Ekonomi

  • Uploaded by: Widnyana
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ekonomi as PDF for free.

More details

  • Words: 2,659
  • Pages: 15
BAB II PEMBAHASAN 2.1

Saving - Investment Approach Pendekatan ini merupakan metode untuk menganalisis keseimbangan pendapatan

nasional dengan menggunakan variabel investasi dan tabungan. Tabungan dan investasi adalah sama hanya di tingkat ekuilibrium pendapatan nasional dan ketika tabungan dimaksudkan dan investasi tidak sama, pendapatan nasional tidak akan berada dalam keseimbangan. Saving – investment Approach merupakan tingkat tabungan adalah sama dengan pengeluaran investasi. Tabungan ini akan dikeluarkan untuk dipinjamkan kepada penanam modal (Investor) dan akan digunakan untuk membeli barang – barang modal seperti mesin – mesin, peralatan produk lain, mendirikan bangunan kantor, dan bangunan pabrik. (Menurut Sadono Sukirno (2004). Pada saving investment approach tingkat tabungan adalah sama dengan pengeluaran investasi. Tabungan ini akan dikeluarkan untuk dipinjamkan kepada penanam modal atau investor (perusahaan-perusahaan yang akan mengembangkan usaha baru, memperbesar usaha lama, atau memodernkan pabrik yang ada) dan akan digunakan untuk membeli barang-barang modal seperti mesin-mesin, peralatan produksi lain, mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor. Keseimbangan S = I biasanya terdapat dalam perekonomian 2 sektor. Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahan. Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji, upah, sewa, bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional (Y). Sedangkan investasi (investment) adalah bagian dari tabungan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi menghasilkan barang dan jasa (produksi) yang bertujuan mendapatkan keuntungan. Jika tabungan besar, maka akan digunakan untuk kegiatan menghasilkan kembali barang dan jasa (produksi). Tabungan akan digunakan untuk investasi. Demikianlah, dari ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jika investasi neto positif (investasi bruto lebih besar daripada penyusutan), perekonomian itu mengalami kemajuan. Jika investasi neto bernilai nol (investasi bruto sama dengan penyusutan), dikatakan

bahwa perekonomian yang bersangkutan berada dalam keadaan stasioner. Sementara itu, jika investasi neto bernilai negative (investasi bruto lebih kecil daripada penyusutan), perekonomian itu mengalami kemunduran. Investasi mempunyai dampak sangat besar terhadap bertambahnya pendapatan nasional, dan dapat dirumuskan sebagai berikut : Y=C+S Y=C+I Sehingga I = S Keterangan : Y = Pendapatan C = Konsumsi S = Tabungan I = Investasi Tiga kemungkinan bentuk hubungan antara besarnya tabungan dengan investasi, yaitu : a. S = I tercapai keseimbangan perekonomian suatu negara. b. S > I, kondisi ini menimbulkan hoarding yaitu suatu kondisi adanya tabungan yang tidak digunakan/tidak produktif. c. S < I, kondisi ini menunjukkan kebutuhan dana untuk I (Investasi) tidak dapat ditutupi dengan dana S (Tabungan) yang ada, kekurangan dana untuk I (Investasi) dapat ditutupi dengan penciptaan uang/pinjaman. Pendekatan suntikan – bocoran Dengan menggunakan fungsi tabungan dan fungsi investasi dapat ditentukan tempat kedudukan dari keseimbangan perekonomian negara. Yang ditentukan oleh titik perpotongan fungsi (S) dan fungsi (I). dapat diketahui bahwa ( I ) pengeluaran agregat sama dengan konsumsi tambah infestasi atau AE = C + I dan pendapatan nasional sama dengan konsumsi tambah tabungan dan dalam keseimbangan pendapatan nasional Y = AE atau

C + S = C + I atau S = I. Pengeluaran agregat lebih besar dari pada pendapatan nasional. Keadaan ini menggalakkan kepada pertambahan tingkat kegiatan ekonomi dan pendapatan nasional akan menjadi tambah besar. Dengan menggunakan persamaan : S = I Atau bisa dilihat dari tabel berikut ini TABEL 2.1

Jadi dalam perekonomian dua sektor keseimbangan perekonomian negara tercapai apabila : i.

