Endometriosis.geani

  • Uploaded by: Anonymous qGHYYUe
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Endometriosis.geani as PDF for free.

More details

  • Words: 1,289
  • Pages: 6
1

Endometriosis Endometriosis adalah penyakit radang tergantung estrogen yang ditandai dengan adanya kelenjar endometrium dan stroma di luar rongga uterus. Itu mempengaruhi 5–10% wanita reproduktif usia, hingga 80% wanita dengan nyeri panggul, dan 20-50% wanita dengan infertilitas,wanita mengalami gangguan kualitas hidup karena nyeri panggul kronis dan gejala klinis lainnya seperti dismenore, menorrhagia, dispareunia, disuria, dan dyschezia

Tugas 1. Patofisiologi Endometriosis Teori retrograde menstruasi Darah haid yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui mampu berimplantasi pada permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia peritoneum. kemudian merangsang angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai pada daerah yang meningkat vaskularisasinya. Pentingnya selaput mesotelium yang utuh dapat dibuktikan pada penelusuran dengan mikroskop elektron, terlihat bahwa serpih haid atau endometrium hanya menempel pada sisi epitel yang selaputnya hilang atau rusak. Lesi endometriosis terbentuk jika endometrium menempel pada selaput peritoneum. Hal ini terjadi karena pada lesi endometriosis, sel, dan jaringan terdapat protein intergin dan kadherin yang berpotensi terlibat dalam perkembangan endometriosis. Molekul perekat haid seperti (cell-adhesion molecules, CAMs) hanya ada di endometrium, dan tidak berfungsi pada lesi endometriosis, Baliknya darah haid ke peritoneum, menyebabkan kerusakan selaput mesotel sehingga memajankan matriks extraseluler dan menciptakan sisi perlekatan bagi jaringan endometrium. Jumlah haid dan komposisinya, yaitu antara jaringan kelenjar dan stroma serta sifat-sifat biologis bawaan dari endometrium sangat memegang peranan penting pada kecenderungan perkembangan endometriosis. Setelah perekatan matriks ekstraseluler, metaloperoksidasenya sendiri secara aktif memulai pembentukan ulang matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan invasi endometrium ke dalam rongga submesotel peritoneum.

2

Teori Vaskular limfatik Implantasi

endometrium

lokasi

ektopik

untuk

kemungkinan

transit

endometrium melalui limfatik sistem. Sesuai dengan ini, Sampson juga mengusulkan itu fragmen jaringan endometrium dapat melakukan perjalanan melalui sirkulasi getah bening untuk mencapai situs ektopik di mana mereka menanamkan untuk membentuk lesi endometriosis. Penyebaran limfatik teori telah disarankan untuk menjelaskan pengamatan jaringan endometrium dan endometriosis di pembuluh limfatik dan kelenjar getah bening pada beberapa wanita . (The Role of the Lymphatic System in Endometriosis: A Comprehensive Review of the Literature)

Peradangan Kronis dalam Endometriosis Jaringan endoterium menyebabkan peradangan kronis khususnya di rongga peritoneum, ovarium, dan uterus.

3

Mekanisme nyeri pada endometriosis Jaringan dan sel-sel endometrium transplantasi retrograde melekat pada permukaan peritoneal, membentuk suplai darah, menginvasi struktur di dekatnya. Mereka disusupi oleh saraf sensorik,simpatik dan parasimpatis dan mendatangkan respon inflamasi. Implan endometriotik mengeluarkan estradiol ( E2) serta prostaglandin E2, zat zat yang menarik makrofag monocyt chemotacti protein 1, peptide neurotropik nerve growth factor (NGF), enzim untuk remodeling jaringan ( matrix metalloproteinase (MMP), tissue infibitor of MMP ( TIMP) dan zat proangiogenik seperti vascular endothelial growt factor (VEGF) dan interleukin 8. Lesi ini mengeluarkan haptoglobin, yang menurunkan adhesi makrofag dan fungsi fagositosis. Lesi dan makrofag teraktivasi, yang berlimpah dalam cairan peritoneum pada wanita dengan endometriosis, juga mensekresi sitokin proinflamasi ( interlukin-1beta, - interlukin -8, interlukin-6 dan tumor necrosis factor a (TNF). Local ( dan sistemik) estradiol dapat merangsang lesi untuk memproduksi PGE2, yang dapat mengaktifkan serabut nyeri, meningkatkan invasi saraf lesi dengan merangsang produksi NGF dan neurotrophins lainnya, dan meningkatkan pertumbuhan dari nosireseptor yang berkontribusi terhadap nyeri inflamasi persistenn dan menghambat apoptosis neuron. ( International journal molecular science, Chronic Niche Inflammation in EndometriosisAssociated Infertility: Current Understanding and Future Therapeutic Strategies)

Tugas 2. Terapi medikamentosa 1. Lini pertama : NSID Analgesik ( Memblok prostaglandin) ( asam mefenamat) Lini kedua : Progestin ( androgen,dan gonadotropin melepaskan agonis hormon (GnRH) ) yang mengurangi nyeri sedang hingga berat. ( medroksirogesteronasetat) 2. Gonadotropin-releasing hormone ( GnRH) agonists 3. Shynthetic hormone ( Danazol) dengan cara menekan FSH dan LH, sehingga teriadi penghambatan steroidogenesis ovarium. 4. Aromatase inhibitor ( anastrozole) (FOGSI GOOD CLINICAL PRACTICE RECOMMENDATIONS ON ENDOMETRIOSIS) Tugas 3. Patomekanisme terjadinya infertilitas

