ESSAY GEOLOGI CEKUNGAN BANDUNG
Judul Kisah Singkat Mengenai Terbentuk dan Bobolnya Danau Bandung Purba Nama penulis : - Sayyid Abdullah Marzuqi (12016044) - Gilang Enggar Lana (12016077) 1.1.Pendahuluan Danau Bandung Purba pertama kali diperkenalkan oleh dua orang geolog yang melakukan penelitian di daerah Cekungan Bandung, kedua geologo tersebut adalah van Bemmelen dan G.H.R. von Koenigswald. Peta Danau Bandung purba pertama kalinya diperkenalkan oleh G.H.R. von koenigswald yang dalam makalahnya tahun 1935 (Das Neolithichum der Umgebung von Bandoeng). Yang sebenarnya merupakan temuan alat batu di kaki-kaki gunung api sekitar Dataran Bandung. Peta ini melokalisir penyebaran situs-situs alat batu purba dan menemukan suatu pola distribusi penyebaran alat batu yang selalu ditemukan di puncak-puncak bukit dengan ketinggian lebih dari 725m. Kemudian peta tersebut diperbaharui dan dipetakan oleh oleh T. Bachtiar (2009)
Gambar 1. Peta morfologi Danau Bandung Purba T. Bachtiar dan Budi Brahmantyo (2009)
*tanda merah pada gambar menandakan tempat ditemukannya situs-situs alat batu purba
Sejarah pembentukan Danau Bandung ini tidak bisa lepas dari sejarah vulkanik di daerah Cekungan Bandung itu sendiri, terutama keterkaitannya dengan sejarah meletusnya gunung api Sunda. Gunung api Sunda merupakan “Bapak” dari gunung Tangkubanparahu, diatas gunung api Sunda terdapat gunung Pra-sunda yang berumur lebih tua lagi. T. Bachtiar mengidentifikasi bahwa gunung Jayagiri pada zaman ini merupakan sisa-sisa kenampakan gunung api Pra-sunda yang terbentuk 560.000-500.000 tahun yang lalu. Kartadinata menyebutkan dalam disertasinya bahwa aktivitas vulkanik gunung api Prasunda mencapai puncaknya dan membentuk kaldera pada 300.000 tahun yang lalu dan melahirkan gunung Sunda dalam kaldera tersebut. Pada 105.000 tahun yang lalu, Gunung Sunda mengalami puncak klimaks dari aktivitas vulkanik dan meletus dashyat sehingga didalamnya melahirkan “anak” dari gunung Sunda ini yakni gunung tangkubanparahu. Menurut Hadisantono (1988) material letusan gunung Sunda sebanyak 60 km2 terlontar jauh, mengendap di barat laut, selatan, dan timur pusat letusan menutupi kawasan seluas 200km2 setebal 40 meter membendung sungai Citarum purba didaerah ngamprah, Padalarang yang kini menjadi aliran Cimeta. (Gambar 2)
Berdasarkan analisis pemboran oleh Dam dan Suparman (1994) sedalam 60 meter di Bojongsoang dan 104 meter di Sukamanah dilakukan pentarikhan unsur radioaktif C-14 dan Uranium-Thorium terhadap endapan sedimen Danau Bandung ini, dan diperoleh kesimpulan
bahwa umur genangan Bandung tertua adalah 125 ribu tahun yang lalu, yang perlu digarisbawahi disini adalah bahwa letusan gunung Sunda terjadi pada 105.000 tahun yang lalu. Dapat disimpulkan disini bahwa endapan Danau Bandung purba sudah ada sebelum letusan gunung Sunda tetapi genangannya tidak seluas sampai ke bagian barat dari cekungan Bandung. Pembendungan sungai Citarum Purba ini mepercepat proses terbentuknya danau Bandung, hingga Bandung terendam di ketinggian sekitar 712 m pada 35.000 tahun yang lalu. Peta-peta lama menafsirkan bahwa elevasi ketinggian danau Bandung mencapai 725 m berasarkan buktibukti arkeologis yang menunjukkan temuan peralatan kuno