Ekologi Tanpa Kaver.docx

  • Uploaded by: Susy Yantika Siahaan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ekologi Tanpa Kaver.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,406
  • Pages: 17
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Dasar Ekologi Hewan” Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Tarakan, 18 Maret 2019

Kelompok 1

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ ii Daftar Isi ..............................................................................................................................................iii BAB I .................................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1 A.

Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

B.

Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2

C.

Tujuan ..................................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 3 A.

Ekosistem Sebagai Konsep Ekologi ..................................................................................... 3

B.

Analisis Biotik dalam Ekosistem .......................................................................................... 7

BAB III.............................................................................................................................................. 14 PENUTUP ......................................................................................................................................... 14 A.

Kesimpulan ........................................................................................................................... 14

B.

Saran...................................................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 15

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hewan sebagaimana mahluk hidup lainnya, menempati lokasi bersama dengan mahluk hidup lainnya dan mahluk tidak hidup yang bersama-sama membentuk lingkungan hidup hewan. Antara mahluk hidup dan lingkungannya saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu sistem yang kompleks. Sistem yang terbentuk karena interaksi mahluk hidup dengan lingkungannya disebut ekosistem, sedangkan ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi (Saroyo,2016). Organisme atau makhluk hidup apa pun dan di manapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain dan semua komponen lingkungan yang dapat dipandang sebagai sumber daya alam untuk keperluan pangan, papan atau tempat berlindung, sandang, serta kegunaan lain sesuai kebutuhan hidupnya. Hubungan antara organisme yang satu dengan yang lainnya dan dengan semua komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit), dan bersifat timbal balik. Ekosistem merupakan konsep sental dalam ekologi karena ekosistem ( sistem ekologi ) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup denga lingkungannya. Ekosistem juga merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat didalamnya tercakup organisme dan komponen abiotik yang masing-masing saling memengaruhi. Ekosistem juga mempunyai ukuran yang beraneka ragam besarnya bergantung kepada tingkat organismenya. Ekologi

di

dalam

perkembangannya

menjadi

semakin

dibutuhkan

kehadirannya hampir di setiap pemecahan permasalahan lingkungan dan pembangunan. Kondisi ini sangat dimungkinkan karena ekologi menjadi dasar yang harus dimiliki dalam menerapkan konsep lingkungan, maupun konsep-konsep

1

tentang manusia dan mahluk hidup lain dalam hubungannya dengan lingkungan (Sukarsono,2009). Konsep ekologi berperan demikian penting tidak hanya pada masa lalu, namun juga pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Mengingatkan hal tersebut maka konsep-konsep serta dasar-dasar ekologi sebaiknya dimasyarakatkan sendiri mungkin serta disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat. Dalam pengkajiannya, ekologi hewan kelak sepertinya memisahkan diri dari ekologi tumbuhan. Hal ini dilakukan hanya dalam keperluan pembahasan yang sebenarnya jika dikaji lebih jauh, pemahaman terhadap pemisahan ini akan salah, karena sebagaimana yang dipelajari dalam ekologi dasar, bahwa hewan dan tumbuhan dalam lingkungan tidak akan berdiri sendiri. Kecuali untuk keperluan percobaan yang memandirikan hewan dan lingkungan agar pembahasannya lebih focus.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana yang dimaksud dengan ekosistem sebagai konsep ekologi? 2. Bagaimana analisis biotik dalam ekosistem?

