ENVIRONMENT: Sengketa Perusahaan Gazprom Rusia dan Greenpeace Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik Internasional Dosen pengampu: Dewa Ayu Putu Eva Wishanti, S.IP, M.Si
Oleh: Billy Prifix H
125120401111042
Budi Prakoso
125120401111013
Dariel Eka Septian
105120407111028
Danur Ekosapto N
125120400111065
Devy Putri Hertanti
125120401111008
Dina Kurniawati
125120407111054
Dwinita Ayuningtyas
125120400111064
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berawal dari era revolusi industri, perkembangan industri yang pesat dikarenakan terus meningkatnya arus tekhnologi dan inovasi industri membuat masalah kerusakan lingkungan dan ekologi mulai muncul ke permukaan. Meskipun begitu, sampai tahun 1920 1 masalah kerusakan lingkungan ini masih menjadi masalah yang dihadapi pernegara, bukan masalah global. Barulah pada tahun 1972, setelah di Amerika Serikat terjadi beragam pergerakan yang dilakukan oleh para pelajar dan pencinta lingkungan, PBB mulai mengangkat isu mengenai kerusakan lingkungan dalam suatu konferensi (Conference on the Human Environment) yang dilaksanakan di Stockholm, Swedia. Konferensi inilah yang kemudian berhasil membentuk suatu badan baru di bawah naungan PBB yang dinamakan UNEP (United Nations Environment Programme). UNEP merupakan salah satu lembaga di bawah PBB yang menangani masalah kerusakan lingkungan. Terbentuknya UNEP menandakan bahwa isu mengenai kerusakan lingkungan dan ekologi bukanlah lagi permasalahan yang dihadapi pernegara, melainkan permasalahan global yang harus ditangani bersama – sama oleh seluruh negara di dunia. Bagaimanapun juga, isu ini tidak hanya mengancam kondisi bumi tempat manusia tinggal, secara langsung maupun tidak berdasarkan laporan dari IPCC (report of the International Panel on Climate Change) perubahan iklim dunia memberi dampak negatif yang tak terhingga terhadap kesejahteraan masyarakat dan struktur ekonomi – politik global. Seiring berjalannya waktu, permasalahan – permasalahan mengenai iklim global terus berlangsung. Baru – baru ini terdapat sengketa yang terjadi antara Rusia dengan salah satu NGO pencinta lingkungan, Greenpeace. Sengketa ini bermula dari aksi protes damai Greenpeace di perusahaan migas milik Rusia, Gazprom. Gazprom merupakan perusahaan migas milik Rusia. Gazprom memasok sekitar seperempat dari jumlah total gas yang dikonsumsi di Benua Eropa. Di antara pembeli utama gas Rusia adalah
1 Balaam, D.N & Dillman, B, 2011, “Introduction to International Political Economy hal 509
2
Jerman, Turki, Italia, dan Perancis 2 . Dalam beberapa tahun terakhir, Gazprom telah meningkatkan produksi minyak mentahnya dan pada tahun 2014 ini akan memulai memproduksi minyak mentah di lokasi pengeboran primrazlomnaya yang terdapat di laut Pechora. Anjungan minyak ini merupakan rig minyak lepas pantai pertama di lautan Arktik. Gazprom menggambarkan ladang minyak Primrazlomnaya sebagai elemen penting dalam pengembangan strategi bisnis minyaknya. Namun Tindakan tersebut oleh organisasi lingkungan Greenpeace dianggap berpotensi merusak habitat beruang kutub, anjing laut, dan sejumlah burung laut langka yang hidup di sekitar lokasi pengeboran primrazlomnaya. Hal tersebut membuat greenpeace melakukan aksi protes
damai
dengan
tujuan
berupaya
mempengaruhi
Gazprom
agar
mempertimbangkan bahaya lingkungan yang akan ditimbulkan. Namun aksi kampanye ekologi yang dilakukan oleh aktivis Greenpeace justru dianggap oleh pihak Rusia sebagai tindakan pelanggaran. Oleh sebab itu, Rusia menangkap para aktivis tersebut dan mengajukan dakwaan membuat keonaran atau hooliganisme3.
1.2.Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh keberadaan perusahaan minyak Gazprom terhadap kondisi lingkungan sekitar aktivitas pertambangan minyaknya? 2. Apa pengaruh perusahaan minyak Gazprom terhadap perekonomian Rusia?
