tabel pada vertebrata, potensiallonjakan merambat dengan kecepatan yang lebih besar daripada yang diramalkan berdsarkan diameter akson. Penjelasannya akan dibahas pada akhir pasal 5.5. Lapisan melin pada akson yang tak termelinasi terutama dapat bertindak sebagai isolator listrik di antara serat-serat itu.Hal ini membatasi kemungkinan terjadinya rangsangan sebuah potensial lonjakan pada akson tetangganya. Serat-serat otot mempunyai potensial lonjakan yang serupa tetapi kekurangan sifat isolasi melinnya. Tidak seperti saraf, di dalam suatu serat dapat terjadi rangsangan yang diteruskan kepada serat-serat paralel yang lain,meskipun hal ini belum pernah didemonstrasikan.
5.5 Eksperimen Saraf yang dijepit Pengetahuan terinci tetang perubahan ionik yang menyertai rangsangan saraf dan konduksinya dihasilkan dari banyak pengukuran besar dalam eksperimen Hodgkin, Huxley, dan Katz, yang menggunakan akson raksasa ikan gurita dan ikan cumi-cumi. Dalam penelahaan ini pengaturan elektrode khusus seperti dilukiskan pada Gambar 5.6, memungkinkan untuk mengukur tegangan dan kuat arus listrik pada suatu segmen membran saraf secara terpisah. Suatu generator arus listrik luar memberikan arus antara elektrode a dan e. Beda potensial antara b dan c menghasilkan potensial membran, sedangkan beda potensial antara c dan d berbanding lurus dengan kuat arus membran. Dengan cara ini kita dapat mengukur potensial dan kuat arus membran. Kedua cara ini dapat digunakan untuk melaksanakan suatu sistem umpan-balik elektronik yang mengendalikan arus generator dengan cara seperti pembatas arus atau tegangan dengan harga yang dikehendaki oleh operator. Dengan demikian pengaturan ekperimental ini disebut suatu saraf yang terjepit. Pengaturan eksperimental ini juga dapat digunakan untuk mengikuti arus dan perubahan potensial jika ada pulsa arus. Hasil beberapa eksperimen menunjukkan bahwa apabila suatu pulsa arus negatif digunakan (yaitu, suatu pulsa arus yang arahnya sedemikian rupa sehingga mempunyai kecenderungan untuk memperbesar harga potensial istirahat), maka potensial membran bertambah dengan cepat dan kemudian berkurang secara lambat menuju harga potensial istirahatnya. Jika membran bersifat sebagai suatu elemen rangkaian pasif dengan tegangan dan arus yang tidak tergantung pada harga-harga impedansinya, maka potensial itu akan mencapai harga istirahatnya dalam waktu sekitar 8 µ detik. Jika tidak waktu itu menjadi lebih dari 1000 µ detik.
Ada dua macam hasil yang cukup berbeda, juga tidak dapat diterangkan dengan ketidaktergantungan impedansi terhadap tegangan membran, yang diperoleh apabila digunakan pulsa arus positif. Untuk pulsa-pulsa kecil, bentuk kurvanya mirip dengan yang diperoleh jika menggunakan pulsa arus negatif. Untuk pulsa-pulsa di atas suatu ambang sekitar 18pC/cm² terjadi suatu perbedaan jenis tanggapan yang menyerupai suatu potensial lonjakan (kecuali jika digunakan segmen membran yang lebih panjang). Dengan demikian potensial membran berubah sampai mencapai harga keseimbangan baru yang ditentukan oleh membran itu sendiri, tetapi dengan laju yang berkaitan dengan besar pulsa arus yang digunakan. Untuk memperlajari sifat membran secara terinci, tegangan pada membran itu diubah – ubah secara cepat dan dijepit pada suatu harga sederetan harga tegangan baru sambil memantau arus yang terjadi. Kurva-kurva khas yang menunjukkan resultan arus apabila tegangan membran diperbesar (A) dan diperkecil (B) dengan 65 mV ditunjukkan oleh Gambar 5.7. Kurva-kurva itu menunjukkan bahwa arus tetap (steady-state) yang diperlukan untuk mempertahankan potensial membran yang diturunkan (A) adalah jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang diperlukan untuk potensial membran yang dinaikkan (B). Bahkan hasilnya lebih mengesankan untuk suatu rentang perubahaan, perubahan arus awal berlawanan arah dengan hasil yang diharapkan dari setiap sistem pasif.
Dengan melenyapkan Na⁺ dan medium luar dan menggantikan dengan ion organik yang tidak dapat menembus membran akson saraf, maka dapat ditunjukkan bahwa arus awal itu disebabkan oleh mengalirnya ion nantrium lintas membran. Hal ini merupakan suatu contoh gejala umum, yang disebut potensial membran Donnan, dibahas pada Bab 24. Karena akson relatif tidak permeabel terhadap Na⁺, potensial natrium itu cukup berbeda dengan dengan potensial istirahat membran, kenyataannya berlawanan tanda. Pada awal pengaturan sampai suatu harga potensial membran, permeabilitas natrium bertambah dengan cepat, sehingga terjadi arus masuk seperti ditunjukkan oelh lonjakan awal pada Gambar 5.7. Secara simbolis hal inidinyatakan sebagai berikut, dengan menggunakan V untuk perubahan potensial istirahat lintas membran dan VNa untuk beda potensial natirum terhadap potensial lintas membran : JNa = gNa ( V – VNa ) Dengan JNa adalah kerapatan arus yang disebabkan oleh natrium dan gNa adalah konduktansi luas natrium. Eksperimen pada paragraf terdahulu menunjukkan ketergantungan waktu dan tegangan bagi gNa. Persamaan serupa untuk kalium (diberi indeks K) dan semua ion lain (diberi indeks L untuk kebocoran) dapat juga ditulis sebagai JK = gK ( V – VK) JL = gL ( V – VL) Konduktansi kebocoran dianggap konstan, tetapi gK berubah terhadap V dan waktu. Persamaan ini dapat diikhtisarkan dengan model listrik pada Gambar 8.8, dengan E digunakan untuk beda
potensial mutlaj pada membran. Dengan catatan, sebagai pengganti g pada gambar ini digunakan kebalikannya yakni R, resistansi luas.
Ketergantungan gK dan gNa terhadap waktu dapat dinyatakan dengan lima buah persamaan berikut; gK = gKn4 𝑑𝑛 𝑑𝑡
= αn – (αn + βn)n
gNa = gNam3h 𝑑𝑚 𝑑𝑡 𝑑ℎ 𝑑𝑡
0
(5-1) (5-2)
0<m<1
(5-3)
= αm – (αm + βm )m
(5-4)
= αn – (αn + βn)h
(5-5)
Fungsi n, m, dan h didefinisika dengan persamaan diferensial ini. Persamaan-persamaan ini, dengan data pada Tabel 5-2, merangkum semua data yang diperoleh. Secara kualitatif persamaan ini meramalkan tiga jenis peristiwa yang mengikuti pengurangan polarisasi membran Pertama, permeabilitas selaput Na+ bertambah, meskipun telah tertunda beberapa lama. Kedua, Permeabilitas K+ bertambah. Akhirnya, permeabilitas membran terhadap Na+ berkurang, tetapi tidak mencapai harga awalnya.
Tabel 5-2
A. Bentuk fungsi konstante persamaan diferensial Hodgkin dan Huxley αn =
(0.01)(𝑉+10) 𝑒 (𝑉+10)/30 −1 𝑉/80
βn = 0.125 αm
(0.1)(𝑉+25) =
αh = 0.07𝑒 𝑉/20
𝑒 (𝑉+25)/10 −1
βm = 4𝑒 𝑉/18
βh = (𝑒 (𝑉+30)/10 + 1)−1
Satuan V adalah milivolt. B. Harga – harga inikesemuanya pada 6oC. Semua konstante bertambah sekitar tiga kali lipat untuk kenaikan suhu 10o. C. Adalah meragukan apakah bentuk fungsi α dan β memiliki makna teoritis. D. Bentuk alternatif, Jika potensial membran diubah dari Vo ke V untuk t = 0, maka persamaan (5-2), (5-4), dan (5-5) mempunyai penyelesaian n = 𝑛∞ - (𝑛∞ - 𝑛𝑜 ) 𝑒 −𝑡/𝜏𝑛 m = 𝑚∞ - (𝑚∞ - 𝑚𝑜 ) 𝑒 −𝑡/𝜏𝑚 h = ℎ∞ - (ℎ∞ - ℎ𝑜 ) 𝑒 −𝑡/𝜏ℎ Dalam hal ini, konstante – konstante ditentukan sebagai 𝑛∞ = ∝
∝𝑛
𝑚∞ = ∝
𝑛 + 𝛽𝑛
𝜏𝑛 = (𝛼𝑛 + 𝛽𝑛 )−1
∝𝑚
ℎ∞ = ∝
𝑚 + 𝛽𝑚
𝜏𝑛 = (𝛼𝑛 + 𝛽𝑛 )−1
∝ℎ ℎ + 𝛽ℎ
𝜏𝑛 = (𝛼𝑛 + 𝛽𝑛 )−1
Meskipun Persamaan (5 ̶ 1) sampai (5 ̶ 2) tidak mempunyai manfaat lanjut, namun keberhasilannya dalam mengurangi data akan menjamin ketercukupannya dalam buku ini. Akan tetapi, perluasaan terhadap penggunaan alasan di atas dapat digunakan untuk meramalkan perilaku akson dalam mengkonduksikan pulsa. Untuk mendemonstrasikan hal ini, perhatikan arus dan potensial seperti dilukiskan dalam Gambar 5.9, dengan catatan bahwa lambang 1 menunjukkan keadaan diluar membran dan lambang 2 di dalam membran. Berdasarkan hukum Ohm, dengan menggunakan r untuk resistensi per satuan panjang, maka : r1I1 = -
𝜕𝑉1 𝜕𝑥
dan
r2I2 = -
𝜕𝑉2 𝜕𝑥
Arus luar dan dalam hanya dapat diubah dengan arus lintas membran I per satuan panjang; sehingga.
I=
𝜕𝐼1 𝜕𝑥
=-
𝜕𝐼2 𝜕𝑥
Demikian juga potensial lintas membran V diberikan oleh V = V2 – V1
Dengan mengkombinasikan kelima hubungan terdahulu, diperoleh persamaan 1
𝜕2 𝑉
1 +𝑟2
𝜕𝑥 2
I=𝑟
Dengan mengubahnya menjadi arus J per satuan luas membran, resistivitas R; dan dengan catatan bahwa 𝑟1 > 𝑟2 Dan a adalah radius akson, maka 𝜕2 𝑉
𝑎
J = 2𝑅′
2
𝜕𝑥 2
Dengen menggabungan definisi terdahulu,Persamaan (5 ̶ 1), dan Persamaan (5 ̶ 3 ), maka diperoleh persamaan 𝑎
𝜕2 𝑉
2𝑅 ′
𝜕𝑥 2
2
= 𝐶𝑚
𝜕𝑉 𝜕𝑡
+ 𝑔̅𝐾 𝑛4 (V-𝑉𝐾 ) +𝑔̅𝑁𝑎 𝑚3 ℎ(𝑉 − 𝑉𝑁𝑎 ) + 𝑔𝐿 (𝑉 − 𝑉𝐿 )
(5̶ 6)
Sekarang Persamaan ( 5 ̶ 2 ), ( 5 ̶ 4 ), ( 5 ̶ 5 ), dan ( 5 ̶ 6 ) membentuk seperangkat persamaan simultan yang dapat dipecahkan untuk memperoleh fungsi V(x,t). Akan tetapi masih diperlukan untuk tambahan.Untuk ini dianggap bahwa V untuk pada suatu persamaan gelombang, dengan kecepatan gelombang 𝜃 ∶ 𝜕2 𝑉 𝜕𝑡 2
𝜕2 𝑉
= 𝜃 2 𝜕𝑥 2
( 5 ̶ 7)
Hanya untuk 𝜃 dalam rentang yang sangat sempit, maka keseluruhan perangkat persamaan itu dapat menghadilkan penyelesaian yang berhingga. Kesesuaian antara harga 𝜃 yang terhitung secara eksperimen dan hasil perkiraan yang diperoleh dari persamaan terdahulu cenderung untuk
memperkuat keyakinan bahwa meskipun bentuk Persamaan ( 5 ̶ 1) sampai ( 5 ̶ 6 ) sebarang, namun mereka sudah dapat menyajikan gejala yang terjadi pada membran akson ikan cumi – cumi. Pandangan ini memperkuat lagi kesesuaian antara bentuk potensial aksi hasil simulasi komputer dan hasil pengamatan langsung. Perubahan ionik yang menyebabkan terjadinya konduksi potensial lonjakan secara ditunjukkan dalam Gambar 5.10. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan ionik dibarengi dengan metabolisme. Perubahan selama perjalanan potensial lonjakan dibagi menjadi duam yaitu fase regenerasi dan fase pemulihan.
Untuk saraf tereliminasi,laju konduksinya lebih cepat daripada dengan mekanisme seperti yang dijelaskan di atas. Hal ini diterangkan dengan konduksi, seperti dalam kabel pasif di antara simpul-simpul Ranvier. Kabel yang demikian ini dapat mengkonduksi jauh lebih cepat tetapi akan menghasilkan atenuasi dengan faktor 2 pada puncak amplitudonya. Akibatnya, potensial aksi harus diregeneasikan pada tiap simpul yang berurutan. Penjelasan umum tentang perubahan ionik dan listrik dalam konduksi neron ini tampak telah teruji kebenarannya. Akan tetapi hal ini masih banyak meninggalkan pertanyaanpertanyaan yang tidak dapat dijawab, seperti alasan yang mendasari Persamaan-persamaan ( 5 ̶ 2), (5 ̶ 4), dan ( 5 ̶ 5 ). Demikian pulaketerlibatan Ca2+ dan ion-ion lain masih diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap. Biarpun demikian, eksperimen saraf yang terjepit telah membuka tabir rahasia banyak sekali tentang perubahan ionik secara terinci yang menyebabkan konduksi informasi saraf.
5.6 Konduksi Sinaptik Informasi di sepanjang akson ditransmisikan dalam bentuk potensial lonjakan. Transmisi potensial lonjakan ini dipertahankan pada ketinggian konstan oleh pemberian ulang dan penguatan, baik secara terus-menerus maupun hanya pada simpul-simpul tertentu saja. Jadi ada
dua cara memberi lambang untuk tata-cara transmisi potensial lonjakan. Dengan kata lain, semua informasi saraf diisyaratkan sebagai digit biner (lihat Bab 25). Akson mentransmisikan informasi ke kedua arah sama baiknya, tetapi pada binatang utuh dugunakan untuk satu arah saja. Pembatasan ini dipengaruhi oleh sinaps antarakson dan oleh persinggungsn tempat sambungannya dengan reseptor sensor. Pembatasan serupa terjadi juga di dalam serat-serat otot yang menkondukasikan potensial lonjakan ke kedua arah tetapi bagi binatang hidup hanya di stimulasi pada tempat persinggungan tempat sambungan antar terminal saraf dan otot. Pada titik ini, serat otot mempunyai struktur khas yang disebut lempeng ujung (end plate). Persinggungan otot-saraf adalah homolog dengan sinaps antar neron; banyak pengetahuan kita tentang konduksi sinaptik saraf didasarkan atas penelahaan persinggungan ototsaraf. Akibatnya maka tafsiran konduksi sinaptik di dalam pasal ini mencakup transmisi potensial lonjakan dari saraf keotot. Kedua macam ragam konduksi sinaptik ini terjadi secara listrik dan kimia. Hal ini dilukiskan dalam Gambar 5.11. Konduksi listriksangat jarang terjadi; hal ini telah didemonstrasikan secara meyakinkan dengan menggunakan sinaps raksasa di dalam ikan gurita. Pada sinaps ini impuls berjalan dari suatu akson ke akson lain secara listik tanpa penundaan waktu. Konduksi hanya dapat terjadi dalamsatu arah saja. Akan tetapi sinaps raksasa pada ikan cumi-cumi, terbukti mengalami penundaan waktu dan tanpa ada pemindahan muatan listik. Konduksi pada sinaps raksasa ikan cumi-cumi, seperti juga pada semua sinaps vertebrata yang telah ditelaah, diperantarai oleh suatu zat kimia khusus. Tidak ada alasan yang meyakinkan bahwa zat kimia yang sama terlibat pada kekurangmampuan semua sinaps untuk memindahkan muatan listrik secara langsung. Sebaliknya, ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa zat-zat yang berbeda bekerja pada sinaps yang berbeda. Kebanyakan terminal serat saraf adalah begitu kecilnya sehinggs tidak memungkinkan mengamati secara langsung untuk menentukan zat transmiternya. Hasilnya, ternyata hanya sedikit sekali zat kimia yangdiperlukan untuk transmisi. Pada persinggungan ototsaraf di dalam vertebrata terdapat sekitar 10−18 mol zat transmiter asetilkolin (ACh) untuk memproduksi satu potensial lonjakan. Di dalam sistem saraf pusat dan gangia autonomik, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa asam gama amino butirat dan katekolamin seperti norepinefrin, bertindak sebagai transmiter sinaptik.
