BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus benda asing yang masuk kedalam saluran cerna dan pernapasan anakanak, sepertiganya tersangkut di saluran pernapasan.1 Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esophagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatalakibat perforasi.2 Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.Angka kejadian tertelan benda asing mengakibatkan 1500 kematian di Amerika Serikat.Sebanyak 80-90 % benda asing esofagus akan melewati saluran pencernaan selama 7-10 haritanpa komplikasi, sedangkan 10-20% sisanya membutuhkan tindakan endoskopi dan 1%membutuhkan pembedahan. Sebanyak 75% benda asing saluran cerna berada di esofagus saat terdiagnosis.2 Benda asing di merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan
esophagus tersendiri,
meskipun
belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik anestesi dan instrumentasi, ekstraksi benda asing saluran cerna bukanlah merupakan suatu prosedur yang mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta pengalaman dari dokter yang melakukannya. Oleh karena itu kasus ini diangkat pada diskusi kasus mengenai benda asing di esophagus.2
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Esofagus Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen
dan
dibagi
berdasarkan
kompartemen
tersebut,
yaitu Leher(pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.1 Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.1
Gambar 1.Anatomi Esofagus.
Gambar 2. Esofagus anak-anak
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm,
2
ke v. pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah. Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.1
1.2 Fisiologi Esophagus (Proses Menelan) Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan voluntar lidah dan diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan esofagus. Bagian aferen refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X. Pusat menelan atau deglutisi terdapat pada medula oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf kranial V, X, dan XII menuju ke otot-otot lidah, faring, iaring, dan esofagus. Walaupun menelan merupakan suatu proses yang kontinu, tetapi terjadi dalam tiga fase oral, faringeal, dan esofageal. Pada fase oral, makanan yang telah dikunyah oleh mulut disebut bolus didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluntar lidah. Akibat yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan gerakan refleks menelan. Pada fase phringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, Iaring terangkat dan menutup glotis, mencegah tnakanan memasuki trakea. Kontraksi otot konstriktor faringeus mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke faring bagian bawah dan memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis di atas
3
orifisium Iaring akam melindungi saluran pernapasan, tetapi terutama untuk menutup glotis sehingga mencegah makanan memasuki trakea. Pernapasan secara serentak dihambat untuk mengurangi kemungkinan aspirasi. Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara voluntar menarik napas dan menelan dalam waktu yang sama. Fase esofageal mulai saat otot krikofaringues relaksasi sejenak dan memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat iiu,gelombang jieristaltik primer yang dimulai dari faring dihantarkan ke otot krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang peristaltik terus berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian distal. Adanya bolus merelaksasikan otot sfingter distal ini sejenak sehingga memungkinkan bolus masuk ke dalam lambung. Gelombang peristaltik primer bergerak dengan kecepatan 2 sampai 4 cm/ detik, sehingga makanan yang tertelan mencapai lambung dalam waktu 5 sampai 15 detik. Mulai setinggi arkus aorta, timbul gelombang peristaltik sekunderbila gelombang primer gagal mengosongkan esofagus. Timbulnya gelombang ini dipacu oleh peregangan esofagus oleh sisa partikel partikel makanan. Gelombang peristaltik primer penting untuk jalannya makanan dan cairan melalui bagian atas esofagus, tetapi kurang penting pada esofagus bagian bawah. Posisi berdiri tegak dan gaya gravitasi adalah faktor-faktor penting yang mempermudah transpor dalam esofagus bagian bawah, tetapi adanya gerakan peris taldk memungkinkan seseorang untuk minum air sambil berdiri terbalik dengan kepala di bawah atau ketika berada di luar angkasa dengan gravitasi nol. Sewaktu menelan terjadi perubahan tekanan dalam esofagus yang mencerminkan fungsi motoriknya. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam esofagus sedikit berada di bawah tekanan atmosfer, tekanan ini mencerminkan tekanan intratorak. Daerah sfingter esofagus bagian atas dan bawah merupakan daerah bertekanan tinggi. Daerah tekanan tinggi ini berfungsi untuk mencegah aspirasi dan refluks isi lambung. Tekanan
4
menurun bila masing-masing sfingter relaksasi sewaktu menelan dan kemudian meningkat bila gelombang peristaltik melewatinya. Ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa rangkaian gerakan kompleks yang menyebabkan terjadinya proses menelan mungkin terganggu bila ada sejumlah proses patologis. Proses ini dapat mengganggu transpor makanan maupun mencegah refluks lambung.
