ETIOLOGI Melibatkan beberapa factor : 1. Autonom 2. Imunologis 3. Infeksi 4. Endrokin 5. Psikologis
ETIOLOGI 1. Autonom -
Aktivitas bronkokontiktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik system saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan nafas,disebut reseptor batuk/iritan,tergantung pada lokasinya,mencentuskan reflek arkus cabang aferen yang pada ujung cabang eferen mereangsang kontraksi otot polos bronkus (sundaru,2006)
-
Neuron transmisi peptide intestinal vaso aktif (PIV) memulai relaksasi otot polos bronkus ( Sundaru, 2006)
2. Imunologi -
Terjadi setelah pemaparan terhadap factor lingkungan.
-
Kadar IgE total maupun spesifik penderita terhadap antigen yang terlibat.
-
Paling sering ditemukan pada usia 2 tahun pertama juga orang dewasa (asma yang timbul lambat)→asma intrinsik (Sundaru,2006)
3. Infeksi berikut ini adalah beberapa gejala terjadinya infeksi yang sedapat mungkin harus dihindari oleh penderita asma. 1. Nafas tersengal-sengal 2. Kesulitan bernafas 3. Demam tinggi dan menggigil 4. Batuk hingga produksi dahak sangat berlebih 5. Dahak berwarna tidak normal 6. Nyeri di sekujur tubuh 7. Sakit kepala
8. Sakit tenggorokan yang berakibat pada nyeri saat menelan makanan Apabila para penderita asma mengalami beberapa gejala di atas, maka segera menghubungi dokter adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan.Untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat memicu kambuhnya penyakit asma, maka para penderita asma harus selalu menjaga kebersihan. Menjaga kebersihan terbukti dapat mencegah menyebarkan infeksi. Salah satu cara menjaga kebersihan yang paling mudah adalah rajin mencuci tangan dengan sabun. Selain itu, menjaga kebersihan alat-alat pencegah kambuhnya asma juga perlu dilakukan. Jangan mnenggunakan inhaler asma bergantian dengan orang lain. Sebagai tambahan, vaksinasi flu juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Faktor Endrokin -
Asma lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan,menstruasi/saat wanita menopause.
-
Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas,hal ini dikaitkan dengan hormonal.
5. Faktor Psikologis -
Factor psikologis emosi. Gejala-gejala asma pada bebebrapa anak dan dewasa yang menderita penyakit asma (Sundaru,2006)
Pemicu asma / FAKTOR Pemicu asma yang menyebabkan peradangan dan penyumbatan saluran udara dapat bervariasi pada masing-masing pasien. Mengetahui pemicu asma Anda itu adalah penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pemicu asma yang umum meliputi:
Serbuk sari
Tungau dan kecoa
Jamur
Bulu hewan dan emosi
Perubahan cuaca (terutama udara dingin)
Infeksi saluran pernapasan
Rokok
Stress dan emosi berat
Aktivitas fisik
Reaksi alergi pada makanan atau sulfites (pengawet makanan)
Heartburn/acid reflux/asam lambung
Beberapa pengobatan (aspirin, beta blockers) Berkonsultasilah dengan dokter Anda untuk mengetahui penyebab asma Anda yang sebenarnya, kemudian merencanakan rencana pencegahannya.
Faktor pemicu risiko Ada beberapa faktor yang diperkirakan meningkatkan risiko pengidap asma. Meliputi: Sejarah keluarga Jika ada salah satu anggota keluarga Anda yang mengidap asma maka kemungkinan Anda akan beresiko besar untuk mengidapnya juga. Jenis kelamin dan usia Asma lebih umum terjadi pada anak-anak dibandingkan dewasa. Pria lebih banyak terjangkit asma dibandingkan wanita. Resikonya sama antara oria dan wanita untuk kategori dewasa. Alergi Sensitivitas pada zat allergen biasanya adalah prediktor akurat dari potensi Anda dalam mengidap asma. Beberapa allergen itu adalah:
Debu
Bulu hewan
Jamur
Bahan beracun Alergen dapat memicu serangan asma setelah Anda mengidapnya. Rokok
Asap rokok dapat mengiritasi saluran udara. Perokok memiliki resiko tinggi terjangkit asma. Mereka yang ibunya merokok selama masa kehamilan atau mereka yang terekspos asap rokok juga dapat berisiko terjangkit asma. Obesitas Anak-anak dan dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko terjangkit asma yang lebih besar. Walaupun alasannya belum jelas, beberapa ahli mengira bahwa peradangan ringan dapat terjadi karena disebabkan oleh berat berlebih. Infeksi saluran pernapasan viral Masalah saluran pernapasan selama masa bayi dan anak-anak dapat menyebabkan mengi. Beberapa anak yang mengidap infeksi saluran pernapasan ini biasanya juga akan mengidap asma.
