EPIDEMIOLOGI Di amerika serikat terdapat 7500 kasus baru penyakit hodgkin setiap tahunnya, rasio kerapan antara laki-laki dan perempuan adalah 1,3-1,4 :1. Terdapat distribusi umur biomodal, yaitu pada usia 15-34 tahun dan usia diatas 55 tahun Berdasarkan data di Amerika Serikat, Limfoma Hodgkin memiliki prevalensi 8,2% dari keseluruhan keganasan sel limfoid, sementara Limfoma Non Hodgkin memiliki prevalensi 62,4% yang terdiri dari: 31% Diffuse Large B Cell Lymphoma, 22% Follicular lymphoma, 7,6% MALT lymphoma, 7,6% Mature T cell lymphoma, 6,7% Small lymphocytic lymphoma, 6% Mantle cell lymphoma, 2,4% Mediastinal large B cell lymphoma, 2,4% Anaplastic large cell lymphoma, 2,4% Burkitt’s lymphoma, 1,8% Nodal marginal zone lymphoma, 1,7% Precussor T lymphoblastic lymphoma, 2 1,2% Lymphoplasmacytic lymphoma, dan 7,4% lain-lain. (Longo, 2012) Angka insidensi Limfoma Non Hodgkin di Amerika Serikat pada tahun 2005-2009 pada laki-laki 23,3 per 100.000 penduduk, sementara pada perempuan 16,2 per 100.000 penduduk. (Siegel et al., 2013) Pada tahun 2009, Limfoma Non Hodgkin merupakan peringkat keempat tipe kanker penyebab kematian pada laki-laki usia 20-39 tahun di Amerika Serikat dan merupakan peringkat kelima tipe kanker penyebab kematian pada perempuan usia lebih dari sama dengan 80 tahun di Amerika Serikat. Angka kematian Limfoma Non Hodgkin di Amerika Serikat pada tahun 2005-2009 pada laki-laki 8,4 per 100.000 penduduk, sementara pada perempuan 5,2 per 100.000 penduduk. (Siegel et al., 2013) Pada tahun 2000-2009 Limfoma Non Hodgkin mengalami penurunan angka rata-rata kematian tahunan sebesar 3% yang menduduki peringkat keempat setelah chronic myeloid leukemia (8,4%), kanker gaster (3,1%), dan kanker kolorektal (3%).(Siegel et al., 2013) 3 Pada tahun 2010 Limfoma Hodgkin memiliki prevalensi 4.514 pada anak usia hingga 19 tahun, dan 30.739 pada orang usia diatas 20 tahun, dan 35.253 pada semua usia. Sementara, Limfoma Non Hodgkin memiliki prevalensi 6.442 pada anak usia hingga 19 tahun, 16.301 pada orang usia diatas 20 tahun, dan 22.743 pada semua umur. (Ward et al., 2014) Di Indonesia didapat data estimasi insidensi limfoma pada anak tahun 2005-2007 adalah 0,75 per 100.000 penduduk (SriKanDI 2007 cited in Kementerian Kesehatan RI, 2013). Lokasi tersering munculnya limfoma Non Hodgkin di Laboratorium Patologi Anatomi FK UGM tahun 1995-1997 adalah pada limfonodi sebesar 38,90% (Handriawan, 1999). Tidak didapatkan data penelitian tentang deskripsi limfoma berdasarkan diagnosis klinis. Informasi mengenai deskripsi demografi limfoma di Indonesia masih sangat sedikit. Oleh karena itu, informasi mengenai insidensi limfoma dan deskripsinya berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, asal preparat (predileksi), diagnosis klinis, dan subtipe histopatologis Sumber: Bahan Ajar IPD jilid II Jurnal UGM (etd.repository.ugm.ac.id/.../S1-2015-311765-introduction.pdf ) Diakses pada 29 agustus 2018
EPIDEMIOLOGI Salah satu subtipe limfoma non Hodgkin yang memiliki prevalensi paling tinggi adalah diffuse large B-cell lymphoma, sebesar 30- 40% kasus (dari semua kasus limfoma) ditemukan pada orang dewasa di negaranegara barat (Nogai et al., 2011; Reber et al., 2013). Angka insidensi dan prevalensi limfoma – tidak terkecuali Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL) – terus meningkat pada semua jenjang usia. Di Eropa dan Amerika Serikat, insidensi per tahun NHL diestimasi mencapai 15-20 kasus/100.000, diantaranya DLBCL bertanggung jawab atas 31% dari semua kasus NHL di negara barat dan 37% tumor sel B di dunia (Martelli et al., 2013). Di Indonesia, data mengenai epidemiologi limfoma sangat terbatas. Menurut data statistik Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais, 2006, dilaporkan bahwa NHL tergolong dalam sepuluh kanker yang paling banyak 2 terdiagnosis (Reksodiputro et al., 2011). Menurut GLOBOCAN tahun 2012, Indonesia diperkirakan memiliki insidensi NHL sebesar 12.714, dan merupakan kanker kedelapan terbanyak yang terjadi di Indonesia. Prevalensi 5 tahun NHL adalah sebesar 21.089 kasus dengan proporsi 11,7 per 100.000 penduduk. Kematian akibat limfoma non Hodgkin diperkirakan sebesar 8963 kasus yang merupakan kanker penyebab kematian terbanyak ketujuh di Indonesia dengan laju 3,7 per 100.000 penduduk. Angka insidensi NHL meningkat berbanding lurus dengan usia, terjadi paling banyak pada usia lebih dari sama dengan 75 tahun yaitu 35,7 per 100.000 penduduk. Angka mortalitas NHL juga meningkat berbanding lurus dengan pertambahan usia, yang paling besar pada usia lebih dari sama dengan 75 tahun yaitu sebesar 45,2 per 100.000 penduduk. DLBCL secara molekuler terdiri dari dua tipe utama, yaitu: activated B-cell - like DLBCL (ABC-DLBCL) dan germinal centre B-cell – like DLBCL (GCBDLBCL). Pembagian ini dihubungkan dengan tahap tertentu dalam diferensiasi sel B normal. GCB-DLBCL berasal dari sel B pusat germinal. ABC-DLBCL berasal dari sel B dengan diferensiasi yang lebih lanjut. Kedua kelompok DLBCL ini berbeda dalam hasil klinisnya sehingga diferensiasi 3 DLBCL secara molekuler bermakna secara klinis (Reber et al., 2013). Mayoritas pasien yang terdiagnosis dengan GCB-DLBCL dapat disembuhkan dengan pendekatan kombinasi antibodi anti-CD20 rituksimab serta kemoterapi siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin, dan prednison. Sedangkan, lebih dari 50% pasien dengan ABC-DLBCL akan meninggal akibat penyakitnya (Nogai et al., 2011).
