Erna.docx

  • Uploaded by: Noer Akmal
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Erna.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,950
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam tradisi fiqih islam, perinsip titipan atau simpanan dikenal dengan perinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagaititipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum. Al-wadi’ah yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan penyimpan dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga keselamatan barang atau uang yang dititipkan kepadanya . wadi’ah merupakan titipan murni yang dipercayakan oleh pemiliknya. Secara umum, perinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad ,yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah, dan almusaqah.Pada demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara’ah dan al-musaqah dipergunakan khuhsus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank islam. Atas dasar pemenuhan kebutuhan sehari-hari, maka terjadinya suatu kegiatan yang dinamakan jual beli. Jual beli menurut Bahasa artinya nenukar sesuatu dengan sesuatu, sedangkan menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (akad). Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perinsip titipan dan simpanan 2.

C. Tujuan Masalah

1

BAB II PEMBAHASAN

PERINSIP TITIPAN ATAU SIMPANAN (DEPOSITORY/AL-WADI’AH) A. AL-WAD’IAH 1. Pengertian Al-Wadi’ah Dalam tradisi fiqih islam, perinsip titipan atau simpanan dikenal dengan perinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum. 2. Landasan Syariah a. Al-Qur’an Surah An-Nisa : 58

َّ ‫۞ ِإ َّن‬ ‫اس أ َ ْن تَحْ ُك ُموا‬ ِ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْل َ َمانَا‬ ِ َّ‫ت ِإلَ ٰى أ َ ْه ِل َها َو ِإذَا َح َك ْمت ُ ْم بَيْنَ الن‬ ُ ‫َّللاَ نِ ِع َّما َي ِع‬ َّ ‫ظ ُك ْم بِ ِه ۗ ِإ َّن‬ َّ ‫ِب ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن‬ ‫يرا‬ ً ‫ص‬ ِ َ‫س ِميعًا ب‬ َ َ‫َّللاَ َكان‬ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

b. Al-Hadits Abu Hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah saw. Bersabda, “sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah menghkhanatimu. “( HR Abu Dawud).

3. Aplikasi Perbankan Mengacu pada pengertian yada dh-dhamanah, bank sebagai penerima simpaanan dapat memanfaatkan al-wadi’ah untuk tujuan giro dan tabungan berjangka

2

Sebagai konsekuensi dari yada dh-dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan menjadi milik bank (demikian juga penanggung seluruh kerugian).

BAGI HASIL (PROFIT-SHARING) A. Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation) 1. Pengertian Al-Musyarakah Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan . 2. Landasan Syariah a. Al-Qur’an Surah An-Nisa : 12 ‫الربُ ُع ِم َّما ت ََر ْكنَ ِم ْن َب ْع ِد‬ ْ ِ‫َولَ ُك ْم ن‬ ُّ ‫ف َما ت ََركَ أ َ ْز َوا ُج ُك ْم إِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَ ُه َّن َولَد ٌ فَإ ِ ْن َكانَ لَ ُه َّن َولَد ٌ فَلَ ُك ُم‬ ُ ‫ص‬ ‫الربُ ُع ِم َّما ت ََر ْكت ُ ْم ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن َل ُك ْم َو َلد ٌ فَإ ِ ْن َكانَ َل ُك ْم َولَد ٌ فَ َل ُه َّن الثُّ ُم ُن‬ ُّ ‫ُوصينَ ِب َها أ َ ْو دَي ٍْن َولَ ُه َّن‬ ِ ‫صيَّ ٍة ي‬ ِ ‫َو‬ ُ ‫ُور‬ ٌ‫ث ك َََللَةً أ َ ِو ْام َرأَة ٌ َولَهُ أَ ٌخ أَ ْو أ ُ ْخت‬ ُ ‫صيَّ ٍة تُو‬ ِ ‫ِم َّما ت ََر ْكت ُ ْم ِم ْن بَ ْع ِد َو‬ َ ‫صونَ ِب َها أ َ ْو دَي ٍْن َو ِإ ْن َكانَ َر ُج ٌل ي‬ ُ ‫ُس فَإ ِ ْن كَانُوا أ َ ْكث َ َر ِم ْن ذَلِكَ فَ ُه ْم‬ ‫صى ِب َها‬ ِ ُ‫ش َركَا ُء ِفي الثُّل‬ ُّ ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ال‬ ِ ‫فَ ِل ُك ِل َو‬ ُ ‫سد‬ ِ ‫ث ِم ْن َب ْع ِد َو‬ َ ‫صيَّ ٍة يُو‬ َّ ‫َّللاِ َو‬ َّ َ‫صيَّةً ِمن‬ ‫َّللاُ َع ِلي ٌم َح ِلي ٌم‬ َ ‫( أ َ ْو دَي ٍْن َغي َْر ُم‬12) ِ ‫ار َو‬ ٍ ‫ض‬ Artinya: Dan bagi kalian (suami-suami) setengah dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istri kalian apabila mereka tidak mempunyai anak (laki-laki atau perempuan). Apabila mereka mempunyai anak, maka bagi kalian seperempat harta yang mereka tinggalkan, setelah dipenuhinya wasiat atau dibayarnya hutang mereka. Dan bagi kalian (istri-istri) seperempat dari harta yang ditinggalkan oleh suami-suami kalian apabila mereka tidak mempunyai anak (laki-laki atau perempuan). Apabila mereka mempunyai anak, maka bagi kalian seperdelapan harta yang mereka tinggalkan, setelah dipenuhinya wasiat atau dibayarnya hutang mereka. Apabila ada seseorang yang meninggal (laki-laki atau perempuan) dan dia tidak memiliki ayah (ke atas) atau anak (ke bawah), tetapi memiliki satu orang saudara lelaki atau perempuan (seibu), maka masing-masing mendapatkan seperenam