Pilihan terapi asma yang direkomendasikan dokter Gejala asma bersifat kambuhan dan dapat muncul tiba-tiba di waktu dan tempat yang tak terduga. Namun sebelum menjalani terapi asma tertentu, ada baiknya Anda konsultasi ke dokter dulu untuk cari tahu jenis asmanya dan seberapa parah gejala yang Anda miliki. Tujuannya supaya Anda dapat mengantisipasi apa yang perlu Anda lakukan untuk mencegah sekaligus menangani serangan asma ketika kambuh. Konsultasi ke dokter juga penting agar Anda benar-benar tahu obat dan terapi asma seperti apa yang efektif khususnya untuk kondisi Anda. Dokter umumnya akan menganjurkan berbagai hal berikut sebagai upaya untuk mengendalikan keparahan gejala asma.
1. Pakai obat
Kebanyakan pengidap asma akan dianjurkan untuk mengikuti terapi asma jangka panjang atau jangka pendek, tergantung dari jenis asma yang dialami. Apabila Anda memiliki asma intermiten, dokter akan merekomendasikan terapi jangka pendek. Sementara apabila asma yang Anda miliki termasuk kronis atau persisten ringan hingga berat, pengobatan asma yang cocok untuk Anda adalah terapi jangka panjang. Pengobatan asma jangka panjang bertujuan untuk mengendalikan keparahan gejala asma dan mencegahnya kambuh secara berkelanjutan. Sementara itu, terapi jangka pendek umumnya bertujuan untuk segera meredakan gejala asma akut saat serangan terjadi. Penggunaan obat asma hirup lewat inhaler atau nebulizer adalah pilihan pertama dokter untuk terapi asma jangka panjang ketimbang obat oral. Alasannya, obat hirup bekerja lebih efektif menghantarkan obat langsung ke jaringan saluran pernapasan dan lebih aman karena minim risiko efek samping. Contoh obat steroid hirup yang biasanya digunakan dalam terapi asma jangka panjang adalah omalizumab (anti-IgE),
Long
HFA), budesonide (Pulmicort
acting
beta2
agonis,
Felxhaler,
fluticasone
(Flonase,
Flovent
Rhinocort), flunisolide (Aerospan
HFA), ciclesonide(Alvesco, Omnaris, Zetonna), beclomethasone (Qnasl, Qvar), mometasone (Asmanex), dan fluticasone furoate (Arnuity Ellipta). Sebaliknya,
dokter
akan
meresepkan
obat steroid
oral
(obat
minum)
seperti prednisone dan methylprednisolone; golongan leukotriene modifiers seperti montelukast (Singulair), zafirlukast (Accolate), dan zileuton (Zyflo); atau ipratropium sebagai terapi jangka pendek. Obat oral biasanya hanya diresepkan untuk 1-2 minggu pemakaian dan hanya untuk mengobati serangan asma yang parah. Ini karena obat steroid oral dapat menyebabkan efek samping serius jika digunakan terus-terusan dalam jangka panjang. Meski gejala asma Anda mulai membaik, usahakan tetap selalu minum obat rutin dan jangan menghentikan atau mengubah dosisnya tanpa sepengetahuan dokter. Sebaiknya bawa obat-obatan Anda ke setiap kunjungan dokter, setiap bekerja, atau bahkan ketika Anda pergi keluar rumah untuk berjaga-jaga mengatasi gejala yang bisa kambuh kapan saja.
2. Latihan pernapasan
Dokter mungkin akan merujuk Anda pada seorang terapis pernapasan untuk memandu dan mengajarkan Anda teknik pernapasan khusus yang bisa mengendalikan gejala asma. Seperti yang telah dijelaskan di atas, gejala asma bisa muncul atau diperparah oleh stres atau kecemasan berlebihan. Nah, teknik pernapasan yang baik dapat membantu Anda meredakan stres dan mengatur pola pernapasan jadi lebih teratur. Latihan pernapasan yang dilakukan rutin juga bisa membantu meningkatkan fungsi paru-paru untuk menampung dan menyerap oksigen. Cara termudah untuk melakukan teknik pernapasan adalah sebagai berikut: 1. Cari tempat yang sepi dan nyaman untuk duduk atau berbaring. Cobalah untuk kosongkan pikiran. Setelahnya, taruh satu tangan di dada dan satu tangan lagi di perut. 2. Ambil napas perlahan lewat hidung dalam 5 hitungan lambat. Biarkan dada dan perut bawah Anda mengembang terus sampai Anda merasa tangan Anda ikut naik. Ini artinya diafragma Anda sedang bergerak ke bawah untuk memberi ruang bagi paru-paru Anda agar terisi penuh dengan udara beroksigen. 3. Tahan napas selama yang Anda bisa, kemudian perlahan buang napas lewat hidung juga dalam 5 hitungan lambat. Selama melakukan ini, Anda seharusnya akan merasa tangan ikut perlahan turun. 4. Ulangi terus selama beberapa menit sampai napas jadi lebih teratur. Melatih teknik pernapasan dalam setiap hari akan membiasakan tubuh Anda untuk bernapas dengan cara yang benar. Dengan begitu ketika Anda berada dalam situasi stres yang bisa memicu asma kambuh, Anda akan secara naluriah menggunakan teknik ini untuk mengatur napas.