C. Tujuan 1. Mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan ekosistem sebagai konsep ekosistem. 2. Mengetahui bagaimana analisis biotik dalam ekosistem.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Ekosistem Sebagai Konsep Ekologi Dalam spektrum biologi, kajian ekologi hewan terutama ditujukan pada penelaah karakteristik dan perilaku hewan dalam suatu sistem biologi yang dinamakan ekosistem. Konsep ekosistem pada dasarnya mengandung pemahaman tentang interaksi atau hubungan timbal balik antara mahluk hidup (biosenosa), baik populasi atau komunitas hewan dengan biotop-nya, yaitu habitat yang mempunyai karakteristik kondisi lingkungan dan biotanya yang khas (MacFayden, 1963). Dengan kata lain, komunitas biotik dalam sistem itu tidak saja tergantung pada karakteristik habitatnya tetapi juga pada perubahan-perubahan yang telah terjadi yang dilakukan oleh biotanya. Sehingga terdapat dua komponen yaitu komponen habitat (abiotik) dan komponen mahluk hidup (biotik) yang terlibat dalam interaksi tersebut yang kemudian secara keseluruhan membentuk suatu sistem ekologi. Sistem ekologi tersebut oleh Tansley dinamakan “ekosistem” (MacNaughton dan Wolf, 1998). Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup maupun tidak hidup (tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi (Utomo, 2015). Dalam sistem biologi interaksi antara biota dengan lingkungan hidupnya pada setiap tingkatan baik individu, populasi atau komunitas akan menghasilkan sistem fungsional yang berlangsung pada sistem biologi yang tersebar atau pada satu sistem atau beberapa sistem sekaligus.

3

Dalam suatu sistem biologi atau ekosistem, pada umumnya terdapat beberapa karakteristik yang penting yang menjadi entitas atau sifat dari suatu ekosistem, yaitu : “mempunyai organisasi, hirearki dan umpan balik, terdapat masukan, keluaran, dan dapat dilakukan simulasi serta dapat dibuat model”. Dan komponen masukan atau keluaran yang terdapat dalam suatu ekosistem. Biasanya adalah materi, energi dan biota yang bermigrasi atau berimigrasi (Kendeigh, 1970: soetjipta, 1992) Suatu ekosistem atau sistem biologi dapat merupakan suatu sistem terbuka dan sistem tertutup. Suatu ekosistem terbuka adalah suatu ekosistem yang memiliki satu atau lebih masukan atau keluaran, misalnya biosfer suatu ekosistem terbesar di bumi yang merupakan ekosistem alami atau kolam yang merupakan ekosistem buatan. Suatu ekosistem tertutup adalah suatu ekosistem yang dianggap tertutup dari semua masukan karena sistem tersebut terisolasi secara lengkap. Di alam pada dasarnya jarang sekali terdapat suatu sistem tertutup karena isolasi selengkapnya biasanya hanya berlangsung sementara saja. Sistem ekologi alami cenderung sangat kompleks dan kadang-kadang sulit untuk dipertelakan atau diuraikan satu persatu karena pengaruh berbagai faktor yang saling berkaitan. Misalnya hewan yang terdapat dalam suatu ekosistem ada yang mudah ditangkap dan diamati, tetapi terdapat pula hewan beracun yang berbahaya dan sulit ditangkap, dan terdapat pula ekosistem yang unik dan bersifat khas; sehingga untuk itu dipertelaan secara umum untuk spesies tidak mudah dilakukan. Sistem ekologi tidaklah seperti sistem fisik atau sistem kimia yang dapat diketahui atau ditentukan pada waktu tertentu saja. Karena suatu sistem ekologi tidak dapat tentukan kondisinya berdasarkan keadaan sekarang. Kondisi habitat dan lingkunganya pada dasarnya akan ditentukan dan tergantung pada hal-hal yang terjadi pada waktu sebelumnya. Selain itu, hal-hal yang berlangsung pada suatu komunitas biotik dihabitatnya tidak saja dapat berbeda menurut skala ruang (spasial) tetapi juga tergantung pada skala waktu ( temporal). Dalam masalah perusakan lingkungan yang dapat mengganggu suatu ekosistem, pendekatan analisis sistem yang menggunakan komponen ekosistem sebagai komopnen

