Etika&filsafat Kom.ut

  • Uploaded by: ang9a
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Etika&filsafat Kom.ut as PDF for free.

More details

  • Words: 13,560
  • Pages: 63
KONSEP-KONSEP PEMIKIRAN TENTANG FILSAFAT

RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Fristi Novitasari

No. Absen

:

NIM

:

2006-41-236

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul

1

:

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

Jakarta Pusat

Konsep-konsep Pemikiran Tentang Filsafat Dra. Hj. Kismiyati EL Karimah.

PENDAHULUAN Maunusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena dia diberi akal. Akal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya, membedakan manusia dengan binatang. Dengan akalnya manusia berpikir, bahkan sering dijumpai dalam komunikasi sehari-hari muncul istilah “orang itu tidak punya pikiran”, ini sebagai analogi bahwa pikiran sama dengan akal. Dengan akhirnya mencari tahu. Inilah asal mula pengetahuan, yaitu adanya keingintahuan manusia. Ketika manusia berpikir, dari mana dia ada, untuk apa dia ada, dan kemana setelah tiada? Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab dengan segera dan spontan, tetapi membutuhkan pemikiran secara mendalam, membutuhkan perenenungan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat filsafat. Jawabannya membutuhkan pemikiran filsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam tentang segala sesuatu sejauh akal manusia dapat menjangkaunya.

KEGIATAN BELAJAR 1

Pengertian Filsafat Secara etimologis (ilmu asal usul kata) kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dari bahasa Yunani ini melahirkan kata dalam bahasa Inggris philosophy yang diterjemahkan

sebagai cinta kearifan/kebijaksanaan. Cinta dapat diartikan sebagai suatu dinamika yang menggerakan subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan dapat diartikan ketepatan bertindak. Dalam bahasa Inggris dapat ditemukan kata policy dan wisdom untuk menyebut kebijaksanaan. Namun yang sering dipergunakan dalam filsafat adalah kata wisdom dan lebih ditujukan pada pengertian keaifan.

PENGERTIAN FILSAFAT DAPAT DIBEDAKAN 1. Filsafat sebagai suatu sikap Filsafat merupakan sifat terhadap kehidupan dan alam semesta. Bagaimana manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidupnya dan alam sekitarnya. Contoh: seorang ibu yang tiba-tiba mendapat berita kematian putrinya yang pramugari. Seorang ibu yang mampu berpikir secara mendalam dan menyeluruh dalam menghadapi musibah tersebut akan dapat bersikap dewasa, dapat mengontrol dirinya dan tidak emosional. Sikap kedewasaan secara kefilsafatan adalah sikap yang menyelidiki secara kritis, terbuka dan selalu bersedia meninjau persoalan dari semua sudut pandangan. 2. filsafat sebagai suatu metode berfilsafat adalah berpikir secara reflektif, yaitu berpikir dengan memperhatikan unsur di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya. 3. filsafat sebagai kumpulan persoalan banyak persoalan-persoalan abadi yang dihadapi oleh para filsuf. Usaha-usaha untuk memecahkannya telah dilakukan, namun ada persoalan-persoalan yang smpai hari ini belum juga terpecahkan.

Contoh: persoalan apakah ada ide-ide bawaan? Hal ini telah dijawab oleh John Locke. Contoh: berapa IP (indeks prestasi) yang Anda capai semester ini? Pertanyaan yang demikian dapat langsung dijawab karena bersangkutan dengan fakta. Sedangkan pertanyaan yang berikut: Apakah Tuhan itu ada? Apakah kebenaran itu? Apakah keadilan itu Ada perbedaan antara pertanyaan filsafat dengan pertanyaan bukan filsafat? 4. filsafat merupakan system pemikiran Dalam sejarah filsafat telah dirumuskan system-sistem pemikiran dari Socrates, Plato, dan Aristoteles. Dengan demikian tanpa adanya nama-nama pemikir tersebut besert hasil pemikirannya, maka filsafat tidak dapat berkembang seperti sekarang. 5. filsafat merupakan analisis logis para tokoh filsafat analitis berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti dari suatu istilah, baik yang dipakai dalam ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari. 6. filsafat merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara menyeluruh Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.

Hakikat dari sesuatu haruslah mempunyai sifat-sifat berikut: a. umum, artinya dapat diterapkan secara luas. b. Abstrak, artinya tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan hanya dapat ditangkap dengan akal. c. Mutlak harus terdapat pada sesuatu hal, sehingga halnya menjadi ada. Menurut Descrates ada beberapa tahapan untuk memulai perenungan filsafat, yaitu: a. menyadari adanya masalah apabila seseorang menyadari bahwa ada sesuatu masalah, maka orang tersebut akan mencoba untuk memikirkan penyelesaiannya. b. meragu-ragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan setelah selesai dirumuskan, mulailah mengkaji pengetahuan yang diperoleh melalui indera san meragukannya. c. memeriksa penyelesaian-penyelesaian yang terdahulu setelah

menguji

pengetahuan

perlu

mempertimbangkan

penyelesaian-

penyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah yang bersangkutan. d. mengajukan hipotesis e. menguji konsekuensi-konsekuensi mengadakan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan. f. menarik kesimpulan kesimpulan yang diperoleh dapat merupakan masalah baru untuk diuji kembali dan seterusnya.

Teori-teori Filsafat Pengertian teori (dari bahasa Inggris theory, bahasa Latin theoria, dan bahasa Yunani theoreo yang berarti melihat atau thorus yang berarti pengamatan) menurut kamus umum bahasa Indonesia (1995;1041) adalah: 1. pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) 2. atas dan hokum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan 3. pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu

A. THALES (abad ke 6) Menurut Thales arkhe dalam semesta adalah air. Semuanya berasal dari air dan semuanya kembali menjadi air (K. Bertens, 1975:26). Alasan Thales mengemukakan air sebagai zat asali alam semesta, karena bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan juga benih pada semua makhluk hidup. Teori tentang alam semesta ini barangkali terlalu sederhana, namun pada saat itulah untuk pertama kalinya manusia berpikir tentang alam semesta dengan menggunakan rasio.

B. HERAKLEITOS (abad ke 5 SM) Menurut Herakleitos, perubahan merupakan satu-satunya kemantapan, It rest by changing. (K. Bestens, 1975: 42). Tidak ada sesuatu pun yang betul-betul ada, semuanya menjadi. Menjadi merupakan perubahan yang tiada henti-hentinya melalui 2 cara: 1. seluruh kenyataan merupakan arus sungai yang mengalir. 2. seluruh kenyataan adalah api.

Perkataan yang terkenal dari Herakleitos adalah panta rhei kai uden menei, semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal mantap.

C. PARAMENIDES ((515 SM) Seluruh jalan kebenaran bersandar pada satu keyakinan: yang ada itu ada, itulah kebenaran. Ada dua pengandaian yang dapat membuktikan kebenaran, yaitu: 1. orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada. 2. orang dapat mengatakan bahwa yang serentak ada dan serentak juga tidak ada. Kedua pengertian di atas sama-sama mustahil, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.

D. SOCRATES Menurut Socrates, manusia merupakan makhluk yang dapat mengenal, yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Teorinya tentang manusia bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang konkret. Socrates berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. apakah hidup yang baik? 2. apakah kebaikan itu, yang mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia? 3.

apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu

perbuatan? untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Socrates memulai dengan bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya. Metode Socrates ini disebut dialektika,

dari kata Yunani dialeqesthai berarti bercakap-cakap atau berdialog. Karena tujuan dari dialog adalah untuk menemukan pengertian tentang kebajikan, maka Socrates menamai metodenya dengan maieutika tekhne seni kebidanan).

E. PLATO (428 SM) Dari pengertiannya tentang ide umum dan ide konkret, dapat disimpulkan bahwa menurut Plato realitas sebenarnya terdiri dari dua dunia. Satu dunia mencakup bendabenda jasmani yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pada tahap ini semua realitas berada dalam perubahan. Contoh: baju yang sekarang dipakai rapid an bersih, besok sudah lusuh dan kotor. Karena itu ada suatu dunia lain, yaitu dunia ideal, yaitu dunia yang terdiri ide-ide. Dalam dunia ideal ini tidak ada perubahan, dan sifatnya abadi. Plato memandang manusia sebagai makhluk yang terpenting di antara segala makhluk yang terdapat di dunia ini. Jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian manusia, dan jiwa manusia bersifat baka atau kekal.

F. ARISTOTELES (384 SM) Sejak Aristoteles inilah pemikiran-pemikiran filsafat tersusun secara sistematis, yang dikelompokan dalam 8 bagian, yaitu: 1. logika 2. filsafat alam 3. psikologi 4. biologi 5. metafisiska 6. etika 7. politik dan ekonomi 8. retorika dan paetika

teori Aristoteles tentang gerak dapat dipahami melalui contoh berikut ini, yaitu air dingin menjadi panas. Gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan antara panas dan dingin. Namun ada sesuatu hal yang dulunya dingin kemudian menjadi panas. Dengan demikian ada 3 faktor dalam setiap perubahan, yaitu: 1. keadaan/cirri yang terdahulu, yaitu dingin 2. keadaan/cirri yang baru, yaitu panas 3. suatu substratum atau alas yang tetap, yaitu air. Dalam pandangannya tentang penyebab tiap-tiap kejadian, baik kejadian alam maupun kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebut ada 4 penyebab, yaitu: 1. penyebab efisien (efficient cause) yaitu sumber kejadian, factor yang menjalankan kejadian. Contoh: tukang kayu yang membuat meja makan. 2. penyebab final (final cause). Yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Contoh: meja makan dibuat untuk makan. 3. penyebab material (material cause). Yaitu bahan dari mana benda dibuat. Contoh: meja makan dibuat dari kayu. 4. penyebab formal (formal cause). Yaitu bentuk yang menyusun bahan. Contoh: bentuk meja ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah meja.

G. AL KINDI (796-873 SM) Teorinya tentang pengetahuan terbagi dalam 2 bagian: 1. pengetahuan Ilahi (devine science) pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan. 2. pengetahuan manusiawi (human scince) pengetahuan yang didasarkan atas pemikiran.

KOMUNIKASI SEBAGI KEGIATAN ILMIAH, POKOK PIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI, PIKIRAN SEBAGAI ISI PESAN KOMUNIKASI RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Nabilla Fuadillah Alhumaira

No. Absen

:

24

NIM

:

2006-41-251

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul

2

:

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) Jakarta Pusat

FILSAFAT KOMUNIKASI

Aristoteles memperkenalkan retorika sebagai ilmu pertama mengenai pernyataan antar manusia. Komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama dalam arti sama maknanya mempunyai tujuan untuk punya pengertian yang sama.

Komunikasi Sebagai Kegiatan Ilmiah Berdasarkan paradigma Lasswell maka komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang komunikan melalui media tertentu untuk menghasilkan efek tertentu. Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah : 1. The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan). 2.

The correlation of the parts of society in responding to the environment

(korelasi

kelompok-kelompok

dalam

masyarakat

ketika

menanggapi

lingkungan). 3.

The transmission of the social heritage from one generation to the next

(transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).

Komunikasi sebagai kegiatan antarmanusia mulai diperkenalkan oleh Aristoteles melalui retorika sebagai ilmu pertama mengenai pernyataan antar manusia. Komunikasi berlangsung antara pemberi pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) agar mempunyai kesamaan makna. Oleh Carl I. Hovland ditambahkan fungsi komunikasi selain untuk mencari kesamaan makna, juga untuk mengubah tingkah laku komunikan. Proses komunikasi menurut

Harold Lasswell harus memenuhi unsur-unsur : 1. Komunikator. 2. Pesan. 3. Media. 4. Komunikan. 5. Efek. Komunikasi sebagai suatu ilmu ditandai dengan ciri ada objek tertentu, sistematis,

universal

dan

mempunyai metode

tertentu.

Objek

material

komunikasi adalah perilaku manusia baik sebagai individu, kelompok atau masyarakat. Sedangkan objek formalnya adalah situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran, persamaan, sikap

dan

perilaku

individu,

kelompok,

masyarakat

dan

pengetahuan

kelembagaan. Adapun lingkup komunikasi dapat dibedakan berdasarkan konteksnya, yaitu : 1. Bidang komunikasi. 2. Sifat komunikasi. 3. Tatanan komunikasi. 4. Tujuan komunikasi. 5. Fungsi komunikasi. 6. Teknik komunikasi. 7. Metode komunikasi.

POKOK PIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI Filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (versthelena) secara fundamental, metodologis, sistematis, analistis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya. Mengacu pada paradigma Laswell dengan 5 unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan (noise) dan lain sebagainya. Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebutkan adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi : 1. Dimensi fisik. 2. Dimensi sosial-psikologis. 3. Dimensi temporal (waktu).

Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa ganguan fisik (ada suara dari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala komunikator-komunikan) serta gangguan semantik (salah mengartikan makna). (Devito, 1997:29).

Macan Fisik

Definisi Interferensi dengan transmisi fisikDesingan

Contoh mobil yang

lewat,

isyarat atau pesan lain.

dengungan komputer, kaca mata.

Interferensi kognitif atau mental.

Prasangka dan bias pada sumber

Psikologis

penerima, pikiran yang sempit.

Orang berbicara dengan bahasa Pembicara Semantik

dengan

pendengar

memberi arti yang berlainan.

yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang dipahami pendengar.