3. Yoga
Dikutip dari Everyday Health, senam yoga juga bisa Anda coba sebagai terapi asma yang cukup ampuh. Constantine Saadeh, MD, direktur Allergy ARTS (Asthma, Rheumatology Treatment Specialists) di Texas mengatakan bahwa orang-orang pengidap asma bisa menjadikan yoga sebagai cara pengobatan dan pencegahan asma secara alami. Yoga akan menantang Anda untuk mengatur pola tarikan dan hembusan napas, khususnya ketika Anda sedang berjuang untuk menjaga postur tubuh tetap seimbang dari pose yoga yang rumit dan tidak familiar untuk tubuh. Semakin rumit pose yoga Anda, tubuh akan otomatis memerintahkan paru untuk mengambil dan membuang napas panjang secara perlahan guna menghemat energi di saat Anda benar-benar membutuhkannya. Teknik pernapasan yoga lambat laun juga akan meningkatkan kapasitas paru untuk memungkinkan Anda menghirup volume oksigen dalam jumlah yang lebih banyak saat bernapas pendek. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 57 partisipan orang dewasa selama 8 minggu menunjukkan bahwa berlatih yoga rutin menunjukkan peningkatan fungsi paru-paru dan mengurangi gejala asma mereka. Yoga juga bisa mengurangi gejala stress yang bisa memicu asma.
4. Berenang
Bagi beberapa orang, olahraga yang terlalu intens dapat memicu kambuhnya asma. Ini karena ketika berolahraga berat, Anda mungkin tanpa sadar menarik dan buang napas lewat mulut. Cara bernapas seperti ini membuat Anda makin sesak napas karena udara yang masuk ke paru adalah udara kering. Udara kering akan mengiritasi saluran napas dan memicunya untuk menyempit, yang akhirnya memicu gejala asma. Di sisi lain, jenis olahraga yang tepat dapat menjadi pilihan terapi asma untuk mengendalikan gejalanya dalam jangka panjang. Renang merupakan salah satu olahraga yang paling disarankan dokter untuk penderita asma. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa rutin berenang sebagai terapi asma tambahan dapat mengurangi keparahan gejalanya dibanding hanya dengan menggunakan obat-obatan saja. Ini karena udara lingkungan sekitar kolam renang bersuhu lembap. Menghirup udara lembap dapat menjaga saluran udara selalu tetap lembap sehingga tidak kering dan teriritasi. Di samping itu, berenang juga dapat menjadi alternatif olahraga ringan bagi penderita asma agar tetap aktif bergerak. Pasalnya, kurang olahraga juga bisa membuat kondisi fisik penderita asma jadi lebih rentan terhadap penyakit dan serangan asma. Ketika ingin berenang untuk mengatasi asma, perhatikan postur tubuh Anda. Postur tubuh mendatar (bukan tegak lurus) saat berenang dapat melemasan otot-otot di sekeliling jalur napas yang membuat Anda bisa bernapas lebih lega. Pasalnya, tubuh Anda tidak perlu menopang terlalu banyak tekanan seperti saat Anda sedang berdiri tegak
5. Sering-sering cek fungsi paru dengan peak flower meter
Sumber: Shutterstock Pengidap asma sebaiknya punya peak flower meter. Peak flow meter adalah alat untuk mengukur banyaknya aliran udara yang dihirup paru-paru. Para ahli dan dokter kerap merekomendasikan pengidap asma memakai alat ini sebagai salah satu cara untuk mengendalikan asma. Cara menggunakan peak flow meter adalah dengan memasukkan ujung alat ke dalam mulut dan menghirup napas napas seperti biasa, lalu hembuskan ke dalam rongga alat ini. Angka paling tinggi yang keluar dari peak flow meter merupakan nilai fungsi pernapasan yang bagus. Sementara jika angkanya rendah menandakan bahwa paru-paru Anda tidak bekerja dengan baik. Ketika Anda pertama kali didiagnosis menderita asma, dokter mungkin akan meminta Anda untuk menggunakan peak flow meter setiap hari selama 2-3 minggu. Kebanyakan rencana tindakan asma dibuat berdasarkan bacaan peak flow Anda.