Y = C + I, yaitu pendapatan nasional sama dengan konsumsi tambah investasi. Pada kesamaan ini pengeluaran agregat (C + I) sama dengan penawaran agregat (Y).

ii.

I = S, yaitu investasi sama dengan tabungan.

Contoh soal Fungsi konsumsi rumah tangga adalah C = 90 + 0,75Y, sedangkan fungsi investasi adalah I = 120. Maka tingkat pendapatan nasional pada keseimbangan adalah.... Jawab : Dapat dilakukan dengan dua cara

i.

Dengan menggunakan persamaan : Y = C + I Y=C+I Y = 90 + 0,75 + 120 Y – 0,75Y = 210 0,25Y = 210 Y = 210/0,25 Y = 840

ii.

Dengan menggunakan persamaan : S = I S=I -90 + 0,25Y = 120 0,25Y = 210 Y = 210/0,25 Y = 840

Fungsi Tabungan Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Persamaannya : S = -a + (1 – b)Y atau S = -a + (1 – b)Yd (jika menunjukkan hubungan di antara konsumsi atau tabungan dengan pendapatan disposebel) Keterangan : S = Tingkat Tabungan a = Konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional 0 b = Kecondongan konsumsi marginal Y = Tingkat pendapatan nasional Yd = Tingkat pendapatan disposebel

Contoh mencari fungsi tabungan dan menggambar grafiknya

2.2

Consumption - Investment Approach (Konsumsi – Pendekatan Investasi)

2.2.1 KONSUMSI Konsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Mengapa kita harus memahami konsumsi? Membahas konsumsi sangat penting untuk analisis ekonomi jangka panjang maupun jangka pendek suatu negara. Secara agregat, konsumsi merupakan penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui total pengeluaran suatu perekonomian, maka akan dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti pemerataan pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu perekonomian , masalah-masalah lainnya. Dengan demikian, kita dapat menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Consumption – investment Approach merupakan pengeluaran rumah tangga yang mempunyai 3 ciri utama yaitu Faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga adalah pendapatan yang diterimanya dan apabila berlaku pertambahan pendapatan akan

berlaku pertambahan konsumsi, tetapi pertambahannya kurang daripada pertambahan pendapatan.(Menurut Pratama (1986). Dengan menggunakan persamaan : Y = C + I Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Namun dalam pembahasan kali ini kita lebih menekankan ada konsumsi rumah tangga, alasannya sebagai berikut. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang lebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah Konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi. Pengeluaran rumah tangga mempunyai tiga ciri utama sebagai berikut : i.

Faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga adalah pendapatan yang diterimanya.

ii.

Pada pendapatan sebesar (Yd = 0), yaitu apabila rumah tangga tidak bekerja, konsumsi tetap akan dilakukan dan ini dinamakan pengeluaran otonomi (pengeluaran yang tidak bergantung pada pendapatan nasional).

iii.

Apabila berlaku pertambahan pendapatan akan berlaku pertambahan konsumsi, tetapi pertambahannya kurang daripada pertambahan pendapatan. Perkembangan masyarakat begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah

cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan. Fungsi Konsumsi Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Persamaannya : C = a + bY atau C = a + bYd → (jika menunjukkan hubungan diantara konsumsi atau tabungan dengan pendapatan disposebel Yd) Keterangan : C = Tingkat Konsumsi a = Konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional 0

b = Kecondongan konsumsi marginal Y = Tingkat pendapatan nasional Yd = Tingkat pendapatan disposebel Dalam memahami ciri-ciri konsumsi rumah tangga perlu digunakan empat konsep berikut: a. Kecondongan Mengkonsumsi (Propensity to Consume) Kecondongan mengonsumsi dibedakan menjadi dua yaitu : -

Kecondongan Mengonsumsi Marginal (Marginal Propensity To Consume)

