Ep Regional Sap 13.docx

  • Uploaded by: Sintya dwiyanti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ep Regional Sap 13.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,094
  • Pages: 12
SAP 13 TEKNIK INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL

Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan Regional

DISUSUN OLEH : NI LUH PUTU EKA KRISTINANINGSIH

(1607511015)

NI KADEK SINTYA DWIYANTI

(1607511111)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Teknik Analisis Input Output dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi Regional”. Penulis berharap semoga paper ini dapat berguna bagi para mahasiswa/mahasiswi dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Kajian Pustaka dan Hipotesis. Tentu di dalam paper ini terdapat beberapa kesalahan atau kekeliruan yang tidak disengaja dan mungkin yang kurang berkenan di hati, maka dari itu sebelumnya penulis mengucapkan maaf sebesar-besarnya apabila ditemukan kesalahan dalam paper ini. Dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapat sangat membantu Penulis untuk menyempurnakan paper ini, semoga paper ini dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca. Akhir kata, Penulis ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 18 November 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................................. i Kata Pengantar ............................................................................................................ ii Daftar Isi ....................................................................................................................... iii BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1 1.2 Rumusan masalah ............................................................................................1 1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2 BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Analisis Input Output……………………. ...................................3 2.2 Asumsi dalam Penyusunan Tabel Input Output…………………….………..4 2.3 Model Input Output Dinamis………………………………………………...5 2.4 Kelemahan Analisis Input Output………………………………..…………..7 BAB III Kesimpulan 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................9 Daftar Pustaka ..............................................................................................................10

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk

memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdayasumberdaya swasta secara bertanggung jawab. Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumberdaya publik dan sektor swasta (petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi-organisasi sosial) harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain. Perencanaan pembangunan sejak masa orde lama hingga saat ini terasa kurang begitu maksimal dalam pelaksanaannya, sehingga terasa perlunya campur tangan Pemerintah dalam menciptakan pembangunan yang cepat terutama di Negara Sedang Berkembang (NSB). Pentingnya campur tangan Pemerintah, terutama dalam pembangunan daerah, dimaksudkan untuk mencegah akibat-akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai daerah yang ada.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Analisis Input Output? 1.2.2 Apa saja Asumsi dalam Penyusunan Tabel Input Output ? 1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Model Input Output Dinamis ? 1.2.4 Apa saja Kelemahan Analisis Input Output? 1.3

Tujuan

1.3.1 Mengetahui dan Memahami Pengertian Analisis Input Output. 1.3.2 Mengetahui dan Memahami Asumsi dalam Penyusunan Tabel Input Output. 1.3.3 Mengetahui dan Memahami Model Input Output Dinamis. 1.3.4 Mengetahui dan Memahami Kelemahan Analisis Input Output.

1

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Analisis Input Output Analisis Input Output (IO) adalah analisis mengenai ketergantungan di antara

berbagai sektor dan aktivitas ekonomi, baik antar sektor produksi (internal) maupun antara sektor produksi daengan sektor konsumsi akhir. Apabila terdapat perubahan dalam salah satu, beberapa atau semua komponen dalam permintaan akhir akan mengakibatkan perubahan sektor-sektor yang terkait. Perencanaan pembangunan yang tepat membutuhkan instrumen yang tepat dan memadai untuk mengolah input yang diperoleh. Salah satu pola yang digunakan oleh pemerintah untuk merencanakan kebijakan pembangunan dengan menggunakan modelmodel ekonomi pembangunan, salah satunya model input dan output. Selain pada skala nasional, model input dan output ini juga digunakan di tingkat provinsi maupun kabupaten. Hasil yang diperoleh dari model ini kemudian menjadi landasan dalam penentuan skala prioritas pembangunan. Model ini dipilih karena dianggap dapat memberikan dasar bagi analisis yang rinci dari hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian. Model yang pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontif tahun 1930 ini dipakai BPS dan masih bertahan hingga sekarang. BPS (2008) mendefenisikan Tabel Input Output sebagai suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor yang lainnya dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu, disajikan berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel Input Output menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Prinsip dasar analisis input-output ini dengan mendisagregasi semua aliran pengeluaran antara berbagai aktivitas ekonomi (sektor ekonomi), antar konsumen dan aktivitas ekonomi, antar aktivitas ekonomi dan penyediaan input dalam perekonomian (BPS, 2008; Nazara, 2011).