6. Pola makan sehat
Tidak ada pola makan khusus untuk penderita asma. Meski begitu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengidap asma yang bisa menjaga asupan makanannya bergizi tinggi lebih jarang mengalami kekambuhan asma. Jenis makanan terbaik untuk pengidap asma sebaiknya yang tinggi kandungan vitamin A C D dan E, betakaroten, antioksidan flavonoid, magnesium, selenium, hingga asam lemak omega-3. Anda bisa memenuhinya dengan mengikuti diet Mediterania yang banyak memasukkan sayur dan buah-buahan segar, gandum, hingga lemak sehat dari minyak zaitun dan ikan berlemak (salmon, tuna, sarden)
dalam menu makanan hariannya. Masukkan juga beberapa rempah seperti rosemary, sage, oregano, jahe, dan kunyit dalam makanan Anda. Jangan lupa juga makan setidaknya satu apel setiap hari. Penelitian terbitan The American Journal of Respiratory Critical Care Medicine menemukan bahwa pengidap asma yang makan apel dua kali seminggu dapat mengalami penurunan risiko serangan asma hingga 3 kali lebih rendah. Manfaat ini berasal dari antioksidan tinggi yang terkandung dalam kulit apel merah yang dapat membantu mengontrol alergi dan mengurangi peradangan. Selain memperbanyak makan sehat, Anda harus menghindari:
Makanan prosesan dan kemasan
Makanan olahan yang dibuat dengan perasa buatan dan bahan pengawet.
Hindari susu dan produk olahannya (butter/mentega, yogurt, keju, dst) jika Anda punya alergi susu atau intoleransi laktosa.
Makan seba digoreng dan berlemak, karena dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh termasuk pada saluran pernapasan. Makanan ini juga menghambat kerja obat terapi asma.
Apa yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu asma kambuh? Ketika asma kambuh, segera lakukan langkah-langkah berikut: 1. Tetap tenang dan langsung duduk serileks mungkin sambil coba mengatur napas perlahan. Coba tarik napas dalam-dalam dengan 10 ketukan dan hembuskan perlahan dengan hitungan yang sama. Ulangi berkali-kali sampai napas Anda jadi teratur. 2. Anda juga bisa melonggarkan pakaian yang terlalu ketat agar bisa bernapas lebih bebas. 3. Pakai alat bantu napas Anda, baik itu inhaler atau nebulizer. Usahakan untuk selalu meletakkan alat di tempat yang mudah dijangkau sewaktu-waktu. Cara menggunakan inhaler dengan benar dan lebih efektif adalah sebagai berikut:
Duduk atau berdiri tegak saat menggunakan inhaler.
Kocok inhaler dengan baik sebelum menghirupnya.
Langsung tarik napas perlahan begitu Anda menekan inhaler.
Tahan napas selama minimal 10 detik setelah menghirupnya.
Bila Anda perlu menggunakan lebih dari satu hirupan per dosis, tunggu beberapa menit dulu di antara setiap isapan. Jika Anda menggunakan obat bronkodilator kerja cepat, berikan jeda 3-5 menit. Untuk jenis lainnya, berikan jeda 1 menit.
Tarik dan buang napas perlahan di antara setiap isapan. Mouthpiece inhaler (corong tempat Anda menempatkan mulut) perlu dibersihkan setiap kali habis pakai. Keringkan secara alami. Jangan gunakan kain untuk mengelapnya hingga kering. Cara pakai nebulizer adalah sebagai berikut:
1. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir untuk mencegah kuman ikut masuk ke paru-paru lewat tangan yang menyentuh nebulizer. 2. Siapkan obat yang akan digunakan. Jika obat sudah dicampur, tuang langsung ke dalam wadah obat nebulizer. Jika belum, masukkan satu per satu dengan menggunakan pipet atau alat suntik. 3. Tambahkan cairan saline jika diperlukan dan diresepkan dokter. 4. Hubungkan wadah obat ke mesin dan juga masker ke bagian atas wadah. 5. Pasang masker di wajah hingga menutupi hidung dan mulut. Pastikan pinggiran masker tersegel baik dengan wajah, agar tidak ada uap obat yang lolos keluar dari sisi-sisi masker. 6. Hidupkan mesin kemudian tarik napas dengan hidung dan keluarkan perlahan melalui mulut. 7. Anda bisa mengakhirinya saat tidak ada lagi uap yang keluar. Ini tandanya obat sudah habis. Setelah pakai alat bantu napas, perhatikan reaksi tubuh Anda. Jika gejala serangan asma seperti batuk, sesak dan mengi mereda dalam 4 jam setelah menghirup obat tandanya Anda sudah membaik. Teruskan pemakaian alat bantu napas sesuai yang dianjurkan dokter atau gunakan 3 sampai 4 jam sekali selama 1 sampai 2 hari setelahnya sampai gejala benar-benar berhenti. Bila gejala asma tidak juga membaik setelah berhari-hari pakai obat hirup, segera ke rumah sakit untuk dapatkan perawatan darurat.
