EKONOMI PEMBANGUNAN (EKI211) “Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi” RPS ke 9
Kelompok 9 Nama Anggota : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
I NYOMAN GEDE ARTA DARMADI (1707511107) GUSTI AYU KOMANG ANGGRAENI (1707511118) I G. N. GEDE NUGRAHA PENGUMPIAN (1707511119) MADE PUTRAWAN (1707511122) KRISNA SAPALA (1707511142) MAYA SYAFIRA EKAPUTRI (1707511154)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM REGULER UNIVERSITAS UDAYANA 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dengan tepat waktu. Tugas ini berjudul “Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi”. Semoga tugas ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pengetahuan untuk mengetahui tentang peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi. Tugas ini kami akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini.
Denpasar,18 Februari 2019
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang Masalah
3
1.2 Rumusan Masalah
3
1.3 Tujuan Penulisan
3
BAB II PEMBAHASAN
4
1. Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
4
2. Tahap-Tahap Pembangunan Ekonomi
6
3. Modernisasi Pertanian
6
4. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian
7
BAB III Penutup 1. Kesimpulan
9
2. Daftar Pustaka 10
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan petani tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Mengapa demikian karena petani menjadi pemasok setiap kebutuhan pangan dari setiap anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tanpa adanya petani manusia tentu tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan harus mngimpor barang-barang pangan dari luar. Namun dibeberapa negara besar seperti arab yang sering mengimpor hasil tani kedalam negaranya, kurang memanfaatkan peranan dari petaninya bukan dikarenakan faktor ketidaksediaan modal melainkan faktor ketidakmampuann dari segi tanah dan iklim mereka untuk bercocoktanam, sehingga sektor pertanian kurang berkembang dinegara timur tersebut. Untuk wilayah Indonesia profesi sebagai petani mampu mengurangi angka pengangguran yang cukup besar dimana sektor pertanian terbuka secara luas asalkan memiliki modal dan pengetahuan yang cukup dalam pengelolaaan usaha tani tersebut. Keterkaitan peran para petani dengan masyarakat bisa disamakan sebagai keterkaitan antara produsen dengan konsumen. Dimana produsen harus selalu menyediakan setiap saat barang-barang kebutuhan dari konsumennya. Oleh karena itu terdapat saling ketergantungan antara peran petani dengan masyarakat dalam pemenuhan setiap kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat sangat tergantung terhadap hasil pertanian karena masyarakat memerlukan pangan. Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi? 2. Apa saja tahap-tahap pembangunan pertanian? 3. Apa yang dimaksud dengan modernisasi pertanian? 4. Bagaimana dengan syarat-syarat pembangunan pertanian? 1.3 Tujuan Penulisan 1. 2. 3. 4.
Untuk mengetahui Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Untuk mengetahui tahap-tahap pembangunan pertanian Untuk mengetahui modernisasi pertanian Untuk mengetahui syarat-syarat pembangunan pertanian
3
BAB II PEMBAHASAN 1. Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi 1.1 Kontribusi terhadap kesempatan kerja Di suatu Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di dominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor tersebut pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sector manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan bakubagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya. 1.2 Kontribusi devisa Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah. Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
4
1.3 Kontribusi terhadap produktivitas Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan-lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Namun keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal: karena volume produksi yang rendah ( yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah terus atau akibat distribusi yang tidak merata ke sluruh dunia. Mungkin sudah merupakan evolusi alamiah seiring dnegan proses industrialisasi dimana pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relatif menurun, sedangkan dari industri manufaktur dan sektor-sektor skunder lainnya, dan sektor tersier meningkat. Perubahan struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB bukan berarti bahwa volume produksi berkurang (pertumbuhan negatif). Tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di sektor-sektor lain. Bukan hanya dialami oleh Indinesia tetapi secara umum ketergantungan negara agraris terhadap impor pangan semakin besar, jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun yang lalu, misalnya dalam hal beras. Setiap tahun Indonesia harus mengimpor beras lebih dari 2 juta ton. Argumen yang sering digunakan pemerintah untuk membenarkan kebijakan M-nya adalah bahwa M beras merupakan suatu kewajiban pemerintah yang tak bisa dihindari, karena ini bukan semata-mata hanya menyangkut pemberian makanan bagi penduduk, tapi juga menyangkut stabilitas nasional (ekonomi, politik, dan sosial). Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal. Satusatunya faktor eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris, factor iklim biasanya dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan (millimeter). Curah hujan mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh manusia, di antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit, berbagai macam pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur, termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan T. kombinasi dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah produksi per hektar) maupun manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada sektor pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk menigkatkan produktivitas pertanian.
