ESSAY:
NAMA NIM MK UNIT DOSEN
: HELVINA HARYANI : 1106103040072 : ILMU ALAMIAH DASAR : 18 : Dr. NURDIN SAIDI, M.Si
EFEK RUMAH KACA
Efek rumah kaca adalah proses alami yang membantu terjadinya pemanasan pada lapisan atmosfer dan permukaan bumi. Hal ini terjadi karena gas-gas yang terdapat dalam lapisan atmosfer, seperti karbondioksida (CO2), gas metan (CH4), nitrogen dioksida (NO2), chlorofluorocarbon (CFC) dan gas-gas lainnya mampu mengubah keseimbangan energi dari planet bumi melalui penyerapan radiasi gelombang panjang (longwave) yang diemisikan dari permukaan bumi. Tanpa adanya efek rumah kaca, suhu dipermukaan bumi akan dingin berkisar -180C, dibandingkan saat ini suhu rata-rata permukaan bumi sebesar 330 C. Menurut teori Susanta (2007:31), “Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan sebuah proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet, seperti Mars, Venus, Saturnus, Titan, dan Bumi. Efek rumah kaca dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami dibumi dan efek rumah kaca meningkat yang terjadi akibat aktivitas manusia”. Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house efect, efek rumah kaca ini pada awalnya berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan menyimpan sayur mayur dan bunga-bungaan di musim dingin. Para petani tersebut menggunakan rumah kaca karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan sulit melepas panas. Di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus rumah kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda yang ada di dalam ruangan rumah kaca tersebut sebagai gelombang panas berupa gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan. Dari situlah istilah efek rumah kaca muncul, bumi diibaratkan sebagai tanaman, dan kaca sebagai atmosfer bumi, dimana atmosfer ini befungsi untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat walaupun di musim dingin. Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas-gas dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan suhu di bumi
tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Efek rumah kaca tidak merugikan apabila tidak berlebihan. Menurut Petrucci dan Harwood (1997:260), “Efek rumah kaca penting untuk menetapkan suhu yang layak bagi kehidupan di bumi. Tanpa efek rumah kaca, bumi secara permanen akan tertutup es dan perbedaan suhu antara siang hari dan malam hari di bumi tidak terlalu jauh berbeda”. Secara alami, efek rumah kaca sangat penting karena bumi menjadi cukup hangat sehingga dapat mendukung kehidupan manusia. Tanpa efek rumah kaca, kehidupan manusia di muka bumi akan terganggu karena suhu rata-rata bumi akan berkisar -180C. Suhu ini merupakan suhu terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C, suhu ini sesuai bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Adapun pengertian gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi semakin panas. Selain itu, pngertian gas rumah kaca merupakan gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca itu sendiri terjadi karena naiknya
konsentrasi gas CO2 (karbondioksida) dan gas-gas lainnya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metan (CH4), kloroflourokarbon (CFC) : CFC R-11 dan CFC R-12, HFCS, PFCS, dan SF6 di atmosfir. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan). Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Kenaikan konsentrasi CO2 disebabkan oleh kenaikan berbagai jenis pembakaran di permukaan bumi seperti pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organik lainnya untuk menunjang aktivitas manusia. Disisi lain, jumlah tumbuh-tumbuhan yang menggunakan CO2 hanya sedikit. Dengan demikian gas CO2 semakin meningkat. Sinar matahari ke bumi yang datang berupa energi akan mengalami hal sebagai berikut: 25% sinar matahari dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% sinar matahari diserap awan, 45% sinar matahari
diserap oleh permukaan bumi, 5% sinar matahari dipantulkann kembali oleh permukaan bumi. Menurut Teori Achmad (2004:2),” Energi yang diadsorbsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas rumah kaca lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi.
Dari tahun ke tahun jika kita mengamati kejadian di bumi ini, maka kita akan merasakan suatu perbedaan, yaitu suhu di permukaan bumi ini semakin panas dan cuaca menjadi tidak menentu. Para ahli menyebutnya dengan istilah pemanasan global atau global warming, dimana terjadi peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca. Ketika sinar matahari mencapai atmosfer bumi, sebagian panas diteruskan ke perrmukaan bumi, dan sebagian lagi dipantulkan oleh atmosfer dalam bentuk sinar infra merah. Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa radiasi infra merah. Namun, sebagian dari energi panas tersebut tidak
dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena adanya gas-gas tertentu di lapisan atmosfer menjadi perangkap dari radiasi ini. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan. Ditambah dengan radiasi ultraviolet dari matahari, maka akan mengakibatkan naiknya suhu rata-rata permukaan bumi menjadi dua kali lipat dari seperti biasanya, maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi ini terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.
Adapun dampak gas rumah kaca adalah meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer, sehingga hal ini akan mengakibatkan gas CO2 di atmosfer meningkat. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Hal ini sesuai dengan teori Pradana (2009: 485), yang menyatakan: “Secara umum, gas CO2 yang merupakan gas rumah kaca paling dominan akan terserap oleh respirasi (pernapasan) yang terjadi di hutan dan respirasi makhluk yang berukuran sangat kecil di muka laut. Dalam bahasa mudah, setengah dari jumlah gas CO2 di atmosfer akan diserap oleh lautan dan selebihnya oleh hutan. Aktivitas manusia yang terus menambah gas rumah kaca, melebihi kapasitas serap hutan dan lautan, mengakibatkan terjadinya pemanasan global”.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H. and William S. Harwood. 1997. General Chemistry Principles and Modern Application. New Jersey: Prentice-Hall. Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Andi. Pradana, Rian. 2009. Sains dan Tekhnologi 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Susanta, Gatot. 2007. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global?. Jakarta: Penebar Swadaya.