 7. 1,7367786272 = 12,15745 = 12,16 Jadi, berdasarkan data tabel ulangan Bahasa Indonesia Siswa di atas didapat bahwa Srandar Deviasi (SD) atau Devisiasi Standar (DS) nya adalah 12,16
G. Menghitung Nilai Berskala 1-10 Dalam penggunaan skala 10, skor aktual siswa ditransfer ke dalam 10 kelompok nilai, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Skala 10 ini dipakai di sekolah sesuai dengan anjuran pada kurikulum 1975, bahwa seorang siswa yang sudah belajar tidak mungkin pengetahuannya tidak bertambah, apalagi berkurang. Oleh karena itu, nilai 0 (nol) ditiadakan. Apa sebab Ani dan kawan-kawanya berpikiran bahwa angka 10 adalah nyangka tertinggi untuk nilai? Hal ini di sebabkan karena pada umumnya guru-guru di Indonesia mempunyai kebiasaan menggunakan skal 1 - 10 untuk laporan prestasi belajar siswa dalam rapor,adakalanya juga digunakan skala 1 - 100, sehingga kemiungkinan bagi guru untuk memberika penilaian halus. Dalam skala 1 - 10, guru 16 jarang memberikan angka pecahan,misalnya 5,5. Angka 5,5 tersebut kemudian dibulatkan menjadi 6. Dengan demikian maka rentangan angka 5,5 sampai dengan 6,4 (selisih hampir 1) akan keluar di rapor dalam satu wajah, yaitu angka 6.
Tabel konversi yang digunakan dalam mengubah angka menjadi nilai berskala 1 – 10 adalah sebagai berikut : TABEL KONVERSI ANGKA KE DALAM NILAI BERSKALA 1-10 Skala Sigma
Skala 1 – 10
Skala Angka
+ 2,25 SD
10
Mean + (2,25) SD
+ 1,75 SD
9
Mean + (1,75) SD
+ 1,25 SD
8
Mean + (1,25) SD
+ 0,75 SD
7
Mean + (0,75) SD
+ 0,25 SD
6
Mean + (0,25) SD
-0,25 SD
5
Mean - (0,25) SD
-0,75 SD
4
Mean - (0,75) SD
-1,25 SD
3
Mean - (1,25) SD
-1,75 SD
2
Mean - (1,75) SD
-2,25 SD
1
Mean - (2,25) SD
Dimana : Skala Sigma = sudah ketentuan Skala Angka = rumus untuk mencari nilai dari konversi nilai 1 – 10 Contoh mencari skala nilai 1-10 : Berdasarkan data tabel yang telah ada di atas, pertama-tama dicari mean : Mean = MT + i (
∑ fd ) N
Dengan data yang ada maka , Mean = 36 + 7 (
3 50
)
= 36 + 0.42 = 36,42 17 Jadi dari data tersebut diperoleh rata-rata/ mean adalah 36, 42.
Jika dimasukkan dalam rumus skala konversi nilai 1 – 10, maka :
TABEL KONVERSI ANGKA KE DALAM NILAI BERSKALA 1-10 Skala Sigma
Skala 1 – 10
Skala Angka
+ 2,25 SD
10
Mean + (2,25) SD
36,42 + (2,25) 12,16 = 63,78
+ 1,75 SD
9
Mean + (1,75) SD
36,42 + (1,75) 12,16 = 57,7
+ 1,25 SD
8
Mean + (1,25) SD
36,42 + (1,25) 12,16 = 51,62
+ 0,75 SD
7
Mean + (0,75) SD
36,42 + (0,75) 12,16 = 45,54
+ 0,25 SD
6
Mean + (0,25) SD
36,42 + (0,25) 12,16 = 39,46
-0,25 SD
5
Mean - (0,25) SD
36,42 - (0,25) 12,16 = 33,38
-0,75 SD
4
Mean - (0,75) SD
36,42 - (0,75) 12,16 = 27,3
-1,25 SD
3
Mean - (1,25) SD
36,42 - (1,25) 12,16 = 21,22
-1,75 SD
2
Mean - (1,75) SD
36,42 - (1,75) 12,16 = 15,14
-2,25 SD
1
Mean - (2,25) SD
36,42 - (2,25) 12,16 = 9,06
Dalam contoh perhitungan ini, siswa yang mendapat skor
63,78 diubah menjadi nilai
10. Selanjutnya siswa yang mendapat skor 9,06 diubah menjadi nilai 0. Untuk nilai-nilai 1 sampai dengan 9 adalah ubahan dari skor diantara batas-batas skor yang sudah ditentukan dalam tabel. Dengan berdasarkan atas skala angka ini, maka dengan mudah dapat ditransformasikan skor-skor siswa yang ada, menjadi nilai berskala 1-10.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
18
Penilaian
acuan
patokan
(PAP)
adalah
pendekatan
penilaian
yang
membandingkan hasil pengukuran peserta didik sesuai dengan penampilannya dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Penialain acuan norma adalah penilaian yang mendeskripsikan penampilan atas dasar posis relatif seorang siswa terhadap siswa lain didalam kelompok atau kelasnya yang mengacu pada norma kelompok. Perbedaan PAP dan PAN : a. PAP tipe pengkuruannya yang berfokus pada penentuan domain tugas belajar yang tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran, sedangkan PAN tes yang mencakup domain tugas pemelajaran dengan item pengukuran yang b.
spesifik. PAP menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa, sedangkan PAN menekankan perbedaan antara individual siswa yang satu dengan
c.
siswa yang lain dalam kelompok/kelas. PAP item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menghilangkan item atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah. Sedangkan PAN item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung menghilangkan item yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
B. Saran Melalui penulisan makalah ini diharapkan guru SD dan calon guru SD dapat mengetahui penilaian acuan patokan (PAN), penilaian acuan norma (PAN), Mmencari nilai rata-rata (Mean, dan tabulasi data serta mengimplementasikannya dalam praktek pendidikan sehingga proses pembelajaran yang dirasakan oleh peserta didik akan lebih bermakna dan mempermudah mencapai tujuan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN Sukardi.2009.Evaluasi Pembelajaran prinsip Dan Operasionalnya. Jakarta : PT Bumi Aksara. 19
https://karyatulisilmiah.com/penilaian-acuan-norma-pan/html/