1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan perusahaan minyak Gazprom terhadap kondisi lingkungan sekitar aktivitas pertambangan minyaknya 2. Untuk mengetahui pengaruh perusahaan minyak Gazprom terhadap perekonomian Rusia
2 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://nasional.kompas.com/read/2013/09/18/2054006/Panjat.Pengeboran.Minyak.Aktivis.Greenpeace.Ditangkap.Rusia diakses pada 23 Mei 2014 pukul 22.15 3 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://www.voaindonesia.com/content/rusia-dakwa-30-aktivis-greenpeace-denganpembajakan/1762722.html diakses pada 23 Mei 2014 pukul 22.15
3
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sejarah Singkat Meluasnya Permasalahan Lingkungan Dimulai dari abad ke 18 selama revolusi industri, ilmu, dan tekhnologi dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga kerja baru, mesin industri, dan barang – barang untuk konsumsi luas. Karl Marx 4 pada pertengahan abad sembilan belas mengeluh atas efek “satanic mills” yang tidak hanya berdampak pada tenaga kerja tetapi juga pada kondisi alam sekitarnya. Pencemaran udara, air, dan tanah telah menyebar di daerah Eropa yang salah satu faktornya adalah karena adanya perkembangan dari mesin-mesin di akhir abad kesembilanbelas.Seiring dengan berkembangnya industrialisasi, Amerika Serikat lantas menjadi salah satu negara yang melakukannya. Hal ini kemudian juga berdampak buruk bagi lingkungan dan membuat Amerika menjadi salah satu negara penghasil emisi terbesar di dunia. Pada tahun 1920, dengan terus tercemarnya lingkungan, Pemerintah Amerika Serikat dan Kanada mengagendakan isu lingkungan sebagai salah satu masalah negara yang cukup serius. Meski telah disadari sebagai isu yang cukup penting, masalah mengenai lingkungan belum dianggap menjadi permasalahan global. Hingga pada tahun 1960an, dengan banyaknya tekanan dari kaum terpelajar dan environmentalist yang menuntut adanya perbaikan lingkungan di Amerika Serikat. Ditambah lagi dengan kasus embargo minyak OPEC pada 1970an, langka dan mahalnya minyak kala itu membuat sadar seluruh negara betapa pentingnya sumber daya untuk keberlangsungan ekonomi dan industri mereka. Pada tahun 1972, akhirnya, PBB menunjukkan perannya dalam permasalahan lingkungan dengan menyelenggarakan suatu konferensi di Stockholm, Swedia. Konferensi ini membahas mengenai lingkungan dengan 109 rekomendasi yang dipakai untuk menghadapi isu lingkungan yang semakin meluas. Selain itu, konferensi ini juga sukses menghasilkan badan baru yang disebut UNEP (United Nation Environment Programme) yang bertujuan untuk membentuk forum kerjasama dan penciptaan sumber informasi untuk penelitian yang mengenai perkembangan lingkungan yang ada. Pada tahun 1980, masalah lingkungan mulai mendapat dukungan dari politisi. Presiden Jimmy Carter memandang bahwa pesatnya laju pertumbuhan penduduk dunia 4 Balaam, D.N & Dillman, B, 2011, “Introduction to International Political Economy hal 509
4
berdampak buruk bagi lingkungan global. Seakan tidak mau kalah, Thatcher dan Shevardnadze juga menyatakan bahwa isu lingkungan dapat mengancam keamanan internasional5. Melihat kondisi yang demikian, di tahun 1980, PBB menanggapinya dengan mempublikasikan sebuah laporan yang berjudul “Our Common Future”. Laporan tersebut sedikit membuat pergesaran pandangan akan hubungan antara lingkungan dan perkembangan ekonomi suatu negara. Laporan inilah yang kemudian mengarah pada ditandatanganinya Montreal Protocol pada 1987 untuk mengontrol pengipisan lapisan ozon yang mengharuskan setiap negara untuk menuranga penggunaan CFC (chlorofluorocarbon).
2.2 Perkembangan Aktor dan Perspektif EPI Dalam 300 tahun terakhir, isu lingkungan telah diangkat menjadi isu global. Terdapat beberapa aktor yang terakit dalam permasalah ini. Secara umum, aktor – aktor tersebut dapat dikategorisasikan dalam negara, NGO, Organisasi Internasional, dan perusahaan (corporate). Negara, dalam hal ini berperan dalam menanggulangi permasalahan lingkungan melalui serangkaian kebijakan yang berpengaruh terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi masing – masing. Selain negara, aktor lain dalam masalah lingkungan adalah NGO. NGO memiliki andil penting dalam masalah lingkungan, karena selain mereka dapat memengaruhi kebijakan lingkungan lokal/global, beberapa NGO bahkan memiliki budget tahunan melebihi GDP suatu negara. Diantaranya adalah World Wildlife Fund (WWF), Greenpeace International, National Geographic, Friends of the Earth, dsb. Ukuram, kohesif, keefektifan dari semua organisasi tersebut bekerja dengan caranya masing-masing. Tergantung sejauh mana penyebab kerusakan lingkungan tersebut. Untuk kategori aktor organisasi internasional, PBB memiliki peran lebih dominan dibanding OI lain dalam membahas isu lingkungan dan kebijakan. PBB memiliki agen khusus yang bekerja baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memengaruhi kebijakan lingkungan. Seperti FAO (Food and Agriculture Organization) yang mengawasi masalah kelaparan. Hubungan antara lingkungan dengan investasi menjadi perdebatan dalam WTO (World Trade Organization). Di mana bisnis juga memainkan peran dalam aktivis lingkungan. Organisasi yang membahas masalah 5 Balaam, D.N & Dillman, B, 2011, “Introduction to International Political Economy hal 510
5
lingkungan bersikeras menekan perusahaan untuk menghentikan produksi yang membawa dampak perusakan lingkungan. Di sisi lain, perusahaan juga memiliki andil dalam mengalami masalah lingkungan ini, meskipun begitu,peran mereka seringkali malah membuat masalah menjadi semakin rumit.
