Endoftalmitis.docx

  • Uploaded by: yulia afriani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Endoftalmitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,721
  • Pages: 16
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis, berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di sekitarnya. Endoftalmitis di sebabkan oleh bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur ini akan masuk dengan cara eksogen dan endogen. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri atau jamur dari fokus infeksi dalam tubuh. Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian karena bila tidak segera diberikan pertolongan prognosisnya akan semakin buruk dan dapat mengakibatkan kebutaan (Ilyas, 2009).

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI Menurut Ilyas (2009), secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Endoftalmitis Eksogen Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi dan endolftalmitis post trauma. a. Endoftalmitis Post Operatif Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini : katarak, implantasi

IOL,

glaukoma,

keratoplasty,

eksisi

pterigium,

pembedahan strabismus paracentesis, pembedahan vitreus dll. b. Endoftalmitis Post Trauma Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang menimbulkan luka robek pada mata.

2. Endoftalmitis Endogen Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah. Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada : a. Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll b. Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis, pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll c. Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection, artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus

infeksinya

seperti

Streptococcus

Sp

(endokarditis),

Stapylococcus aureus (infeksi kulit) dan Bacillus (invasive prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiell. C. EPIDEMIOLOGI Endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua kasus endoftalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah meningkat. Jumlah orang yang beresiko mungkin meningkat karena penyebaran AIDS, sering menggunakan obat imunosupresif, dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya, transplantasi sumsum tulang) (Miller,2005). Kasus endoftalmitis endogen biasanya disebabkan oleh infeksi jamur (62%), infeksi bakteri biasanya lebih banyak terjadi oleh karena infeksi bakteri gram postif (33%) dibandingkan bakteri gram negatif (5%).

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari kasus endoftalmitis berasal dari endoftalmitis eksogen, yaitu terjadi oleh konsekuensi dari operasi intaokular (62%), setelah cedera terbuka/tembus pada mata (20%), dan sebagai komplikasi setelah operasi filtrasi anti-glaucoma (10%), sedangkan jumlah yang lebih kecil kasus telah dideskripsikan terjadi setelah menjalani operasi lainnya (keratoplasti, vitrectomi, implantasi lensa okular sekunder) (Vaselinovic D & Vaselinovic A, 2009). Ketika

operasi

merupakan

penyebab

timbulnya

infeksi,

endoftalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endoftalmitis postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi. Dalam keadaan normal, penghalang darah-mata memberikan ketahanan alami terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen, organisme melalui darah (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus penghalang darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat dilepaskan selama infeksi. Penghancuran jaringan intraokular mungkin disebabkan oleh invasi langsung oleh organisme dan / atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan. Endoftalmitis mungkin sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat sebagai mana-mana sebagai peradangan semua jaringan okular, mengarah ke dunia penuh eksudat purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas dunia dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen (misalnya, katarak, glaukoma, retina, keratotomi radial).

D. PATOFISIOLOGI Dalam keadaan normal, penghalang darah-mata memberikan ketahanan alami terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen, organisme melalui darah (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus penghalang darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat dilepaskan selama infeksi. Penghancuran jaringan intraokular mungkin disebabkan oleh invasi langsung oleh organisme dan / atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan. Endoftalmitis mungkin sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat sebagai mana-mana sebagai peradangan semua jaringan okular, mengarah ke dunia penuh eksudat purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas dunia dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen (misalnya, katarak, glaukoma, retina, keratotomi radial).

E. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis menurut Ilyas (2002) : 1. Subjektif : a. Fotofobia b. Nyeri pada bola mata c. Penurunan tajam penglihatan d. Nyeri kepala e. Mata terasa bengkak f. Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka. 2. Objektif Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena dan derajat infeksi/peradangan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa:

a. Udem Palpebra Superior b. reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis c. Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva d. Udem Kornea e. Kornea keruh f. keratik presipitat g. Bilik mata depan keruh h. Hipopion i. Kekeruhan vitreus j. Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang sama sekali Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis3. untuk endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang adanya riwayat segala subjektif katarak yang diderita pasien sebelumnya. F. KOMPLIKASI Komplikasi yang paling sering terjadi adalah meluasnya peradangan sehingga mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, sklera) dan badan kaca sehingga terjadilah panoftalmitis. Selain itu komplikasi lainnya dapat berupa vitreous hemoragik, endoftalmitis rekuren, ablasio retina, dan glaukoma sekunder.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang menurut Miller (2005) 1. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dalam endoftalmitis adalah pewarnaan gram dan kultur dari aqueous humour atau vitreous humour yang dilakukan oleh spesialis mata. a. Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis. b. Endoftalmitis endogen: 1) Cek darah lengkap dengan hitung jenis sel darah putih untuk mengevaluasi tanda dari infeksi. 2) Laju Endap Darah ( Erythrocyte Sedimentation Rate) : mengevaluasi adakah tanda-tanda keganasan atau infeksi kronis. Pada umumnya LED normal pada kasus endoftalmitis. 3) Kimia darah, seperti kreatinin dan kadar ureum darah untuk mengevaluasi adanya gangguan ginjal yang menjadi faktor resiko terjadinya endoftalmitis endogen. 2. Radiologi a. B-scan (USG): tentukan apakah

ada keterlibatan

peradangan

vitreous. Hal ini juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting dalam pengelolaan dan prognosis. b. Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi c. USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi. H. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan menurut Ilyas (2009) adalah sebagai berikut : 1. Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab. 2. Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara sistematik, yang digunakan untuk pengobatan semua jenis endoftalmitis.

3. Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran darah pada mata dan mencegah terjadinya sinekia. 4. Tindakan Vitrektomi. Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin yang dapat merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak antara ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat. Teknik pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang diketahui. Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan secara intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik yang sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang dapat diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadapa membran set, seperti golongan penicilin, Cephalosporin dengan antibiotik yang dapat menghambat sintesa protein dengan reseptor ribosomal, seperti golongan Chloramphenicol, Aminoglycosida.

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A.

Pengkajian 1.

Pengkajian ketajaman mata

2.

Pengkajian rasa nyeri

3.

Kesimetrisan kelopak mata

4.

Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata

5.

Warna mata

6.

Kemampuan membuka dan menutup mata

7.

Pengkajian lapang pandang

8.

Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya pembengkakan/ inflamasi

Pengkajian 1. Aktivitas / Istirahat Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan, lekas capek jika kerja dekat. 2. Neurosensorik Gangguan penglihatan (kabur), tak tahan cahaya (photophobia), tampak warna biru pada mata 3. Integritas ego Ketidakberdayaan/putus asa 4. Nyeri/kenyamanan Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri Data Fokus 1.

Nyeri (ringan sampai berat)

2.

Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata)

3.

Ketajaman pengelihatan

B.

C.

Diagnosa Keperawatan 1.

Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi

2.

Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan

3.

Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan

4.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

5.

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

6.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi Intervensi 1.

Nyeri pada mata berhubungan dengan proses peradangan dan inflamasi Dapat dihubungkan dengan : Adanya iritasi pada ujung saraf, adanya proses inflamasi. Kemungkinan dibuktikan dengan : melaporkan fotofobia, nyeri, perubahan tanda-tanda vital, gangguan pola tidur Hasil yang diharapkan : a. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol b. Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat Intervensi a. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien Rasionalisasi: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya b. Observasi TTV Rasionalisasi : Perubahan TTV merupakan indikasi nyeri yang hebat c. Beri kompres basah hangat Rasionalisasi

:

Mengurangi

nyeri,

mempercepat

penyembuhan, dan membersihkan mata d. Beri irigasi Rasionalisasi

:

untuk

mengeluarkan

asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata

sekret,

benda

e. Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri 2.

Gangguan

penglihatan

berhubungan

proses

peradangan

Dapat dihubungkan dengan : Terjadinya peradangan pada kamera interior

mata,

fotofobia,

gangguan

penerimaan

sensori.

Kemungkinan dibuktikan dengan : menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang. Hasil yang diharapkan : a.

Mengalami peningkatan pandangan

b.

Mendemonstasikan

kemampuan

maksimal

untuk

menggunakan pandangan yang ada. Intervensi: a. Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang

berbeda

tetapi,

biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur. b. Dapatkan deskripsi fungsional tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien Rasionalisasi: Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut memengaruhi perawatan c. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya Rasionalisasi:Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas.

d. Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien. Bantu klien dalam menggunakan pandangan fungsionalnya Rasionalisasi:Meningkatkan perawatan diri klien yang akan menurunkan ketergantungan klien pada perawat. 3.

Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan Tujuan : tidak terjadi gangguan citra tubuh KH : Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri Intervensi : a. Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan b. Dorong

individu

tersebut

dalam

merespon

terhadap

kekurangannya itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas c. Sadari

pengaruh

reaksi-reaksi

dari

orang

lain

atas

kekurangannya itu dan dorong membagi perasaan dengan orang lain. Rasionalisasi

:

Bila

reaksi

keluarga

bagus

dapat

meningkatkan rasa percaya diri individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain. d. Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang dimiliki 4.