3

dari harta (orang yang meninggal). Tetapi apabila saudara-saudara seibu itu lebih dari satu orang, maka mereka bersama-sama mendapatkan sepertiga bagian harta mayyit setelah dipenuhinya wasiat atau dibayarnya hutang mereka, dengan tanpa memberi madharat. (Allah mewasiati kalian dengan) sebenar-benar wasiat. Dan Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.

b. Al-Hadits Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “sesungguhnya allah azza wa jallah berfirman, aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainya. “(HR Abu Dawud Np.2936, Dalam Kitab Al-Buyu, Dan Hakim) 3. Jenis-Jenis Al-Musyarakah Al-musyarakah ada dua jenis: musyarakah pemilik dan musyarakah akad (kontrak) a. Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainya b. Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Musyararakah akad terbagi 5 yaitu: a. Syirkah al’inan b. Syirkah mufawadhah c. Syirkah a’maal d. Syirkah wujuh e. Syirkah al-mudharabah 4. Aplikasi Dalam Perbankan a. Pembiayaan proyek b. Modal ventura 5. Manfaat Al-Musyarakah Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara musyarakah:

4

1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendapatan secara tetap. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas. 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal,aman dan menguntungkan.

B. Al-Mudharabah (Trust Financing,Trust Investment) 1. Pengertian Al-Mudharabah Al-Mudharabah berasal dari kata dharb,yaitu memukul atau berjalan. Secara teknis,al-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak. pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. 2. Landasan Syariah Secara umum, landasan syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits. a. Al-qur’an Surah Al-Muzzammil : 20 َ ‫صفَ ۥهُ َوثُلُث َ ۥهُ َو‬ َّ ‫طآئِفَةٌ ِمنَ ٱلَّذِينَ َمعَكَ ۚ َو‬ ‫ٱَّللُ يُقَد ُِر ٱلَّ ْي َل‬ ْ ِ‫إِ َّن َربَّكَ يَ ْعلَ ُم أَنَّكَ تَقُو ُم أَدْن َٰى ِمن ثُلُث َ ِى ٱلَّ ْي ِل َون‬ ۟ ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم ۖ فَٱ ْق َر ُء‬ ‫سيَ ُكونُ ِمن ُكم‬ ُ ْ‫ار ۚ َع ِل َم أَن لَّن تُح‬ َ ‫صوهُ فَت‬ َ ‫ان ۚ َع ِل َم أَن‬ َ ‫َوٱلنَّ َه‬ ِ ‫وا َما تَيَس ََّر ِمنَ ْٱلقُ ْر َء‬ َّ ‫س ِبي ِل‬ َّ ‫ض ِل‬ ۖ ِ‫ٱَّلل‬ ْ َ‫ض َي ْبتَغُونَ ِمن ف‬ ِ ‫ض ٰى ۙ َو َءاخ َُرونَ َيض ِْربُونَ فِى ْٱْل َ ْر‬ َ ‫َّم ْر‬ َ ‫ٱَّللِ ۙ َو َءاخ َُرونَ يُ ٰقَتِلُونَ فِى‬ ۟ ‫س ًنا ۚ َو َما ت ُ َق ِد ُم‬ ۟ ‫ٱلزك َٰوة َ َوأَ ْق ِرض‬ ۟ ُ ‫ص َل ٰوة َ َو َءات‬ ۟ ‫وا َما ت َ َيس ََّر ِم ْنهُ ۚ َوأ َ ِقي ُم‬ ۟ ‫فَٱ ْق َر ُء‬ َّ ‫وا‬ َّ ‫ُوا‬ ‫وا ِْلَنفُسِ ُكم‬ َّ ‫وا ٱل‬ َ ‫ٱَّللَ َق ْرضًا َح‬ ۟ ‫ظ َم أَجْ ًرا ۚ َوٱ ْست َ ْغ ِف ُر‬ َ ‫ٱَّللِ ه َُو َخي ًْرا َوأ َ ْع‬ َّ ‫ٱَّللَ ۖ إِ َّن‬ َّ ‫وا‬ َّ َ‫ِم ْن َخي ٍْر ت َِجد ُوهُ ِعند‬ ‫ور َّر ِحي ٌم‬ ٌ ُ‫ٱَّللَ َغف‬ Sesungguhnya