2.3 Fakta Tentang Pemanasan Global yang Diperdebatkan Masalah tentang Pemanasan global dan efek rumah kaca sedang mejadi isu yang hangat diperbincangkan oleh negara-negara di dunia. Bertahun-tahun lamanya para ilmuwan melakukan penelitian tentang bahaya pemanasan global yang disebabkan oleh terperangkapnya polusi udara di atmosfer bumi. Mauna Loa laboratory memperkirakan kandungan karbon dioksida dalam atmosfer bumi sudah mencapai 387 bagian per mm. meningkat 40% sejak revolusi industri dimulai, dan mencapai tingkat tertinggi sejak 650,000 tahun terakhir. Pemanasan global juga menjadi salah satu penyebab dari beberapa isu kerugian di beberapa Negara. Global Humanitarian Forum menyimpulkan pemanasan global telah menjadi penyebab dari 300,000 kasus kematian karena keracunan udara dan kerugian materil sebesar $125 triliun setiap tahun. Hasil laporan itu juga menyertakan bahwa 325 juta penduduk, terutama di Negara-negara berkembang terkena dampak langsung dari pemanasan global itu sendiri.
Climate change skeptics Beberapa ahli yang skeptis dengan perubahan iklim menyatakan bahwa tidak selalu polusi yang berasal dari industri maupun kendaraan menyumbang pemanasan global. Richard Lindzen, Profesor ilmu atmosfer dari MIT menyatakan bahwa aktifitas gunung api yang tidak biasa antara tahun 1940 sampai tahun 1975 juga turut menyumbang efek dari pemanasan global. Argument lainnya juga menyebutkan bahwa karbon dioksida tidak lebih berbahaya daripada gas penyebab efek rumah kaca lainnya karena karbon dioksida setengahnya terserap secara alami oleh samudera, tanaman hijau dan hutan.
2.4 Manajemen Global dan Climate Change Negosiasi multilateral terjadi pada tahun 1992 dengan mengangkat tema “Earth Summit” di Rio de Janeiro. Kegiatan ini dihadiri oleh 178 delegasi, 115 kepala negara dan lebih dari 1500 wakil dari NGO yang fokus mereka pada perkembangan berkelanjutan atau bagaimana cara untuk menghasilkan kekayaan dan melestarikan 6
lingkungan. Dari KTT ini menghasilkan terbentuknya sebuah dokumen yang di dalamnya termasuk deklarasi pengembangan lingkungan tetapi juga perjanjian biological diversity dan “Framework Convention on Climate Change” (FCCC) yang kemudian hal ini menjadi dasar dari protokol kyoto.
Protokol Kyoto Pada bulan Desember 1997, konferensi ketiga dari COP atau penandatangan perjanjian FCCC berlangsung di Kyoto, Jepang. Penandatanganan ini dihadiri oleh 159 negara. Pertemuan saat itu menghasilkan munculnya “Protokol Kyoto” di mana setiap negara industri wajib menurunkan emisi rumah kaca sejumlah 5,2 persen dibanding tahun1990. Tujuan utama dari Protol Kyoto itu sendiri adalah untuk mengurangi ratarata emisi dari enam gas rumah kaca yakni karbondioksida, metana, dinitrogen oksida, sulfurheksafluorida, HFC, dan PFC. Proposal yang diajukan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca adalah dengan menggunakan sistem carbon trading atau yang dikenal juga dengan istilah emissions trading. Carbon trading menggunakan skema khusus yang disebut sistem ‘cap and trade’6. Berdasarkan Protokol Kyoto, sebuah negara dapat mengalokasikan ijin emisi gas rumahkaca (cap) kepada perusahaan-perusahaan. Jika sebuah perusahaaan terbukti melakukan emisi kurang dari batasan yang diberikan, kelebihan ijin yang dimilikinya dapat diperdagangkan (‘trade’) kepada perusahaan yang mengeluarkan lebih banyak polusi. Sebaliknya, jika perusahaan gagal memenuhi target emisi, atau dengan kata lain mengeluarkan CO2 lebih banyak dari batas yang diijinkan (cap), mereka dapat membeli carbon credit dari perusahaan dengan emisi di bawah target. Sayangnya, proposal pengajuan yang ada dalam protokol ini tersendat dikarenakan beberapa negara penyumbang emisi terbesar dunia, yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Rusia, dan Kanada saling bersitegang mengenai penggunaan “carbon sink” yang memungkinkan negara seperti Amerika Serikat dan negara industri besar serupa dapat menghindari pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Ketidakmampuan Protokol Kyoto untuk mangakomodasi kepentingan negara – negara industri dan berkembang besar (seperti China dan India) membuat protokol ini seperti tidak dihiraukan oleh negara – negara industri besar. Ini dibuktikan dengan tidak
6
Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://www.investopedia.com/terms/c/cap-and-trade.asp diakses pada 23 Mei 2014 pukul
22.00
7
diratifikasinya protokol Kyoto oleh Amerika Serikat dan keluarnya Kanada dari persetujuan ini diakhir 2012.7 2.5 The run – up to Copenhagen Dalam Meeting of the Parties (MOPs) yang diadakan di Montereal, yang mana pertemuan ini fokus untuk melakukan pembentukan perjanjian yang baru dengan tujuan untuk melanjutkan Protokol Kyoto yang akan berakhir pada tahun 2012. Pertemuan ini sebelumnya diadakan di Copenhagen, Denmark. Pada pertemuan ini berlangsung dangat lambat karena negara-negara sedang dihantui dengan maraknya krisis finansial global, sehingga memberikan efek buruk terhadap keinginan negara dalam menjalankan proyek – proyek lingkungan mereka. Konferensi ini adalah konferensi ke 15 dari rangkaian konferensi UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate Change). Konferensi ke 15 ini tidak lepas dari hasil yang telah dicapai di Bali mengenai sebuah skema dalam pendanaan iklim,”Reducing emissions from deforestration and forest degradation” (REDD). Secara sederhana, konsep REDD adalah negara maju atau industri diharuskan membayar kepada negara pemilik hutan yang kebetulan adalah negara berkembang agar tidak melakukan proses penebangan hutan atau perluasan wilayah untuk dijadikan sumber daya alam (eksploitasi hutan). Dari skema REDD tersebut memperlihatkan bahwa fungsi hutan sebagai penyerap karbon harus mendapat perhatian penting terhadap kelangsungannya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa hutan juga merupakan sumber kehidupan dan mata pencaharian bagi masyarakat di negara berkembang 8 . Berikut adalah data negara-negara penyumbang emisi karbon diosida terbesar tahun 2008:9 Negara China United States Russian Federation India Japan Germany South Korea Canada United Kindom
Karbon Dioksida (mil. Tones) 6,896.5 6,371.4 1,690.3 1,419.4 1,390.6 857.9 663.6 656.2 580.9
7 Canada withdrawal on 15 December 2012 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://unfccc.int/kyoto_protocol/status_of_ratification/items/2613.php diakses pada 23 Mei 2014 pukul 22.00 8 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://www.un-redd.org diakses pada tanggal 22 Mei 2014 9 Statistical Review of World Energy, bp.com dalam Balaam, D.N & Dillman, B, 2011, “Introduction to International Political Economy hal 517
8
Sebelum perundingan perubahan iklim di Copenhagen berlangsung, tampaknya harus ada kesepekatan antar negara-negara pendukung Protokol Kyoto terutama negaranegara penyumbang emisi terbesar seperti tabel diatas untuk mereduksi emisi dunia sebesar 50% (terhitung dari awal 90an) pada tahun 2050. Hal itu dimaksudkan agar perundingan di Copenghagen dapat mencapai kesepakatan. Setelah dua minggu negosiasi yang berlangsung di Copenhagen 193 negara di dunia merumuskan pandangan mengenai pembatasan emisi dan adanya perbaikan lingkungan secara umum fokus dari protokol Copenhagen adalah sebagai berikut :
Negara maju akan mengurangi emisi dari industri mereka secara individual ataupun secara bersama – sama berdasarkan perjanjian dalam konfrensi
Negara maju akan dimonitor emisi gas buangannya tiap tahunnya dengan bantuan dari lembaga konsultasi dan analisa internasional
Negara maju akan mengumpulkan dana 100 miliar dollar pada tahun 2020 untuk membantu negara – negara miskin untuk memerangi peruhahan iklim
Dana akan digunakan untuk membantu negara – negara melestarikan hutan yang dimiliki
Peningkatan suhu secara global harus dibawah 2 derajat celcius Dari perjanjian tersebut beberapa negara tidak menyetujuinya dengan alasan bahwa 2 derajat celcius tidak akan banyak membantu negara – negara kepulauan dalam mempertahankan eksistensi negara mereka, beberapa alasan untuk menyetujui perjanjian tersebut adalah bahwa perjanjian tersebut merupakan batu pijakan awal untuk pengembangan perjanjian internasional yang lebih baik lagi mengenai lingkungan.
2.6 Solution : Green EPI? Dari beberapa perdebatan dijelaskan meskipun politik-ekonomi lingkungan terus mengalami tekanan dari sumber daya alam, akan tetapi ekonomi-politik tersebut akan terus mengalami perkembangan. Walaupun pada akhirnya dapat menyebabkan krisis global, negara dan perusahaan internasional memiliki komitmen sendiri untuk tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan. Kali ini dijelaskan akankah adanya teknologi baru dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan, sehingga lingkungan menjadi lebih stabil dan tidak terus mengalami kerusakan? Perihal ini merupakan pertanyaan yang sangat fundamental: Bagaimana beberapa aktor dapat mendamaikan nilai-nilai sosial agar pertumbuhan ekonomi dan 9
daya konsumsi dapat berjalan berimbang dengan kenyamanan lingkungan? Di sini akan dicoba dijelaskan mengenai beberapa solusi alternatif dalam menghadapi persoalan lingkungan.
a. Pembatasan Jumlah Penduduk Terdapat beberapa ahli yang mengatakan bahwasanya (over) populasi merupakan menyebabkan utama dari kerusakan di lingkungan walau dalam lingkup lokal. 10 Meskipun, sampai saat ini belum ditemukannya bukti yang cukup bahwasanya berlebihnya jumlah populasi juga merupakan penyebab dari persoalan global. Di dunia ini, pertumbuhan populasi tumbuh secara signifikan sejak perang dunia ke dua dan diduga dapat bertahan hingga tahun 2050 mendatang. Belum diketahui secara pasti dengan peningkatan jumlah penduduk maka dapat menyeimbangkan kekuatan GDP, mengingat keseimbangan perekonomian yang sulit dipahami. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara lingkungan dengan populasi, sebagaimana jumlah yang berlebihan akan memengaruhi habitat lingkungan hidup, yang mengakibatkan kelangkaan sumber daya ekonomi bahkan menyebabkan inflasi. Dengan bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk maka semakin banyak perluasan wilayah yang mengakibatkan tidak terkontrolnya berbagai aktivitas yang dilakukan manusia terhadap lingkungan sehingga berpotensi pada degradasi lingkungan atau kerusakan lingkungan. Semakin meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan proses pembangunan juga semakin cepat, yang mengakibatkan perubahan pola penggunaan lahan, sebagaimana ruang terbangun semakin mendominasi dan mendesak ruang alami untuk berubah fungsi. Fenomena ini dapat dilihat dengan semakin berkurangnya luas lahan perhutanan yang sudah dialih fungsikan sebagai lahan untuk pembangunan yang dibutuhkan oleh penduduk dan untuk berbagai kegiatan pertanian. Oleh karenanya over populasi merupakan persoalan yang sangat serius dan harus dipecahkan, meskipun sudah terdapat beberapa upaya yang dilakukan negara dalam menekan laju pertubuhan penduduk, akan tetapi, sejauh ini upaya yang dilakukan (terutama di negara miskin dan berkembang) masih belum membuahkan hasil maksimal. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai persoalan lingkungan, dibutuhkannya solusi dalam mengurangi atau pemberlakuan pembatasan jumlah penduduk guna menstabilkan regulasi perekonomian.