1. Metafisika Menurut Richard Lanigan, metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Berkaitan dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal berikut : a. Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta. b. Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab dan aturan. c. Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.

2. Epistemologi Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya dilandasi oleh : a. kerangka pemikiran yang logis, b. penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran, c. verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigated the origin, nature, methods and limits of human knowledge). (Effendi 1993:324)

3. Aksiologi Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika atau agama (the branch of philosophy dealing with values, as those of ethis, aesthetics, or religion). Aksiologi berkaitan dengan cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun.

4. Logika Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (deals with the study of the principles and methods of correct reasoning).

Paradigma Laswell dalam proses komunikasi dengan lima unsurnya : komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tidaklah cukup untuk dianalisis secara

filsafat.

Hal

ini

disebabkan

masih

adanya

paradigma

yang

mempengaruhi proses komunikasi, yang oleh Joseph A. Devito disebut sebagai lingkungan komunikasi. Lingkungan komunikasi mempunyai tiga dimensi, yaitu : Fisik, sosial-psikologi, dan temporal. Definisi filsafat komunikasi menurut Onong U. Effendi adalah suatu disiplin

yang

menelaah

pemahaman

(verstehen)

secara

fundamental,

metodologis, sistematis, analitis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya. Salah satu gangguan semantik, yaitu berkaitan dengan bahasa yang dipergunakan baik oleh komunikator maupun

komunikan.

Pemaknaan

terhadap

bahasa

yang

sama

akan

mengabaikan komunikasi yang efektif dan inilah hakikat dari komunikasi yaitu pemaknaan yang sama. Dengan demikian filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan pada orang lain menuju kemengertian bersama. Richard Lanigan membuat analisis filsafat mengenai komunikasi dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan : 1. Apa yang aku ketahui? (What do I know?) 2. Bagaimana aku mengetahuinya? (How do I know?) 3. Apakah aku yakin? (Am I sure?) 4. Apa aku benar? (Am I right?) Keempat pertanyaan diatas berkaitan dengan penyelidikan secara sistematis, studi terhadap metafisika, epistemologi, aksiologi dan logika.

PIKIRAN SEBAGAI ISI PESAN KOMUNIKASI

Tujuan

Nilai

Tujuan

LOGIKA Dasar Pebenaran

Benar atauIlmu salah

Pengetahuan

Pikiran Kecocokan FILSAFAT Keindahan

ETIKA Kehendak

ESTETIKA

Perasaan

Baik

danKeserasian

buruk

Indah atau Kesenian jelek

Manusia adalah makhluk yang berpikir. Sedangkan komunikator manusia akan mengomunikasikan hasil berpikirnya kepada orang lain dalam bentuk pesan. Pesan komunikasi mempunyai dua aspek, yaitu isi pesan dan lambing. Dalam pesan diperlukan bahasa, sebab tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin dikomunikasikan. Sebagai makhluk yang berpikir, manusia berbeda dengan binatang yang ditandai dengan ciri-ciri pembeda sebagai berikut : 1. Ciri-ciri fisik. 2. Ciri-ciri sosial. 3. Ciri-ciri sebagai personal

Berpikir adalah kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul dihadapan kesadarannya dalam pegalaman dan pengertian. Fungsi berpikir adalah untuk mengetahui dan untuk mengerti/memahami. Sebelum

suatu

pesan

disampaikan

kepada

komunikan,

seorang

komunikator haruslah melakukan pertimbangan nilai (value judgement). Hal ini berkaitan dengan efek yang timbul dari pesan tersebut. Apakah pesan yang akan disampaikan benar atau salah (nilai logika), baik atau buruk (etika), dan infah atau jelak (estetika). Perspektif mana di antara tujuh tersebut paling berpengaruh alam melakukan penilaian etika komunikasi sepenuhnya tergantung pada Anda.

KONSEP ETIKA KOMUNIKASI DAN HAKIKAT KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Feisya Ausriny R.

No. Absen

:

30

NIM

:

2006-41-282

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul

3 dan 4

:

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

Jakarta Pusat

KONSEP ETIKA KOMUNIKASI Manusia diberi keistimewaan sendiri jika dibandingkan dengan jenis makhluk lainnya. Keistimewaan tersebut adalah kemampuan manusia untuk berfikir. Dengan kemampuan untuk berfikir inilah manusia dapat memikirkan berbagai macam realitas secara mendalam. Dengan berfikir, manusia sadar akan dirinya, siapa saya, apa yang harus saya perbuat dan sebagainya, sehingga manusia akan berfikir sebelum melakuakn tindakan. Manusia akan berfikir dan menimbang apakah perbuatan yang dilakukannya sesuai harkat kemanusiaannya atau sebaliknya. Secara umum tujuan dari modul ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai pengertian dasar bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi. Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang : pengertian etika, mazhab-mazhab etika, pengertian etika komunikasi.

Pengertian Etika Menurut William Benton, dalam encyclopedia Britannica adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya didalam segala hal disebut juga filsafat moral Dari pengertian diatas, kata etika sering juga diartikan dengan moral. Kedua pengertian itu (etika dan moral) sering kali diidentikkan, padahal sesungguhnya kedua kata itu dalam penggunaannya dapat dibedakan. Etika lebih ditujukan pada suatu system pengkajian, suatu sudut pandangan yang dalam islam dikenal Ilmu Akhlak. Sedangakn moral ditujukan kepada suatu yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri, didalam Islam sering disebut akhlak. Karena itu etika disebut juga filsafat kesusilaan atau filsafat moral, yang berarti filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan nilai baikburuk, sehingga etika merupakan filsafat yang sifatnya praktis. Pengertian antara etika dan moral dapat dipisahkan, tetapi dalam penggunaanya antara keduanya akan saling beriringan. 1. Etika Deskriptif Dalam pengertian ini etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Etika Normatif Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma –norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika normative ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku. 3. Etika Kefilsafatan Franz Magnis Suseno dalam buku Etika dasar menyebut ada beberapa jenis norma. Norma adalah peraturan atau pedoman hidup tentang bagaimna seyogianya manusia harus bertingkah laku dan berbuat dalam masyarakat. Norma-norma dapat dibedakan :

a. norma teknis dan permainan b. norma yang berlaku umum Norma teknis dan permainan hanya berlaku untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk kegiatan-kegiatan sementara dan terbatas Sedangakan norma yang berlaku umum dalam masyarakat dapat dibedakan : a. Norma kepercayaan/keagamaan dasar norma ini adalah kitab suci b. Norma moral Norma moral berhubungan dengan manusia sebagai pribadi. Pendukung dari norma ini adalah hati nurani manusia c. Norma sopan santun Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kesopanan, kepantasan atau kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. d. Norma hukum Norma hokum pelaksanaanya dapat dituntut dan dipaksakan. Sedangkan pelanggarannya ditindak dengan pasti oleh pengusaha sah dalam masyarakat.

Mazhab-mazhab Etika Pengertian mazhab menurut kamus bahasa Indonesia dapat berarti : 1. haluan atau aliran mengenai hokum fikih yang menjadi ikutan umat Islam. Kecenderungan umat islam di Indonesia banyak yang mengandung mazhab syafii. 2. golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran atau aliran tertentu di bidang ilmu, cabang keseniaan, dan sebagainya dan yang berusaha memajuakan hal itu etika selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk, antara hal-hal yang susila dan tidak susila, ataupun antara hal-hal yang tidak boleh dilakuakn maupun yang boleh dilakuakan. Mazhab-mazhab dalam etika antara lain adalah : 1. Egoisme Adalah tindakan atau perbuatan yang palinga baik adalah yang memberi hasil atau manfaat bagi diri sendiri untuk jangka waktu selama diperlukan atau dalam waktu yang lama (Sutrisno Hudoyo, 1979:48) Egoisme secara praktis Nampak dalam : a. Hedonisme Tujuan dari hedonisme adalah memperoleh kesenangan. Tokoh hedonisme adalah Eudoxus dan Epicurus. Hedonisme dapat dikelompokan dalam : 1) hedonisme Eis 2) hedonisme Psikologis 3) hedonisme Egois 4) hedonisme Altruistis 5) hedonisme Universalistis 6) hedonisme Estetis 7) hedonisme Religius 8) hedonisme Analistis 9) hedonisme Sintetis Empiris

10) Hdonisme Sintetis Apriori b. Eudaemonisme Berasal dari bahasa Yunani eudemonia yang berarti bahagia atu kebahagiaan yang lebih tertuju pada rasa bahagia. Tujuan eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan badaniah maupun kebahagiaan rohaniah. Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan tercapai dalam kegiatan yang merealisaikan bakat-bakat dan kesenangan manusia, setiap manusia harus hidup dengan mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada dirinya sehingga dengan demikian kebahagiaan yang merupakan tujuan utama akan tercapai. 2. Deontologisme Deontologisme berpendapat bahwa baik buruknya atau benar salahnya suatu tindakan tidak di ukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya melainkan berdasarkan sifat-sifat tertentu dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan. Bentuk deontologisme ada 2 yaitu a. Deontologisme tindakan Tema sentarlnya adalah baik dan buruknya suatu tindakan dapat dapat dirumuskan atau dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. b. Deontologisme peraturan Kaidah yang berlaku adalah baik dan buruknya suatu tindakan diukur pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku umum, dan bersifat mutlak, tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu. 3. Utilitarianisme Mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu : a. Utilitarianisme tindakan Bentuk ini menganjurkan agar segala tindakan manusia akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akibat baik yang sebesar mungkin. Semua cara harus ditempuh dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari tindakan tersebut. b. Utilitarianisme peraturan Semboyan dari utilitarianisme peraturan adalah bertindaklah selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang penetapannya menghasilkan kelebihan akibatakibat baik yang sebesar mungkin dibandingkan dengan akibat-akibat buruk. 4. Theonom Mazhab ini mengatakan bahwa kehendak Allah adalah merupakan ukuran baik buruknya suatu tindakan Ada 2 macam teori ini, yaitu : a. Teori theonom murni Kaidah umum yang berlaku dalam teori ini adalah suatu perbuatan dianggap benar atau susila apabila sesuai dengan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia

b. Teori umum kodrat Sesuai dengan hokum kodrat bahwa Allah menciptakan manusia, dan memang keberadaan manusia sudah dikhendaki oleh Allah. Manusia didunia diberi kebebasan untuk menjalankan apa yang baik bagi dirinya, karena itu kebaikan dari suatu perbuatan tergantung dari manusia itu sendiri, tergantung apakah perbuatan itu dapat mewujudkan nilai-nilai manusiawi atau tidak.

Pengertian Etika Komunikasi Komunikasi adalah penyampaian pesan atau pengertian daqri seseorang kepada orang lain, secara baik langsung ataupun melalui media yang bertujuan untuk mendapatkan kesamaan pengertian antara pemberi dengan si penerima secara umum ,penilaian terhadap prilaku seseorang apakah etis atau tidak dapat didasarkan atas 3 macam prinsip dalam mengambil keputusan. Prinsip-prinsip tersebut menyingkapkan masalah pokok dalam etika (Kattsoff, 1992:353) 1. prinsip-prinsip apakah yang dapat dipakai sebagai dasar membuat tanggapan kesusilaan? 2. perbuatan-perbuatan apakah yang dikatakan betul, artinya yang dibenarkan dari segi kesusilaan? 3. makana apakah yang dikandung oleh kata seharusnya, dan apakah yang merupakan sumber wajib? Richard L. Johannesendalam bukunya etika komunikasi membuat pertanyaanpertanyaan dasar yang dipakai sebagai alat untuk membuat penilaian etika komunikasi yang lebih sistematik dan memiliki dasar yang kuat, yaitu (saya hanya menyebutkan 5 dari 9 pertanyaan) 1. mampukah saya menjelaskan dengan tepat apa criteria, standar atau perspektif etika yang diterapkan pada saya atau orang lain?apakah dasar yang konkret bagi penilaian etika? 2. mampukah saya membenarkan kelogisan atau relevansi standar ini untuk kasus tertentu?mengapa criteria etika yang sangat sepadan ini termasuk standar yang sangat potensial? Mengapa standar ini mendapat prioritas diatas sandar relavan lainnya? 3. mampukah saya menunjukan dengan jelas dalam hal apa komunikasi dinilai berhasil atau gagal dalam memenuhi standar-standar itu? Penialaian apakah yang dibenarkan dalam kasus ini tentang drjat keestisan? Apakah penilaian yang cocok adalah penilaian yang memiliki sasaran yang spesifik dan terfokus sempit dari penilaian yang luas, digeneralisasi dan serba mencakup? 4. kepada siapakah tanggung jawab etis harus diberikan? Dengan cara apa dan sejauh mana? Tanggung jawab mana yang lebih utama? Apa tanggung jawab komunikator terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyakarakat luas? 5. bagaimanakah perasaan saya tentang diri sendiri berdasarkan pilihan etika ini? Dapatkah saya melanjutkan hidup dengan cara sendiri dengan mengikuti hati nurani? Apakah saya ingin orang tua saya atau pasangan saya mengetahui pilihan ini?

Richard L. Johannesen memaparkan adanya tujuh perspektif dalam penilaian etika komunikasi insani yaitu : 1. Perspektif politik Karl Wallace memandang ada 4 nilai yang mendasar bagi berlangsungnya system politik Amerika : a. penghormatan atau keyakinan akan wibawa dan harga diri individual b. keterbukaan atau keyakinan pada pemerataan kesempatan c. kebebasan yang disertai tanggung jawab d. keyakinan pada kemampuan setiap orang untuk memahami hakikat demokrasi untuk mewujudkan ke-4 nilai diatas, diperlukan suatu pedoman etika, yaitu: a. mengembangkan kebiasaan meneliti yang tumbuh dari pengenalan bahwa satunya argument dan informasi tentang subjek yang dibicarakan b. menumbuhkan kebiasaan bersikap adil dengan memilih dan menampilkan fakta dan pendapat secara terbuka. c. Mengutamakan motivasi umum daripada motivasi pribadi d. Menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat 2. Perspektif Sifat Manusia Menurut Aristoteles bahwa tindakan manusia yang benar-benar manusiawi adalah berasal dari seorang rasionalis yang sadar apa yang dilakukannya dengan bebas untuk memilih melakukannya Etika komunikasi dinilai dari criteria berikut : a. maksud si pembicara b. sifat dari cara-cara yang di ambil c. keadaan yang mengiringi 3. Perspektif Dialogis Komunikasi insani bukanlah jalur satu arah, melainkan transaksi dialog dua arah. Dialog tampaknya paling mungkin berkembang dalam situasi komunikasi pribadi, dua orang, berhadap-hadapan, lisan, yang berlangsung, meskipun sebentar-sebantar, selama periode panjang Thomas Nilsen mengatakan bahwa untuk mencapai komunikasi antar rasional yang etis perlu dipupuk sikap-sikap berikut ini: a. penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status atau hubungan dengan pembicara b. penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud, dan integritas orang lain c. sikap suka memperbolehkan, keobjektifan dan keterbukaan pikiran, yang mendorong kebebasan berekspresi d. penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional terhadap berbagai alternative. e. Terlebih dahulu mendengarkan dengan hati-hati bersimpati sebelum menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan

4. Perspektif Situasional Factor situsional atau kontekstual konkret yang mungkin relavan bagi penilaian etika yang murni situasional antara lain : a. peran atau fungsi komunikator terhadap khalayak b. standar khalayak mengenai kelogisan dan kelayakan c. drajat kesadaran khalayak tentang cara-cara komunikator d. tingkat urgensi untuk pelaksanaan usulan komunikator e. tujuan dan nilai khalayak f. standar khalayak untuk komunikasi etis 5. Perspektif Religius Kitab suci seperti Al-Qur’an, Injil, dan Taurat dapat dipakai sebagai standar mengevaluasi etika komunikasi. Dalam kitab suci telah jelas tertulis apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dan apa yang tidak boleh dilakuakn oleh manusia. 6. Perspektif Utilitarian Criteria yang digunakan dalam menilai etika komunikasi adalah : a. adanya kegunaan b. adanya kesenangan c. adanya kegembiraan d. 7. Perspektif Legal Pelaku komunikasi yang legal yaitu yang sesuai dengan peraturan yang berlaku dianggap perilaku komunikasi yang etis.

HAKIKAT KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Komunikasi merupakan hal yang mat penting dalam kehidupan manusia. Seperti pendapat Ashley Montagu yang dikutip oleh Jallaludin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul “psikologi komunikasi” bahwa kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Seorang bayi hanyalah seonggok daging sampai dia belajar mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya melalui senyuman, tangisan atau tendangan Modul ini terdiri dari tiga (3) pokok kegiatan belajar, yaitu manusia sebagai pelaku komunikasi, kegunaan komunikasi dalam kehidupan manusia, dan komunikasi untuk aktualisasi diri.

Manusia sebagai Pelaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dialkukan para pelaku komunikasi, yaitu komunikator sebagai penyampai pesan sedangkan komunikan sebagai penerima pesan. Poses komunikasi yang terjadi pada seseorang berlangsung secara mekanistis dan psikologis, yaitu terjadi ketika komunikator menyampaikan pesan melalui mulut kalau lisan atau melalui tangan jika tulisan atau gambar, untuk kemudian diterima oleh komunikan melalui telinga kalau lisan dan melalui mata jika pesan berupa tulisan atau gambar (Effendi, 1983:342) A. KONSEPSI MANUSIA Onong Uchyana Effendi dalam bukunya yang berjudul “ilmu teori dan filsafat komunikasi”, ada 3 jenis makhluk di alam ini 1. yang paling rendah tarafnya adalah tumbuhan yang memiliki anima avegetativa atau roh vegetatif dengan fungsi yang terbatas pada makan, tumbuh menjadi besar, dan berkembang biak. 2. yang lebih tinggi tarafnya adalah binatang yang memiliki 2 jenis anima yaitu anima vegetative dan anima sensitive, sehingga selain menjadi besar dan berkembang biak, juga memiliki perasaan, naluri, nafsu, mampu mengamati, bergerak dan bertindak. 3. yang paling tinggi tarafnya adalah anima intelektive yang hanya dimiliki manusia, sehingga selain mampu menjadi besar, berkembang biak, bernafsu, bernaluri, bergerak, bertindak, juga mampu berpikir dan berkhendak B. PAHAM-PAHAM MENGENAI MANUSIA 1. Paham Materialisme Paham ini berpendapat bahwa pada prinsipnya manusia adalah materi atau benda belaka, walaupun ada kelebihannya dibandingkan benda-benda lainnya. 2. Paham Idealisme Paham ini memandang manusia adalah manusia, karena dia berfikir, memiliki ide, dn karena dia sadar akan dirinya. 3. Paham Eksistensialisme Paham ini berpendapat bahwa manusia tidak saja berada di dunia, tetapi juga menghadapi dunia dan benda-benda lainnya didunia. Lebih jauh lagi dia mengerti

arti dari benda-benda yang dihadapinya. Manusia juga mengerti arti hidup. Itu semua berarti bahwa manusia adalah subjek. Subjek artinya sadar, sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Paham ini menentang paham matrelialisme dan paham idealisme. Paham matrelialisme yang hanya memandang manusia sebagai objek saja, dianggap lupa bahwa benda-benda didunia menjadi objek karena adanya subjek. Sedangkan paham idealisme yang hanya memandang manusia sebagai subjek saja, dianggap lupa bahwa manusia berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan lingkungannya. Selain konsep manusia yang dilahirkan oleh ketiga paham tersebut di atas, ada empat pendekatan yang digunakan oleh pakar psikologi, dalam memandang konsep tentang manusia. a. Homo Volens (manusia berkeinginan) Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam. b. Homo Sapiens (manusia berfikir) Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya, makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya. c. Homo Mechanicus (manusia mesin) Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan atau seluruh perilakunya sebagai pengaruh lingkungan. Pendekatan ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang begitu plastis mudah dibentuk menjadi apapun oleh lingkungan. d. Homo Ludens (manusia bermain) Pendekatan ini melukiskan manusia sebagai makhluk yang aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya.

Kegunaan Komunikasi bagi Kehidupan Manusia A. INTERAKSI Manusia menggunakan komunikasi sebagai alat untuk menghubungkan dirinya dengan dunia luar, juga sebagai alat untuk menyatakan keinginannya atau mengekspresikan dirinya dan mempengaruhi orang lain. Interaksi yang terjadi antara pihak-pihak yang berkomunikasi, dapat berbentuk : 1. Interaksi antara Individu dengan Individu Seperti telah dijelaskan bahwa interaksi terjadi apabila seseorang berkomunikasi dengan orang lain. 2. Interaksi antar Kelompok Manakala pihak-pihak yang melakukan komunikasi mengatasnamakan masingmasing kelompoknya, maka akan tercipta interaksi antar kelompok. Berikut ini ada beberapa contoh : Anda terlibat percakapan dengan seorang sahabat anda waktu SMA tentang sepak bola. Anda seorang penggemar PERSIB sedangkan sahabat anda penggemar PERSIJA. Percakapn semakin seru ketika masing-masing mulai menceritakan kehebatan kesebelasan favoritnya dan yang satu merasa lebih hebat dari yang lain sehingga terjadi pertengkaran. Dalam contoh ini anda bertindak atas nama kelompok PERSIB dan anda menggunakan atribut nilai, norma kelompok pada diri anda, sedang sahabat anda

bertindak atas nama kelompok PERSIJA dengan segala atribut norma, nilai kelompoknya sehingga masing-masing tidak lagi memandang satu sama lainnya sebagai individu yang berdiri sendiri. Apabila dam percakapan sahabat anda berpendapat negative tentang PERSIB, maka anda akan marah pada sahabat anda tersebut, tapi sebaliknya jika hal-hal baik yang dikatakannya maka anda akan merasa bangga. Begitu juga yang akan terjadi pada sahabat anda bil nda melakukan hal yang sama. Sering kita baca berita tentang para pendukung sepak bola yang saling baku hantm atas nama kesebelasan kecintaan masing-masing. 3. Interaksi antara Individu dengan Kelompok Ketika dua pihak berkomunikasi dimana satu pihak mewakili sebuah kelompok dan pihak lain yang berbicara atas nama dirinya sendiri maka bentuk interaksi yang terjadi disebut interaksi antara individu dengan kelompok. B. KEBUTUHAN DASAR Sebagai makhluk social, manusia selalu membutuhkan orang lain. Sejak lahir manusia membutuhkan hubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya baik biologis seperti makanan, minuman dan lainnya seperti perhatian, kasih saying,penghargaan dll. Sebagai contoh seorang bayi akan menangis, menendang sebagai cara untuk mengkomunikasikan kebutuhannya, kemudian orang sekitarnya terutama ibunya akan memberi makna dari pesan tersebut, apakah lapar, haus, basah atau ingin bermanja Kebutuhan-kebutuhan ini dapat terpenuhi apabila kondisi lingkungan sekitar dan keadaan social dalam masyarakat memungkinkan seseorang termotivasi untuk mencapai kebutuhannya (Goble, 1987:69-79) Seorang antropolog terkenal bernama Ashley Montagu menyatakan bahwa : “The most important agency through which the child learns to be human is communication, verbal also non verbal” ( dikutip oleh rakhmat, 1992:2) C. PENGOPERAN NILAI ANTAR GENERASI Kegunaan komunikasi bagi kehidupan manusia selain untuk berinteraksi antar sesama manusia, sebagai kebutuhan dasar manusia, juga untuk mentransfer nilai, norma, aturan yang ada dari satu generasi ke generasi yang lain. Proses pengoperan ini dilakukan melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan resmi atau formal yang dilakukan sekolah-sekolah seperti SD, SMP, SMU, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya termasuk kursus-kursus. Adapun pendidikan luar sekolah yang dimaksud disini adalh pendidikan tidak resmi atau non formal seperti pendidikan yang dilakukan orangtua pada anaknya. Dalam kegiatan pendidikan ada 2 unsur penting yaitu yang mengajar dan yang diajar. Proses bljar mengajar diarahkan pada penerimaan dan penyesuaian individu sepenuhnya dalam masyarakat. Melalui komunikasi seseorang belajar menerima, mengerti orang lain untuk menjaga hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian seseorang harus mau berubah dan mengubah sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan masyarakat sekitarnya. Pendidikan merupakan jembatan komunikasi antar generasi dan suatu usaha mempersiapkan manusia untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi masa depan yang

penuh tantangan. Selain itu pendidikan juga merupakan usaha untuk meneruskan nilai-nilai luhur bangsa. Jadi inti pokok daripendidikan adalah penemuan identitas diri dan identitas bangsa untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis.

Komunikasi untuk Aktualisasi Diri A. PENGERTIAN Moslow berpendapat bahwa pribadi yang teraktualisasikan dapat didefinisikan sebagai penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi dan sebagainya. Pribadi yang teraktuliasasikan tidak memiliki kecenderungan kearah gangguan psikologis, neurosis atau psikosis (Goble,1987:48) B. CIRI-CIRI AKTUALISASI DIRI Abraham Maslow menemukan bahwa : 1. Secara umum manusia-manusia superior ini mampu melihat hidup ini seperti yang mereka inginkan. Dengan demikian mereka lebih cermat dalam mempersepsi dan memahami sesuatu. Mereka tidak akan membirkan harapanharapan dan keinginan-keinginan pribadi menyesatkan pengamatan mereka. 2. Maslow juga menemukan bahwa kreatif merupakan cirri umum lain yang dimiliki oleh orang yang mengkualitaskan diri. Kreatif dalam arti : fleksibel, spontan, berani, terbuak dan rendah bhati merupakan keunggulan-keunggulan mereka yang juga membuat mereka lebih mudah menyesuaikan diri dalam berbagai perubahan situasi. Keberanian mengemukakan gagasan baru secara spontan, polos, tanpa prasangka. Juga tidak takut melakukan kesalahan yang bodoh sekalipun. 3. Ciri lain dari orang yang teraktualisasikan dirinya adalah kadar konflik dirinya rendah. Dia tidak berperang melawan dirinya, dia tahu dengan pasti yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Hasratnya selaras dengan pertimbangan akal sehat, sehingga mereka tidak takut pada keingainan mereka sendiri. Pertentangan antara baik dan buruk bukan masalah untuk mereka dan secara konsisten mereka lebih memilih nilai-nilai luhur 4. Orang yang mengaktualisasikan dirinya memiliki kepribadian yang lebih harmonis dan mampu memandang dunia dengan cara yang lebih menyatu 5. Orang yang matang secara psikis mampu menghargai orang lain dan juga menghargai dirinya. Mereka menyukai orang lain tetapi tidak tergantung pada orang lain, karena kemampuan-kemampuan mereka yang luar biasa mereka menggantungkan diri mereka sepenuhnya kepada kepastian mereka sendiri. Mereka lebih mampu menerima orang lain apa adanya. Sehingga tidak menyukai pujian-pujian atau penghargaan-penghargaan kosong. 6. Orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya memiliki kemerdekaan psikologis. Artinya mereke mampu mebuat- keputusan-keputusan mereka sendiri. Hal-hal prinsip yang mereka anggap tidak sejalan dengan pandangan mereka akan ditolak sekalipun bertentangan dengan pendapat khalayak ramai. Pribadi yang teraktualisasikan dikatakan memiliki kemerdekaan psikologis, artinya mereka mmiliki kepercayaan diri yang tinggi. Itu sama sekali tidak berarti mereka tidak membutuhkan orang lain. Mereka menyukai orang lain tapi tidak tergantung pada orang lain, mereka sangat mandiri.\

7. Mereka memiliki sifat-sifat yang merupakan nilai-nilai agama-agama besar seperti, kebaikan, kebenaran, kejujuran, kearifan, sedekah, mengurangi permusuhan, kekejaman dan perusakan, meningkatkan persahabatan dan lainnya. 8. Secara umum mereka, orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mencintai tanggung jawab kepada pekerjaannya (Goble,1987:47-68). Seperti sudah dijelaskan tidak semua orang mampu menjadi orang-orang yang mengaatualisasikan diri, tetapi ada beberapa catatan yang dapat digarisbawahi yaitu tentang keberhasilan komunikasi mereka dengan orang lain yang akhirnya mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain. Seperti misalnya kemampuan mereka melihat hidup dengan lebih jernih, lebih objektif menjauhkan mereka dar prasangka-prasangka buruk yang sering menjadi hambatan suksesnya komunikasi dan interaksi antr manusia.