Tuhanmu

mengetahui

bahwasanya

kamu

berdiri

(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa

5

akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b. Al-hadits Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas Bin Abdulah Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak membawa mengurangi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat

tersebut

kepada

rasulullah

saw.

Dan

Rasullah

pun

membolehkanya.”(HR Thabrani)

3. Jenis-Jenis Al-Mudharabah a. Mudharabah muthlaqah b. Mudharabah muqayyadah 4. Aplikasi Dalam Perbankan Al-mudharabah diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sisi penghimpunan dana, Al-mudharabah diterapkan pada: a. Tabungan berjangka b. Deposito special (special investment) Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk: a. Pembiayaan modal kerja b. Investasi khusus.

6

C. Al-Muzara’ah (Harvest-Yield Profit Sharing) 1. Pengertian Al-Muzara’ah Secara etimologi, muzara’ah bearti kerja sama dibidang pertanian antara pihak pemilik tanah dengan petani penggarap. 2. Landasan Syariah Diriwayatkan dari ibnu umar rasulullah saw. Pernah memberikan tanah khaibar kepada penduduknya (waktu itu mereka mash yahudi) untuk digarap dengan imbalan pem-bagian hasil dan tanaman.

D. Al-Musaqah (Plantation Management Fee Based On Certain Portion Of Yield) 1. Pengertian al-musaqah Secara etimologi, musaqah bearti transaksi dalam pengairan, oleh penduduk Madinah disebut dengan al-mu’amalah. Secara terminology, musaqah didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut: 2. Landasan Syariah Ibnu umar berkata bahwa rasulullah saw. Pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di khaibar kepada yahudi khaibar untuk dipelihara dengan mempergunakan peralatan dab dana mereka. Sebagai imbalan, mereka pemperoleh persentase tertentu dari hasil panen.

JUAL BELI (SALE AND PURCHASE) A. Murabahah 1. Pengertian Murabahah Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Ba’i almurabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembeliaan (KPP). Dalam kitab al-Umm,Imam Syafi’i menamai transaksi sejenis ini dengan istilah alaamir bisy-syira. 2. Landasan Syariah