Di dalam transmisi kimia, transmiter seperti ACh dilepaskan apabila suatu potensial lonjakan mencapai terminal serat saraf yang sesuai. Kemudian menyebar pada sinaps. Jarak sekitar 1 - 2 𝜇m, dan difusi terjadi selama 1-2 ms. Zat pendifusi ini kemudian diserap pada terminalpenerima atau lempeng ujung motor, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan permeabilitas ionik selaput. Pada akhirnya molekul-molekul yang diserap itu dirusak secara enzimatik. Eksperimen dengan menggunakan lempeng ujung motor telah menunjukkan bahwa ACh tidak menghasilkan depolarisasi membran, sempit, dan dibatasi secara khusus oleh permukaan luar lempeng ujung motor yang paling dekat dengan ujung-ujung saraf. Permukaan luar ini dapat dianggap sebagai reseptor kimia. Lebih jauh, penelaahan ini menunjukkan bahwa ACh tidak menghasilkan depolarisasi membran, tetapi menambah permeabilitasnya terhadap semua kation kecil seperti Li+, Na+, dan K+. Akhirnya ACh itu dirusak oleh suatu katalis protein khusus, asetilkolinersterase, yang terdapat pada lempeng ujung. Tanggapan yang melalui sinaps adalah suatu tanggapan lokal. Potensial lonjakan dapat berasal dari sini, seperti halnya pada serat serat otot vertebrata dan sinaps raksasa pada ikan cumi-cumi. Sebaliknya di dalam suatu neron sensor (yang aksonnya menuju ke tubuh sel) potensial lonjakan terbentuk di ujung jauh akson, yaitu tempat beberapa terminal serat saraf bergabung menjadi satu. Di dalam neron motor, yaitu tempat tanggapan lokal yang terjadi di
dalam dendrit, potensial lonjakan yang ditransmisikan itu terbentuk pada atau setelah tubuh sel saraf. Satu potensial lonjakan pada suatu serat prasinaptik dapat merangsang sebuah potensial lonjakan pada serat pascasinaptik. Dalam beberapa hal, satu potensial lonjakan di setiap serat prasinaptik yang berbeda-beda dapat merangsang sebuah potensial lonjakan pada suatu serat pascasinaptik tertentu. Pada sinaps yang lain, sebuah potensial lonjakan pada suatu serat parasinaptik akan menghasilkan sebuah tanggapan subambang saja. Dalam hal ini terdapat kemungkinan tejadinya penjumlahan tanggapan subambang dari beberapa sinaps untuk menghasilkan sebuah potensial lonjakan. Dengan demikian, neron dapat bersikap sebagai suatu penjumlah. Demikian juga, dua,tiga atau lebih tanggapan lokal dalam waktu yang singkat diperlukan untuk menghasilkan sebuah impuls yang ditransmisikan. Dengan demikian sinaps bertindak sebagai suatu “pembagi”. Jika beberapa terminal satu sinaps sel neron dengan waktu yang berbeda-beda tertunda pada neron kedua yang sama, maka potensial lonjakan asalnya dapat “digandakan”. Demikian juga, neron dapat mengurangi. Hal ini dimungkinkan karena tidak semua membran pascasinaptik itu serupa. Misalnya, ACh menghasilkan sebuah potensial lonjakan pada lempeng ujung motor tetapi menghalangi otot jantung. (Efek menghalangi ACh yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf vagus di dalam jantung ini diteruskan kembali ke asalnya). Pada persinggungan penghalang, zat transmiter memperbesar permeabilitasnya terhadap K+ dan kation yang lebih besar tetapi tidak mengubah permeabilitasnya terhadap Na+ atau Li+. Hasil netonya adalah suatu perubahan potensial lintas membran dan suatu kenaikan tanggapan lokal yang diperlukan pada sinaps lain untuk memulai mentransmisikan sebuah potensial lonjakan. Secara efektif, hal ini menghasilkan pengurangan impuls dari dua macam neron yang datang. Jadi di dalam sinaps, proses-proses aritmetik seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dapat terjadi. Karena tanggapan lokalitu menunjukkan pola waktu yang kompleks, maka operasi kalkulus integrasi dan diferensial dapat juga dilakukan. Akan tetapi, neron-neron ini tidak sesederhana rangkaian elektronik, dan bermacam-macam proses numeriknya juga jauh lebih rumit. Keadaan ini secara matemtik dapat dikatakan bahwa sistem itu nonlinear. Misalnya, sebuah sinaps pembagi, jikadikenai tiga buah impuls,hanya dapat mentransmisika sebuah; tetapi jika 7 mungkin dapat mentransisikan dua potensial lonjakan, dan jika 14 atau lebih mungkin baru dapat mentransmisikan tiga buah potensial lonjakan. Lagi pula, konduksi sinaptik berubah oleh adanya fraktuasi potensial lambat yang cukup kecil jika dibandingkan denganpotensial membran, dan oleh perubahan ionik yang terdapat di dalam fluida intraselular. Di samping efek langsung K+ dan Na+, maka Ca2+ dan Mg2+, terutama perbandingannya, dapat mengubah konduksi sinaptik. Pada persinggungan otot-saraf telah ditunjukkan bahwa ACh dilepaskan dalam bentuk paket-paket yang besarnya dalam orde 1000molekul yang berasal dari saluran-saluran kecil di ujung-ujung saraf. Probabilitas suatu paket untuk masuk kedalam fluida interselular merupakan fungsi perbandingan Ca2+/Mg2+. Ikhtisar pasal ini adalah bahwa biasanya konduksi lintas sinaps terjadi dalam satu arah saja.Konduksi ini dapat diperantarai oleh konduksi muatan listrik atau oleh transmiter kimia
khusus. Hal yang terakhir ini mengubah permeabilitas permukaan neron kedua (atau serat otot) di tempat-tempat tertentu pada reseptor. Hal ini dapat menghasilkan rangsangan atau rintangan, tergantung pada reseptor dan mungkin juga pada sifat transmiter kimianya, Semua perlakuan aritmetik dan kalkulus dapat dilakukan pada sinaps-sinaps yang terdapat diantara neron-neron itu. Periaku ini serupa dengan komputer digital tetapi jauh lebih kompleks.
5.7 Ikhtisar Bab ini dimulai dengan perkenalan sistem saraf dan unit struktural dasarnya, yaitu neron. Perkenalan pada pasal-pasallain berisi tinjauan ulang tentang terminologi pada potensial listrik pada selaput aksonm yang merupakan susunan perpanjangan neron. Saraf mentransmisikan informasi dalam bentuk perubahan-perubahan tidak tetap (transient) pada potensial listik lalu lintas membran akson. Teknik fisis telah digunakan untuk mengamati perubahan karakteristik ini, mengukur laju transmisinya, dan untuk mengaitkannya pada perubahan permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan K+. Kondisi dari suatu neron keneron yang lain biasanya dilaksanakan oleh zat transmiter kimia yang merambat melalui celah-celah kecil antarsinaps. Aspek biofisika lain tentang kegiatan saraf akan dibahas pada tiga bab berikut. ACUAN 1. 2. 3. 4. 5.
Maximo, A.A, William Bloom, and D.W. Gawcett, A. Textbook of Histology, 9th ed. (Philadelphia : W.B. Saunders2Company, 1968), 858 pages. Ray, C.D., ed,. Medical Engineering (Chicago : Year Book Medical Publishers, 1974), 1256 pages. Best, C.H., and N.H. Taylor, The Physiological Basis of Medical Practice, 9th ed. (Baltimore, Md : The Williams & Wilkins Company, 1973) Grundfest, H., “Mechanism and Biochemistry, E.S. G. Barron, ed. (New York : Academic Press, Inc., 1952), pp. 193-228. Stevens, S.S.,ed., Handbook of Experimental Psychology ( New York : John Wiley & Sons, Inc., 1951) (a) Brink, Frank, Jr, “ Excitation and Conduction in the Neuron”, pp. 50-93. (b) Brink, Frank, Jr, “Synaptic Mechanisms”, pp. 94-120.