Tips mencegah asma kambuh 1. Hindari pemicu Asma bisa kambuh sewaktu-waktu tanpa Anda duga. Maka jika Anda sudah resmi didiagnosis asma, penting untuk tahu apa yang khususnya memicu serangan Anda. Pemicu asma yang paling sering antara lain:
Debu, bulu binatang, kecoa, jamur, tungau, dan serbuk sari dari pohon, rumput, dan bunga.
Asap rokok, polusi udara, bahan kimia atau debu di tempat kerja, senyawa dalam produk dekorasi rumah, dan semprotan (seperti parfum atau hairspray)
Obat-obatan antinyeri NSAID (aspirin atau ibuprofen) dan nonselektif beta-blocker untuk penyakit jantung.
Sulfit, pengawet makanan dan minuman
Asam lambung naik.
Infeksi virus pernapasan bagian atas, seperti pilek influenza dan infeksi sinus.
Aktivitas fisik, termasuk olahraga.
Stres dan kecemasan berlebihan.
Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan. Setelah Anda tahu apa yang menjadi penyebab serangan asma Anda, sebisa mungkin hindari hal-hal tersebut.
1. Rutin bersihkan rumah dari jamur, debu, serbuk sari, dan polusi udara. 2. Pakai pelembap udara (humidifier) di kamar tidur atau ruang aktivitas lainnya. 3. Perbaiki saluran atau sumber air yang bocor secepat mungkin. 4. Pasang exhaust di kamar mandi untuk melancarkan sirkulasi udara. 5. Hindari perubahan suhu drastis dalam waktu yang singkat. 6. Jaga kesehatan tubuh agar tidak mudah sakit atau terserang infeksi. 7. Kelola stres dengan baik. 8. Tidur yang cukup.
2. Buat rencana aksi asma Pengidap asma kronis seharusnya punya lembar catatan rencana aksi asma yang mudah dijangkau. Rencana aksi asma bertujuan agar kondisi asma Anda tidak mengganggu aktivitas Anda sehari-hari. Di dalamnya berisi sejumlah informasi dasar terkait daftar pemicu gejala, dosis obat-obatan yang dipakai (serta kapan dan bagaimana penggunaannya), hingga instruksi pertolongan pertama untuk mengatasi serangan asma. Anda juga harus menyertakan nomor telepon darurat, seperti wali/anggota keluarga terdekat, nomor telepon dokter Anda, nomor ambulans, hingga IGD rumah sakit. Selipkan salinan rencana aksi Anda di dompet atau bersama kartu identitas penting Anda lainnya agar ketika asma menyerang di ruang publik, orang terdekat Anda bisa mengakses informasi tersebut untuk membantu Anda. Jadikan nomor ambulans darurat sebagai panggilan cepat pada ponsel Anda.
3. Menggunakan pengobatan pencegahan
Selain bertujuan untuk mengendalikan gejala, ada beberapa pilihan terapi asma yang ditujukan khusus mencegah serangan asma terjadi ketika gejala awal mulai muncul. Pengobatan pencegahan asma yang paling umum adalah inhaler, obat oral, dan suntikan. Konsultasi lebih lanjut ke dokter terkait obatobatan pencegah yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Pertimbangkan juga untuk selalu bawa inhaler, bronkodilator atau alat pernapasan darurat lainnya sebagai pertolongan pertama pada asma yang bisa kambuh kapan saja. DAFTAR PUSTAKA Riyanto,B dkk.2009.Asma.In:Sundoyo,A.W.,Setiyohadi,B.,Alwi,I.,Simadibrata,M.,Setiati, S .,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jolid III Edisi V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam PDPI.2003.Asma Pedoman dan Penatalaksanaan di Indonresia. Sundaru, H, dan Sukanto,2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.(Edisi 4): Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam