Estuary.docx

  • Uploaded by: Bagas Somporn Supriadi Putra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Estuary.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,222
  • Pages: 8
Estuary Estuary adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuari merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut. Lingkungan estuary umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Kita mungkin sering melihat hamparan daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai saat surut. Itu adalah salah satu dari sekian banyak tipe estuary yang ada di . Tidak terlalu sulit untuk memilah atau menetukan batas lingkungan estuary dalam suatu kawasan tertentu. Hanya dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai dan juga dengan mengukur salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuary mempunyai Salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5 – 25 ppm.

Lingkungan estuary merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta hewan dan tumbuhan. Pada daerahdaerah tropis seperti di , lingkungan estuary umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di sebut Mangrove. Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove ini lah kita akan menemukan berjuta hewan yang hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini. (saya akan mencoba mengurai Ekosistem mangrove pada artikel yang lain).

Sebagai lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar, estuary menyimpan berjuta keunikan yang khas. Hewan-hewan yang hidup pada lingkungan perairan ini adalah hewan yang mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut. Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuary merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsure terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuary. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuary di kenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan, invertebrate (Crustacean, Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih banyak lagi kelompok infauna). Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting seperti siganus, baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerah pemijahan dan pembesaran.

Pada kawasan-kawasan subtripic sampai daerah dingin, fungsi estuary bukan hanya sebagai daerah pembesaran bagi berjuta hewan penting, bahkan menjadi titik daerah ruaya bagi jutaan jenis burung pantai. Kawasan estuary di gunakan sebagai daerah istrahat bagi perjalanan panjang jutaan burung dalam ruayanya mencari daerah yang ideal untuk perkembanganya. Disamping itu juga di gunakan oleh sebagian besar mamalia dan hewan-hewan lainnya untuk mencari makan. Keistimewaan lingkungan perairan estuary lainnya adalah sebagai penyaring dari berjuta bahan buangan cair yang bersumber dari daratan. Sebagai kawasan yang sangat dekat dengan daerah hunian penduduk, daerah estuary umumnya di jadikan daerah buangan bagi limbah-limbah cair (kita tidak membahas limbah padat di sini yang benar-benar merusak sebagian besar lingkunagn estuary). Limbah cair ini mengandung banyak unsure diantaranya nutrient dan bahan-bahan kimia lainnya. Dalam kisaran yang dapat di tolelir, Kawasan estuary umumnya bertindak sebagai penyaring dari limbah cair ini, mengendapkan partikel-partikel beracun dan menyisakan badan air yang lebih bersih. Inipun dengan kondisi dimana terjadi suplai yang terus-menerus dari

air sungai dan laut yang cenderung lebih bersih dan mentralkan sebagaian besar bahan polutan yang masuk ke daerah estuary tersebut. Disamping itu semua, Hal yang sangat berhubungan dengan masyarakat dan kegiatan ekonomi masyarakat, lingkungan kawasan perairan estuary kebanyakan di jadikan sebagai lahan budidaya bagi ratusan kenis ikan, bivalve (oyster dan clam), crustacean (kepiting) dan invertebrate lainnya.

Daerah Estuary adalah daerah peralihan antara laut dan sungai dengan salinitas yang lebih rendah dari laut dan sedikit lebih tinggi dari perairan tawar. Pada zona perralihan ini lah terjadi percampuran antara air laut dan air sengai. Pola percampuran ini sangat di pengaruhi oleh topografi dari pantai itu sendiri dan sudah barang tentu pola percampurannya memberikan stratifikasi yang berbeda pula terhadap estuary itu sendiri. Bentukan estuary itu sendiri dapat terjadi dalam dua pola bentukan. Bentukan yang pertama adalah bentukan asli yang merupakan bentukan dari pola topografi yang secara alami terjadi pertemuan antara air laut dan air tawar. Namun pola bentukan ini amat sangat umum bahkan menyatukan pengkategorian estuary pada daerah pertemuan antara laut dan sungai serta daerah tanpa adanya aliran sungai namun terdapat sumbar air tawar seperti pada daerah-daerah basah (wetland) dan kawasan lainnya. Bentukan yang kedua adalah bentukan dengan model sirkulasi air laut dan air sungai. Bentukan ini sangat di berkaitan dengan pola pasang surut, arus air sungai dan arus pantai, topografi dan kedalaman dari perairan itu sendiri. Dari pola percampuran air laut, kita dapat mengenal secara umum 3 model estuary yang terbentuk, dengan catatan ini pun sangat di pengaruhi oleh sirkulasi air, topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. Pola percampuran yang pertama adalah pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary). Pola ini di tandai dengan desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Kita akan mudah membedakan salinitas air dari estuary ini yang sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah di banding lapisan bawah yang lebih tinggi.

Pola kedua adalah Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini di tandai dengan bercampur secara merata antara air laut dan air tawar hingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, namun stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajad salinitynya akan meningkat pada daerah dekat laut.

Pola yang ketiga adalah percampuran antara pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau dikenal dengan pola pola percampuran tidak merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata hingga hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertical.

Diantara ketiga pola di atas, pada beberapa daerah estuary yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuary. Adanya semacam tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan hingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertical. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga salionitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain: 1. Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya; 2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut; 3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya 4. Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.

Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air terdapat tiga tipe estuaria: 1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin. Estuaria tipe ini ditemukan di daerah-daerah dimana aliran air tawar dari sungai besar lebih dominan dari pada intrusi air asin dari laut yang dipengaruhi oleh pasang-surut. 2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuaria ini, aliran air tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus

pasang. Pencampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi pasang-surut. 3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Estuaria tipe ini dijumpai di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi. Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadap kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang penting adalah sebagai berikut: 1. Salinitas Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah. 2. Substrat Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria. 3. Sirkulasi air Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota 4.

5.

1.

2.

3.

estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air. Pasang-surut Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Di samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai di estuaria Penyimpanan zat hara Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 (tiga ) tipe adaptasi (Kennish, 1990). yaitu : Adaptasi morfologis organisme yang hidup di Lumpur memiliki rambut-rambut halus (setae) untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh partikel Lumpur. Adaptasi fisiologis berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh dalam menghadapi fluktuasi salinitas eksternal. Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam Lumpur oleh rganisme, khususnya invertebrata

Ada tiga komponen fauna di estuaria: lautan, air tawar dan air payau atau estuaria. Komponen fauna lautan ini merupakan yang terbesar dalamjumlah spesies dan terdiri dari kelompok. Binatang laut Stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mentelorir perubahan salinitas. Komponen ini biasanya terbatas pada mulut estuaria yang pada umumnya mempunyai salinitas 30 permil atau lebih. Binatang ini seringkalali sama dengan spesies yang dijumpai di laut terbuka. Binatang laut purihalin membentuk subkelompok yang kedua. Mereka adalah binatang laut kgas yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas di bawah 30 permil. Spesies semacam ini menembus hulu estuaria dengan kejauhan yang bervariasi. Estuaria juga miskin akan flora. Hampir semua bagian estuaria yang terus menerus terendam terdiri dari substrat lumpur dan tidak cocok melekatnya makroalga. Tumbuhan air pula yang sangat keruh membatasi tembusnya cahaya hanya sanpai ke lapisan atas yang dangkal. Dengan demikian,lapisan bawah estuaria serig kali tanpa tumbuhan hidup. Lapisan air teratas dan zonz intertidal mempunyai jumlah tumbuhan yang terbatas. Di bawah hilir estuaria dan di bawah tingkat pasang turun rata-rata mungkin terdapat padang rumputrumputan laut ( Zoestera, Thalassia, Cymodocia ). Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies.dengan demikian, ia cenderung sejalan dengan hasil obserfasi makrifauna makrifegetasi. Di alam seringkali mendominasi fitoplankton, tetapi di hoflagelata dapat menjadi dominan selama bulan-bulan panas dan dapat tetap dominan sepanjang waktu dibeberapa estuaria. Genera diatom yang dominan termasuk Skeletonema, Asterionella, Nitzchia, Thalassionerta, dan Melosira. Coenera amoflagalata yang melimpah termasuk di estuaria merupakan gambaran fitop[ankton dalam keterbatasan komposisi spesies ( Nybakken, 1988 ). Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting sebagai berikut: 1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal circulation). 2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang...) yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground). 3. Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. 1. 2. 3. 4.

Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut : Sebagai tempat pemukiman. Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan. Sebagai jalur transportasi. Sebagai pelabuhan dan kawasan industri. Ada tiga komponen fauna di estuaria yaitu komponen lautan,air tawar dan air payau.Binatang laut stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu mentolerir perubahan salinitas. Komponen ini terbatas pada mulut estuaria. Binatang laut eurihalin membentuk subkelompok kedua. Spesies ini mampu menembus hulu estuaria. Komponen air payau terdiri atas polikaeta Nereis

diversicolor,berbagai tiram(crassostrea), kerang(Macoma balthica), siput kecil (hydrobia) dan udang (palaemonetes). Komponen terakhir berasal dari air tawar. Organisme ini tidak dapat mentolerir salinitas di atas 5‰ dan terbatas hulu estuaria. Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut.Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon. Jumlah spesies yang mendiami estuaria sebagaimana yang dikemukakan Barnes (1974)[6],pada umumnya jauh lebih sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar atau air asin di sekitarnya. Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas estuaria. 2.7.2

Tumbuhan

Hampir semua bagian esturaria terendam terdiri dari subtract lumpur dan tidak cocok untuk melekatnya makroalga. Selain karena subtract,pengaruh sinar cahaya yang minim menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Lapisan bawah tanpa tumbuhan hidup dan lapisan atas mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuaria terdapat padang rumput laut(Zostera dan Cymodeca). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.

Gambar 1. Morfologi lamun Algae mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun. 2.7.3 Plankton Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Dengan demikian,yang ditemukan hanya jenis diatom dan diflagellata.Jenis diatom yang dominan adalah Skeletonema,Asterionella danMelosira.Sedangkan diflagellta yang melimpah adalah Gymnodinium,Gonyaulax danCeratium.Banyaknya zooplankton yang berkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan produktivitas fitoplankton.

More Documents from "Bagas Somporn Supriadi Putra"

Estuary.docx
May 2020 10
Budidaya Belut.docx
May 2020 22
Cup Cake.docx
May 2020 12
April '19.docx
August 2019 30
Dokumen Tanpa Judul
August 2019 22