Gambar 3. Fisiologi Menelan. 1.3 Definisi Benda Asing di Esophagus Definisi benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yag dalam keadaan normal tidak ada.1 Sedangkan definisi benda asing esofagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.2,3 1.4 Epidemiologi Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esofagus. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan
5
tersangkut di servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta.
1
Lokasi tersering benda asing tersangkut di esofagus adalah pada
sfingter krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot krikofaring yang akan membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut tersangkut, apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.2 Terkadang benda asing dapat ditemukan di daerah penyilangan esofagus dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter kardio-esofagus.4,5 70% dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring dan 7,7% di esofagus torakal.
Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah
esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal. 4,5
Gambar 4 Benda asing di esofagus
1.5 Penyebab dan Faktor Predisposisi Benda Asing di Esophagus Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur ada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.1
6
Penyebab pada anak yakni anomali kongenital termasuk stenosis kogenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Faktor predisposisi antara lain belum tumbhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan
dan
penyakit-penyakit
neurologik
yang
mendasarinya.5 Faktor predisposisi pada orang dewasa yaitu pemabuk dan pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa dari palatum, gangguan mental dan psikosis.6
Faktor predisposisi lain yakni adanya penyakit-penyakit
esofagus yang menimbulkan gejala disfagia kronis seperti esofagitis refluks, striktur pasca esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau lambung, cara mengunyah yang salah degan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).5
1.6 Patogenesis Benda asing yang berada lama di esofagus dapat menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama bila terjadi pada anak-anak. Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik natrium maupun kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution). Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada dalam lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi dengan cepat sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification) dengan ulserasi lokal, perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu baterai harus segera dikeluarkan. Ketika benda asing masuk ke esophagus, dapat membentuk suatu pera dangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada
7
esophagus. Kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher dan kemudian dapat menganggu sistem pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.
Gambar 5. Patogenesis benda asing di esophagus
1.7 Manifestasi Klinik Gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di servikal. Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing, disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten, gejala yang lain adalah odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadangkadang mudah berdarah. Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea atau benda asing4,6 Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan pernafasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura
8
dapat
timbul
pneumotoraks
atau
pyotoraks.
Nyeri
di
punggung
menunjukkan adanya tanda perforasi atau mediastinitis.6,7 Sehingga bila diperhatikan gejala-gejala yang dapat terjadi akibat teretelannya beda asing di esofagus terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah. Hal ini terjadi ketika benda asing pertama tertelan. Pada tahap kedua adalah interval tidak ada gejala. Benda asing telah tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi ditimbulkan. Pada tahap ini dapat berlangsung untuk sesaat atau sementara. Pada tahap ketiga terdiri dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh komplikasi. Kemungkinan timbul rasa tidak nyaman, disfagia, sumbatan, atau perforasi esofagus dengan dihasilkan mediastinitis.
1.8 Pemeriksaan Fisik Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut, didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran di daerah pre cordial dan inter scapula.3 Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang terjadi tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.3 Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi ludah atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing,demam, abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang terdapat di daerah servikal esophagus dan bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan obstruksi saluran napas dengan stridor karena menekan dinding trakea bagian (posterior trachea esophageal party wall).3
9
1.9 Pemeriksaan Penunjang Foto Rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral, harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang logam umumnya koronal, maka hasil foto Rontgen servikal / torakal pada posisi PA akan dijumpai bayangan radioopak berbentuk bundar, sedangkan pada pasien lateral berupa garis radioopak yang sejajar dengan kolumna vertebra . Benda asing seperti kulit telur, tulang, dan lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam esophagus, sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral. Benda asing radiolusen seperti plastik, aluminium, dan lain-lain, dapat diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal.
