Eris Yuliarni

  • Uploaded by: devit
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Eris Yuliarni as PDF for free.

More details

  • Words: 1,249
  • Pages: 6
ERIS YULIARNI 2007/89123 NR. B PENDIDIKAN GEOGRAFI

A. Kemiskinan Lautan dan Kemusnahan Spesies 1. Kemiskinan Lautan Kemiskinan lautan merupakan punahnya ekosistem laut yang ada sehingga sumber kehidupan yang ada di lautan tidak dapat lagi mencukupi kehidupan yang ada di lautan, tidak dapat lagi mencukupi kehidupan manusia yang diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Lingkungan laut masih banyak yang belum diketahui tidak seperti lingkungan daratan, namun banyak spesies laut yang dieksploitasi secara berlebihan hingga mengalami kepunahan sudah berada dalam kondisi yang kritis di seluruh dunia ekspolitasi persediaan ikan secara berlebihan dan habitat laut dan pesisir yang semakin membutuhkan yang sering disebabkan oleh habitat manusia mengancam keanekaragakan hayati laut dan mata pencarian penduduk yang sangat bergantung pada sumber-sumber laut terutama bagi penduduk yang bermata pencarian sebagai nelayan. 2. Kemiskinan Hutan Saat ini manusia berada pada abad yang sarat dengan berbagai masalah lingkungan sampai perubahan global permasalahan yang ada membutuhkan solusi ilmiah berdasar ilmu yang relevan, salah satunya adalah ekologi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, Indonesia memilih 10% hutan tropis dan yang masih tersisa hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptile dan amfibi, 1.519 spesies burung dan 20% ikan dunia.

Luas lahan alam asli Indonesia menyusun dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan hingga saat ini Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72% penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusunan hutan tropis secara besar-besaran laju kerusakan hutan periode 1995-1997 tercatat 1,6 juta hektar pertahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar pertahun ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan kerusakan hutan tertinggi di dunia berdasarkan hasil penafsiran citra lansep tahun 2000 terdapat 101,73 hektar hutan dan lahan rusak diantaranya seluas 59,62 hektar berada dalam kawasan hutan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentang terhadap bencana, baik bencana kekeringan banjir maupun tanah lonsor selain itu Indonesia juga kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, sementara itu hutan Indonesia merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia hutan merupakan tempat penyediaan makanan, penyediaan obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan Indonesia menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan. Disinilah terjadi kemiskinan hutan dimana hutan tidak lagi memenuhi kebutuhan manusia, hutan Indonesia juga merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi, fungi hutan sebagai penyimpanan air juga terganggu akibat kerusakan hutan yang terus menerus akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah lonsor di musim penghujan.

Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi disbanding dnegan ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan merusak pengusaha perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalan pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintah yang korup dimana hutan dianggap sebagai sunber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah mulai sejak tahun 1960 yang dikenal dengan banjir kat dimana orang melakukan penebangan kayu secara manual. Penebangan hutan secara hutan dimulai pada tahun 1970 dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri di tahun 1990 yang melakukan tebang habis. Area hutan juga dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan pengembangan perkotaan pemerintahan Indonesia melalui kepitusan bersama departemen kehutanan dan departemen perindustrian dan perdagangan sejak tahun 2001 telah mengeluarkan larangan ekspor kayu bulat (long) dan bahan bauku serpih. Di tahun 2003 departemen kehutanan telah menurunkan jatah tebang tahunan (jumlah yang boleh ditebang oleh pengusaha hutan). Menjadi 6,8 juta meter kubik setahun dan akan diturunkan lagi di tahun 2004 5,7 juta meter kubik setahun. Selain itu pemerintah juga telah berkomitmen untuk melakukan pemberantasan ilegalogging dan juga melakukan rehabilitasi hutan melalui gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (GNRLHL) yang diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali seluas 3 juta hektar.