Sumber: Jurnal UGM (etd.repository.ugm.ac.id/.../S1-2016-335348-introduction.pdf ) Diakses pada 29 agustus 2018
EPIDEMIOLOGI Berdasarkan data di Amerika Serikat, Limfoma Hodgkin memiliki prevalensi 8,2% dari keseluruhan keganasan sel limfoid, sementara Limfoma Non Hodgkin memiliki prevalensi 62,4%. Angka insidensi Limfoma Non Hodgkin di Amerika Serikat pada tahun 2005-2009 pada laki-laki 23,3 per 100.000 penduduk, sementara pada perempuan 16,2 per 100.000 penduduk. (Siegel et al., 2013) Pada tahun 2009, Limfoma Non Hodgkin merupakan peringkat keempat tipe kanker penyebab kematian pada lakilaki usia 20-39 tahun di Amerika Serikat dan merupakan peringkat kelima tipe kanker penyebab kematian pada perempuan usia lebih dari sama dengan 80 tahun di Amerika Serikat. Angka kematian Limfoma Non Hodgkin di Amerika Serikat pada tahun 2005-2009 pada laki-laki 8,4 per 100.000 penduduk, sementara pada perempuan 5,2 per 100.000 penduduk. (Siegel et al., 2013) Pada tahun 2000-2009 Limfoma Non Hodgkin mengalami penurunan angka rata-rata kematian tahunan sebesar 3% yang menduduki peringkat keempat setelah chronic myeloid leukemia (8,4%), kanker gaster (3,1%), dan kanker kolorektal (3%).(Siegel et al., 2013) 3 Pada tahun 2010 Limfoma Hodgkin memiliki prevalensi 4.514 pada anak usia hingga 19 tahun, dan 30.739 pada orang usia diatas 20 tahun, dan 35.253 pada semua usia. Sementara, Limfoma Non Hodgkin memiliki prevalensi 6.442 pada anak usia hingga 19 tahun, 16.301 pada orang usia diatas 20 tahun, dan 22.743 pada semua umur. (Ward et al., 2014) Di Indonesia didapat data estimasi insidensi limfoma pada anak tahun 2005-2007 adalah 0,75 per 100.000 penduduk (SriKanDI 2007 cited in Kementerian Kesehatan RI, 2013). Lokasi tersering munculnya limfoma Non Hodgkin di Laboratorium Patologi Anatomi FK UGM tahun 1995-1997 adalah pada limfonodi sebesar 38,90% (Handriawan, 1999). Tidak didapatkan data penelitian tentang deskripsi limfoma berdasarkan diagnosis klinis. Informasi mengenai deskripsi demografi limfoma di Indonesia masih sangat sedikit. Oleh karena itu, informasi mengenai insidensi limfoma dan deskripsinya berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, asal preparat (predileksi), diagnosis klinis, dan subtipe histopatologis Menurut data statistik Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais, 2006, dilaporkan bahwa NHL tergolong dalam sepuluh kanker yang paling banyak 2 terdiagnosis (Reksodiputro et al., 2011). Menurut GLOBOCAN tahun 2012, Indonesia diperkirakan memiliki insidensi NHL sebesar 12.714, dan merupakan kanker kedelapan terbanyak yang terjadi di Indonesia. Prevalensi 5 tahun NHL adalah sebesar 21.089 kasus dengan proporsi 11,7 per 100.000 penduduk. Kematian akibat limfoma non Hodgkin diperkirakan sebesar 8963 kasus yang merupakan kanker penyebab kematian terbanyak ketujuh di Indonesia dengan laju 3,7 per 100.000 penduduk. Angka insidensi NHL meningkat berbanding lurus dengan usia, terjadi paling banyak pada usia lebih dari sama dengan 75 tahun yaitu 35,7 per 100.000 penduduk. Angka mortalitas NHL juga meningkat berbanding lurus dengan pertambahan usia, yang paling besar pada usia lebih dari sama dengan 75 tahun yaitu sebesar 45,2 per 100.000 penduduk