Kecenderungan mengonsumsi marginal adalah perbandingan diantara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan rumus berikut : MPC = ∆C/∆Yd Keterangan : MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi marginal) ∆C = Pertambahan konsumsi ∆Yd = Pertambahan pendapatan -

Kecondongan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)

Kecenderungan mengonsumsi rata-rata adalah perbandingan di antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan rumus berikut : APC = C/Yd Keterangan : APC = Konsumsi rata-rata C = Tingkat konsumsi Yd = Besarnya pendapatan disposabel

Contoh menghitung MPC dan APC TABEL 2.2

Dalam contoh 1 digambaran pendapatan disposebel dalam kolom (1) selalu bertambah sebanyak Rp.200 ribu (misalnya dari Rp.400 ribu menjadi Rp.600 ribu) dan ini mengakibatkan konsumsi, yang ditunjukkan dalam kolom (2) juga senantiasa bertambah sebanyak Rp.150 ribu (dari Rp.450 ribu menjadi Rp.600 ribu). Maka MPC, yang ditunjukkan dalam kolom adalah 0,75 dan ini dibuktikan oleh perhitungan berikut : MPC = ΔC/ΔYd = 150 ribu / 200 ribu = 0,75 Dalam contoh 2 digambarkan pendapatan disposebel juga selalu bertambah sebanyak Rp.200 ribu, tetapi kenaikan konsumsi rumah tangga makin kecil pertambahannya. Sifat hubungan di antara pertambahan pendapatan disposebel dan konsumsi adalah : i.

Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp.200 ribu menjadi Rp.400 ribu, konsumsi naik dari Rp.300 ribu menjadi Rp.460 ribu. Pada perubahan pendapatan dan konsumsi ini MPC adalah : (460 – 300)/(400 – 200) = 0,8

ii.

Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp.400 ribu menjadi Rp.600 ribu, konsumsi bertambah dari Rp.460 ribu menjadi Rp.610 ribu. Maka MPC adalah : (610 – 460)/(600 – 400) = 0,75

iii.

Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp.600 ribu menjadi Rp.800 ribu, konsumsi bertambah dari Rp.610 ribu menjadi Rp.750 ribu. Maka MPC adalah : (750 – 610)/(800 – 600) = 0,70 Hasil perhitungan dalam i,ii dan iii ditunjukkan dalam kolom (3). Penghitungan

kecondongan konsumsi rata-rata ditunjukkan dalam kolom (4). Dari contoh 1 dan 2 dapat dilihat bahwa APC berubah-ubah nilainya, dan nilainya makin lama makin rendah. Apabila Yd lebih kecil dari C, maka APC lebih besar dari 1 (sebagai contoh pada Yd = Rp. 200 ribu, C adalah Rp.300 ribu, maka APC = 300/200 = 1,5), dan apabila Yd lebih kecil dari C (sebagai contoh pada Yd = Rp.800 ribu, C adalah Rp.750 ribu, maka APC = 750/800 = 0,9375) maka APC lebih kecil dari 1.

b. Kecondongan Menabung (Propensity To Save) Kecondongan menabung dibedakan menjadi 2 yaitu : -

Kecondongan Menabung Marjinal (Marginal Propensity To Save)

Kecondongan menabung marjinal adalah perbandingan diantara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (Yd). Nilai MPS dalat dihitung dengan rumus berikut : MPS = ΔS/ΔYd Keterangan : MPS = Marginal Propensity To Save (kecondongan menabung marginal) ∆S = Pertambahan tabungan ∆Yd = Pertambahan pendapatan -

Kecondongan Menabung Rata-rata (Avarage Propensity To Save)

Kecondongan menabung rata-rata adalah perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan rumus berikut :

APS = S/Yd Keterangan : APS = Tabungan rata-rata S = Tingkat tabungan Yd = Besarnya pendapatan disposabel Contoh menghitung MPS dan APS TABEL 2.3