berada pada ketinggian 725m atau lebih. Namun dari analisis peta topografi AMS 1963 skala 1:50.000 interval kontur 25m, di daerah Padalarang, dimana diduga Ci Tarum purba terbendung oleh produk letusan G. Sunda, kontur 725m adalah kontur yang terbuka (Brahmantyo B, 2003). Oleh karena itu tidak mungkin permukaan air Danau Bandung Purba mencapai ketinggian 725 mdpl. Pada peta berskala lebih besar, misalnya peta topografi Puslitbang Geologi (1987) skala 1:25.000 interval kontur 12,5 m. Kontur tertutup di Padalarang adalah 712,5 m. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa maksimal genangan air danau Bandung hanya mencapai ketinggian 700-712,5 mdpl. 1.2.Perkembagan Danau Bandung Purba Dam (1996) melakukan penelitian mengenai endapan-endapan danau Bandung dari lubang pengeboran sedalam 60 meter di Bojongsoang dan 104 meter di Sukamanah dengan penentuan umur absolut, memberikan kronologis evolusi Danau Bandung Purba. Analisis pengeboran ini menunjukkan urutan-urutan stratigrafi pengisi Cekungan Bandung yang didominasi oleh endapan-endapan vulkanik, serta endapan-endapan danau berupa lumpur karbonatan (Gambar 3). Terlihat dari urutan stratigrafi tersebut (Gambar 3) pada mulanya Cekungan Bandung ini dikontrol oleh aktivitas volkanisme Kuarter dan tektonik. Terbentuknya cekungan yang diikuti oleh volkanisme sekitar 125.000 tahun yang lalu diduga awal terbentuknya cekungan tertutup dan dimulainya sedimentasi di lingkungan lakustrin (danau). Pada waktu inilah terjadi pemindahan konsentrasi aktivitas volkanisme gunung api Cekungan Bandung dari bagian selatan menjadi bagian Utara Cekungan Bandung, atau lebih tepatnya aktivitas volkanisme berpusat di Kompleks G. Sunda – Tangkubanparahu. Kedua perkembangan proses geologis ini menyebabkan perubahan morfologi yang bersifat katastrofik di sekitar Cekungan Bandung (Brahmantyo B.,2003). Dam (1994) menyimpulkan bahwa proses penggenangan Danau Bandung Purba terbagi menjadi 4 tahap, keempat tahap ini diwakili oleh adanya endapan tebal lempung dan lanau karbonatan (Gambar 3) yang terbentuk dimulai pada umur 125.000 – 135.000 tahun yang lalu. Secara lebih terperinci Dam membagi perkembangan Cekungan Bandung ke dalam 7 tahap perkembangan (Dam et, al.,1996).
Gambar 3. Analisis stratigrafi Bor dalam Cekungan Bandung (Dam et al. 1996)
1.2.1. Tahap 1- Awal Cekungan Bandung (Kuarter Awal – Tengah) Tahap awal ini dicirikan oleh perkembangan jajaran gunungapi bagian utara dan selatan Cekungan Bandung. Proses Tektonik yang menumbuhkan sesar-sesar berarah barat-timur di Jawa Barat pada waktu ini, menyebabkan terbentuknya topografi rendah di antara jajaran gunungapi utara dan selatan. Pada (Gambar 3), endapan paling bawah pada Bor Dalam II pada kedalaman 54-104 m ini mengandung sekuen pasir yang mengasar dan menghalus ke atas, sedikit volkaniklastik kasar dan tidak ditemukannya endapan primer, dan seluruh endapan ini mengalami pelapukan dari sedang sampai kuat. Penentuan umur tahap ini dengan metoda Dis-ekuilibrium U/Th menunjukkan umur 126.000-135.000 tahun yang lalu. 1.2.2. Tahap 2 – Cekungan Tertutup dan Awal Sedimentasi Danau ( 125.000 tahun yang lalu) Sejumlah lapisan tefra menutupi paleosol yang kemudian dilanjutkan oleh pengendapan