Untuk menghindari kerusakan hutan di Indonesia maka pemerintah harus mulai serius untuk tidak lagi mengeluarkan surat izin-izin baru pengusaha hutan pemanfaatan kayu maupun perkebunan serta melakukan penegakan hukum terhadap pengekspor kayu dan bahan baku serpih pemerintah juga melakukan uji menyeluruh terhadap kinerja industry yang bermasalah yang penting adalah mengembalikan kedaulatan rakyat dalam pengelolaan hutan karena rakyat Indonesia telah mampu mengelola hutan Indonesia. Kepunahan spesies dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau sekelelompok takson. Waktu kepunahan suatu spesies ditandai dengan matinya individu spesies itu walaupun kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi. Sebelumnya kesulitan ini dapat berujung kepada duatu fenomena yang dinamakan tap son lazarus dimana sebuah spesies dianggap telah punah tetapi muncul kembali spesies akan punah bila mereka tidak bida bertahan bila ada perubahan ekologi mereka maupun bila persaingan ketat dari makhluk lain yang lebjh kuat. Suatu spesies dinamakan punah bila anggota terakhir dari spesies ini mati, kepunahan terjadi bila tak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang dapat berkembang biak dan membentuk gemeras I suatu spesies kiga dibuat fungsional punah bila beberapa naggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak, misalnya sudah tua atau hanya ada satu jenis kelamin peningkatan jumlah spesies yang terancam ini terjadi hampri di seluruh kelompok dengan kelangkaan spesies si kawasan pulau karena memang secara ekologis kawasan benua lebih mudah terancam. Sejumlah spesies binatang mamalia seperti gajah, harimau, badak, kijang yakni bunga bangkai dan raflesia yang terdapat di pulau Sumatera ancaman kepunahan out tejadi akibat eksploitasi yang besar-besaran. Sumber daya hutan ancaman tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang melakukan penebangan liar eksploitasi sumber daya alat.

Indonesia dianggap sebagai Negara yang kawasannya memiliki tingkat keterancaman kepunahan spesies binatang sangat tinggi selain di musatara ancaman kepunahan berbagai spesies binatang juga terjadi di daerah kallimantan karena penebangan hutan eksploitasi penambangan minyak batu bara dan emas yang terpaksa dilakukan meski berada di kawasan hutan konferfasi juga menyebabkan ancaman kepunahan 15 spesies telah punah dalam 20 tahun terakhir dan 12 spesies yang dapat bertahan hidup karena dipelihara. Tiga jenis amfibi 32% dan hamper 42% penyu dan kurang beresiko punah sedangkan angka resiko punah untuk burung dan mamlia masingmasing 12% (satu diantaranya jenis mamalia). Penurunan populasi amfibi secara drastic juga menujukkan kondisi sumber daya air yang ada di bumi. Beberapa hewan yang sudah punah di zaman holuken: 1. Dodo yang berasal dari Mauritius 2. Sapi laut stel stailer terdapat di pulau Siberia 3. Burung kecil dari pulau kecil Selandia Baru Fakta yang ada seharusya menjadi peningkatan bagi kita untuk segera mengambil tindakan guna mencegah kepunahan spesies lebih lanjut. B. Studi Kasus Berdasarkan hasil terhadap kemiskinan lautan hutan dan kepunahan spesies berakibat pada: 1. Berkurangnya populasi ikan yang berkurangnya secara legal 2. Hilangnya sumber pengidupan manusia karena kerusakan hutan yang diakibatkan manusia itu sendiri 3. Hilangnya spesies kebanggaan bangsa sehingga generasi penerus bangsa tidak dapat lagi menjumpainya.

C. Pemecahan Masalah Upaya yang dilakukan adalah: 1. Mengurangi sampai jumlah fungi konsumsi ikan yang dikategorikan sebagai ikan-ikan yang ditangkap secara berlebihan. 2. Menetapkan zona karang ambil perikanan membuka peluang perjanjian yang mengikat mengenai pengoperasian kapal penangkap ikan lepas pantai. 3. Melindungi habitat yang spesifik atau spesies dari ancaman luar seperti perubahan iklim 4. Untuk menghentikan kerusakan hutan di Indonesia, maka pemerintah harus mulai serius utnuk tidak lagi mengeluarkan izin-izin baru pengusaha hutan.

Related Documents

Eris Yuliarni
May 2020 40
Eris
May 2020 16
Eris
November 2019 24
Eris Psikotes.docx
May 2020 18
Tor Eris Adminkes_2.docx
November 2019 21
Ceres Y Eris Iia
October 2019 28

More Documents from ""