5
2. Tahap-Tahap Pembangunan Pertanian Perkembangan pembangunan pertanian memiliki 3 tahap. Tahap pertama adalah pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi di mana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang tinggi pula. Pada tahap ini produk pertanian ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial. 2.1. Tahap Pertanian Tradisional (Subsisten) Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena hanya menggunakan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. 2.2. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Modern Penganekaragaman pertanian (diversified farming)merupakan suatu langkah pertama yang cukup logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsisten) ke pertanian modern (komersil). Pada tahap ini, tanaman-tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti buah-buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha peternakan yang sederhana. Selain hal tersebut di atas, pemakaian alat-alat sederhana seperti traktor kecil, hewan penarik bajak bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. 2.3. Tahap Pertanian Modern Pertanian modern atau dikenal juga dengan istilah pertanian spesialisasi menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Keadaan demikian bisa dilihat pada negara-negara industri yang sudah maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sebagai respon terhadap dan sejalan dengan pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. 3. Modernisasi Pertanian Modernisasi dapat diartikan sebagai proses perubahan corak kehidupan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang modern, terutama berkaitan dengan teknologi dan organisasi sosial. Teori modernisasi dibangun di atas asumsi bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah (linier), progresif, dan berlangsung perlahan-lahan, yang membawa masyarakat dari tahapan yang primitif kepada keadaan yang lebih maju. Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya mesin-mesin seperti mesin penuai, dan traktor tangan telah menghilangkan 6
mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari menuai. Kemudian pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga hewan, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau atau sapi (Scott, 2000 : 202). Menunjukkan bahwa penggunaan teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat dan akhirnya berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Tujuan dari pembangunan pertanian itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan. Modernisasi pertanian merupakan perluasan perekonomian dan pertumbuhan penduduk di atas sumber daya tanah pertanian terbatas, sampai pula membawa teknologi baru yang menghemat lahan dan padat karya, khususnya paket teknologi bibit unggul dan pupuk pabrik kepada petani. Proses itu disertai perubahan dalam kelembagaan di desa, mengenai hak milik lahan dan ikatan kontrak antara petani, buruh tani dan lain pelaku di desa dan kota (Hayami, 1980). Modernisasi pertanian merupakan perubahan besar pada pola pertanian dari cara-cara yang tradisional menuju cara-cara yang lebih maju atau modern mencakup berbagai aspek yang meliputi, kelembagaan pertanian, teknologi pertanian, pengembangan sumber daya alam (SDA), dan regulasi. 4. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah : 1) Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani. Pembangunan pertanian akan meningkatkan produksi hasil-hasil usaha tani. Hasil-hasil ini tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan harga yang cukup tinggi untuk menutupi biaya-biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam memasarkan hasil-hasil produk pertanian ini diperlukan adanya permintaan (demand) akan hasil-hasil pertanian tersebut, sistem pemasaran, dan kepercayaan para petani pada sistem pemasaran tersebut. 2) Teknologi yang senantiasa berkembang. Teknologi pertanian berarti cara-cara bertani. Di dalamnya termasuk cara-cara bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara tanaman, dan memungut hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula di dalamnya benih, pupuk, obat-obatan, alat-alat dan sumber-sumber tenaga. 3) Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. Pembangunan pertanian memerlukan kesemua factor di atas dan tersedia di berbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mungkin mau menggunakannya. 7
4) Adanya perangsang produksi bagi petani. Faktor perangsang utama yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya adalah yang bersifat ekonomis. Faktor tersebut antara lain adalah harga hasil produksi pertanian yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, serta tersedianya barang-barang dan jasa yang ingin dibeli oleh para petani untuk keluarganya. 5) Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, keempat syarat mutlak lainnya tidak dapat berjalan secara efektif, karena produksi pertanian harus tersebar luas. Oleh karena itu diperlukan suatu jaringan pengangkutan yang bercabang luas untuk membawa bahan-bahan perlengkapan produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha tani ke konsumen di kota-kota besar dan kecil.
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 1. Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut: - ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan. - Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya. - Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya. - Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa). 2. Perkembangan pembangunan pertanian memiliki 3 tahap. Tahap pertama adalah pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi di mana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang tinggi pula 3. Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya mesin-mesin seperti mesin penuai, dan traktor tangan telah menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari menuai. Kemudian pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga hewan, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau atau sapi 4. Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher ialah Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani, Teknologi yang senantiasa berkembang, bahan-bahan dan alat-alat produksi secara local, Adanya perangsang produksi bagi petani, Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
9
DAFTAR PUSTAKA http://www.penerjemahkharisma.com/2012/03/pembangunan-pertanian-dan-pembangunan.html Journal Modernisasi Pertanian (Studi Kasus Tentang Peluang Kerjadan Pendapatan Petani Dalam Sistem Pertanian Di Desa Dukuhdempok Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember) diunduh dari https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPE/article/download/4995/3681/
10