10
Dixon. T.H, “On the Threshold: Environmental Changes as Causes of Acute Conflict,” International
Security, 16 (Fall 1991) pp. 76-116.
10
b. Teknologi Baru Teknologi baru telah memberikan perubahan yang sangat signifikan dan merubah gaya konsumsi manusia. Perubahan yang dihasilkan dari pengaruh teknologi dapat berupa perubahan positif maupun negatif, terutama yang berdampak pada perubahan lingkungan. Adapun dampak positif yang dihasilkan dari teknologi baru ini bermula dari dampak negatif yang dihasilkan oleh teknologi pula. Bermula pada adanya sugesti bahwasanya dengan menggunakan teknologi secara berlebihan maka akan merusak lingkungan. Sehingga akan menimbulkan gagasan baru guna memerbaiki lingkungan tersebut seperti pada sedia kala. Misalnya dalam usaha penghijauan lahan, ketika kita hendak menanam pohon, tentunya kita akan dipermudah dengan adanya teknologi semacam mesin pengeruk tanah, teknologi komunikasi guna mengajak teman-teman dan masyarakat untuk turut menanam pohon juga. Teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mencari tahu bagaimana cara mananam dan merawat pohon dengan baik dan sebagainya. Adanya teknologi baru ini telah menyebabkan manusia untuk bekerja dan belajar, bahkan seharian. Sehingga biasanya menuntut manusia untuk menciptakan taman kota yang berfungsi untuk mengisi waktu-waktu senggang dan secara otomatis juga menciptakan lingkungan yang baru, taman kota. Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Prof Firmanzah PhD, “Negara yang memiliki utilisasi dan intensitas teknologi yang tinggi dapat menghasilkan output ekonomi (dan tentunya daya saing) yang lebih baik dibandingkan dengan negara yang tidak atau belum mengintregasikan teknologi,” karena teknologi hadir bukan hanya sebagai pembaharu dalam globalisasi, melainkan juga turut mendorong kemajuan peradaban, efisiensi penggunaan faktor produksi, produktivitas, dan tentu saja berkolerasi dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga tidak diherankan bahwa negara dengan kedudukan diperingkat atas yang dileluarkan oleh World Economic Forum merupakan negara dengan internsitas penggunaan teknologi dan R&D yang tinggi seperti, Finlandia, Swiss, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Taiwan dsb.
11
Negara-negara tersebut dikelompokkan sebagai innovation-driven
economies atau ekonomi bernilai tambah tinggi
11 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di www.pewarta.net diakses pada tanggal 22 Mei 2014
11
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Perusahaan Multinasional Minyak Bumi dan Gas Rusia: Gazprom Gazprom merupakan sebuah perusahaan energi global milik Rusia yang bergerak dalam bidang gas alam. Perusahaan ini diidirikan pada tahun 1989. Perusahaan Gazprom berpusat di selatan Moskow. Di puncak gedung Gazprom yang tinggi megah, menyala lambang huruf G berwarna biru, denagn gambar api dan tulisan Gazprom yang ditulis dengan aksara Rusia. Di lantai ketujuh gedung itu terdapat bagian penting perusahaan. Terkadang lantai tersebut menjadi jantung perusahaan, terkadang juga menjadi otak Gazprom. Gazprom memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia. Saat ini, Perusahaan Gazprom secara aktif melaksanakan proyek-proyek besar yang bertujuan untuk mengeksploitasi sumber daya gas di Yamal Peninsula, Arctic Shelf , Siberia Timur , serta eksplorasi dan produksi hidrokarbon proyek di luar negeri .Tahun 1989 Gazprom menjadi perusahaan sebagai kelanjutan dari kementerian gas Uni Soviet. Saat ini Gazprom merupakan perusahaan terbesar di Rusia. Bahkan sekitar bulan Juni 2008 lalu, sebelum dunia dilanda krisis keuangan global, saham Gazprom berada di urutan ketiga setelah Exxon Mobil dan General Electric. Gazprom saat ini memiliki 430 ribu karyawan dengan gaji cukup dan posisi yang aman.