2

Gambar 1. Skema Dasar Tabel Input-Output (Nazara, 2011) 2.2

Asumsi dalam Penyusunan Tabel Input Output

Menurut BPS (1999) dalam Boedijanto (2003), pada suatu analisis I-O yang bersifat terbuka dan statis, transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel I-O harus memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu: 1. Asumsi Homogenitas; mensyaratkan tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antara berbagai sektor. 2. Asumsi proporsionalitas; mensyaratkan dalam proses produksi hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linear, yaitu tiap jenis input diserap oleh sektor tertentu, naik dan turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output tersebut. 3. Asumsi aditivitas; suatu asumsi yang menyebutkan efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini artinya, diluar sistem input output semua pengaruh dari luar diabaikan. Terdapat dua analisis yang digunakan dalam tabel input output, yaitu: 1.

Analisis Pengganda (Multiplier Analysis)

Dalam tabel input-output, pengganda tidak hanya menjelaskan satu besaran pengganda saja tetapi juga dapat menjelaskan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam matriks pengganda (multiplier matrix). Matriks pengganda dalam 3

tabel input-output menjelaskan perubahan yang terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada satu atau beberapa peubah eksogen. Analisis pengganda dalam tabel input-output digunakan untuk menentukan tingkat ketergantungan dari beberapa sektor ekonomi. Suatu sektor dengan koefisien pengganda yang besar mencerminkan bahwa sektor tersebut mempunyai hubungan yang kuat dengan sektor lain. Selanjutnya, Nazara (1997) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) variabel utama yang diperhatikan dalam analisis pengganda, yaitu; 

Pengganda ouput sektor-sektor produksi



Pengganda pendapatan rumah tangga (household income)



Pengganda tenaga kerja (employment).

Pengganda berdasarkan waktu dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu pengganda jangka pendek (jenis I) dan pengganda jangka panjang (jenis II). Pada pengganda jenis I, rumah tangga sebagai variabel yang bersifat exogenous, sedangkan pada pengganda jenis II rumah tangga bersifat endogenous. Pengaruh pengganda permintaan akhir/output, menjelaskan jumlah kebutuhan input langsung dan tidak langsung dari semua sektor untuk menghasilkan atau unit tambahan sektor ke-i yang dipakai untuk menghasilkan satu-satuan output. Pengganda pendapatan merupakan koefisien yang mengindikasikan pengaruh pendapatan yang dapat ditimbulkan oleh suatu sektor permintaan akhir. Sedangkan pengganda tenaga kerja merupakan jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk meningkatkan output per-unit permintaan akhir dari sektor tertentu. Bagi suatu wilayah, angka pengganda mempunyai arti yang sangat besar. Pengganda ini dapat dijadikan indikasi seberapa besar pengaruh suatu investasi yang dilakukan pada suatu sektor akan mempengaruhi perekonomian pada umumnya, melalui tenaga kerja, pendapatan, dan permintaan akhir/output. Dengan diketahuinya suatu angka pengganda, maka dapat diketahui pula besarnya pengaruh akibat pengembangan suatu sektor. 2.

Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)

Analisis keterkaitan digunakan untuk mengukur kaitan kegiatan ekonomi antar sektor dalam suatu wilayah. Ada 3 (tiga) cara untuk mengukur keterkaitan antar sektor, yaitu; 

Menghitung koefisien keterkaitan ke belakang (backward linkages effect) 4



Menghitung koefisien keterkaitan ke depan (forward linkages effect)



Menghitung jumlah transaksi tiap-tiap sektor baik menurut baris maupun

kolom Koefisien keterkaitan ke belakang menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai tinggi berarti sektor tersebut sangat penting kedudukannya terutama dalam menyediakan bahan masukan yang diperlukan oleh sektor-sektor terkait kepadanya. Koefisien keterkaitan ke belakang ini ada dua macam, yaitu; keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkages effect), dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (total backward linkages effect). Koefisien keterkaitan ke depan menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai tinggi dapat dinyatakan bahwa sektor tersebut sangat tergantung dengan sektor lain, sebagai peminta bahan masukan. Koefisien keterkaitan ke depan ini ada dua macam, yaitu; keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkages effect), dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (total forward linkages effect). Jumlah transaksi Input-Output tiap-tiap sektor dapat digunakan untuk mengukur besarnya keterkaitan sebuah sektor kepada sektor-sektor lainnya. Sektor yang memiliki transaksi yang banyak maka banyak sektor ekonomi yang terkait kepadanya. Ada dua jenis untuk menghitung jumlah transaksi, yaitu menurut baris dan kolom. Hasil jumlah baris menunjukkan banyaknya sektor yang terkait untuk menyediakan bahan masukan (input). Kemudian, hasil jumlah kolom menunjukkan sektor terkait kepada sektor tersebut dalam hubungan kegiatan memperoleh bahan masukan yang berasal dari keluaran sektor-sektor lain. Pengembangan suatu komoditas pasti akan terkait dengan sektor lain, baik keterkaitan ke belakang maupun ke depan. Dari tinjauan wilayah keterkaitan antar sektor ini sangat penting artinya, dengan melihat keterkaitan antar sektor maka akan dapat diidentifikasi adanya kebocoran wilayah. Pembangunan suatu wilayah melalui pengembangan komoditas tidak akan tercapai manakala dampak dari pengembangan wilayah tersebut tidak bisa ditangkap wilayah tersebut, artinya dampak yang ditimbulkan akibat investasi di suatu wilayah tidak dapat ditangkap oleh wilayah tersebut atau terjadi kebocoran wilayah. 2.3 Model Input Output Dinamis

5

Jay Forrester, seorang pakar yang menciptakan konsep System Dynamics (Lane dan Sterman, 2011) menekankan bahwa pada suatu kondisi yang dinamis, terdapat 4 hal penting yaitu: 1. Interaksi antara struktur fisik, aliran informasi dan proses keputusan menciptakan suatu rantai jaringan umpan balik yang menghasilkan kedinamisan suatu sistem. 2. Non linearity atau ketidaklinearan memegang peranan sentral dalam kedinamisan suatu sistem yang kompleks. Ia menegaskan bahwa sistem sosial dan ekonomi pada dasarnya adalah suatu yang non linear sehingga tidak tepat jika didekati dengan cara linear. 3. Simulasi sangat diperlukan untuk mengeksplorasi suatu sistem. 4. Sistem dinamik merupakan alat yang kuat untuk membangun pengetahuan sains dan alat yang praktis untuk meningkatkan kualitas sebuah organisasi. Ia menekankan bahwa seorang manager berfungsi sebagai seorang kapten sekaligus desainer sebuah kapal. Model ini kemudian diterapkannya untuk menyelesaikan permasalahan di bidang industri (Industrial Dynamics) dan masalah perkotaan (Urban Dynamics). Forrester menemukan bahwa banyak kebijakan perkotaan di tahun 1960-1970 di AS yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan gagal bahkan membuat kondisi semakin buruk. (Lane dan Sterman, 2011). Hal lain yang dipandang lemah menurut Nasution dkk (2000), IO analisis seringkali tidak tepat menghasilkan suatu sektor yang semula dianalisis memiliki keterkaitan yang luas dan berpotensi menumbuhkan dampak ganda bagi berbagai indikator pembangunan (dianalisis sebagai sektor yang strategis) namun di lapangan ternyata dampaknya tidak begitu luas. Hal ini disebabkan oleh adanya fenomena keterkaitan yang asimetrik dan karakteristik sektor yang bersifat price taker. Nasution juga menambahkan, pemanfaatan quadran IV pada IO Table yang masih sangat sedikit, hal ini menyebabkan pemahaman tentang keterkaitan yang bersifat kelembagaan menjadi sangat kurang. Jika ini dimaksimalkan akan dapat menghasilkan analisis yang lebih tepat. 2.4