4

analisis, diharapkan dapat memecahkan dan menjawab berbagai masalah tersebut baik dalam tingkat populasi dan komunitas biotiknya atau sifat-sifat khusus ekosistemnya. Contohnya adalah adanya ledakan populasi serangga tertentu yang dapat menjadi hama atau atau adanya pencemaran lingkungkangan perairan oleh merkuri yang dapat menimbulkan penyakit minamata. Pada tahun 1846-1903 seorang ahli ekologi bernama V.V. Dokuchaev daan seorang ahli ekologi hutan bernama G.F. Morozov telah menaruh perhatian besar terhadap ekosistem dan menggunakan istilah yang mempunyai makna sama dengan ekosistem biokoenosis. Demikian juga masih ada ahli-ahli ekologi lainnya yang telah menggunakan istilah yang mempunyai makna sama dengan ekosistem (indrianto, 2005). Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi. 2. Ekosistem, yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan diantara keduanya saling memengaruhi. Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit funsional dasar dalam ekologi karena merupakan suatu terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya. 3. Ekosistem, yaitu tatanan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Unsur-unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semua tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling memengaruhi, saling berintraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan (Indrianto, 2005).

5

Berdasarkan penelitian yang berjudul: Hubungan antara kelimpahan hewan makrobenthos dengan kerapatan lamun yang berebeda di pulau panjang dan teluk awur jepara dengan mengunakan metode studi kasus yang bersifat deskriptif. Kondisi dari ekosistem lamun dikedua lokasi tersebut akan mempengaruhi tingkat kerapatan dan dipengaruhi oleh hewan makrobenthos yang hidup di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerapatan lamun yang berbeda dengan kelimpahan hewan makrobenthos yang ada di perairan Pilau Panjang dan Teluk Awur Jepara. Di pulau panjang ditemukan 5 jenis lamun dan di Teluk Awur ditemukan 4 jenis lamun. Kelimpahan hewan makrobenthos di Pulau Panjang pada kerapatan jarang, sedang dan rapat yaitu 68 ind/m3, 77 ind/m3 dan 103 ind/m3. Diteluk Awur pada kerapatan jerang, sedang dan rapat yaitu 43 ind/m3, 62 ind/m3 dan 84 ind/m3. Hubungan antara kelimpahan hewan makrobenthos dengan kerapatan lamun yang berbeda bernilai positif yang artinya setiap peningkatan jumlah kerapatan lamun maka akan diikuti peningkatan jumlah kelimpahan hewan makrobenthos di Pulau Panjang dan Teluk Awur Jepara (Prasetya, 2015). 1. Tipe Ekosistem a. Kelompok ekosistem bahari Ekosistem bahari dapat dikelompokkan lagi kedalam ke dalam ekosistem yang lebih dalam lagi, yaitu: ekosistem laut dalam, pantai pasir dangkal, terumbu karang, pantai batu, pantai lumpur. Dalam setiap ekosistem pada ekosistem bahari ada perbedaan dalam komponen penyusunnya, baik biotik maupun abiotic. b. Kelompok ekosistem darat alami Pada ekosistem darat alami di Indonesia terdapat tiga bentuk vegetasi utama yaitu 1) Vegetasi pamah (lowland vegetation) Merupakan bagian terbesar hutan dan mencakup kawasan yang paling luas di Indonesia, terletak pada ketinggian 0-1000 m. terdiri atas vegetasi rawa darat. Vegetasi rawa terdapat ditempat yang selalu tergenang air dan membentuk urutan yang menerus daria air terbuka sampai hutan campuran. Beberapa contoh vegetasi pamah adalah hutan bakau, hutan rawa air tawar, hutan tepi sungai, hutan rawa gambut, dan komunitas danau.