3.2 Pengaruh Perusahaan Gazprom Terhadap Perekonomian Rusia Gazprom juga
mempunyai pasar di beberapa Negara Asia Pasifik seperti
Jepang, Korea Selatan, RRC dan juga di Amerika Serikat dengan penjualan mencapai 1.92 Trilyun m3 dimana 1.44 Juta m3 diantaranya adalah LNG atau gas alam cair. Selain itu juga terdapat di Eropa dengan penjualan mencapai 151 Trilyun m3 dan juga beberapa Negara CIS (Commonwealth of Independent States) dan negara Balkan dengan penjualan sebesar 66.1 Trilyun m3. Tapi pasar terbesar Gazprom terdapat di Rusia dengan angka penjualan gas sebesar 249.7 Trilyun m3. Gazprom adalah alat Rusia untuk membangun perekonomian negaranya. Mengapa demikian? Gazprom dipegang oleh 500,000 pemegang saham dan mempekerjakan sebanyak 430.000 pekerja dimana 51,002% saham mereka dipegang oleh Negara yaitu pemerintah Rusia. Dengan mereka menjadi pemegang saham dominan dalam Gazprom membuat mereka bisa dengan mudah mengendalikan arah Gazprom. Sehingga mereka bisa menggunakan Gazprom sebagai perpanjangan tangan mereka dalam bisnis migas. 12
Gazprom tercatat sebagai perusahaan dengan laba tertinggi pada tahun 2011 dengan laba mencapai $44 Trilyun diikuti Exxon mobil dengan laba mencapai $41.6 Trilyun versi majalah Forbes. Namun di tahun 2013 laba Gazprom mengalami penurunan menjadi hanya sebesar $38 Trilyun, berada di posisi ketiga dibawah Apple sebesar $41.75 Trilyun dan Exxon mobil sebesar $44.88 Trilyun. Gazprom memasok sekitar seperempat dari jumlah total gas yang dikonsumsi di Benua Eropa. Pembeli utama gas Rusia diantaranya adalah Jerman, Turki, Italia, dan Perancis. 12 Dalam beberapa tahun terakhir, Gazprom telah meningkatkan produksi minyak mentahnya dan pada tahun 2014 ini akan memulai memproduksi minyak mentah di lokasi pengeboran primrazlomnaya yang terdapat di laut Pechora. Anjungan minyak ini merupakan rig minyak lepas pantai pertama di lautan Arktik. Gazprom menggambarkan ladang minyak Primrazlomnaya sebagai elemen penting dalam pengembangan strategi bisnis minyaknya. Estonia, Finlandia, Lithuania, dan Latvia juga mengandalkan Rusia untuk memenuhi kebutuhan energinya. Sekitar seperlima dari ekspor gas Lithuania dipasok dari Rusia dan industri-industri di negara itu hampir sepenuhnya bergantung pada pasokan energi dari Rusia. Gas alam Rusia telah dialirkan ke Finlandia selama lebih dari 35 tahun. Pada tahun 1971, kontrak pertama yang ditandatangani untuk pasokan gas mencapai 1,4 miliar meter kubik per tahun. Finlandia telah menerima 111 miliar meter kubik gas secara total, termasuk 3.75 miliar meter kubik pada tahun 2012 saja.
3.3 Pengaruh Perusahaan Gazprom Terhadap Lingkungan Kelompok pribumi dari Rusia Utara, yakni penduduk Siberia yang berjumlah sekitar 250.000 orang. Ekonomi mereka dan gaya hidup tradisional secara langsung bergantung pada memancing, berburu, dan bertani sehingga pengembangan industri ekstraktif, perikanan swasta dan industri kehutanan yang buruk mempengaruhi wilayah tradisional mereka. Dengan adanya perusahaan Gazprom yang menghasilkan polutan yang dapat merusak lingkungan, beberapa diantaranya seperti merusak lahan pertanian yang digunakan masyarakat pribumi untuk bercocok tanam, dan mencemari lahan perikanan yang digunakan untuk mengolah bisnis perikanan masyarakat setempat. Dari beberapa dampak yang diberikan oleh Gazpron membuat masyarakat setempat terganggu dan bila mereka bergantung pada lahan pertaniannya dan lahan tersebut 12 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://id.reingex.com/Russian-Companies.shtml diakses pada tanggal 22 Mei 2014
13
tercemar, hal itu jelas membuat masyarakat mau tidak mau harus menghentikan kegiatan ekonomi mereka dan menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi masyarakat setempat. Selama berproduksi, Gazprom telah menghasilkan polutan dari kebocoran minyak sebesar 5 juta ton (yang kira-kira kapasitasnya sama dengan sejumlah 18,325 truk minyak) dengan kasus kebocoran minyak lebih dari 10,000 kasus per tahunnya yang dampaknya banyak sekali merusak lingkungan utamanya di lingkarArktik. Air sungai yang menghitam di sungai-sungai yang ada di Arktik, banyaknya ikan mati di Desa Kolva yang membuat para penduduk yang sebagian besar adalah Nelayan tidak dapat lagi menangkap ikan di tempat mereka, dan juga banyaknya kasus kematian satwasatwa di sekitar kutub utara seperti beruang kutub, anjing laut, ikan paus dan lain sebagainya yang membutuhkan perairan sebagai habitat hidupnya. Tapi banyak yang mati karena perairan-perairan di sekitar Arktik telah tercemar oleh tumpahan minyak yang dihasilkan oleh pengeboran minyak yang dilakukan oleh perusahaan migas. Pencemaran lingkungan akibat kegiatan produksi minyak yang dilakukan Gazprom berarti lambat laun akan merusak lingkungan biotik dan abiotik apabila tidak segera ditanggulangi. Laut akrtik yang tercemari minyak dan membuat es mencair akan mengancam kestabilan rantai makanan disana. Salah satu contoh adalah beruang kutub sebagai predator teratas. Habitat beruang kutub di laut akrtik terancam punah dan diperkirakan 60% persen dari beruang kutub di seluruh dunia akan mati dan punah pada tahun 2050.13 Hal ini dikarenakan kondisi laut tempat beruang kutub tinggal tercemari minyak yang membuat ikan-ikan makanan utama beruang kutub mati. Beruang kutub akan kesulitan mencari makanan dan pasti juga akan mati.