Kelemahan Analisis Input Output

Menurut Boedijanto (2003) kelemahan, IO analisis dibandingkan model lain, diantaranya: 1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi, sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam 6

proses produksinya juga dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga input. 2. Analisis input output tidak mampu menjelaskan masalah distribusi pendapatan dalam suatu perekonomian karena dalam model itu tidak terdapat elemen yang dapat mencerminkan distribusi pendapatan. 3. Tidak mampu menjawab bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan dengan cara yang paling memungkinkan bila dihadapkan pada sumber daya tertentu. Analisis input output hanya bisa menjawab pertanyaan tentang apakah suatu daerah memiliki sumberdaya yang mencukupi untuk mencapai target yang hendak dicapai. Adanya asumsi bahwa koefisien teknis dan input konstan juga merupakan penyebab mengapa IO analisis seringkali gagal menghasilkan suatu analisis yang mencerminkan keadaan di lapangan. Meletakkan asumsi “statis” kepada sesuatu yang bersifat dinamis dapat melemahkan analisis yang dihasilkan. Berlawanan dengan IO Analisis yang bersifat statis, System Thinking berfokus pada bagaimana sesuatu yang dikaji berinteraksi dengan bagianbagian lain di dalam system – serangkaian elemen yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu tingkah laku. Itu artinya, sistem bekerja bukannya dengan mengisolasi bagian-bagian kecil yang dipelajari tapi dengan memperluas pandangannya ke interaksi yang lebih besar sehingga kesimpulan yang diperoleh jauh lebih meyakinkan dan jelas.

7

BAB III KESIMPULAN

3.1

Kesimpulan

Analisis Input Output (IO) adalah analisis mengenai ketergantungan di antara berbagai sektor dan aktivitas ekonomi, baik antar sektor produksi (internal) maupun antara sektor produksi daengan sektor konsumsi akhir. Apabila terdapat perubahan dalam salah satu, beberapa atau semua komponen dalam permintaan akhir akan mengakibatkan perubahan sektor-sektor yang terkait. Menurut BPS (1999) dalam Boedijanto (2003), pada suatu analisis I-O yang bersifat terbuka dan statis, transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel I-O harus memenuhi tiga

asumsi

dasar,

yaitu:Asumsi

Homogenitas,

Asumsi

proporsionalitas,

Asumsi

aditivitas.Terdapat dua analisis yang digunakan dalam tabel input output, yaitu:Analisis Pengganda (Multiplier Analysis), Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis). Menurut Boedijanto (2003) kelemahan, IO analisis dibandingkan model lain, diantaranya:Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) dan Analisis input output tidak mampu menjelaskan masalah distribusi pendapatan dalam suatu perekonomian

8

DAFTAR PUSTAKA

https://buanakonsultama.wordpress.com/2012/08/02/analisis-input-output/ https://prayudho.wordpress.com/2008/10/19/analisis-input-output/ https://asnelly69.wordpress.com/2014/08/08/critical-system-thinking-analisis-input-output-dankelemahan-asumsi-yang-dipakai/

9

Related Documents

Ep Sap 7.docx
June 2020 20
Ep
November 2019 73
Ep
June 2020 52
Ep
November 2019 83

More Documents from ""