7

a. Al-Qur’an Surah Al-Baqarah :275 ُ َّ‫الربَا ََل يَقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَت َ َخب‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫طهُ ال‬ ‫طانُ ِمنَ ْال َم ِس ۚ ٰذَلِكَ بِأَنَّ ُه ْم قَالُوا إِنَّ َما‬ ِ َ‫الَّذِينَ يَأ ْ ُكلُون‬ َ ‫الربَا ۚ فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع‬ َّ ‫الربَا ۗ َوأ َ َح َّل‬ ُ‫ف َوأَ ْم ُره‬ َ ‫ظةٌ ِم ْن َر ِب ِه فَا ْنت َ َه ٰى فَلَهُ َما‬ َ َ‫سل‬ ِ ‫َّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬ ِ ‫ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬ َّ ‫ِإلَى‬ َ‫ار ۖ ُه ْم فِي َها خَا ِلد ُون‬ ْ َ ‫َّللاِ ۖ َو َم ْن َعادَ فَأُو ٰلَئِكَ أ‬ ِ َّ‫ص َحابُ الن‬ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

b. Al-Hadits Dari Suhaib Ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda,”tiga hal yang di dalamnya terdapat

keberkahan:

jual beli

secara tangguh,muqaradhah

(mudharabah), dan mencampur gamndum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(HR Ibnu Majah) 3.Syarat Murabahah a. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesuadah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4), atau (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan : a. Melanjutkan pembeliaan seperti apa adanya.

8

b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual. c. Membatalkan kontrak. Jual beli secara al-murabahah di atas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. 4. Beberapa Ketentuan Umum a. Jaminan b. Utang dalam Murabahah KPP c. Penundaan Pembayaran oleh Debitor Mampu d. Bangkrut 5. Aplikasi dalam Perbankan Murabahah KPP umumnya dapat diterapkan pada produk pembiyaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik dosmetik maupun luar negeri, seperti melaluiLetter of Credit (L/C). Kalangan perbankan syariah di Indonesia banyak menggunakan almurabahahsecara berkelanjutan (roll over/evergreen) seperti untuk modal kerja, padahal sebenarnya, al-murabahah adalah kontrak jangka pendek dengan sekali akad (one short deal). B. Bai’ As-Salam (In-Front Payment Sale) 1. Pengertian Bai’ As-Salam Dalam pengertian yang sederhana, bai’ as-salam berarti pembeliaan barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. 2. Landasan Syariah a. Al-Qur’an ‫ب‬ ْ ُ ‫ج ٍل ُم سَ ًّم ى ف َ ا كْ ت ُب ُو ه ُ ۚ َو ل ْ ي َ كْ ت‬ َ َ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل َّ ذِ ي َن آ َم ن ُ وا إ ِ ذ َ ا ت َ د َ ا ي َ ن ْ ت ُمْ ب ِ د َ ي ْ ٍن إ ِ ل َ ٰى أ‬ ‫ب َو ل ْ ي ُ ْم ل ِ ِل‬ ْ ُ ‫ب ك َ َم ا عَ ل َّ َم ه ُ َّللاَّ ُ ۚ ف َ ل ْ ي َ كْ ت‬ ٌ ِ ‫ب كَ ا ت‬ ٌ ِ ‫ب َ ي ْ ن َ ك ُ ْم ك َ ا ت‬ َ ُ ‫ب أ َ ْن ي َ كْ ت‬ َ ْ ‫ب ب ِ ال ْ ع َ د ْ ِل ۚ َو ََل ي َ أ‬ ُّ ‫ح‬ ِ‫س ِم ن ْ ه ُ شَ ي ْ ئ ً ا ۚ ف َ إ ِ ْن كَا َن ال َّ ِذ ي عَ ل َ ي ْ ه‬ ْ ‫ق َّللاَّ َ َر ب َّ ه ُ َو ََل ي َ ب ْ َخ‬ َ ْ ‫ال َّ ِذ ي ع َ ل َ ي ْ هِ ال‬ ِ َّ ‫ق َو ل ْ ي َ ت‬ ۚ ‫ي ُ ِم َّل ه َُو ف َ ل ْ ي ُ ْم ل ِ ْل َو ل ِ ي ُّ ه ُ ب ِ ال ْ ع َ د ْ ِل‬ ‫ج ٌل َو ا ْم َر أ َت َا ِن‬ ُ ‫ج ل َ ي ْ ِن ف َ َر‬ ُ ‫ي َ ك ُ و ن َا َر‬