Gambar 6. Gambaran Radiologi Benda Asing di Esofagus Foto Rontgen leher posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi telah berlangsung beberapa hari. 3 Gambaran radiologik benda asing batu baterei menunjukkan pinggir bulat dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer. Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti daging
10
dan tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram). Esofagogram pada benda asing radiolusen akan memperlihatkan “filling defect persistent”. Pemeriksaan esofagus dengan kontras sebaiknya tidak dilakukan pada benda asing radioopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing. Risiko lain adalah terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan kontras barium lebih baik daripada zat kontras yang larut dia air (water soluble contrast), seperti gastrografin, karena sifatnya kurang toksik terhadap saluran napas bila terjadi aspirasi kontras, sedangkan gastrografin bersifat mengiritasi paru. Oleh karena itu pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama pada anak. 7 Suatu penelanan barium dalam jumlah besar sebaiknya tidak diberikan, karena akan menutupi dinding esofagus dengan penebalan pasta putih akibatnya sangat sulit dilakukan esofagoskopi. Lebih baik pasien menelan sedikit kapas atau marshmallow dengan kontras medium di dalamnya. Serat kapas dapat menangkap benda asing untuk sementara atau selama penelanan, dengan demikian menampakkan adanya benda asing melalui floroskopi. Pengetahuan orientasi dari benda asing pada esofagus sangat membantu dalam merencanakan endoskopi. 4 Radiogram sebaiknya termasuk semua daerah dari hidung hingga anus. Seringkali lebih dari satu benda asing yang tertelan, kecuali pemeriksaan lengkap dilakukan, objek tambahan, seperti jarum yang telah menembus ke dalam kolon, dapat terlewatkan. 4 Computerized tomographyc scanner (CT scan) esofagus dapat menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses. 7 Magnetic resonanse imaging (MRI) dapat menunjukkan gambaran semua keadaan patologis esofagus. 7
11
1.10 Penatalaksanaan Tindakan yang dapat dilakukan adalah endoskopi, biasanya tindakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel. Endoskopi kaku digunakan untuk diagnosa dan pengambilan benda asing pada esofagus bagian atas (krikofaringeal). Alat ini sering digunakan di bagian THT. Endoskopi lentur digunakan di bagian penyakit dalam. Keberhasilan alat ini untuk mengambil benda asing dalam esofagus adalah 99,5%. Hanya 0,5 % yang membutuhkan pembedahan. Keuntungan alat ini di bandingkan endoskopi kaku adalah tidak memerlukan general anesthesia dan juga komplikasi perforasi lebih kecil yaitu insiden komplikasi menggunakan endoskopi kaku antara 0,1 %-0,9 %, sedangkan insiden komplikasi menggunakan endoskopi lentur yaitu 0,007 %-0,15%.4,5 External
approach
(lateral
esofagotomi)
digunakan
apabila
pengambilan menggunakan endoskopi lentur maupun kaku mengalami kegagalan. Cara ini agak rumit. Pada prinsipnya adalah mengeluarkan benda asing lewat esofagotomi.2,4 Terakhir, pembedahan torakotomi dilakukan apabila benda asing tidak didapat atau tidak mungkin diambil dengan cara diatas atau bila benda asing tidak memungkinkan untuk keluar spontan lewat tinja atau juga bila sudah ada perforasi.2,4 Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan
tindakan
esofagoskopi
yang
optimal
untuk
mencegah
komplikasi.2,5 Benda asing baterei bundar
(disk/button battery) di esogagus
merupakan benda yang harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu ± 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.2
12
1.11