ARTI, FUNGSI, DAN HAKIKAT MEDIA SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN KOMUNIKASI RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Dian Juliyani

No. Absen

:

43

NIM

:

2006-41-411

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul

5

:

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) Jakarta Pusat

Arti, Fungsi, dan Hakikat Media Penunjang Kegiatan Komunikasi

sebagai

A.

ARTI MEDIA KOMUNIKASI Media komunikasi merupakan alat, saluran, sarana untuk menyampaikan gagasan, ide-ide, pikiran manusia. Media-media tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain, yang merupakan kekutan sekaligus kelemahannya. B.

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI Media komunikasi berfungsi untuk memperluas hubungan komunikasi antar manusia, juga memperbesar kemampuan manusia untuk menjalin hubungan komunikasi antar manusia. Selain itu media komunikasi juga berfungsi menyimpan pesan komunikasi yang berupa ide-ide, gagasan, pikiran manusia, dan dapat pula berfungsi untuk mendistribusikan atau mentransfer pesan-pesan tersebut dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi dengan menggunakan media terutama media massa adalah usaha menembus ruang dan waktu. Media komunikasi terbagi menjadi dua (2) jenis, yaitu : 1. media pertama (primary medium) berupa lambing verbal dan non verbal 2. media sekunder (secondary medium) yaitu media yang berwujud, berbentuk benda atau alat Menurut Ruben, fungsi media komunikasi memperluas komunikasi antar manusia dengan : 1. meningkatkan produksi pesan dan pendistribusiannya 2. meningkatkan persediaan, penyimpanan, dan temu balik pesan komunikasi Secara umum dapat dikatakn bahwa media komunikasi digunakan untuk mencapai komunikasi yang efektif, karena media komunikasi merupakan perpanjangan tangan komunikator untuk mencapai komunikan sasarannya. C.

HAKIKAT KEHADIRAN MEDIA KOMUNIKASI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA Kehadiran media komunikasiamat penting bagi kehidupan manusia. Media komunikasi memberikan pengaruh yang besar pada banyak aspek kehidupan manusia sebagai individu. Media juga mempengaruhi kehidupan kelompok dan masyarakat serta dunia. Dengan kemajuan teknologi, media komunikasi mampu meningkatkan kualitas hidup manusia, meningkatkan kualitas peradaban manusia.

Tinjauan Mengenai Eksistensi Media Komunikasi A.

MEDIA KOMUNIKASI SEBAGAI ALAT BANTU Sebagai alat, media komunikasi membantu manusia mendistribusikan ide-ide, gagasan, dan pikirannya dalam bentuk lambing yang berarti kepada manusia lain. Selain memproduksi dan mendistribusikan pesan, media komunikasi juga membantu menyimpan pesan-pesan komunikasi berupa ide-ide, gaagsan, dan pikiran manusia. Manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengingat seluruh informasi yang ada, yang diterimanya dan yang dibutuhkannya. Dengan demikian dia membutuhkan sarana tertentu untuk menyimpan informasi-informasi tersebut untuk kemudian ditemukan kembali bial diperlukan. Media Massa dan Media Nirmassa Sebagai alat, media komunikasi juga dibagi dalam dua (2) kategori, yaitu : 1. media nirmassa seperti surat, poster, telegram, telepon, spanduk, bulletin, brosur, papan pengumuman, dll digunakan untuk menjangkau satu atau sejumlah komunikan yang relative sedikit 2. media massa seperti surat kabar, radio, televise dan film digunakan untuk menjangkau sejumlah besar komunikan Kedua bentuk media ini memiliki karakter yang berbeda, oleh sebab itu berbeda pula pembentukkannya. Komunikator harus benar-benar memperhatikan karakteristik, ciri-ciri dan sifat media yang akan digunakan untuk kegitan penyampaian pesan komunikasinya. B.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEDIA KOMUNIKASI Sebagai sarana penyalur pesan, media komunikasi mempunyai beberapa kekutan dan kelemahan. 1.

Kelebihan dan Kekurangan Media sebagai Alat Secara umum komunikasi yang menggunakan media akan mengalami hambatan dalam penerimaan umpan balik (feedback). Umpan balik yang dating akan tertunda sampai proses komunikasi selesai. Sebagai alat, media komunikasi dibagi dalam tiga (3) sifat, yaitu : a. Media komunikasi yang bersifat hanya dapat didengar (auditif) b. Media komunikasi yang bersifat hanya dapat dilihat (visual) c. Media komunikasi yang dapat didengar sekaligus dilihat (audio visual) 2.

Kelebihan dan Kekurangan Media Massa Media massa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk kegiatan komunikasi massa.

a.

Surat Kabar Pesan komunikasi yang disampaikan melalui surat kabar diungkapkan dalam bentuk huruf-huruf dan gambar-gambar yang tidak bergerak. Kelebihan surat kabar dan media cetak lainnya adalah dapat disimpan, didokumentasikan, dikaji ulang, dijadikan bukti otentik b.

Televisi Televisi memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki gambar yang hidup tidak seperti surat kabar. Kekurangannya, siaran televisi bersifat sepintas lalu, kadang-kadang ada gangguan penerimaaan sehingga tidak sempurna, perhatian penonton televisi tidak dapat dibagi-bagi misalkan sambil kerja, sambil masak, sambil mencuci, dll. c.

Radio Pesan komunikasi yang disampaikan melalui radio diungkapkan dalam bentuk suara dan bunyi, tidak ada gambar seperti televisi. Kelebihannya, pesan komunikasi dapat ditata sedemikian rupa dengan efek suara yang tepat sehingga dapat menimbulkan kesan yang diinginkan. Keunggulan lainnya adalah para pendengar radio dapat menikmati siaran radio sambil mengerjakan pekerjaan yang lain. d.

Film Film yang dimaksud di sini adalah film yang ditayangkan di gedung bioskop. Kelebihan media film selain memiliki gambar dan suara, juga penggunaan gedung khusus yang dapat ditata untuk menimbulkan efek tertentu. Kekurangannya komunikan harus datang khusus ke tempat tertentu untuk menyaksikannya. C. OPTIMALISASI PERAN MEDIA KOMUNIKASI Dengan adanya media komunikasi terutama media massa, manusia dapat merambah dunia dalam waktu yang cepat hingga tak tampak lagi batas ruang dan waktu di mana akhirnya batas Negara juga hilang menjadi satu “global village” (desa global). Disebut demikian karena dunia akan terasa kecil akibat pendeknya jarak komunikasi antara komunikator dengan komunikannya. Pendapat Steven H. Charlie seperti dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa ada lima (5) hal efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu : 1. efek ekonomis 2. efek social 3. efek pada penjadwalan kegiatan 4. efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu 5. efek pada perasaan orang terhadap media

Media Komunikasi dan Kehidupan Manusia Media komunikasi berfungsi memperluas dan memperbesar kemampuan manusia untuk menjalin hubungan komunikasi dengan manusia lain. Hubungan komunikasi antar manusia melalui media komunikasi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kualitas peradaban manusia. Perkembangan media komunikasi telah mengantar manusia memasuki satu peradaban yang memungkinkan dia menembus ruang dan waktu. Media komunikasi dan komunikasi bermedia membawa banyak perubahan di segala aspek kehidupan manusia. Teknologi media komunikasi telah mengubah cara-cara pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian pesan-pesan komunikasi. Didunia kerja, hamper tidak ada pekerjaan yang tidak tersentuh media komunikasi. Perkembangan media telah mengubah cara-cara pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran informasi. A. PELUBERAN INFORMASI Perkembangan media komunikasi akan menambah jumlah jenis media komunikasi dan juga jumlah pesan komunikasi yang ada. Hal ini menyebabkan suatu kondisi yang disebut dengan “peluberan informasi”. Sejalan dengan bertambahnya media komunikasi maka voleme pesan komunikasi yang disalurkan juga meningkat. B. PENGENDALIAN ARUS INFORMASI Tidak dapat dipungkiri bahwa pengendali arus informasi (bias pemegang saham terbesar, pemilik, pemerintah, dll) dapat menetapkan kebijakan informasi yang akan didistribusikan dan dapat pula dia yang memaknai informasi-informasi tersebut. Sehingga kemungkinan komunikan tidak lagi memiliki kebebasab memaknai informasi.

IDEAL KOMUNIKASI : SISTEM AUTHORITARIANISM , SISTEM LIBERTARIANISM , SISTEM KOMUNIS , KONSEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN KONSEP LAINNYA RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Shannas Nadia

No. Absen

:

69

NIM

:

2006-41-779

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul

6

:

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) Jakarta Pusat

IDEAL KOMUNIKASI : SISTEM AUTHORITARIANISM , SISTEM LIBERTARIANISM , SISTEM KOMUNIS , KONSEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN KONSEP LAINNYA

MENURUT SISTEM AUTHORITARIANISM Sistem Authoritarianism merupakan system kekuasaan yang sempat mengundang silang pendapat para ahli pikir di zamannya tentang pemberian legitimasi terhadap “kekuasaan absolute” yang berada pada satu tangan elit berkuasa. A.Pergeseran Pemikiran Ke Arah Pembatasan Absolutisme. Sejak zaman Plato (429-397 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) pemikiranpemikiran telah mulai darahkan kepada kemakmuran negara dan kebijakan penguasa dalam mewujudkan keadilan. Produk-produk pemikran Plato dan Aristoteles banyak mengilhami para ahli pikir di abad tiga belas dan tujuh belas, yang pada dasarnya bagaimana kekuasaan diaktualisasikan dalam kehidapan bernegara. B.Karakteristik Transaksi Komunikasi. Dalam sistem authoritarianism semua sumber komunikasi berada pada kelompok penguasa, khususnya berada pada raja dan keluarga raja. Sistem authoritarianism memunculkan karakter bagaimana hubungan manisia (individu-individu) dengan negara, bagaimana ruang gerak individu dalam hidup bernegara dan bagaimana sikap Negara terhadap kebebasan individu. Dalam hal ini tercakup sifat manusia, sifat masyarakat, hubungan antara manusia dengan Negara dan filosofi yang mendasar, sifat pengetahuan dan sifat kebenaran. C.Simbol-simbol Kekuasaan. Secara rinci, system authoritarianism memunculkan ciri-ciri sebagai berikut: 1.Proses komunikasi berlangsung secara vertical

2.Feedback dari masyarakat hamper tidak tampak. 3.Tema pesan komunikasi dalam bentuk: a.Menumbuhkan sifat-sifat pengkultusan. b.Mewujudkan loyalitas pengabdian. c.Orientasi kewilayahan. d.Mewujudkan integritas sikap, perilaku ke system dogma negara. 4.Pendapat umum tidak berkembang bahkan cenderung tidak ada. 5.Media massa dikendalikan dan dikontrol secara ketat

MENURUT SISTEM LIBERTARIANISM A.Pemikiran-pemikiran Tentang Demokrasi Konsep-konsep pemikiran tentang “demokrasi” berawal dari adanya “Piagam Agung” atau Magna Charat pada tahun 1225 yang berisi pengakuan raja absolut atas hak-hak istimewa kaum bangsawan. Pengakuan tersebut merupakan tonggak aspirasi demokrasi dan tonggak-tonggak hak-hak asasi manusia. B.Hakikat Kebebasab Berkomunikasi Dalam system liberitarianism maka setiap individu mendapatkan kesempatan untuk memasarkan ide, pemikiran, gagasan, dan keinginan terutama yang ditransformasi melalui media massa. Kebebasan berkomunikasi mendapat jaminan dari penguasa, hal ini berdasar kepada pemikiran bahwa hak-hak berkomunikasi merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia. C.Proses Komunikasi Berlangsung Berdasar Norma-norma Komunikasi (Hukumhukm Komunikasi) Dalam kajian teoritis bahwa proses komunikasi yang efektif apabila terjadi proses saling merespons antara komunikator dan komunikan, sehingga tujuan tercapai.