ُّ ‫ال ْ َح‬ ‫ط ي ُع أ َ ْن‬ ِ َ ‫ق س َ ف ِ ي هً ا أ َ ْو ضَ ِع ي ف ً ا أ َ ْو ََل ي َ سْ ت‬ ْ‫َو ا سْ ت َشْ ِه د ُوا ش َ ِه ي د َ ي ْ ِن ِم ْن ِر َج ا ل ِ ك ُ مْ ۖ ف َ إ ِ ْن ل َ م‬

ْ ‫َض َّل إ ِ ْح د َ ا ه ُ َم ا ف َ ت ُذ َ ك ِ َر إ ِ ْح د َ ا ه ُ َم ا‬ ‫اْل ُ ْخ َر ٰى ۚ َو ََل‬ ِ ‫ِم َّم ْن ت َْر ضَ ْو َن ِم َن ال ش ُّ هَ د َ ا ِء أ َ ْن ت‬

9

‫ب ال ش ُّ هَ د َ ا ءُ إ ِ ذ َ ا َم ا د ُ ع ُوا ۚ َو ََل ت َسْ أ َمُ وا أ َ ْن ت َكْ ت ُب ُو ه ُ صَ ِغ ي ًر ا أ َ ْو ك َ ب ِ ي ًر ا إ ِ ل َ ٰى‬ َ ْ ‫يَأ‬ ‫ع ن ْ د َ َّللاَّ ِ َو أ َ ق ْ َو م ُ ل ِ ل ش َّ هَ ا د َ ة ِ َو أ َ د ْ ن َٰى أ َ ََّل ت َ ْر ت َا ب ُوا ۖ إ ِ ََّل أ َ ْن ت َك ُ و َن‬ ِ ُ ‫أ َ َج ل ِ هِ ۚ ذ ٰ َ ل ِ ك ُ مْ أ َ ق ْ س َ ط‬ ‫ح أ َ ََّل ت َكْ ت ُب ُو ه َا ۗ َو أ َشْ ِه د ُوا‬ ٌ ‫ج ن َا‬ ُ ْ‫ْس ع َ ل َ ي ْ ك ُ م‬ ِ ‫ح‬ َ ً ‫ج ا َر ة‬ َ ِ‫ت‬ َ ‫اض َر ة ً ت ُدِ ي ُر و ن َ هَ ا ب َ ي ْ ن َ ك ُ مْ ف َ ل َ ي‬ ٌ ‫ب َو ََل ش َ ِه ي د ٌ ۚ َو إ ِ ْن ت َف ْ ع َ ل ُ وا ف َ إ ِن َّ ه ُ ف ُ س ُ و‬ ‫ق ب ِ ك ُ ْم ۗ َو ا ت َّق ُ وا‬ ٌ ِ ‫إ ِ ذ َ ا ت َب َ ا ي َ ع ْ ت ُ ْم ۚ َو ََل ي ُ ضَ ا َّر ك َ ا ت‬ ٌ ‫ي ٍء ع َ ل ِ ي م‬ ْ َ ‫َّللاَّ َ ۖ َو ي ُ ع َ ل ِ ُم ك ُ مُ َّللاَّ ُ ۗ َو َّللاَّ ُ ب ِ ك ُ ل ِ ش‬ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada

10

Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Baqarah: 282)

b. Al-Hadits “Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakkukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” 3. Rukun Bai’ as-Salam Pelaksanaan bai’ as-salam harus memenuhi sejumlah rukun berikut ini. a. Muslam atau pembeli b. Muslam ilaih atau penjual c. Modal atau uang d. Muslam fiihi atau barang e. Sighat atau ucapan 4. Syarat Bai’ As-Salam Bai’ As-Salam mengharuskan tercukupinya segenap syarat pada masingmasing rukun. Dibawah ini akan diuraikan dua diantara rukun-rukun terpenting, yaitu modal dan barang. a. Modal Transaksi Bai’ as-Salam Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam modal bai’ as-salam adalah sebagai berikut. 1. Modal Harus Diketahui 2. Penerimaan Pembayaran Salam b. Al-Muslam Fiihi (barang) Diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam al-muslam fiihi atau barang yang ditransaksikan dalam bai’ as-salam adalah sebagai berikut. 1. Harus spesifik dan dapat diakui sebagai hutang. 2. Harus bisa diidentifikasi secara jelas. 3. Penyerahan barang dilakukan kemudian hari.