Komplikasi Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus. Benda asing bulat atatu tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, akibat sekunder dan inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi di sekitar benda asing timbul bila benda asing berada di esofagus dalam waktu yang lama.5 Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat, antara lainemfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggiggil, gelisah, nadi, dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal, dan epigastrium. Bila terjadi perforasike pleura dapat timbul pneumotoraks atatu pyotoraks.2,5
1.12 Pencegahan4,7 Pada dasarnya pencegahan terhadap masuknya atau tertelannya benda asing ke dalam esofagus tergantung pada setiap individu itu sendiri. Dari setiap cara pencegahan benda asing yang masuk dalam esofagus hendaknya : 1. Anak di latih untuk hanya memasukkan makanan ke dalam mulut Pada dasarnya anak-anak banyak mengeksplor benda-benda apa saja yang mungkin dapat masuk kedalam mulut. Disarankan anak-anak selalu diawasi agar tidak terjadi tertelannya benda asing. 2. Jangan meletakkan sesuatu sembarangan. Ketidak sengajaan pada orang tua yang meletakkan barang atau benda kecil sering sekali menjadi kecelakaan pada anak yang tertelan benda asing. Misalnya pada orang tua yang sedang meletakkan jarum pada ayunan saat sedang menidurkan anaknya di ayunan. 3. Jangan makan makanan keras bila gigi tak lengkap. Proses pencernaan diawali pada masuknya benda dimulut. Bila pada anak yg belum tumbuh
13
gigi atau pada orang tua yang tidak mampu untuk mencerna dan melunakkan makanan yang keras. 4. Jangan menggigit benda-benda yang bukan makanan seperti peniti, dll. Kecerobohan yang tidak disengaja juga dapat terjadinya benda asing juga tertelan. Contoh bisa sedang mengigit jarum pada saat menjahit atau pada saat sedang memasang kerudung pada wanita, jika tidak terjadi kecerobohan meletakan sesuatu pada mulut maka tidak akan tertelan benda asing. 5. Pemakaian gigi palsu yang baik dan benar. Ketidak sesuaian rongga pada gigi akan mengakibatkan renta lepas pada dasar gigi, yang akan jatuh tertelan.
BAB III KESIMPULAN
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada.
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur.
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esofagus, lokasi tersering benda asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot krikofaring yang akan membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut tersangkut, apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.
14
Gejala benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di servikal. Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing, dan dapat pula dijumpai odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang mudah berdarah.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah endoskopi, biasanya tindakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel.
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis.
DAFTAR PUSTAKA 1. Fitri F, Novialdi, Triola S. Penatalaksanaan Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus. Fakultas Kedoktern Universitas Andalas. RSUP Dr. Jamil Padang. Diakses tanggal 22 April 2015. 2. Adam L Goerge, Boeis R Lawrence, Higler, H Peter. Epistaksis. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penyakit Jlan Nafas Bagian Bawah, Esofgus, dan Mediastinum. Tertelan Benda Asing. Effendi H (editor). Jakarta. EGC. 2012: 458-472 3. Efiaty A.S.; Nurbaiti I, Jenny B. Ratna D.R.; Mariana Y.; eds.-, Buku Ajar IlmuKesehatan THT-KL: Benda Asing di Esofagus, edisi ke-6, 2007, FKUI, halaman 299-302. 4. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
15
5. American Society For Gastrointestinal Endoscopy, Guideline for the management of ingested foreign bodies. Volume 73, No. 6 : 2011 6.
Junizaf,Mariana H.2007. Benda Asing Di Esofagus: Buku Ajar Ilmu Kesehatan tenggorok Kepala Leher. Ed.Keenam.FKUI.
7. Junizaf,Mariana H.2007. Benda Asing Di Esofagus: Buku Ajar Ilmu Keseh atantenggorok Kepala Leher. Ed.Keenam.FKUI
16