Terjadinya saling merespons mengandung makna bahwa komunikasi ditempatkan sebagai subjek bukan sebagai objek, sehinggatidak memproyeksikan pribadinya terhadap diri komunikasi.

MENURUT SISTEM KOMUNIS A.Karakter Yang Muncul Dalam Sistem Komunis Sistem komunis tidak lepas dari orientasi pencapaian tujuan sistem yaitu terwujudnya masyarakat komunis. Karakter yang muncul dalam system komunis, yaitu: 1.Sentralisasi kekuasaan. 2.Tidak melegitimasi hak-hak keperdataan individual. 3.Tidak mengakui terhadap hak-hak asasi manusia. 4.Bersifat tertutup terhadap system nilai luar. B.Hak-hak Berkomunikasi Dalam Sistem Komunis Sebagai

ukuran

untuk

menentukan

rigid

(kaku)

tidaknya

kebebasan

berkomunikasi dapat diperhatikan dari beberapa aspek, yaitu: 1.Perkembangan pendapat umum. 2.Kesertaan masyarakat di dalam mengelola media massa. 3.Sosialisasi sistem sosial. C.Hakikat Feedback (Umpan Balik) Dan Respons Feedback ataupun respons bukan merupakan input bagi pemerintah, karena semua feedback atau respons hakikatnya berasal dari partai sebagai lembaga infrastruktur yang menyatu dengan lembaga suprastruktur.

MENURUT

KONSEP

TANGGUNG

JAWAB

SOSIAL

(SOCIAL

RESPONSIBILITY) DAN SISTEM LAINNYA A.Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Sebagai Suatu Konsep Konsep social responsibility berakar pada pengetahuan manusia. Dengan rasionya, maka mempunyai persepsi yang dapat membedakan mana hal-hal yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat. Berlandas pada ilmu pengetahuan maka manusia dapat membandingkan dan mempertimbangkan secara rasional, sehingga ia dapat bertanggungjawab atas segala tindakan dan perbuatannya. B.Sistem Pancasila Pengelola media massa di Indonesia berakar pada tata nilai, budaya bangsa yang diformulasikan dalam format Undang-Undang Dasar 1945. Pengaturan tentang media massa ini bersandar pada Pasal 28 UUD 1945 yang pada intinya mengatur hal-hal yang berkaitan dengan : kebebasan berserikat, berkumpul dan kebebasan menyatakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan. Apabila kita kaji secara mendasar bagaimana konsep Pancasila, maka akan tampak jelas bahwa kebebasan yang tumbuh berkembang selalu berlandas pada etika nasional sebagai pencerminan dari moral bangsa Indonesia.

FILSAFAT KOMUNIKASI : ETNIS KULTUR HAKIKAT DAN ORIENTASI POLA PIKIR ETNIS KULTUR, SISTEM NILAI, JALINAN KOMUNIKASI DENGAN PROBLEMA KULTURAL, SISTEM NILAI, JALINAN KOMUNIKASI DENGAN PROBLEMA KULTURAL RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Novena Sandy

No. Absen

:

26

NIM

:

2006-41-260

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas

Terbuka Modul

:

7

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) Jakarta Pusat

Filsafat Komunikasi : Etnis Kultur Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur, Sistem Nilai, Jalinan Komunikasi dengan Problema Kultural, Sistem Nilai, Jalinan Komunikasi dengan Problema Kultural Secara fisik alam memberi fasilitas ruang gerak kepada manusia untuk berkiprah. Berdasarkan faktor fisik alam ini maka manusia berada dalam determinan-determinan yang berbeda. Dengan kata lain lingkup geonatur (= lingkungan fisik alam) akan memisahkan manusia secara berkelompok-kelompok sehingga timbul ragam budaya manusia yang disebut etnis kultur. Etnis kultur dimaksudkan sebagai suku budaya yang memiliki pola-pola sikap perilaku sebagai cerminan budayanya. Terbentuknya negara adalah konsep ideal dari etnis kultur untuk mengejar cita-cita hidup yaitu kesejahteraan lahir dan batin. Di dalam wadah negara itulah terjadi proses ineraksi antaretnis untuk menyamakan persepsi melalui produk-produk imajinasi yang disebut simbol-simbol komunikasi. Setelah mahasiswa memahami modul ini, diharapkan agar dapat menjelaskan tentang : 1. Hakikat Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur 2. Hakikat Komunikasi Antar Etnis Kultur Dan Etnis Bangsa 3. Hakikat Sistem Nilai Dalam Proses Komunikasi Antar Etnis

1. Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur Setiap etnis kultur memiliki pola-pola sikap, perilaku sebagai cerminan budayanya. Pada gilirannya pola-pola perilaku ini menjadi identitas etnis. Setiap etnis akan berorientasi kepada nilai-nilai etnisnya, sehingga akan menjadi problema didalam mewujudkan etnis pada skala yang disebut bangsa. Semain maju dan berkembang kualitas kepentingan individu-individu maka semakin kompleks pula problema-problema etnis. A. Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur Setiap etnis kultur memiliki pola-pola sikap, perilaku sebagai cerminan budayanya. Pada gilirannya pola-pola perilaku ini menjadi identitas etnis. Setiap etnis akan berorientasi kepada nilai-nilai etnisnya, sehingga akan menjadi problema didalam mewujudkan etnis pada skala yang disebut bangsa. Menurut Koentjaraningrat wujud budaya etnis kultur terbagi ke dalam tiga wujud yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud yang pertama bersifat ideal dan abstrak yang berada dalam angan-angan atau cita-cita. Dalam fungsi adat terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling abstrak dan luas, sampai yang paling konkret dan terbatas. Lapisan yang paling abstrak adalah sistem nilai budaya. Lapisan berikutnya, ialah sistem norma adalah lebih konkret. Sistem hukum yang bersandar norma-norma adalah lebih konkret lagi. Sedangkan peraturan-peraturan khusus yang mengatur berbagai aktifitas sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, merupakan lapisan adat yang paling konkret tetapi terbatas ruang lingkupnya. Wujud kedua, sering disebut sistem sosial, yaitu yang terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul antara satu dengan yang lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan pada adat tata kelakuan. Wujud ketiga, yaitu benda-benda hasil karya manusia yang disebut dengan benda kebudayaan. Produk ini lebih konkret karena dapat dilihat, diraba, dan dirasakan. Ketiga wujud kebudayaan yang telah diuraikan diatas dalam kenyataan empiris merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sifat-sifat dasar yang tampak dari keragaman etnik kultur dikemukakan oleh Pierre L. Van De Berghe dalam bukunya “Pluralism and The Polity: A Theoritical Exploration” sebagai berikut : 1. Terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain; 2. Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer; 3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar; 4. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik diantara kelompok yang lain; 5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan (coecion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi; serta 6. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas kelompokkelompok lainnya. (Nasikum, 1988) B. Hakikat komunikasi Sebagai Hakikat Kebutuhan Etnis Kultur Berkomunikasi merupakan hakikat kebutuhan manusia di dalam mempertahankan hidup, meningkatkan hidup, dan memelihara keturunan yang sejahtera lahir dan batin. Hal ini merupakan nilai-nilai ideal yang berada pada setiap diri manusia baik secara individu perorangan maupun individu masyarakat. Untuk mencapai nilai-nilai tersebut manusia yang berada dalam etnis kultur mulai mengoptimalisasikan fasilitas yang disediakan alam untuk memenuhi kebutuhan maksimal.

Dalam kondisi semacam ini terjadi suatu proses pergeseran pola pikir yang oleh Van Puersen dikualifikasikan ke dalam tiga tahapan, yaitu pertama tahap mitis, pada tahap ini cara berpikir manusia terikat nilai-nilai sakral yang ada pada alam dan melembaga pada diri manusia suatu sikap bahwa alam harus tetap utuh. Tahapan kedua yaitu tahapan ontologis. Pada tahapan ini keadaan masyarakat relatif lebih maju dari masyarakat yang ada pada tahap mitis. Interaksi dan transaksi komunikasi mulai bergeser kepada skala yang lebih luas. Tahapan berikutnya sebagai tahapan yang ketiga yaitu tahapan fungsionalis. Pada tahapan ini manusia mulai berpikir rasional. Individu-individu manusia mulai berpikir tentang peran dirinya di tengah-tengah masyarakat. Pada gilirannya terjadi kompetisi kepentingan, sehingga kecenderungan kearah konflik kepentingan sangat memungkinkan apabila ego ideal individu berusaha menempatkan pada ego individu lainnya. Dalam konflik ini L.R Pondy mengangkat tiga faktor dasar penyebab konflik, yaitu : 1. Berlomba dalam memanfaatkan sumber langka (Competition for Scare Resources) 2. Dorongan di dalam memperoleh otonomi (Drives for Outonomy) 3. Perbedaan di dalam mencapai tujuan tertentu (Disvergence of Sub Unit Goals) Kondisi konflik sebagai kondisi antagonistik terhadap alam semesta yang secara filosopis terdapat ketentraman, keserasianl, keseimbangan dan keadilan. Karena itu secara fisafi kehidupan manusia harus menyerasikan diri dengan keadaan alam semesta ini. Astrid Soesanto dalam judul bukunya “Filsafat komunikasi” mencatat tiga syarat untuk mencapai ideal harmoni, yaitu : 1. Pendapat-pendapat norma-norma dalam masyarakat diarahkan kepada harmonisasi, 2. Sifat-sifat khas dari materi komunikasi dipergunakan untuk mewujudkan dan meningkatkan harmoni dalam masyarakat 3. Pemberi lambang dengan penerima lambang memiliki persepsi yang sama yang mengarah ke kondisi harmonis.

C. Sikap Toleransi Komunikasi

Etnis

Kultur

Sebagai

Hakikat

Ideal

Ideal komunikasi selalu mengarah kesifat-sifat integratif seluruh sikap dan perilaku ke dalam pola keyakinan atau sistem nilai yang

dijunjung tinggi bersama. Ideal komunikasi menempatkan komunikan dalam kualitas dan derajat yang sama dengan komunikator. Dalam arti bahwa komunikan bukan dijadikan sebagai objek, namun merupakan subjek yang terkaitnya berbagai kepentingan antara komunikator dan komunikan secara timbal balik. Penempatan komunikan sebagai subjek mengandung makna bahwa komunikator berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan yang bersifat abstrak dan spekulatif. Pola-pola interaksi tidak sekedar mengisi kebutuhan dan kepentingan bersama namun telah bergeser kepola yang memberi pedoman terwujudnya sikap-sikap integratif dan pelestarian keberadaan etnis sebagai bangsa. Sikap toleransi dan kompromistis terhadap sistem nilai luar mengandung makna memperluas transaksi-transaksi komunikasi dengan mengkaitkan berbagai kepentingan etnis bangsa yang saling menguntungkan. Kondisi semacam ini merupakan ideal komunikasi yang memicu ke arah terwujudnya harmonisasi.

2. Hakikat Komunikasi Antar Etnis Kultur Dan Etnis Bangsa Perkembangan komunikasi pun terus berhimpit mengikuti kualitas berpikir manusia. Transaksi-transaksi komunikasi tidak lagi berada dalam tahap melukiskan perasaan menjadi suatu kebutuhan yang melingkar dalam skup skala kecil, akan tetapi komunikasi telah membawa manusia memasuki lingkaran-lingkaran yang lebih luas dan kompleks. Transaksi antaretnis kultur berkembang menjadi transaksi antar etnis bangsa, demikian seterusnya dinamika manusia tidak pernah surut atau habis selama planet bumi masih ada. A. Hakikat Menyatakan Pikiran dan Perasaan Sean Mac. Bride dalam bukunya “Many Voices; One World Communication and Society Today and Tomorrow” mempunyai pandangan yang lebih luas tentang pandangan komunikasi. Menurut bride komunikasi itu memelihara dan menggerakan kehidupan serta dapat melukiskan dinamika masyarakat dan peradaban umat manusia. Tanpa komunikasi tidak mungkin seseorang dapat menyatakan kehendak dan cita-citanya. Komunikasi dapat mengubah suatu insting menjadi inspirasi melalui tahapan proses berpikir dan sistem untuk bertanya, memerintah dan mengawasi. Lebih dari itu bahwa komunikasi merupakan tempat penyimpanan ide bersama, memperkuat perasaan kemanusiaan melalui tukar menukar pesan untuk mengubah pikiran menjadi suatu perbuatan atau tindakan yang menggambarkan setiap perasaan dan kebutuhan dari mulai yang sederhana kepada yang bermanfaat atau yang merusak. (Bride, 1980)

Pandangan Bride memberikan suatu perspektif bahwa bride menempatkan komunikasi sejajar dengan peradaban umat manusia, keduanya saling berhimpit dan tidak pernah kering selama manusia ada. Pandangan yang sama terhadap komunikasi dengan masyarakat manusia yaitu pandangan Jery.C.Wofford, Edwin A. Gerloff dan Robert C.Cummins dalam buku “Organizational Communication” terbitan tahun 1977 pada halaman tiga menyatakan bahwa, komunikasi terikat pada sistem sosial (The Binding Agent of All Social System) atau subsistem sosial. Kenyataan empiris menunjukan bahwa berhasil atau tidak nya komunikasi selalu ditandai oleh hasil peristiwa sosial. Karena itu komunikasi akan terus berkembang dari mulai bentuk sangat sederhana sampai kepada bentuk yang paling kompleks dan rumit. Hakikat pernyataan pikiran dan perasaan berdimensi dua yaitu dalam etnis bangsa dan keluar etnis bangsa. Ke dalam etnis bangsa hakikat pernyataan adalah untuk mewujudkan perasaan persepsi, integritas sikap dan perilaku ke dalam tatanan sistem nilai kualitas kehidupan etnis kultur dalam berbagai aspek kehidupan, pelestarian sistem nilai. Kemudian keluar etnis bangsa yaitu memperluas transaksi-transaksi untuk kepentingan etnis bangsa intranegara. Karena itu maka fungsi komunikasi telah melebar kedalam beberapa fungsi utama, yaitu : 1. Fungsi informasi; fungsi ini memberi rujukan bagi seluruh etnis kultur (etnis bangsa). Fungsi informasi terdiri dari; pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar agar dapat dipahami dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi global, nasional, lingkungan agar dapat mengambil keputusan dengan tepat. 2.