11

4. Kebanyakan ulama mensyaratkan penyerahan barang harus ditunda pada suatu waktu kemudian, tetapi mazhab Syafi’i membolehkan penyerahan segera. 5. Bolehnya menentukan tanggal waktu masa yang akan datang untuk penyerahan barang. 6. Tempat penyerahan. 7. Penggantian muslam fiihi dengan barang lain.

5. Aplikasi dalam Perbankan Bai’ as-salam dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Bai’ as-salam juga dapat diaplikasikan pada pembiayaan barang industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi) yang ukuran barang tersebut sudah dikenal umum. C. Bai’al-Istishna’(Purchase By Order Or Manufacture) 1. Pengertian Bai’ al-Istishna’ Transaksi bai’ al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Menurut jumhur fuqaha, bai’al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari akadbai’ as-salam. Biasanya, jenis ini dipergunakan dibidang manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai’ al-istishna’ mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’ as-salam.

2. Landasan Syariah Bai’ Al-Istishna’ merupakan lanjutan dari bai’ as-salam maka secara umum landasan syariah yang berlaku pada bai’ as-salam juga berlaku pada bai’ alistishna’,

para

ulama

membahas

lebih

lanjut

“keabsahan” bai’

al-

istishna’ dengan penjelasan sebagai berikut. Menurut mazhab Hanafi, bai’ al-istishna’ termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan semangat bai’ secara qiyas. Mereka mendasarkan

12

pada argumentasi bahwa pokok kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, sedangkan dalam istishna’, pokok kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki

penjual.

Meskipun

demikian,

mazhab

Hanafi

menyetujui

kontrak istishna’ atas dasar istishankarena alasan-alasan berikut ini. a. Masyarakat telah mempraktikan bai’ al-istishna’ secara luas dan terusmenerus tanpa ada keberatan sama sekali. b. Di dalam syariah dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan ijma ulama. c. Kebesaran bai’ al-istishna’ didasarkan atas kebutuhan masyarakat. d. Bai’ al-istishna’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah.

3. Istishna’ Paralel Dalam sebuah kontrak bai’ al-istishna’, bisa saja pembeli mengizinkan pembuat menggunakan subkontraktor untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dengan demikian, pembuat dapat membuat kontrak istishna’ kedua untuk memenuhi kewajibannya pada kontrak pertama. Kontrak baru ini dikenal sebagai istishna’ paralel. Ada beberapa konsekuensi saat bank Islam menggunakan kontrak istishna’ paralel. Dianataranya sebagai berikut. a. Bank Islam sebagai pembuat pada kontrak pertama tetap merupakan satusatunya

pihak

yang

bertanggung

jawab

terhadap

pelaksanaan

kewajibannya. b. Penerimaan subkontrak pembuatan pada istishna’ paralel bertanggung jawab terhadap bank Islam sebagai pemesan. c. Bank sebagai shani’ atau pihak yang siap untuk membuat atau mengadakan barang, bertanggung jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan subkontrak atau jaminan yang timbul darinya.

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dalam tradisi fiqih islam, perinsip titipan atau simpanan dikenal dengan perinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum. Profit and loss sharing menurut etimologi adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagi laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total. System bagi hasil merupakan system di mana dilakukan perjanjian atau ikatan bersama dalam melakukan kegiatan usaha. Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Ba’i almurabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembeliaan (KPP). Dalam kitab alUmm,Imam Syafi’i menamai transaksi sejenis ini dengan istilah al-aamir bisysyira. B. Saran Demikianlah resume ini yang dapat saya sajikan. Apa bila dalam penulisan resume ini masih banyak kekurangan dan kesalahan saya mohon maaf, maka saya mengharapkan keritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan resume selanjutny, semoga resume ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

14

DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001.’’Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”. Jakarta: Gema Insani

15

More Documents from "Noer Akmal"

Erna.docx
June 2020 12
Postpartum Hemorrhage
April 2020 21
Kajian Tempatan Geografi
October 2019 43
Latihan Pkn.docx
December 2019 24