Ekonomi Perbankan Syariah.docx

  • Uploaded by: dedek syahputra
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ekonomi Perbankan Syariah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,317
  • Pages: 18
Mata Kuliah

Dosen Pengampu

Ekonomi & Perbankan Syariah

Diana Sri Dewi, SE,M.Si

TUGAS KELOMPOK IDENTIFIKASI TRANSAKSI YANG DILARANG

DI SUSUN OLEH: Dedek Syahputra Sofiandro Wariadi Sinaga Wahyudi Prabowo Kelas : 2 B4

JURUSAN MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU PEKANBARU 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah IDENTIFIKASI YANG DILARANG tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii BAB I ............................................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1 1.1

Latar Belakang ............................................................................................................................ 1

2.1

Rumusan masalah ....................................................................................................................... 1

3.1

Tujuan .......................................................................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3 2.1

Penyebab Terlarangnya Sebuah Transaksi .............................................................................. 3

2.2

Transaksi Yang Termasuk Melanggar Prinsip ........................................................................ 3

BAB III ....................................................................................................................................................... 13 PENUTUP .................................................................................................................................................. 13 3.1

Kesimpulan ................................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang

Pada zaman yang modern ini, tidak jarang kita melakukan transaksi setiap harinya. Karena kita makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka sering kali kita melakukan transaksi. Contohnya ketika kita berangkat kuliah, kita naik kendaraan umum lalu membayarnya. Hal tersebut merupakan salah satu contoh transaksi. Atau kita naik kendaraan pribadi lalu mengisi bahan bakar, kemudian kita membayar dengan uang dan mendapatkan bahan bakar. Hal tersebut juga merupakan transaksi. Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali yang ada ketentuan berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Ini berarti ketika suatu transaksi baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dianggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Quran dan Hadis yang melarangnya, baik secara eksplisit maupun implicit. Dengan demikian, dalam bidang muamalah, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan. Faktor-faktor penyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah sbb; 1.

Haram zatnya (haram li dzatihi)

2.

Haram selain zatnya (haram li ghairihi)

3.

Tidak sah (lengkap) akadnya

2.1

1. 2. 3. 4.

Rumusan masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah: Apa penyebab terlarangnya sebuah transaksi? Apa saja transaksi yang termasuk melanggar Prinsip ”An Taradin Minkum dan la tazhlituzhlamun”? Apa saja transaksi yang dilarang karena tidak sah akadnya? Apa ayat al quran beserta tafsirnya dan hadist mengenai transaksi yang diharamkan dalam Islam?

1

3.1

Tujuan Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. 2. 3. 4.

Mengetahui penyebab terlarangnya sebuah transaksi. Mengetahui apa saja transaksi yang termasuk melanggar prinsip ”an taradin minkum dan la tazhlim tuzhlamun”. Mengetahui apa saja transaksi yang dilarang karena tidak sah akadnya. Mengetahui ayat al quran beserta tafsirnya dan hadist mengenai transaksi yang diharamkan dalam Islam.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Penyebab Terlarangnya Sebuah Transaksi

Suatu transaksi dilarang karena (objek/atau jasa) yang ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, dan sebagainya. Dalam hal ini, transaksi jual beli minuman keras adalah haram, walaupun akad jual beli nya sah.dengan demikian, bila ada nasabah yang mengajukan pembiayaan pembelian minuman keras kepada bank dengan menggunakan akad mudharabah, maka walaupun akadnya sah tetapi transaksi ini haram karena objek transaksinya haram (Hakim, 2012, hlm. 86).

2.2

Transaksi Yang Termasuk Melanggar Prinsip

1.

Haram Zatnya ( haram li dzatihi )

Suatu transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan merupakan objek yang dilarang (haram) dalam hukum agama Islam. a.

Tadlis (Penipuan)

Seperti yang kita ketahui, kondisi ideal sebuah pasar adalah apabila penjual dan pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang yang akan di perjualbelikan. Apabila salah satu pihak tidak mempunyai informasi seperti yang dimiliki oleh pihak lain, maka salah satu pihak akan merasa dirugikan dan terjadi kecurangan/ penipuan. (Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2012, hlm. 162) Allah dengan tegas melarang semua transaksi yang mengandung unsur penipuan dalam segala bentuk terhdapa pihak lain. Seperti dalam Al-Quran surat Al-An’aam ayat 152, yang artinya : “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak akan memikul beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya.”Untuk menghindari penipuan, masing-masing pihak harus mempelajari strategi pihak lain. Dalam ekonomi konvensional hal ini dikenal dengan game theory. Macam-macam Tadlis : 

Tadlis dalam Kuantitas 3

Tadlis dalam Kuantitas termasuk juga kegiatan menjual barang kuantitas sedikit dengan harga barang kuantitas banyak. Contoh nya penjual yang mengurangi takaran (timbangan) barang yang dijualnya. 

Tadlis dalam Kualitas

Tadlis dalam Kualitas termasuk juga menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang buruk yang tidak sesuai dengan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Contoh tadlis dalam kualitas adalah pasar penjualan komputer bekas. Pedagang menjual komputer bekas dengan kualifikasi pentium III dalam kondisi 80% baik, dengan harga Rp. 3.000.000,00. Pada kenyataannya, tidak semua penjual menjual komputer bekas dengan kualifikasi yang sama. Sebagian penjual menjual komputer dengankualifikasi yang lebih rendah, tetapi menjualnya dengan harga yang sama, yaitu Rp. 3.000.000,00. Pembeli tidak dapat membedakan mana komputer dengan kualifikasi rendah mana komputer dengan kualifikasi yang lebih tinggi, hanyapenjual saja yang mengetahui dengan pasti kualifikasi komputer yang dijualnya. 

Tadlis dalam Harga

Tadlis dalam Harga ini termasuk menjual barang dengan harga yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar karena ketidaktahuan pembeli atau penjual. Dalam fiqih disebut ghaban(Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2012, hlm. 207).Contohnya tukang becak yang menawarkan jasanya kepada turis asing dengan menaikan tarif 10 kali lipat dari harga normal. Hal ini dilarang karena turis asing tersebut tidak mngetahui harga pasar yang berlaku. (Adiwarman A.karim, Bank Islam analisis fiqih dan keuangan, 2013, hlm. 31). 

Tadlis dalam waktu penyerahan

Tadlis dalam waktu penyerahan adalah bila si penjual tahu persis ia tidak akan dapat menyerahkan barang pada esok hari, namun menjanjikan akan mnyerahkan barang tersebut pada esok hari. (Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2012, hlm. 210).Demikian juga dengan konsutan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek dalam waktu 2 bulan unutk memenangkan tender, padahal konsultan tersbut tahu bahwa proyek itu tidak dapat diselesaikan dalam waktu tersbut. (Adiwarman A.karim, Bank Islam analisis fiqih dan keuangan, 2013, hlm. 31) Dalam ke empat bentuk tadlis di atas, semuanya melanggar prinsip rela sama rela. Keadaan samasama rela yang di capai bersifat sementara, yakni sementara pihak yang ditipu tidak mengetahui bahwa dirinya ditipu. Di kemudian hari, yakni ketika pihak yang di tipu mengetahui bahwa dirinya ditipu, maka ia tidak merasa rela.

2.

Haram Selain Zatnya ( haram li ghairihi )

Prinsip kedua yang tidak boleh dilanggar adalah prinsip La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun, yakni yang menzalimi dan jangan dizalimi. Praktik-praktik yang melanggra prinsip ini diantaranya: 1.

Taghrir (gharar)

4

Taghrir berasal dari kata Bahasa Arab gharar, yang berarti: akibat, bencana, bahaya, resiko, dan ketidakpastian. Dalam istilah fiqih mu’amalah, taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi; atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan pesisiapa akibatnya, atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya. (Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2012, hlm. 211) Menurut Ibn Taimiyah, gharar terjadi bila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan jual beli.Dalam tadlis yang terjadi adalah pihak A tidak mengetahui apa yang tidak diketahui pihak B (unknown to one party). Sedangkan taghrir, baik pihak A dan pihak B sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang ditransaksikan (uncertain to both parties). Macam-macam Taghrir: a)

Taghrir dalam Kuantitas

Taghrir dalam Kuantitas terjadi dalam kasus ijon, dimana penjual menyatakan akan membeli buah yang belum nampak dipohon seharga X. Dalam hal ini terjadi ketidakpastian mengenai berapa kuantitas buah yang dijual, karena memang tidak disepakati sejak awal. Bila panennya 100 kg, harga Rp. X. Bila panennya 50 kg, harganya Rp. X pula. Bahkan bila tidak panen harganya Rp. X juga. b)

Taghrir dalam Kualitas

Contoh dari taghrir dalam kualitas adalah seorang peternak yang menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. Dalam kasus initerjadi ketidakpastian dalam hal kulaitas objek transaksi, karena tidak ada jaminan bahwa anak sapi tersebut akan lahir dengan cacat, normal atauspesifikasi tertentu. Bagaimana kondisi anak sapi tersebut maka harus di terima oleh pembeli dengan harga yang sudah disepakati. c)

Taghrir dalam harga

Taghrir dalam harga terjadi misalnya seorang penjual menyatakan bahwania akan menjual suatu unit panci merk ABC seharga Rp.10.000,00 bila dibayar tunai, atau Rp. 50.000,00 bila dibayar kredit selama 5 bulan, kemudian si pembeli menjawa “setuju”. Ketidak pastian muncul karena adanya dua harga dalam satu akad. Tidak jelasnya harga mana yang berlaku, yang Rp. 10.000,00 atau yang Rp. 50.000,00. Katakanlah ada pembeli yang membayar lunas pada bulan ke-3, berapa harga yang berlaku?. Dalam kasus ini, walaupun kauntitas dan kualitas barang sudah ditentukan, tetapi terjadi ketidakpastian dalam harga barang karena si penjual dan si pembeli menyepakati satu harga dalam satu akad. (Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2012, hlm. 216) d)

Taghrir dalam waktu penyerahan

Taghrir dalam waktu penyerahan contohnya bila seseorang menjual mobil X nya yang hilang seharga Rp. 100 juta. Harga pasar mobil tersebut Rp. 200 juta. Mobil akan diserahkan kepada pembeli jika barang itu sudah di temukan. Dalam transaksi ini terjadi ketidakpastian menyangkut waktu penyerahan barang, karena barang yang dijual tidak diketahui keberadaannya. Mungkin saja barang tersebut akan ditemukan satu bulan lagi, atau satu tahun bahkan tidak ditemukan.

5

Dalam keempat bentuk gharar di atas, keadaan sama-sama rela dicapai bersifat sementara, yaitu sementara keadaannya masih tidak jelas kedua belah pihak. Dikemudian hari, yaitu ketika keadaannya telah jelas salah satu pihak (penjual/pembeli) maka akan merasa terzalim, walau pada awalnya tidak demikian.

2.

Ihtikar (rekayasa pasar dalam supply)

Ikhtikar terjadi bila seorang produsen/ penjual mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply agar harga produk yang di jualnya naik. Ikhtikar biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier, yakni menghambat produsen/ penjual lain masuk ke pasar, agar ia menjadi pemain tunggal di pasar (monopoli). Karena itu, biasanya orang menyamakan ikhtikar dengan monopoli dan penimbunan. Ikhtikar terjadi bila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi:   

3.

Mengupayakan adanya kelangkaan barang baik dengan cara menimbun stock atau mengenakan entry-barries. Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandngkan harga sebelum munculnya kelangkaan. Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan sebelum komponen 1 & 2 dilakukan.

Bai’ najasy (rekayasa pasar dalam demand)

Bai’ najasy terjadi bila seorang produsen(pembeli) menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual produk itu akan naik. Hal ini terjadi misalnya, dalam bursa saham (praktik goreng-menggoreng saham), bursa valas, dan lain-lain. Cara yang ditempuh bisa bermacam-macam, mulai dari menyebarkan isu, melakukan order pembelian, sampai benar-benar melakukan pembelian pancingan agar tercipta sentimen pasar untuk ramai-ramai membeli saham (mata uang) tertentu. Bila harga sudah naik sampai level yang di inginkan, maka yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil unutng dengan melepas kembali (mata uang) yang sudah dibeli, sehingga ia akan mendapatkan keuntungan besar.

4.

Riba Dalam ilmu fiqih dikenal 3 jenis riba yaitu:



Riba Fadl

Riba Fadl disebut juga Riba Buyu’ atau riba yang yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), kuantitasnya (sawaa-an bi sawaa-in) dan waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran seperti ini mengandung gharar atau ketidakjelasan

6

bagi kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-pihak lain. 

Riba Nasi’ah

Riba Nasi’ah disebut juga Riba Duyun atau riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria al-Ghunmu bil Ghurmi (untung muncul bersama resiko) dan al-Kharaj bi Dhamana(hasil usaha muncul bersama biaya). Transaksi seperti ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban hanya karena berjalannya waktu. Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba Nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. 

Riba Jahiliyah

Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi pokok pinjaman karena si peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. Riba Jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah “Kullu Qardin Jarra Manfa’atan Fahuwa Riba” (setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba). Memberi pinjaman adalah transaksi kebaikan (tabaru’), sedangkan meminta kompensasi adalah transaksi bisnis (tijarah). Jadi, ttransaksi yang semula diniatkan sebagai transaksi kebaikan tidak boleh diubah menjadi transaksi yang bermotif bisnis. Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyah tergolong riba nasi’ah sedangkan dari segi objek yang dipertukarkan tergolong riba fadl. Tafsir Qurtuby menjelaskan: “Pada zaman jahiliyah para kreditur, apabila utang sudah jatuh tempo, akan berkata pada para debitur: “Lunaskan utang anda sekarang atau andatunda pembayaran itu dengan tambahan.” Maka pihak debitur harus menambah jumlah kewajiban pembayaran utangnya dan kreditur menunggu waktu pembayaran kewajiban tersebut dengan ketentuan baru.” Dalam perbankan konvensional, riba jahiliyah dapat ditemui dalam pengenaan bunga pada transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya. Dari definisi riba, sebab (illat) dan tujuan (hikmah) pelarangan riba, maka dapat diidentifikasi praktik perbankan konvensional yang tergolong riba. Riba Fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak dilakukan secara tunai. Riba Nasi’ah dapat ditemui dalam transaksi pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga tabungan/deposito/giro. Sedangkan Riba Jahiliyah dapat ditemui dalam transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya. 

Riba Nasi’ah

Al-Ghunmu bi laaGhurmi (untung tanpa resiko) dan al-Kharaj bi laa Dhaman (pendapatan tanpa biaya). Kedua belah pihak harus membuat kontrak yang merinci hak dan kewajiban masing-masing untuk menjamin tidak ada pihak manapun yang mendapatkan return tanpa menanggung risiko, atau menikmati pendapatan tanpa menanggung biaya. 

Riba Jahiliyah 7

Kullu Qardin Jarra manfaatan fahuwa Riba(Setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba). a. b. 5.

Jangan mengambil keuntungan apapun dari akad atau transaksi kebaikan (tabarru’) Kalaupun ingin mengambil manfaat, maka gunakanlah akad bisnis (tijarah), bukan akad kebaikan (tabarru’) Maysir

Maisyir atau perjudian adalah menempatkan salah satu pihak harus menanggung beban pihak yang lain akibat permainan tersebut. Maisyir ini bisa disebut juga zero sum game, artinya dalam suatu permainan pasti ada pihak yang menang dan pihak yang kalah, atau salah satu pihak merasakan keuntungan dan pihak lain merasakan kerugian.Allah SWT telah melarang kita untuk medekati hal-hal semacam maisyir ini dalam firman-Nya Quran surat al-Maidah ayat 90: ‫تفلحون لعلكم فاجتنبوه الشيلطان عمل من رجس واالزالم واالنصاب الميسر و الخمر انما امنو الذين ايها يا‬ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Maisyir diharamkan transaksinya kerena melanggar prinsip “Laa Tazlimuuna wa laa Tuzlamuun.” Lalu apakah semua transaksi atau permainan yang melibatkan 2 pihak dan mengharuskan satu pihak menang dan pihak lain rugi adalah haram? Untuk menghindari terjadinya maisyir dalam sebuah permainan, misalnya pembelian trophy atau bonus untuk para juara tidak boleh bersumber dari dana partisipasi para pemain, melainkan dari dana sponsorship yang tidak ikut bertanding. Dengan demikian,tidak ada pihak yang merasa dirugikanatas kemengan pihak yang lain. Pemberian trophy atau bonus semacam ini dalam istlah fiqh disebut hadiah dan halal hukumnya. 6.

Risywah

Risywah atau suap-menyuap adalah memberi sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Suatu perbuatan bisa dikatakan risywah jika kedua belah pihak dalam keadaan sukarela. Apabila hanya satu pihak yang rela dan pihak lain dalam keadaan terpaksa, perbuatan tersebut disebut pemerasan.Allah SWT telah memperingatkan kita untuk tidak melakukan risywah dalam salah satu firman-Nya Quran surat al-Baqarah ayat 188: Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.” Rasulullah pun telah memberi peringatan dengan tegas untuk menjauhi praktik risywah dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Ahmad: “ Allah melaknat orang yang memberi suap, penerima suap, sekaligus broker suap yang menjadi penghubung antara keduanya.” Para fuqaha lebih jau menyatakan bahwa pemberi suap dan penerima suap sama-sama bisa diseret ke pengadilan jika keduanya terbukti tujuan dan keinginan yang sama. Ulama ahli fiqh juga menegaskan 8

bahwa hadiah-hadiah yang diberikan kepada para penjabat bentuk suap, uang haram dan penyalahgunaan wewenang. Mereka berdalil pada hadits tentang perilaku ibnu al-Latbiyyah yang menjabat sebagai pengurus zakat dan konon sering diberi hadiah dan bingkisan. Dalam hadits tersebut Rasulullah bersabda: “Coba, maukah ia duduk manis di rumah ayah dan ibunya (tidak usah menjadi amil zakat) sampai datang kepadanya hadiah tersebut jika memang ia benar. Sesungguhnya hal yang demikian adalah tindakan penghianatan jabatan.” (HR al-Bukhari).

3.

Transaksi Yang Dilarang Karena Tidak Sah Akadnya

Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah dan atau tidak lengkap adanya, bila terjadi salah satu (atau lebih) faktor-faktor berikut ini (Hidayat, 2010, hlm. 94): 1.

Rukun dan Syarat tidak terpenuhi

Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi (necessary condition), misalnya ada [enjual dan pembeli. Tanpa adanya penual dan pembeli, maka jual-beli tidak aka nada.Pada umumnya, rukun dalam muamalah iqtishadiyah (muamalah dalam bidang ekonomi) ada 3, yaitu: a.

Pelaku

Pelaku bisa berupa penjual-pembeli (dalam akad jual-beli), penyewa-pemberi sewa (dalam akad sewa-menyewa), atau penerima upah-pemberi upah (dalam akad upah-mengupah), dan lain-lain. Tanpa pelaku, maka tidak ada transaksi. b.

Objek

Objek transaksi dari semua akad diatas dapat berupa barang atau jasa. Dalam akad jual-beli mobil, maka objek transaksinya adalam mobil. Dalam akad menyewa rumah, maka objek transaksinya adalah rumah, semikian seterusnya. Tanpa objek transaksi, mustahil transaksi akan tercipta. c.

Ijab-kabul

Ijab-kabul adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransaksi. Tanpa ijabkabul, mustahil pula transaksi akan terjadi. Dalam kaitannya dengan kesepakatan ini, maka akad dapat menjadi batal bila terdapat:   

Kesalahan/kekeliruan objek Paksaan (ikrah) Penipuan (tadlis)

Bila ketiga rukun diatas terpenuhi, transaksi yang dilakukan sah. Namun bila rukun diatas tidak tepenuhi (baik satu rukun atau lebih), maka transaksi menjadi batal. Selain rukun, faktor yang harus ada supaya akad menjadi sah (lengkap) adalah syarat. Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun (sufficient condition). Contohnya adalah bahwa pelaku 9

transaksi haruslah orang yang cakap hukum (mukallaf). Bila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak). Demikian menurut Mahzab Hanafi.

Syarat bukanlah rukun, jadi tidak boleh dicampuradukkan. Dilain pihak, keberadaan syarat tidak oleh:     

Menghalalkan yang haram Mengharamkan yang halal Menggugurkan rukun Bertentangan dengan rukun, atau Mencegah berlakunya rukun tidak terpenuhi, rukun menjadi tidak berlaku

2.

Terjadi Ta’alluq

Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan, maka berlakunya akan 1 tergantung pada akad 2. Contohnya: A menjual barang X seharga Rp 120 juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual barang tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 100juta. Transaksi diatas haram, karena ada persyaratan bahwa A bersedia menjual barang X ke B asalkan B kembali menjual barang tersebut kepada A. dalam kasus ini, disyaratkan bahwa akad 1 berlaku efektif bila akad 2 dilakukan. Penerapan syarat ini mencegah terpenuhinya rukun. Dalam terminologi fiqih, kasus diatas tersebut bai’ al-‘inah. 3.

Terjadi two in one

Two in one adalah kondisi dimana suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian (gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan (berlaku). Dalam terminologi fiqih, kejadian ini disebut dengan shafqatain fi al-shafqah. two in one terjadi bila semua dari ketiga faktor dibawah ini terpenuhi:   

Objek sama Pelaku sama Jangka waktu sama

Contohnya, A menjual mobil seharga Rp 100juta kepada B yang harus dilunasi maksimal selama 12 bulan dan selama belum lunas, A menganggap uang cicilan B sebagai uang sewa. Dalam transaksi ini, terjadi gharar dalam akad, karena ada ketidakjelasan akad mana yang berlaku: akad beli atau akad sewa.

4.

Ayat Al Quran Beserta Tafsirnya Dan Hadist Mengenai Transaksi Yang Diharamkan Dalam Islam

10

Berikut adalah ayat al Quran yang menjelaskan mengenai Transaksi yang diharamkan dalam agama Islam (Hidayat, 2010, hlm. 106): َّ ‫ارة ت َ ُكونَ أ َ ْن إِال بِ ْالبَاطِ ِل بَ ْينَ ُك ْم أ َ ْم َوالَ ُك ْم ت َأ ْ ُكلُوا ال آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها َيا‬ َ‫( َرحِ يما بِ ُك ْم َكان‬٢٩) ‫َو َم ْن‬ َ ‫س ُك ْم ت َ ْقتُلُوا َوال مِ ْن ُك ْم ت ََراض‬ َ ُ‫ََّللا إِ َّن أ َ ْنف‬ َ ‫ع ْن تِ َج‬ ُ ‫ف َو‬ َّ ‫( َيسِيرا‬٣٠) ‫عد َْوانا ذَلِكَ َي ْف َع ْل‬ ُ ‫ظ ْلما‬ ْ ُ‫علَى ذَلِكَ َو َكانَ نَارا ن‬ َ ِ‫ّللا‬ َ َ‫صلِي ِه ف‬ َ ‫س ْو‬ Terjemah Surat An Nisa Ayat 29-30: 29. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. 30. Dan barang siapa berbuat demikia dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah. Setelah kita mengetahu dengan jelas tentang ayat al Quran Surat An Nisa Ayat 29-30 beserta artinya mengenai Transaksi yang diharamkan dalam agama Islam, berikut adalah tafsirannya sesuai dengan nomor yang ada pada arti ayatnya, sebagai berikut: JAyat ini mencakup semua jalan yang batil dalam meraih harta seperti riba, merampas, mencuri, judi dan jalan-jalan rendah lainnya, lihat pula tafsir surat Al Baqarah: 188. Di samping melarang memakan harta orang lain dengan jalan yang batil, di mana di dalamnya terdapat bahaya bagi mereka, baik bagi pemakannya maupun orang yang diambil hartanya, Allah menghalalkan kepada mereka semua yang bermaslahat bagi mereka seperti berbagai bentuk perdagangan dan berbagai jenis usaha dan keterampilan. Disyaratkan atas dasar suka sama suka dalam perdagangan untuk menunjukkan bahwa akad perdagangan tersebut bukan akad riba, karena riba bukan termasuk perdagangan, bahkan menyelisihi maksudnya, dan bahwa kedua belah pihak harus suka sama suka dan melakukannya atas dasar pilihan bukan paksaan. Oleh karena itu, jual beli gharar (tidak jelas) dengan segala bentuknya adalah haram karena jauh dari rasa suka sama suka. Termasuk sempurnanya rasa suka sama suka adalah barangnya diketahui dan bisa diserahkan. Jika tidak bisa diserahkan mirip dengan perjudian. Di sana juga terdapat dalil bahwa akad itu sah baik dengan ucapan maupun perbuatan yang menunjukkan demikian, karena Allah mensyaratkan ridha, oleh karenanya dengan cara apa pun yang dapat menghasilkan keridhaan, maka akad itu sah. Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan. Demikian juga terdapat larangan melakukan sesuatu yang menyebabkan dirinya binasa di dunia atau akhirat. Syaikh As Sa'diy berkata, "Perhatikanlah kata-kata yang ringkas dan padat ini dalam firman Allah Ta'ala "Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu" dan "Dan janganlah kamu membunuh dirimu" bagaimana di dalamnya mencakup memakan harta orang lain dan harta kamu, serta mencakup membunuh dirimu dan membunuh selainmu dengan uraian yang terbatas pada harta orang lain dan jiwa orang lain saja. Di samping itu, penyandaran harta dan jiwa kepada kaum mukmin secara umum terdapat dalil bawa kaum mukmin dalam hal rasa cinta, rasa berkasih-sayang dan dalam maslahat mereka seperti satu jasad, di mana iman yang menyatukan mereka atas maslahat agama maupun dunia." Di antara kasih sayang-Nya adalah menjaga darah dan hartamu dan melarang kamu merusaknya.Yakni perbuatan yang dilarang 11

seperti memakan harta dengan jalan yang batil atau membunuh diri dan orang lain.Bukan karena tidak mengerti dan lupa. Ayat diatas di jelaskan atau dikuatkan lagi dengan adanya hadis qouliyah nabi Muhammad SAW yang menyatakan sebagai berikut (P3EI UII Yokyakarta, 2014, hlm.79): ‫)ماجه ابن رواه( تراض عن البيع إنما‬ Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka.” (HR Bukhari).

12

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan

1) Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali yang ada ketentuan berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Adapun faktor-faktor penyebab dilarangnya suatu transaksi adalah apabila Haram zatnya (haram li dzatihi), Haram selain zatnya (haram li ghairihi),Tidak sah (lengkap) akadnya. 2) Dalam islam, terdapat prinsip-prinsip yang harus ditaati ketika kita bertransaksi. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip ”An Taradin Minkum” dan Prinsip ‘La Tazhlimuna Tuzhlamun’. Transaksi yang melanggar prinsip An Taradin Minkum yaitu tadlis, sedangkan transaksi yang melanggar Prinsip ‘La Tazhlimuna Tuzhlamun adalah Taghrir, ikhtikar, bai’ najasi, riba, maysir dan riswah. 3) Ada pula transaksi yang dilarang karena tidak sah akadnya seperti tidak terpenuhinya rukun dan syarat, ta’alluq, dan two in one. 4) Berikut adalah ayat al Quran yang menjelaskan mengenai Transaksi yang diharamkan dalam agama Islam: َّ ‫ارة ت َ ُكونَ أ َ ْن إِال بِ ْالبَاطِ ِل بَ ْينَ ُك ْم أ َ ْم َوالَ ُك ْم ت َأ ْ ُكلُوا ال آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها َيا‬ َ‫( َرحِ يما بِ ُك ْم َكان‬٢٩) ‫َو َم ْن‬ َ ‫س ُك ْم ت َ ْقتُلُوا َوال مِ ْن ُك ْم ت ََراض‬ َ ُ‫ََّللا إِ َّن أ َ ْنف‬ َ ‫ع ْن تِ َج‬ ُ ‫ف َو‬ َّ ‫( َيسِيرا‬٣٠( ‫عد َْوانا ذَلِكَ َي ْف َع ْل‬ ُ ‫ظ ْلما‬ ْ ُ‫علَى ذَلِكَ َو َكانَ نَارا ن‬ َ ِ‫ّللا‬ َ َ‫صلِي ِه ف‬ َ ‫س ْو‬ Terjemah Surat An Nisa Ayat 29-30: 29. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar)[1], kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama-suka di antara kamu[2]. Dan janganlah kamu membunuh dirimu[3]. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu[4]. 30. Dan barang siapa berbuat demikian[5] dengan cara melanggar hukum dan zalim[6], akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah. Ayat tersebut di jelaskan atau dikuatkan lagi dengan adanya hadis qouliyah nabi Muhammad SAW yang menyatakan sebagai berikut : ‫)ماجه ابن رواه( تراض عن البيع إنما‬ Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka.” (HR Bukhari).

13

DAFTAR PUSTAKA Al-Qardhawi, Yusuf. 2003. Bunga Bank Haram. Diterjemahkan oleh : Stiawan Budi Utomo. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga. Hidayat, Mohamad. 2010. The Sharia Economic (Pengantar Ekonomi Syariah). Jakarta: Zikrul Hakim Karim, Adiwarman A. 2012. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Karim, Adiwarman A. 2013. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada. Pusat Pengakajian dan Pengembangan Ekonomi (P3EI) UII Yokyakarta. 2014. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

14

Related Documents

Perbankan Ok
June 2020 40
Audit Perbankan
April 2020 42
Kamus Perbankan
November 2019 47
Istilah Perbankan
June 2020 35
Perbankan Syariah.docx
June 2020 28

More Documents from "cley sisy"