Gangguan pola tidur

Dapat dihubungkan dengan : Adanya nyeri, perubahan pada sensori, perawatan yang sering. Kemungkinan dibuktikan dengan : perubahan dalam tingkah laku dan penampilan, terus menerus terjaga/tidak bisa tidur. Hasil yang diharapkan : a.

Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat

b.

Tampak atau melaporkan dapat beristirahat cukup

Intervensi : a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat Rasionalisasi: Dengan mengetahui tingkat kelelahan klien dapat memberikan intervensi yang tepat sesuai kebutuhan b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra Rasionalisasi: Dapat membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi sehingga terpenuhinya kebutuhan tidur c. Keadaan tempat tidur, bantal yang nyaman dan bersih Rasionalisai: Meningkatkan kenyamanan saat tidur d. Lakukan persiapan untuk tidur malam Rasionalisasi: Mengatur pola tidur e. Kolaborasi pemberian obat : Analgetik Rasionalisasi:

Menghilangkan

nyeri,

meningkatkan

kenyamanan dan meningkatkan istirahat 5.

Ansietas Dapat dihubungkan dengan: -

Faktor

fisiologis,

perubahan

status

kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan -

Bicara negatif tentang diri sendiri

-

Bulu mata yang cepat jatuh

Kemungkinan dibuktikan oleh : -

Ketakutan

kesehatan:

-

Menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup

Hasil yang diharapkan : a.

Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi

b.

Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah

Intervensi : a. Kaji

tingkat

ansietas.

Bantu

pasien

mengidentifikasi

keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu. R/ :Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas. b. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik R/: Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan R/ :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa control dan membantu menurunkan ansietas d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas e. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian R/: indakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan f. Beri dorongan spiritual R/: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME

g. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas h. Kolaborasi pemberian obat sedatif R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat 6.

Kurang pengetahuan Dapat dihubungkan dengan : -

Kurang/tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi

-

Kurang terpajan/mengingat

-

Kerterbatasan kognitif

Kemungkinan dibuktikan dengan : -

Tak akurat mengikuti instruksi

-

Terjadi komplikasi yang dapat dicegah

Hasil yang diharapkan : a. Menyatakan

pemahaman

kondisi/proses

penyakit

dan

pengobatan b. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan Intervensi : a. Tekankan dan beritahu klien tentang pentingnya perbaikan keadaan umum, meliputi kebersihan perorangan terutama mata dan peningkatan gizi. Rasionalisasi: Peradangan pada mata dapat timbul karena penurunan status kesehatan dan malnutrisi b. Anjurkan klien untuk tidak mengerjakan pekerjaan dekat terlalu lama Rasionalisasi: Akomodasi mata yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan pada mata

c. Anjurkan klien untuk tidak merokok Rasionalisasi: Pemajanan asap pada mata akan memperhebat iritasi pada mata d. Beritahu klien bahwa pengobatan harus dilakukan secara teratur dan tuntas Rasionalisasi:

Pengobatan yang tidak memadai akan membuat

peradangan pada mata semakin parah dan menimbulkan berbagai komplikasi D.

Evaluasi

1. Nyeri menghilang ditandai dengan klien a. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol b. Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat 2. Penglihatan klien membaik ditandai dengan a. Mengalami peningkatan pandangan b. Mendemonstasikan kemampuan maksimal untuk menggunakan pandangan yang ada 3. Tidak terjadi gangguan citra tubuh ditandai dengan a. Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri 4. Kebutuhan istirahat tidur adekuat ditandai dengan a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat b. Tampak atau melaporkan dapat beristirahat cukup 5. Ansietas terkontrol atau menghilang ditandai dengan a. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi 6. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah a. Pengetahuan klien tentang penyakit meningkat ditandai dengan b. Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan c. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan

DAFTAR PUSTAKA Ilyas, S.H., Mailangkay, T.H. (2002). Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta, CV. Sagung Seto, Ilyas, S.H. (2009). Mata merah dengan penglihatan turun mendadak..Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI. Miller, J.W. (2005). Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 18 Maret 2019 Veselinovic D and Veselinovic A. (2009). Endoftalmitis. Acta Medica Medianae.

More Documents from "yulia afriani"

Daftar Pustak1.docx
June 2020 7
Endoftalmitis.docx
June 2020 2
Buli.docx
June 2020 2
6. Rawat Inap Baru .docx
December 2019 45
Covernote(24).pdf
November 2019 55