Dalam contoh 1 digambaran pendapatan disposebel dalam kolom (1) selalu bertambah sebanyak Rp.200 ribu (misalnya dari Rp.200 ribu menjadi Rp.400 ribu) dan ini mengakibatkan konsumsi yang ditunjukkan dalam kolom (2) juga senantiasa bertambah sebanyak Rp.150 ribu (dari Rp.300 ribu menjadi Rp.450 ribu). Dan pada kolom 3 yaitu tabungan mendapat (-100 ribu yaitu dari 200 – 300 = - 100) dan (-50 ribu dari 400 – 450 = - 50) dan begitu seterusnya. Karena tabungan mengalami pertambahan sebanyak Rp. 50 ribu

(-100 – (-50) = 50) dan pendapatan

disposebelnya bertambah Rp. 200 ribu, maka contoh 1 MPS nya adalah : MPS

= ΔS/ΔYd = 50 ribu/200 ribu

= 0,25 Dalam contoh 2, dimisalkan pendapatan disposebel dan konsumsi adalah seperti dalam contoh 2 dalam tabel 2.2. maka tabungan adalah seperti ditunjukkan dalam kolom (3) tabel 2.1. berdasarkan data tersebut MPS, adalah seperti ditunjukkan dalam perhitungan dibawah ini. i.

Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp.200 ribu menjadi Rp.400 ribu, tabungan berubah dari Rp. -100 ribu manjadi Rp.-60 ribu, maka MPS = (-60 – 100)/(400 – 200) = 40/200 = 0,20

ii.

Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp.400 ribu menjadi Rp.600 ribu, tabungan berubah dari Rp.-60 ribu menjadi Rp.10 ribu. Maka MPS adalah (-10 – (60)/(600 – 400) = 50/200 = 0,25

iii.

Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp.600 ribu menjadi Rp.800 ribu, tabungan bertambah dari Rp.-10 ribu menjadi Rp.50 ribu. Maka MPS adalah (50 – (10))/(800 – 600) = 60/200 = 0,30 Hasil perhitungan yang diterangkan dalam i,ii dan iii ditunjukkan dalam kolom (4).

Dalam kolom (5), ditunjukkan perhitungan untuk memperoleh nilai APS. Dari perhitungan yang dibuat (dengan menggunakan rumus APS = S/Yd) dapat dilihat bahwa nilai APS semakin besar apabila pendapatan disposebel bertambah. Pada mulanya nilainya negatif, kerna rumah tangg masih ‘’mengorek tabungan’’ atau melakukan ‘’dissaving’’. Dalam contoh , hingga pendapatan Rp.600 ribu rumah tangga masih melalukan ‘’mengorek tabungan’’. Di bawah ini ditunjukkan dua contoh perhitungan APS. i.

Dalam contoh 1, apabila pendapatan disposebel adalah Rp.200 ribu, tabungan adalah Rp.-100 ribu, maka APS adalah -100/200 = -0,5

ii.

Dalam contoh 2, apabila pendapatan disposebel adalah Rp.400 ribu tabungan adalah Rp. -60 riibu, maka APS = -60/400 = -0,15

Sifat hubungan di antara MPC dan MPS, dan APC dan APS mempunyai ciri berikut: MPC + MPS = 1 APC + APS = 1 Berdasarkan ciri-ciri konsumsi, secara grafik dapat dibentuk fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, yang secara grafik menunjukkan hubungan di antara konsumsi, tabungan dan pendapatan nasional.

Contoh mencari fungsi konsumsi dan menggambar grafiknya

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kita telah mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi individu, antara lain pendapatan yang diterima, tingkat harga, selera. Kali ini, kita akan mencoba membahasnya dari segi ekonomi makro. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseluruhan konsumsi rumah tangga diklasigikasikan ke dalam tiga bagian, antara lain faktor ekonomi, demografi, dan faktor nonekonomi, ada juaga yang membedakan faktor obyektif dan subyektif 2.2.2 INVESTASI Investasi merupakan pengeluaran untuk kegiatan produksi atau pada sesuatu dengan harapan memperoleh keuntungan. Investasi terkadang disebut sebagai kegiatan penanaman modal. Investasi pada kegiatan produksi yaitu investasi yang meliputi input produksi yang penggunaanya dalam jangka waktu yang relatif lama dan dapat digunakan dalam proses produksi. Contoh investasi adalah pembelian berupa asset financial seperti obligasi, saham , asuransi. Dapat juga pembelian berupa barang seperti mobil atau property seperti rumah atau tanah. Lebih luasnya investasi dapat berarti pembelian barang modal untuk produksi dalam suatu usaha misalnya pembelian mesin. Bahkan pemberian pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang membuat lebih mahir dalam bekerja bisa dikatakan sebagai investasi.