luar biasa sedimen danau dengan ciri butiran halus karbonatan mulai dari umur 125.000 tahun yang lalu. 1.2.3. Tahap 3 – Letusan Paroksismal dan Kaldera Sunda dan Sesar Lembang Timur (105.000 tahun yang lalu) Pada tahap ini secara signifikan dicirikah oleh adanya endapan sangat tebal skoria andesitik yang mempunyai lubang-lubang vesikuler tinggi (Lapisan C volcanoclastic gravelly sand Gambar 3) selang-seling dengan endapan lakustrin lumpur organik. Endapan skoria ini merupakan ciri dari proses erupsi letusan tipe Plinian dari G. Sunda – Tangkubanparahu yang menciptakan letusan paroksismal yang menyebabkan terbentuknya kaldera Sunda dan Sesar Lembang bagian timur, dengan interpolasi metoda radiokarbon C14 bagian atas log pengeboran dengan penanggalan U/Th pada kedalaman 50-55 m menunjukkan umur 105.000 tahun yang lalu. 1.2.4. Tahap 4 – Sedimentasi Lanjut Endapan Danau (105.000 – 50.000 tahun yang lalu) Tahap ini dicirikan oleh endapan danau tebal berupa sekuen monoton dari endapan lempung dan lumpur karbonatan yang ditemukan di bagian I Gambar 3. Pada sekuen ini diselingi oleh horison-horison tipis gambut dan lapisan tefra. Sekuen ini menunjukkan adanya proses sedimentasi danau dalam intensitas yang rendah yang berumur 105.000 hingga 50.000 tahun yang lalu. 1.2.5. Tahap 5 – Perkembangan Kipas Volkanoklastik Bandung (50.000 – 35.000 tahung yang lalu) Pada tahap ini, aktivitas gunung api mulai bangkit kembali. Analisis detail fasies sedimenter menunjukkan adanya aktivitas gunungapi yang bersifat katastrofik pada waktu rentan 55.000 – 50.000 tahun yang lalu di bagian Barat Cekungan. Masih terekamnya endapan danau di bagian tengah-timur, diduga pengendapan dan pembentukan kipas terjadi di lingkungan danau.
1.2.6. Tahap 6 – Level Danau Lebih Tinggi dan Sesar Lembang Barat terbentuk (35.00020.000 tahun yang lalu) Tingginya morfologi kipas Bandung mengakibatkan kenaikkan level DAS di Cekungan Bandung secara keseluruhan. Akibatnya level Danau meninggi di umur 35.000 tahun yang lalu. Sekuen organik tebal terebentuk di tengah-tengah cekungan, sedangkan endapan bergambut terbentuk di tepi Cekungan pada ketinggian topografi 684-688 mdpl. Ke arah tenganh masih ditemukan endapan pasir kasar yang menunjukkan masih adanya aktivitas gunung api hingga kira-kira 27.000 tahun yang lalu. Dengan terbentuknya level danau yang lebih tinggi serta meluanya sedimentasi selama ribuan tahun, endapan-endapan sedimen danau terbentuk di keseluruhan Cekungan. Sementara itu, danau mencari jalur pengeringan dan secara perlahan-lahan mengerosi bagian Barat dan membentuk ngarai Ci tarum di daeraeh Nanjung pada suatu air terjun yang dinamakan Curug Jompong. Selain adanya pembobolan di Curug Jompong, menerusnya sedimentasi yang masuk kedalam danau, menyebabkan pendangkalan secara meluas diseluruh permukaan danau. Danu Bandung Purba mulai surut sejak 20.000 sampai 16.000 tahun yang lalu. 1.2.7. Tahap 7 – Surutnya Danau dan Pengeringan Cekungan Bandung (16.000 tahun yang lalu) Setelah 16.000 tahun yang lalu, danau Bandung enar-benar surut melalui pengeringan Ci tarum. Menurut Dam et, al (1996) Curug Jompong merupakan tempat pembobolan danau, dan menerus ke Waduk Saguling melalui gua Sangiangtikoro.