Fungsi sosialisasi; fungsi ini menyediakan sumber ilmu pengetahuan (sumber rujukan) yang memungkinkan setiap individu bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif, sehingga sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif dalam masyarakat (orientasi integratif antar etnis kultur).

3. Fungsi motivasi; fungsi ini menjelaskan tujuan tiap masyarakat dalam jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong setiap individu untuk menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang akan dicapai bersama. 4. Fungsi debat dan diskusi; fungsi ini menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih

melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama ditingkat internasional dan lokal. 5.

Fungsi pendidikan; fungsi ini adalah pengalihan ilmu pengetahuan yang dapat mendorong perkembangan intelektual pembentukan watak dan perilaku serta kepribadian. Fungsi ini membentuk juga kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan.

6.

Fungsi memajukan kebudayaan; fungsi ini untuk menyebarluaskan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lampau, perkembangan kebudayaan dengan memperluas nuansa pandang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetika.

7. Fungsi hiburan, fungsi ini untuk memperkaya rujukan batiniah penyebarluasan lambang-lambang budaya, kesenian, drama, imajinasi, musik dan lain sebagainya. 8. Interaksi; fungsi ini menyediakan bagi etnis bangsa, etnis kultur, kelompok, individu, kesempatan memperoleh pesan yang mereka perlukan agar terwujudnya saling pengertian dan saling menghargai pendapat, pandangan dan keinginan.

B. Hakikat Transaksi Komunikasi Antar Etnis Kultur dan Etnis Bangsa Transaksi-transaksi komunikasi telah melebar ke sifat nasional, regional dan global dengan mengaitkan berbagai kepentingan etnisetnis bangsa yang saling menguntungkan. Pada tangga ini sumbersumber komunikasi mulai ditata secara bijak, terencana dan terorganisasikan. Komunikasi mengalir melalui struktur formal, dikendalikan dan dioperasikan menurut ukuran-ukuran normatis. Hakikat transaksi antar etnis bangsa yaitu untuk meningkatkan kualitas peradaban, melalui tukar menukar produk kebudayaan yang mengandung makna kegiatan komunikasi etnis bangsa telah melintasi batas wilayah sistem budaya etnis bangsa lain. Dalam proses komunikasi disebut ‘komunikasi antar dan lintas budaya’ Intercultural and Cross Cultural Communication. ‘Intercultural Communication’ merupakan komunikasi dua arah bersifat tidak resmi, di dalam nya berlangsung proses pertukaran pikiran dan gagasan yang berlatar belakang budaya berbeda. Sedangkan ‘Crosscultural Communication’ sebagai bentuk komunikasi antar bangsa yang mempunyai latar belakang budaya berbeda. Cross Cultural sebagai bentuk komunikasi resmi yang dilakukan oleh pejabat suatu negara dengan menggunakan media massa. Komunikasi bersifat satu arah karena tidak bersifat kontak langsung.

Kedua bentuk kegiatan komunikasi sebagaimana diungkap diatas dalam konteks global dikualifikasikan ke dalam komunikasi internasional, karena telah mengaitkan dua arah atau lebih etnis bangsa dengan latar budaya berbeda. C. Hakikat Ketentraman dan Perdamaian dalam Konteks Hakhak Asasi Manusia Filsafat komunikasi melihat manusia dalam lingkup alam semesta ini berada dalam keharmonisan dengan tanpa melihat batasbatas geonatur dan geokultur. Manusia mempunyai hak-hak yang sama di dalam berkomunikasi dimanapun mereka berada, dalam bentuk dan etnis yang bagaimanapun sifatnya, tidak ada diskriminasi atas hak-hak tersebut. Namun dalam kenyataan empiris geokulturlah yang membedakan hak-hak manusia berkomunikasi. Bahkan pada tingkat kemajuan berpikir telah melebihi manusia lainnya, maka muncul naluri ingin mendominasi terhadap etnis bangsa lain sehingga terjadi jurang pembeda atas etnis bangsa dengan bangsa lain. Beberapa faktor yang dapat menggeser nilai-nilai kemanusiaan yaitu : 1. Tidak efektifnya jalinan komunikasi, sehingga argumentasi rasional beralih ke sifat-sifat emosional. 2. Nilai-nilai dogmatis yang muncul dari paham, doktrin atau kepercayaan. 3. Orientasi objektif terhadap kultur bangsa. 4. Berebutnya sumber alami untuk meningkatkan kualitas hidup etnis bangsa tanpa peduli terhadap etnis bangsa lain. 5. Keangkuhan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam berupaya mencapai taraf ‘kesempurnaan’ (=besifat nisbi) 3. Hakikat Sistem Nilai Dalam Proses Komunikasi Antar Etnis Filsafat komunikasi di dalam proses bekerjanya selalu mencari dan membentuk nilai-nilai kebenaran yang diabadikan untuk kepentingan umat manusia. Filsafat komunikasi melihat lingkungan hidup manusia dalam lingkungan alam semesta ini dalam kondisi yang harmonis. Tidak ada satu manusia pun merasa nilai-nilai yang dimilikinya terganggu atau dilanggar manusia lainnya, sebagaimana yang ada pada alam semesta yang selalu memberi ketentraman, keseimbangan, dan keadilan.

A. Makna Sistem Nilai Dalam Proses Komunikasi

Nilai merupakan konsep abstrak tentang segala sesuatu yang bersifat baik, buruk, benar, salah. Nilai selalu dijunjung tinggi, dihargai, ditaati. Karena itu dijadikan pedoman untuk memandu perilaku etnis kultur di dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang bersifat abstrak kemudian distrukturisasikan ke dalam norma-norma yang bersifat konkret. Norma-norma inilah yang mempedomani pergaulan etnis kultur dalam lingkup yang lebih luas sebagai suatu etnis bangsa. Norma merupakan kaidah yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Norma-norma mengatur perbuatan manusia tentang mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Proses komunikasi merupakan proses pertukaran lambang dalam arah tertentu dan telah direncanakan sejak awal sesuai kualitas dan tingkat harapan yang diinginkan. Dalam proses ini, maka nilai-nilai itu atau norma-norma memberi lingkaran-lingkaran aktivitas agar tidak ada suatu aktivitas pun yang mendominasi atau mengekspresikan aktivitas lainnya. Nilai-nilai yang telah distrukturisasikan ke dalam norma-norma selain mempedomani perilaku juga mengatur lalu lintas pertukaran simbol-simbol antar etnis baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Di dalam lingkup yang lebih luas yang disebut etnis bangsa maka norma-norma lebih di konkretkan lagi dalam bentuk perundangundangan yang mengatur perilaku dan sikap individu berbangsa dan bernegara, sekaligus mengatur dan mengayomi lalu lintas pesanpesan komunikasi dalam skala yang lebih luas. B. Sistem Nilai Untuk Mengatur Hak dan Kewajiban Hak bersifat asasi yang berada pada setiap diri manusia. Hak memiliki dibagi ke dalam dua kualitas yaitu hak absolut (mutlak) bersifat alami yang mutlak dapat dipertahankan terhadap perbuatanperbuatan hukum individu lain. Hak ini tidak pernah diberikan atau dipaksa untuk diberikan kepada siapapun juga. Hak yang bersifat absolut sebagai hak yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia secara utuh, yaitu hak hidup dan hak berkomunikasi. Hak berkomunikasi merupakan hak absolut, karena sejak manusia lahir hak tersebut telah melekat secara alami pada diri manusia. Norma-norma yang mengatur terhadap hak berkomunikasi ini bukan terhadap hak berkomunikasinya, akan tetapi terhadap isi yang dikomunikasikan. Yang termasuk hak nisbi, yaitu hak-hak yang muncul sebagai akibat terjadinya transaksi-transaksi komunikasi atau aktivitasaktivitas hubungan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya hak memiliki dan menikmatinya, hak memasarkan ide, pendapat, cita-cita, hak berprestasi, hak perlindungan, hak mengejar kebahagiaan. Hak-hak ini dikualifikasikan sebagai hak kebendaan yang bersifat abstak dan bersifat konkret. Hak-hak ini muncul melalui suatu proses pemilihan dan penguasaan hak, sehingga hak berdampingan dengan kewajiban.

Secara filsafi antara hak dan kewajiban berada dalam keseimbangan tidak berbobot kecenderungan kesalahsatu diantara keduanya. Hal ini disebut ‘adil’. Pengertian ‘adil’ yaitu menempatkan sesuatu sesuai dengan fungsi dan manfaat kebudayaannya. Menempatkan sesuatu harus diartikan sebagai, penghargaan, pemberian imbalan, hadiah, sanksi, rasional, wajar dan argumentatif. Karena itu “keadilan” merupakan konsep abstrak yang berkaitan dengan nilai-nilai kepuasan batiniah. Fungsi hak dan kewajiban adalah untuk menentukan kualitas kepentingan yang akan dipenuhi, sehingga tidak ada yang akan dirugikan. C. Makna Keadilan dan Kebenaran Berkomunikasi Antar Etnis Keadilan dan kebenaran merupakan konsep abstrak yang bersifat ideal. Setiap etnis bangsa yang berada dalam planet bumi ini selalu menempatkan keadilan dan kebenaran ini pada tangga terhormat, setiap mendambakan dan menjunjung tinggi terhadap kedua sifat tersebut. Dalam proses komunikasi makna keadilan ditujukan kepada “perlakuan sikap” yaitu perlakuan sikap yang steril dari sifat-sifat subjektif, a priori, bertendensi, diskriminasi dan sikap-sikap intoleran. Keadilan bersifat moralistis yang berkait locus internal (=motif kejiwaan) yang berada pada individu-individu yang terlibat dalam proses komunikasi. Karena itu untuk mencapai “kualitas adil” maka proses komunikasi selalu menggunakan pendekatan melalui konsep ideal yang paling mendasar yaitu yang disebut “persuasif”. “Persuasif” suatu proses spekulatif untuk menebus nilai-nilai kejiwaan yang dapat dikonstrkusi ke dalam suatu bentuk tertentu menurut pola yang telah di desain berdasrkan ukuran-ukuran tertentu pula. Sasaran persuasif terbagi dalam dua tahap ,yaitu tahap antara sebagai tahap awal dan tahap yang diinginkan. Pada tahap antara persuasif berfungsi untuk menembus abstraktif-abstraktif kejiwaan yang disebut “frame of reference” (lingkup rujukan) dan “ field of experience” (lingkup pengalaman). Makna keadilan pada tahap antara yaitu menetapkan kapasitas relatif tentang kapasitas sasaran untuk memancing tumbuhnya reaksi-reaksi sasaran (feedback), sehingga pada tahap ini menentukan berlangsung tidaknya proses komunikasi. Tahap kedua yaitu tahap yang diinginkan. Pada tahap ini proses komunikasi berada dalam ideala tertentu yaitu berubahnya kondisi awal ke kondisi yang dicita-citakan sesuai ukuran-ukuran normatif. Pada tahap ini terjadi proses encoding (proses formulasi lambanglambang) secara selektif menurut ukuran kepentingan sasaran, sehingga proses tetap berorientasi kepada kapasitas sasaran. Lambang-lambang komunikasi bersifat final untuk ditransformasikan, sehingga ideal kominikasi dapat didekati. Ideal komunikasi pada tahap ini yaitu terbentuknya sikap perilaku komunikan sesuai pola yang telah ditentukan. Selanjutnya makna kebenaran. Dalam proses komunikasi, maka kebenaran dapat diartikan dari tiga faktor utama yaitu; pertama, itikad

atau motif yang ada pada diri komunikator. Motif sebagai dorongan dasar untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Motif yang berlandas pada interes pribadi atau berbobot subjektif, maka akan menampakkan karakter pada diri komunikan. Kedua, konsisten tidaknya terdapat ukuran-ukuran normatif. Ukuran kebenaran dapat dilihat dari tiga ukuran normatif, yaitu menurut undang-undang, menurut nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan menurut kaidah agama. Penyimpangan dari ketiga ukuran tersebut maka nilai-nilai kebenran bersifat semu.. Ketiga, faktor isi komunikasi. Isi komunikasi yan mencerminkan nilai-nilai kebenaran yaitu isi komunikasi yang mengaitkan berbagai kepentingan komunikator dan komunikan.