3.4 Tindakan yang diambil oleh Greenpeace Menurut
organisasi
lingkungan
Greenpeace,
aktivitas
yang
dilakukan
perusahaan Gazprom tersebut berpotensi merusak habitat beruang kutub, anjing laut, dan sejumlah burung laut langka yang hidup di sekitar lokasi pengeboran primrazlomnaya. Hal tersebut membuat greenpeace melakukan aksi protes damai dengan tujuan berupaya mempengaruhi Gazprom agar mempertimbangkan bahaya
13
Informasi
lebih
lanjut
dapat
dilihat
di
kehidupan_beruang_kutub_terancam_punah diakses pada tanggal 22 Mei 2014
14
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/42416-
lingkungan yang akan ditimbulkan dari aktivitasnya tersebut. 14 Aksi protes yang dilakukan greenpeace ini diawali dengan kesatuan khusus Rusia, FSB, (dahulu KGB) dengan bersenjata lengkap tiba-tiba menyerbu kapal menggunakan helikopter dan menurunkan tali. Setelah berada di atas kapal, mereka mengumpulkan para aktivis dan memerintahkan mereka menuju ruang makan dibawah todongan senjata. Disamping hal tersebut tindakan sigap yang dilakukan oleh Rusia yaitu mereka beraksi dengan cepat dan agresif menyusul penangkapan dua aktivis Greenpeace yang sebelumnya memanjat anjungan minyak Gazprom yang berbahaya di Arktik. Sekarang mereka juga ditahan bersama rekan-rekannya. Kapal Arctic Sunrise tiba di perairan Arktik bersama jutaan orang di seluruh dunia yang menentang pengeboran minyak di Arktik. Bersama-sama, greenpeace melakukan aksi protes damai menentang rencana Gazprom untuk menjadi perusahaan pertama yang melakukan pengeboran minyak di laut Arktik. Sebagai bagian dari aksi, Greenpeace Internasional membawa sebuah alat keselamatan menuju anjungan minyak Gazprom untuk melindungi aktivis dari hal-hal yang bisa membahayakan mereka seperti kanon air. Menurut laporan media Rusia, Gazprom menggambarkan benda ini sebagai ‘sesuatu yang menyerupai bom’. Alat ini berukuran 3 meter panjang x 2 meter lebar dicat dengan warna cerah dan dibuat berdasarkan hasil desain kompetisi yang diikuti oleh ribuan peserta. Alat ini menyerupai tabung busa besar. Prinsip anti kekerasan telah bersemayam di nadi organisasi Greenpeace selama lebih dari 40 tahun. Greenpeace terlibat dalam aksi protes damai untuk menyingkapkan kejahatan lingkungan, dan kami tidak akan menimbulkan ancaman keamanan. Namun demikian, hal yang sama tak dapat dikatakan tentang Pasukan Rusia, yang menembakan 11 tembakan peringatan dari kapal mereka ke arah kapal Arktik Sunrise agar mereka hendak naik ke atas kapal Greenpeace. Karena adanya kondisi cuaca yang ekstrim dan disertai dengan kurangnya pemeliharaan terhadap fasilitas yang digunakan telah mengakibatkan bocornya rembesan minyak yang berjalan lambat tapi konstan dari pipa yang retak. Selain itu terjadi juga pembakaran gas terkait (60% dari yang merupakan metana - sebuah gas rumah kaca yang kuat). Rusia membakar sekitar 40 miliar meter3 gas semacam ini setiap tahunnya.
14Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://nasional.kompas.com/read/2013/09/18/2054006/Panjat.Pengeboran.Minyak.Aktivis.Greenpeace.Ditangkap.Rusia diakses pada tanggal 22 Mei 2014
15
3.5 Respon dari Rusia Aksi kampanye ekologi yang dilakukan oleh aktivis Greenpeace justru dianggap sebagai tindakan kejahatan oleh pihak Rusia. Aparat keamanan Rusia merangsek naik ke kapal Greenpeace yang tengah menggelar aksi unjuk rasa menentang raksasa energi Rusia Gazprom.Otoritas Rusia mengatakan kelompok itu akan dikenakan dakwaan dengan pasal perompakan. Presiden Rusia mengatakan bahwa tindakan greenpeace ini jelas melanggar hukum internasional. Putin mengatakan nilai para aktivis Greenpeace ini berusaha memanjat anjungan minyak lepas pantai Gazprom yang sangat berbahaya. Oleh sebab itu, Rusia menangkap para aktivis tersebut dan mengajukan dakwaan membuat keonaran atau hooliganisme. 15 Komite penyelidikan pemerintahan Rusia mengumumkan tuntutan baru yang mana dengan tuntutan perompakan. Ke-28 aktivis Greepeace dan dua wartawan lepas itu dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena melakukan protes pada tanggal 18 september pada saat itu. Sementara hukuman maksimum bagi tuduhan melakukan tindakan ugal-ugalan adalah tujuh tahun penjara. Dari sumber yang kami dapat menyampaikan bahwa “Badan penyelidik Rusia menolak klaim Greenpeace bahwa mereka bertindak secara damai, dengan mengatakan upaya menduduki anjungan minyak adalah kejahatan. Badan itu juga memperingatkan beberapa awak kapal bisa menghadapi tuduhan tambahan karena menggunakan kekerasan terhadap pihak berwenang Rusia”. Baru setelah 3 bulan ditahan oleh otoritas Rusia, pada akhirnya Rusia resmi membatalkan kasus hukum ini dan membebaskan semua aktivis Greenpeace. 