Kesamaan dari semua investasi diatas adalah harapan memperoleh keuntungan (gain) di kemudian hari. Mengapa kita perlu berinvestasi? Ada banyak alasan untuk ini, salah satunya adalah persiapan masa depan sedini mungkin melalui persiapan perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Seperti kita tahu sejalan dengan waktu nilai mata uang bisa berkurang karena adanya inflasi, yaitu misalnya kenaikan harga barang dan jasa, inflasi inilah salah satu alasan utama mengapa kita perlu berinvestasi, baik atas dana atau aset yang sudah ada atau yang akan kita miliki agar “nilai”-nya dapat dipertahankan dan tentu saja diharapkan meningkat. Dari uraian diatas dapat di tarik 4 hal utama alasan berinvestasi yaitu: a. Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum dapat terpenuhi. b. Adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang telah dimiliki. c. Adanya keinginan untuk menambah nilai aset yang sudah ada. d. Adanya Inflasi. Apa saja yang dapat mempengaruhi investasi? Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasi, diantaranya: -

Suku Bunga ketika suku bunga bank rendah atau tidak tinggi, calon investor (sebutan bagi pelaku investasi) memprediksikan hasil investasi lebih besar dari pada jika ditabung dan memperoleh bunga. Maksudnya adalah jika dana yang digunakan hasil pinjaman, keuntungan investasi tidak besar, maka akan rugi, karena untuk membayar cicilan dan bunganya (yang lebih tinggi dari hasil investasi) tidak mencukupi.

-

Tingkat Ekspetasi Keuntungan Ekspektasi adalah harapan. Jadi bila harapan keuntungan tinggi, tingkat investasi juga tinggi.

-

Ramalan Keadaan Ekonomi Kebalikan dari tabungan, investasi lebih tinggi pada saat keadaan ekonomi stabil karena suatu usaha akan lebih mudah dikalkulasikan dan diprediksi keuntungannya. Kondisi ekonomi yang tidak stabil menyebabkan sektor usaha tidak dapat diprediksi keuntungannya, bahkan peluang untuk ambruk lebih besar sehingga keinginan orang untuk berinvestasi akan menurun.

2.2.3 HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI Terdapat hubungan antara konsumsi, tabungan, dan investasi. Apabila tingkat konsumsi tinggi maka tingkat tabungan akan rendah. Rendahnya tabungan yang berfungsi sebagai sumber utama lembaga keuangan (bank/nonbank) dalam melakukan pinjaman akan berdampak pada berkurangnya jumlah pinjaman yang disalurkan kepada nasabah. Hal ini akan menyulitkan para pelaku investasi dalam memperoleh pinjaman untuk melakukan investasi. Contoh soal Pada suatu perekonomian negara “Z” diketahui fungsi konsumsi C = 200 miliar + 0,75 Y, sedangkan besarnya pengeluaran investasi perusahaan (I) sebesar Rp300 miliar. Tentukan:

o Besarnya pendapatan nasional keseimbangan, o Besarnya konsumsi keseimbangan, o Besarnya tabungan keseimbangan, o Gambar grafik fungsi konsumsi, tabungan, dan investasi dalam keadaan keseimbangan.

Related Documents

Ekonomi
June 2020 32
Ekonomi
May 2020 51
Ekonomi
May 2020 44
Ekonomi
May 2020 41
Ekonomi
August 2019 70
Ekonomi
November 2019 70

More Documents from ""