PEMIKIRAN TENTANG PENDEKATAN HOMOPHILY DAN HETEROPHILY: PENGERTIAN, HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK, MONOMORPHIC DAN POLYMORPHIC RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Angga Puspita

No. Absen

:

29

NIM

:

2006-41-276

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul

8

:

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) Jakarta Pusat

PEMIKIRAN TENTANG PENDEKATAN HOMOPHILY DAN HETEROPHILY: PENGERTIAN, HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK, MONOMORPHIC DAN POLYMORPHIC

PENGERTIAN HOMOPHILY DAN HETEROPHILY DALAM KONTEKS TUJUAN KOMUNIKASI Keragaman komunikan sangat mempengaruhi keberhasilan tujuan komunikasi. Dalam terminologi komunikasi, komunikan dikualifikasikan dalam dua bentuk atau sifat, yaitu homophily dan heterophily, yang menampakkan karakter berbeda dan memunculkan pendekatan yang berbeda pula. A. Pengertian Homophily dan Heterophily 1. Homophily Proses komunikasi akan efektif jika komunikator dan komunikan mempunyai derajat dan kapasitas atau status yang sama, baik dari sisi pengetahuan, norma-norma, lingkungan sosial maupun pola kepercayaan dan pola keyakinan, dan lain-lain. Kesamaan ini oleh Rogers dan Shoemaker disebut homophily. Berasal dari kata homolos dari bahasa Yunani Kuno yang artinya semacam atau sama (equal). Kondisi homophily ditujukan kepada masyarakat sederhana dalam kualitas kehidupan struktur sosialnya atau masyarakat ”solidaritas” menurut Durkheim atau masyarakat Gemeinschsft menurut Ferdinand Tonnies. Pesan-pesan yang dipertukarkan cenderung ke monomorphic atau satu macam isi komunikasi. Terutama berkaitan dengan tingkat kepentingan masyarakat dalam skala kecil pada dasarnya tentang garizah pokok. Monomorphic dapat pula dijadikan tolak ukur kapasitas rujukan seseorang. Kondisinya cenderung konservatif kurangnya kecenderungan terhadap perubahan, karena terbatasnya dorongan dari dalam (inner power) jiwa setiap individu. 2. Heterophily Menunjukkan keragaman individu-individu yang mengadakan interaksi baik dalam sistem nilai, pendidikan, status, dan lain-lain. Ditujukan pada masyarakat organis atau masyarakat yang telah memiliki pembagian kerja, tampak kelengkapan struktur organisasinya menurut Durkheim, atau masyarakat

Gesselschaft menurut Tonnies. Cenderung individualistis, serta orientasi berpikir cenderung ke perolehan keuntungan bagi dirinya, setiap tindakan diukur dengan keuntungan material. Materi komunikasi bersifat polymorphic atau pesan komunikasi lebih dari satu macam. Masyarakatnya dihadapkan pada problema menginterpretasikan dan menstrukturisasikan pesan-pesan komunikasi yang dapat memenuhi seluruh tingkat kepentingan, serta terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan frekuensi pesan-pesan komunikasi. B. Problema-problema Homophily dan Heterophily 1. Problema Homophily Secara filsafi kondisi ideal harmonis yang menjadi tujuan komunikasi hanya bersifat semu. Karena keharmonisan diwujudkan oleh pola keyakinan seperti ideologi yang distrukturisasikan ke dalam struktur kekuasaan, akan melahirkan sifat-sifat totaliter, sentralisasi sumber-sumber komunikasi, dan tidak mengembangkan toleransi. Monomorphic sebagai muatan ideologis dalam satu arah tujuan yaitu terwujudnya masyarakat berdasar ideologi tersebut. Contoh Marxisme sebagai ideologi komunis oleh Karl Marx. Usaha keseragaman dapat terjadi rintangan-rintangan, disebabkan beberapa faktor, yaitu faktor dalam karena ragam pola kepercayaan, faktor interes subjektif, maupun faktor dari luar yakni masuknya pola keyakinan luar ke dalam struktur sistem nilai, struktur sistem sosial dan sistem kekuasaan yang bersifat ideologis. Homophily yang berdasar pola keyakinan ideologis terbuka kemungkinan untuk berubah, apabila ada nilai-nilai atau pola keyakinan lain yang lebih baik. 2. Problema Heterophily Problema heterophily adalah masalah integratif, masalah kesatuan dan persatuan atau masalah menstrukturisasikan simbol-simbol komunikasi ke dalam struktur tertentu yang dapat mengayomi simbol-simbol komunikasi yang beragam. Kecenderungan problema heterophily, yaitu: 1. Kemungkinan yang bersifat positif terjadi konsensus antarpluralis atau antaretnis; Terjadi bila berlangsungnya proses diskusi yang mengaitkan kepentingan etnis kultur atau pluralis. Hal ini merupakan faktor terwujudnya sifat integratif, dan dapat melahirkan pola-pola keyakinan baru yang diakui dan dijunjung tinggi bersama, sehingga ideal komunikasi secara filosofis dapat didekati. 2. Kemungkinan terjadi alternatif kecenderungan dalam kondisi kompetisi dapat bersifat positif, dapat pula ke arah negatif; Positif bila terjadi peningkatan dinamika interaksi dan berkembangnya transaksitransaksi komunikasi secara kuantitatif maupun kualitatif. Negatif bila seluruh pluralis atau etnis terdapat kecenderungan saling mendominasi. 3. Kemungkinan ke arah konflik antarpluralis atau antaretnis kultur; Terjadi saat masing-masing mengisolasi diri dari pengaruh nilai-nilai luar etnisnya atau setiap pluralis atau etnis tidak mengembangkan sifat-sifat toleransi. C. Hakikat Integritas Mental, Pola Pikir ke Dalam Pola Keyakinan Pola keyakinan merupakan pola perilaku seluruh etnis kultur yang telah bergeser kesikap perilaku etnis bangsa.

Integritas mental dan pola pikir diartikan sebagai suatu tanggung jawab terhadap keberadaan etnis bangsa dalam lingkup geo natur secara utuh. Proses komunikasi berkembang ke bentuk-bentuk spesialisasi untuk mempertahankan dan melestarikan pola-pola keyakinan, berupa sosialisasi, pendidikan. Integritas mental dan pola pikir, sebagai orientasi sikap perilaku yang mengaitkan berbagai kepentingan untuk keberadaan bersama, merupakan konsep ideal yang menjadi faktor penentu terwujudnya ideal komunikasi yaitu kondisi harmonis. Transaksi-transaksi komunikasi antaretnis bangsa dihantar oleh hakikat filsafat komunikasi yaitu bagaimana seharusnya umat manusia (etnis-etnis bangsa) berkomunikasi dalam kaitan alam semsesta ini. Keseragaman merupakan konsep integritas mental sikap dan perilaku serta pola pikir dalam sistem nilai yang sedang berlangsung. Setiap etnis bangsa berkembang memiliki moral nasional sebagai unsur terwujudnya moral internasional. Namun dalam berlangsungnya transaksi antara etnis bangsa pada akhirnya terpulang kepada moral nasional.

MONOMORPHIC DAN POLYMORPHIC DENGAN KARAKTERISTIK SIMBOL-SIMBOL KOMUNIKASI Merupakan produk berpikir manusia untuk menentukan kualitas proses komunikasi, yang harus diekspresikan melalui strukturisasi simbol-simbol komunikasi menurut kualitas dan kapasitas sasaran. A. Memberi Karakter pada Simbol Simbol sebagai faktor utama di dalam mengenal sifat-sifat, karakter dan mental manusia. Simbol mempersonifikasikan, melukiskan, menjelaskan, mempertegas pikiran dan perasaan manusia. Kemajuan yang dicapai manusia pada hakikatnya adalah produk transformasi simbolsimbol dalam frekuensi tinggi. Secara filosofi simbol-simbol hadir bersama-sama dengan keberadaan umat manusia, berlangsung dalam proses relatif lama, dari pengenalan simbol yang sangat sederhana sampai kompleks dan rumit. Simbol-simbol memiliki karakter berbeda sesuai kemampuan imajinasi manusia, macam-macamnya: 1. Simbol Verbal Secara epistemologis simbol verbal berkaitan dengan tingkat kapasitas dan rujukan yang dimiliki manusia, dalam artian bahwa penggunaan simbol ini tidak dapat digeneralisasikan ke dalam suatu standar tertentu. Simbol verbal lebih bersifat ekspresif dan memberi dampak imajinasi yang relatif kuat. Dan berada dalam kualitas abstrak di mana individu mempunyai tingkat penginderaan skup kecil dan terbatas. Simbol verbal dalam mentransformasikan produk pemikiran dan perasaan, menurut tingkatan kualitas sasaran, tetap memerlukan suatu proses formulasi atau proses encoding yang lebih jelas dan konkret, sebagai aktivitas menginterpretasikan dan proses penyesuaian antar kualitas rujukan.

Abstraksi sasaran yang disebut ”Frame of reference” dan “Field of experiencs” dikualifikasikan dalam tiga tingkatan: 1. Tingkat kualitas optimal. • kuantitas dan kulitas produk penginderaan dalam frekuensi tinggi • latar belakang: status, pendidikan, sifat integratif terhadap nilai-nilai dan norma • topik bersifat polymorphic kualitas tinggi dan bervariasi. • Contoh: lingkup kenegaraan, mimbar ilmiah, seminar, diskusi panel, konferensi, dan lainnya. 2. Tingkat kualitas menengah. • produk penginderaan dalam frekuensi tinggi kadar menengah • topik bersifat monomorphic dan dapat pula polymorphic • latar belakang: status dan pendidikan menengah • orientasi berpikir dalam skala kecil dengan tingkat subjektivitas dan kurang argumentatif 3. Tingkat kualitas rendah. • produk penginderaan pada lingkup terbatas • orientasi berpikir tidak argumentatif, lebih interes subjektif dan kurang rasional • topik bersifat monomorphic sebatas kebutuhan sehari-hari. 2. Simbol Gambar-gambar Bersifat visual, merupakan simbol komunikasi yang dapat membantu meringankan sasaran (komunikan) dalam bekerjanya proses imajinasi untuk memahami transformasi muatan komunikasi melalui gambar-gambar. Lebih mendekati tingkat konkritual. Membentuk persepsi yang sama bagi sasaran, walaupun pada saat tertentu kualitas persepsi dan kemampuan interpretasi akan terdapat perbedaan, sesuai kapasitas dan kualitas rujukan komunikan (heterophily). 3. Simbol-simbol Lain Yaitu simbol isyarat dan gerak-gerik, yang biasa digunakan dalam hal-hal tertentu yang hanya dapat dipahami oleh individu-individu yang terlibat dalam proses komunikasi. Simbol isyarat merupakan simbol khusus karena dalam memahaminya perlu suatu konsensus penafsiran. Simbol-simbol isyarat dapat pula digunakan dalam masalah sekuriti, keamanan negara, keselamatan rakyat. Gabungan antara simbol isyarat dan gerak-gerik dimanfaatkan untuk mentransformasikan pesan-pesan komunikasi secara luar biasa (tuna netra, tuli bisu). B. Hakikat Simbol dalam Pelestarian Sistem Nilai Secara aksiologis, nilai-nilai merupakan pedoman perilaku manusia di dalam mempertaruhkan hidupnya. Nilai merupakan konsep abstrak tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang sealalu menyertai kehidupan manusia. Ikatan nilai-nilai berwujud menjadi ”sistem nilai” atau merupakan pola tetap yang terus berproses yang mengarah kepada tercapainya fungsi primer dari sistem yaitu tujuan

sistem. Hal ini berarti bahwa sistem apabila tidak berhenti di awal, di tengah, atau di penghujung proses. Sistem nilai tidak pernah berhenti, dia terus berproses selama sistem nilai tersebut dipertahankan dan dijunjung tinggi. Pelestarian sistem nilai secara filsafi merupakan bagian dari kepuasan batiniah yaitu suatu kepuasan yang tidak pernah menerima kehadiran pola keyakinan lain bagi generasi berikutnya kecuali pola keyakinan yang berlangsung saat sekarang (in on going system). Pelestarian sistem nilai bermakna sebagai proses transformasi nilai-nilai dalam seperangkat simbol-simbol komunikasi dari satu generasi ke generasi selanjutnya secara berkesinambungan, serta memproyeksikan pola keyakinan atau kepercayaan yang berlangsung dalam kenyataan empirik ke abstraksi ambang masa depan. Abstraksi ambang masa depan dapat didekati dengan menggunakan berbagai teori, yaitu: Teori Sebab Akibat, Teori Deduksi dan Induksi, Teori Gestalt Psychology dan Teori Analisis Kesenjangan Informasi. Namun abstrak masa depan dapat ditembus antara lain dengan cara sosialisasi sistem nilai melalui pola pembinaan efektif. Sosialisasi sistem nilai sebagai suatu proses mempersiapkan sikap dan perilaku calon penerima pola sikap atau pola keyakinan berdasar nilai-nilai yang diterima dan dijunjung tinggi bersama saat sekarang dapat berlangsung atau diterima di masa depan. Transaksi yang terjadi di masa depan sangat bergantung kepada sistem nilai yang melandasinya. Selama sistem nilai tetap berlanjut seperti yang berlangsung sekarang, maka transaksi-transaksi yang terjadi cenderung menunjukkan kualitas yang sama. Hakikat teori-teori tersebut bermuara pada transaksi-transaksi yang berlangsung antara para pelaku (moral dan mental) sistem baik masa sekarang maupun di ambang masa depan. C. Monomorphic dan Polymorphic dalam Konteks Kualitas Kehidupan Secara ontologis, manusia dengan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya berupaya memanfaatkan fasilitas yang disediakan alam (geo nature) melalui proses interaksi sosial yang diarahkan untuk kepentingan bersama. Simbol-simbol komunikasi mengemas berbagai ragam kepentingan (polymorphic) yang memicu kepada peningkatan kualitas hidup. Wujud konkret negara adalah pemerintahan (dalam arti luas) yang dibebani tugas untuk mengaktualisasikan program-program yang mengakomodasikan seluruh kepentingan warga negara untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh isi negara. Produk berpikir mengarah ke cita-cita dan kebijaksanaan (policy) sebagai das wollen negara, yang mendekatkan pada fungsi primer negara yang ideal termasuk di dalamnya ideal komunikasi negara. Program –program berdimensi dua, yaitu bersifat rutin (pelayanan dari pemerintah sebagai komunikator kepada rakyat sebagai komunikan) dan bersifat pembaharuan (pembangunan). Pada program pembangunan, melekat tugas-tugas meningkatkan kualitas hidup warga masyarakat. Transaksi (komplementer) bersifat ultra duplex, di mana terdapat partisipasi aktif masyarakat dalam melibatkan diri untuk mempercepat proses tercapainya tujuan pembangunan bagi masyarakat. Karena topik-topik yang menjadi sumber transaksi mencakup seluruh aspek kehidupan (bersifat polymorphic), yang menandai peningkatan kualitas individu-individu manusia dalam tingkat rujukan maupun kualitas hidupnya.