16 Pengadilan Rusia memutuskan untuk membebaskan aktivis greenpeace dengan jaminan yaitu dengan menetapkan uang jaminan bagi warga Australia Collin Russell sebesar 60 ribu dolar. Akhirnya permohonan tersebut di kabulkan padahal hari sebelumnya Russel diperintahkan untuk menjalani penahanan pra-pengadilan selama tiga bulan lagi. Ia adalah satu-satunya dari 30 aktivis yang permohonan pembebasan dengan jaminannya ditolak. Pengadilan Rusia tidak menjelaskan mengapa. Sejumlah pengadilan di St. Petersburg memberikan pembebasan dengan jaminan kepada beberapa aktivis Greenpeace lainnya. Di antara mereka adalah Peter Willcox, kapten asal Amerika dari kapal Greenpeace Arctic Sunrise, yang pada 15 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://www.voaindonesia.com/content/rusia-dakwa-30-aktivis-greenpeace-denganpembajakan/1762722.html diakses pada tanggal 22 Mei 2014 16
Informasi
lebih
lanjut
dapat
dilihat
di
http://www.voaindonesia.com/content/rusia-turunkan-tuduhan-atas-aktivis-
greenpeace/1775816.htm diakses pada tanggal 22 Mei 2014
16
tanggal 18 September mencapai satu-satunya platform produksi minyak lepas pantai Rusia di Arktik.
17
BAB IV KESIMPULAN
Isu lingkungan mulai terjadi sejak abad ke-18 ditandai dengan adanya revolusi industri. Sebagaimana teknologi dengan mesin-mesinnya telah menciptakan tenaga kerja baru yang memermudah pekerjaan manusia. Pengaruh dari teknologi ternyata memicu adanya pencemaran udara dan lingkungan yang dihasilkan hingga akhirnya menjadi suatu isu global yang perlu diperhatikan. Adapun aktor yang peduli terhadap isu lingkungan ini terus mengalami perkembangan, diantaranya dilakukan oleh negara, NGOs, Organisasi Internasional, dan Perusahaan yang peduli terhadap keamanan lingkungan. Lingkungan, disamping sebagai sumber ekonomi harus selalu dijaga dan bukan berarti mengacuhkan lingkungan dengan terus-menerus mengeksploitasi segala sumber daya yang dimiliki, karena dapat menyebabkan ketidakstabilan hidup didalamnya. Kasus sengketa antara Pemerintah Rusia, Perusahaan Migas Gazprom, dan NGO Greenpeace yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan betapa isu mengenai lingkungan tidak lebih diprioritaskan daripada isu ekonomi. Isu ekonomi bisa diartikan sebagai superstructure isu lingkungan yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan boleh dikorbankan demi mendukung kepentingan ekonomi. Perusahaan Multinasional Gazprom milik Rusia ini tetap akan mengoperasikan anjungan minyak primrazlomnaya di Laut Arktik karena menganggap bahwa ladang minyak primrazlomnaya sebagai sebuah elemen penting dalam pengembangan strategi bisnis minyaknya. 17 Padahal tindakan itu jelas akan semakin mengancam lingkungan biotik dan abiotik di laut arktik. Banyak hewan yang akan mati karena lingkungan buruk dan kestabilan rantai makanan terganggu. Kondisi ekonomi masyarakat yang tinggal disana dan bermatapencaharian sebagai nelayan juga akan terancam akibat kegiatan produksi minyak tersebut. Di sisi lain, Rusia yang sudah pasti tahu mengenai dampak lingkungan tersebut justru lebih memilih tetap mendukung kegiatan Gazprom. Keputusan Rusia pada akhirnya jelas menunjukkan bahwa pihak yang benar-benar peduli lingkungan masih merupakan pihak swasta yang independen dan kurang mampu mempengaruhi perilaku MNC maupun 17 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://nasional.kompas.com/read/2013/09/18/2054006/Panjat.Pengeboran.Minyak.Aktivis.Greenpeace.Ditangkap.Rusia diakses pada tanggal 22 Mei 2014
18
negara. Disini negara justru lebih pro terhadap MNC dan cenderung memprioritaskan isu ekonomi daripada isu lingkungan. Bagaimanapun juga isu lingkungan juga harus diperhatikan negara yang mempunyai kapabilitas lebih besar untuk menjaga lingkungan daripada organisasi independen seperti Greenpeace. Isu lingkungan juga harus diperhatikan karena bagaimanapun, kondisi lingkungan global, baik secara langsung maupun tidak, memiliki dampak terhadap keberlangsungan kehidupan sosial, politik, maupun ekonomi dunia.
DAFTAR PUSTAKA Buku Balaam, D. N & Dillman, B, 2011, “Introduction to International Political Economy. Dixon. T. H, “On the Threshold: Environmental Changes as Causes of Acute Conflict,” International Security, 16 (Fall 1991). Laman Web Online http://www.investopedia.com/ http://unfccc.int/ www.pewarta.net http://www.gazprom.com/ http://www.greenpeace.org/ http://www.dw.de/ http://indonesian.irib.ir/ http://www.voaindonesia.com/ http://nasional.kompas.com/
19