4

Endometriosis sedang dan berat, khususnya bila telah terdapat pelekatan pada ovarium dan tuba Falopii, akan menurunkan angka kejadian fertilisasi. Hal ini terjadi karena adanya obstrusi mekanik dari ovarium dan tuba Falopii yang menyebabkan gagalnya transpor gamet ke pars ampularis tuba Falopii. Teori mengenai patofisiologi gangguan tersebut mencakup gangguan ovulasi, gangguan pematangan oosit, gangguan terhadap sperma di rahim, toksisitas embrio, abnormalitas sistem imun, dan gangguan penerimaan endometrium terhadap implantasi embrio. (International journal molecular science, Chronic Niche Inflammation in Endometriosis-Associated Infertility: Current Understanding and Future Therapeutic Strategies)

Tugas 4. Kapan kista harus di ambil ? Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni, dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Bila ukuran lebih dari 7 cm, atau kista mengalami puntiran, atau kista rupture, atau kista mengalami infeksi a. Kistektomi b. Ovarektomi c. Salpingo ovorektomi Penelitian menunjukan bahwa pada wanita menopause kista yang berukuran panjang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batar normal, aman untuk tidak dilakukan terapi, terapi bedah diperlukan pada kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada pasien dengan kista benigna. Kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak bisa diangkat dengan laparoskopi ( padjajaran bagian obstetric dan ginekologi fakultas kedokteran universitas, kista ovarium, panduan praktik klinis obstetric dan ginekologi bandung.)

Tugas 5. Perbedaan CA-125 di endometriosis dan di Neoplasma Peranan Klinis CA-125 CA-125 diketahui meningkat pada kanker ovarium. Karena CA125 dihasilkan oleh epithel coelomic, yang termasuk didalamnya adalah sel mesothel dan jaringan Mullerian, maka tumor non-epithelial secara umum tidak mengekspresikan glikoprotein ini, atau mengekspresikan namun dalam kadar yang

5

rendah. Ekspresi CA-125 pada kanker ovarium tipe epitelial (epithelial ovarian carcinoma/ EOC) bervariasi tergantung pada histotype. Hogdall dkk dengan menggunakan tissue array mendapatkan bahwa CA-125 diekspresikan pada 85% tipe serous, 65% tipe endometroid, 40% tipe clear cell, 36% undifferentiated adenocarcinoma dan hanya 12% pada tipe musinous. 17 Kadar CA-125 pada individu normal adalah < 35 IU/L. Saat ini, pemeriksaan CA-125 sudah sering digunakan dalam berbagai praktik klinis. Pemeriksaan CA-125 sebagian besar dilakukan pada pasien dengan kecurigaan kanker ovarium maupun keganasan lain. Terdapat perbedaan pola kenaikan serum CA125 pada keganasan dan non keganasan, dimana pada keganasan kadar serum CA-125 cenderung terus meningkat sementara pada non keganasan kadar CA-125 akan statis atau menurun C A-125 adalah antigen seluler terdeteksi pada banyak pasien dengan kanker ovarium, tetapi itu juga telah terdeteksi pada pasien dengan endometriosis. 1. Endometriosis : CA 125- akan statis atau menurun 2. Neoplasma : CA 125 – cenderung terus meningkat

Tugas 6. Perbedaan Metaplasia dan neoplasma Metaplasia Metaplasia adalah perubahan reversible yaitu satu jenis sel dewasa ( sel epitel atau mesenkim) digantikan oleh sel dewasa lain. Dalam adaptasi sel ini, suatu sel yang sensitive terhadap suatu stress tertentu diganti oleh sel lain yang lebih mampu bertahan terhadap lingkungan yang tidak menopang. Metaplasia diperkirakan terjadi karena sel punca (stem) deprogram kembali agar mengikuti jalur baru dan bukan perubahan fenotipe ( perubahan diferensiasi ) dari pada sel yang telah mengalami diferensiasi dari pada sel yang telah mengalami diferensiasi. Metaplasia epitel ditunjukan dengan perubahan epitel skuamosa, walaupun epitel skuamosa metaplastik mempunyai daya pertahanan hidup yang menguntungkan, beberapa mekanisme protektif menghilang, misalnya sekresi mucus dan silia pembersih terhadao benda partikel. Metaplasia epitel merupakan pedang bermata dua, akibat lain

6

pengaruh yang mnginduksi perubahan metaplastik, apabila menetap, merupakan predisposisi perubahan keganasan pada epitel. ( Kumar, Abbas ,aster. Buku ajar patologi robins edisi 9 ,2013) Neoplasma Tumor adalah jaringan baru ( neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya, tumor adalah penyakit pada gen,basis biologisnya adalah kelainan genetic. Faktor penyebab tumor menimbulkan mutasi gen pada sel tubuh hingga timbul kelainan pada morfologi, metabolism dan fungsi sel tumor yang berbeda dari sel normal. Tumor dapat dibagi menjadi dua tumor jinak dan ganas, daya tumbuh tumor jinak terbatas, biasanya tumbuh ekspansif local, laju pertumbuhannya relativ lambat, tumor jinak dapat mendesak jaringan organ sekitarnya, namun biasanya tidak berimfiltrasi merusak jaringan sekitarnya, juga tidak bermetastasis, sehingga bahayanya relative kecil. Tumor ganas sering kali tumbuh dengan pesat, bersifat invasive ( menginfiltrasi jaringan sekitarnya ) dan bermetastasis. ( Buku ajar onkologi klinis edisi 2 fakultas kedokteran Universitas Indonesia)

More Documents from "Anonymous qGHYYUe"