IDEAL KOMUNIKASI : HAK-HAK BERKOMUNIKASI, KEKUASAAN DAN HAKIKAT DEMOKRATISASI KOMUNIKASI, HAKIKAT KEHADIRAN MEDIA KOMUNIKASI BAGI UMAT MANUSIA RANGKUMAN Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi Semester V Tahun Akademik 2007/2008

Disusun Oleh: Nama

:

Donna A.

No. Absen

:

52

NIM

:

2006-41-537

Kelas

:

D (pagi)

Judul Buku :

Filsafat Komunikasi, Universitas Terbuka (UT)

Modul

9

:

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) Jakarta Pusat

Ideal Komunikasi : Hak-hak Berkomunikasi, Kekuasaan dan Hakikat Demokratisasi Komunikasi, Hakikat Kehadiran Media Komunikasi bagi Umat Manusia Hak-hak berkomunikasi merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia yang melekat pada hakikat hidup manusia. Dalam kapasitas sebagai manusia muncul sifat-sifat saling ketergantungan, sehingga tidak ada satu manusia pun yang dapat mengisolasi diri dari manusia lain. Penggunaan hak secara bebas atau pengekangan terhadap hak pada dasarnya ingkar dari ideal komunikasi. Karena itu sumber-sumber komunikasi yang berkaitan dengan kepentingan manusia perlu ditata secara bijak tanpa keluar dari ketentuan normatif tersebut.

Hak-hak Berkomunikasi sebagai Bagian dari Hak-hak Asasi Manusia A. Hak-hak Berkomunikasi Fungsi komunikasi lebih terarah kepada terpeliharanya norma-norma yang mempedomani sikap perilaku dalam mengadakan transaksi-transaksi komunikasi. Norma-norma memberi arah agar transaksi komunikasi yang berlangsung tidak memberi dampak negatif. Hal ini berarti bahwa hak-hak berkomunikasi tidak dapat dinikmati secara mutlak sepanjang hak-hak tersebut dapat merugikan pihak lain. Penggunaan hak harus berorientasi kepada manfaat yang dapat dinikmati bersama (=oleh komunikator dan komunikan) dan mencerminkan sifat-sifat keadilan serta kebenaran.

Didalam kenyataan empiris, sistem nilai yang sedang berlangsung (sistem in on going) dapat dikualidikasikan ke dalam dua sifat, yaitu :Totaliter dan demokrasi. Kualifikasi pertama, yaitu totaliter menampakkan karakter-karakter, sebagai berikut: 1. sumber-sumber komunikasi berada dalam satu tangan elit berkuasa sebagai pengelola utama, 2. alur komunikasi mengalir secara vertikal menurut struktur formal, 3. isi komunikasi didesain menurut pola kebijaksanaan elit kuasa, 4. komunikan(masyarakat) lebih bersifat sebagai sasaran (objek), daripada sebagai subjek, 5. transaksi komunikasi lebih bersifat “etatisme” (segalanya oleh negara) untuk memperoleh legitimasi atas keberadaan penguasa, 6. karakter-karakter tersebut seluruhnya bermuara pada sifat sentralistis dalam semua aspek kehidupan. Kualifikasi kedua, yaitu sifat-sifat yang berada pada penganut paham demokrasi. Menurut paham ini komunikasi berkembang berdasar perklembangan tingkat rujukan yang dimiliki masyarakat (baik dalam posisi sebagai komunikator maupun sebagai komunikan). Sean Mc. Bride dalam bukunya Many Voices One World Communication and society today abd Tomorow mengangkat karakter komunikasi yang berada dalam lingkup penganut fahm demokrasi sebagai berikut: 1. individu-individu (komunikan) dijadikan partner aktif, 2. meningkatkannya pesan yang dipertukarkan, 3. mendorong perkembangan kualitas komunikasi yang diwakili masyarakat (ed.Infrasktruktur komunikasi). Karakteristik yang paling prinsip yang muncul dalam paham demokrasi yaitu meningkat dan berkembangnya :proses diskusi dan dialog”, sehingga setiap individu daat memasarkan ide,gagasan atau pendapat secara efektif. Dalam konteks “das sein” atau dalam kaitan komunikasi yang berlangsung dalam “wilayah sistem kekuasaan”, maka konsep demokrasi mempedomani bahwa sumber-sumber komunikasi tidak bersifat sentralistis yang berada pada satu tangan elit berkuasa (elit otoritarif), namun sumbersumber komunikasi dipilah (separation) datau dibagi (division) sesuai fungsi dan lingkup wewenang. Setiap fungsi bersifat dominan (dominant function)yang dapat diganti atau digeser oleh dominan lainnya. Kebijkasanaan komunikasi sebagai produk elit berkuasa

adalah produk jalinan fungsi yang mengayomi seluruh kepentingan baik kepentingan komunikator (elit berkuasa) maupun kepentingan komunikan (masyarakat). Dari dua sistem nilai yang berbeda memberi isyarat bahwa pengaturan hak-hak asasi tidak dapat digeneralisasikan ke dalam satu pola atau satu tatanan tertentu. B. Kebebasan dan Tanggung Jawab Apa yang diangkat Mery memberi suatu isyarat bahwa kebebasan yang diperoleh seseorang tidak dapat dinikmati secara mutlak, senantisa kebebasan tersebut dapat merugikan orang lain. Karena itu kebebasan harus selalu berdampingan dengan tanggung jawab, dalam artian bahwa setiap kebebasan mempunyai dasra moral. Hal ini mengandung makna bahwa kebebasan yang digunakan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Selain itu bahwa kebebasan yang digunkan harus memberikan manfaat bagi kemajuan masyarkat. Menurut Barker penyalagunaan kebebasan itu ada dua macam yaitu “legal liberty” dan “social liberty”. Legal linerty yaitu penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan elit berkuasa dengan menggunakan sanksi-sanksi hukum. Hal ini terjadi apabila nilai-nilai interest atau sifat-sifat subjektif dikaitkan kepada struktur kekuasaan, sehingga produk-produk hukum yang dibentuk dapat menimbulkan diskriminasi perlakuan hukum, atau penguasa memaksakan nilainilai paham-paham tertentu terhadap masyarkat. Selain pengusaan yang dapat menyalahgunakan kebebasan maka masyarakat pun dapat pula menyalahgunakan kebebasan dengan mkasud untuk menjatuhkan wibawa penguasa dan mengoyangkan keberadaan penguasa di pandangan rakyatnya. Kondisi semacam ini Barker menyebutkannya dengan istilah “Social liberty”. Penyalahgunaan ini dilakukan dengan cara memproduksi dan memobilisasi “pendapat umum” (public opinion) yang diarahkan kepada maksud-maksud tersebut di atas. Barker mencatat tiga macam tuntutan masyarakat yang diangkat secara bertahap, yaitu 1. civil liberty; kebebasan sebagai warga negara, 2. political liberty; kebebasan warga negara dalam turut menentukan corak dan arah pemerintah, 3. economic liberty; kebebasan warga negara dalam mengejar kebebasan kesejahteraan hidup. C. Ruang gerak pendapat umum (public opinion) dalam ikatan normatif

Karakter yang muncul dalam kutub totaliter, bahwa pendapat umum berada dalam ikatan normatif (penekanan) dapat diperhatikan sebagai berikut: 1. gagasan monoisme (lawan pluralisme) yang menolak adanya golongan yang berlainan pikiran karena dianggap sebagai perpecahan. 2. persatuan dipaksa melalui kekuatan undang-undang. 3. oposisi ditindas. 4. negara merupakan alat untuk mencapai tujuan komunisme besarnya dukungan terhadap pemerintah. Berbeda dengan kutub demokrasi. Pada negara-negara penganut paham ddmokrasi menempatkan pendapat umum pada tangga terhormat. Hal ini berdasarkan pola pemikiran bahwa pendapat umum sebagai bgaian dari hak-hak asasi manusia yaitu bagian dari hak berkomunikasi. Para penganut paham demokrasi mempunyai pandangan posotif terhadap keberadaan pendapat umum, yaitu sebagai kekuatan dahsyat yang dapat memperkokoh kehidupan kenegaraan.

Kekuasaan dan Hakikat Demokratisasi Komunikasi Problema yang dihadapi dalam abstraksi sejarah dan kenyataan empiris yaitu bagaimana mengubah nilai-nilai kekuasaan absolut untuk dapat digunakan secara demokratis. Pergeseran pemikiran tentang otonomi absolut ke demokrasi setelah munculnya konsep pemikiran John Locke tentang factum Subjectionist dan factum Unionist. Di abad kedua puluhan muncul konsep “persemakmuran manusia bebas” yang dibangun secara imajinatif untuk mengimbangi konsep “negara militer”. Konsep ini untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menempatkan martabat manusia dalam teori dan kenyataan. Sistem politik merupakan akumulasi sejumlah besar unsur meknisme yang digunakan untuk bekerja sama dengan lingkungan, mengatur perilaku dan mengubah struktur internal yang berproses untuk membentuk kembali tujuan-tujuan fundamental. Sistem merupakan kegiatan siklus yang rumit dan dinamika yang dimilikinya dan berorientasi kepada tercapainya tujuan sistem. Tanggung jawab untuk pengaturan kekuasaan hakikatnya berada pada lembaga legislatif sebagai jelmaan aspirasi publik melalui sistem pemilihan. Secara berurutan renunagn manusia terwujud dalam prodk di bidang teknologi komunikasi yang disebut media massa. Melalui media massa inilah manusia mentransformasikan produk-produk berpikir sekaligus perasaan yang dapat menembus ruang dan waktu. Produk berpikir tersebut diilhami oleh aliran

“Filasafat Modern” dan “Aliran Prgamatisme”. Setiap penghuni sistem nilai selalu berupaya untuk melestarikannya, hal ini dilakukan dengan cara: sosialisasi, pendidikan dan upaya-upaya hukum. Isi komunikasi dan feedback hakikatnya mareupakan produk berpikir manusia semakin meningkat kualitas berpikir manusia semakin ringgi tingkat frekuensi isi komunikasi dan feedback yang disampaikan. Feedback dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui sistem nilai yang melandasi berlangsunganya proses komunikasi.

Hakikat Kehadiran Media Komunikasi bagi Umat Manusia Munculnya silang pendapat antara aliran Frankfurt dengan aliran Chicago, pada prinsipnya melihat kemampuan media massa dalam mentransformasikan produk-produk berpikir, ide, pandangan manusia baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat.

Demikian

perkasanya

produk

teknologi

komunikasi

yang

telah

menghamparkan jasanya bagi kepentingan umat manusia tanpa memperhatiakn ras, etnis kultur, norma, jenis kelamin dan usia. Karena itu media komunikasi menjadi ajang rebutan antara penguasa dan masyarakat penyandang modal untuk difungsikan sesuai tingkat kepentingannya. Hilangnya kesempatan masyarakat dalam kesertaan mengelola media massa, merupakan replika dari hapusnya hak-hak individual dalam masalah keperdataan. Hakikat kesertaan masyarakat dalam mengelola bidang media massa sebagai hakikat manusia untuk mengejar cita-cita hidup yang lebih berkualitas. Kehadiran media mssa membantu menusia dalam memprluas cakrawala pandang yang melintas batas kemampuan indriatif. Dalam wacana politik, maka media massa dapat dijadikan bursa ideologi untuk lebih memperluas pengaruh. Pemanfaatan kehadiran media massa oleh individu tidak terlepas dari karakteristik yang dimiliki individu bersangkutan. Hal ini sesuai dengan teori tentang pemahaman manusia yang melahirkan tiga paham, yaitu materialistis, idealisme, dan eksistensisme.

More Documents from "ang9a"