6

2) Vegetasi pengunungan Vegetasi pengunungan sangat beranekaragam daan sering menunjukkan pemintakan jelas, sesuai dengan pemintakatan flora yang berlaku untuk semua kawasan trofik. Vegetasi pengunungan dapat diklasifikasikan menjadi hutan pengunungan, padang rumput, vegetasi terbuka pada lereng berbatu, vegetasi rawa gambut dan danau serta vegetasi alpin. 3) Vegetasi munson Terdapat di daerah yang beriklim kering musiman dengan Q > 33,3 persen dan evapotranspirasi melebihi curah hujan yang umumnya kurang dari 1500 mmm/tahun. Contoh diantaranya adalah hutan monsun, savanna dan padang rumput. c. Kelompok ekosistem suksesi Ekosistem suksesi adalah ekosistem yang berkembang setelah terjadinya perusakan ekosistem alami yang terjadi karena peristiwa alami maupun karena kegiatan manusia atau bila ekosistem buatan tidak tidak dirawat lagi dan dibiarkan berkembang sendiri menurut kondisi alam setempat. d. Kelompok ekosistem buatan Di samping ekosistem alam ada ekosistem buatan manusia, seperti danau, hutan tanaman, dan argoekosistem (sawah tadah hujan, sawah irigasi, sawah surjan, sawah rawa, sawah pasang surut, kebun pekarangan, kolam dll). Sebagai gambaran ekosistem buatan akan diuraikan mengenai ekosistem kolam dan ekosistem padang rumput. B. Analisis Biotik dalam Ekosistem Semua ekosistem, baik ekosistem terstrial (daratan ) seperti padang rumput, hutan, gurun, dan tundra maupun ekosistem akuatik (perairan) seperti ekosistem air tawar, ekosistem estuatiandan ekosistem marine. Ekosistem darat dibedakan atas dasar vegetasi yang dominan. Ekosistem akuatik dibedakan atas siifat kimia yaitu kadar garamnya,

7

ekosistem air tawar (kadar garam sangat rendah) di dalamnya yang termasuk danau, kolam, rawa, ngari daan sungai. Samudra dan laut merupakan ekosistem marine (kadar garam sangat tinggi). Teluk, muara, sungai dan rawa pasang surut dimana air tawar bercampur dengan air laut membentuk ekosistem estuaria. Ekosistem tersebut terdiri atas komponenkomponen yang dapat dikelompokan berdasarkan segi trofik atau nutrisi dan segi struktur dasar ekosistem. 1. Komponen ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut. a. komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya air binatang, tetumbuhan, dan mikroba. b. Komponen abiotik ( komponen benda mati) misalnya air, udara, tanah, dan energi.

1.Faktor biotik Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekologi, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukan kesatuan (Indrianto, 2005). Bila kita memasuki suatu ekosistem, baik ekosistem daratan maupun ekosistem perairan, akan dijumpai adanya dua macam organisme hidup yang merupakan komponen biotik ekosistem. Kedua macam komponen biotik tersebut adalah autotrofik dan heterotrofik. a.

Komponen autotrofik (autotrophic). Kata autotrofik berasal dari kata autos artinya, sendiri, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesiskan makanannya sendiri berupa bahan organik berasal dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa radiasi matahari. Oleh karena itu, organisme mangandung klorofil termasuk ke dalam golongan autrotof dan

8

pada umumnya adalah golongan tetumbuhan. Pada komponen autrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks. b.

Komponen

heterotrofik

(heterotrofhic).

Kata

heterotroph

berasal

dari

heteroartinya berbeda atau lain, dan trophikosartinya menyediakan makanan. Komponen heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Jadi, Komponen heterotrofik memperoleh makanan dari komponen autotrofik, kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana. Dengan demikian, binatang, jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik (Indrianto, 2005). 2. Komponen abiotik Komponen abiotik (benda mati atau nonhayati), yaitu komponen fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem yang terdiri atas suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angina, garis lintang dan lain sebagainyayang berupa medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan. a. Suhu Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jeenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. b. Sinar matahari Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. c. Air Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan sebagai air minum dan

9

sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotic lain, misalnya tanah atau batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk. d. Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan e. Ketinggian Ketingian tempat yang menetukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. f. Angin Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. g. Garis Lintang Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula juga. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang terteentu saja.

Semua Ekosistem ditinjau dari segi penyusunan terdiri atas empat komponen, yaitu komponen abiotik, komponen biotik yang mencakup produsen, konsumen, dan pengurai. Masing-masing dari empat komponen tersebut diuraikan sebagai berikut. a.

Bahan anorganik yang meliputi C,N, CO2, H2O, dan lain-lain. Bahan-bahan ini mengalami daur ulang.

b.

Bahan organik yang meliputi karbohidrat, lemak, protein, bahan humus, dan lain-lain. Bahan-bahan organik ini merupakan penghubung antara komponen biotik dan abiotik.

c.

Kondisi iklim yang meliputi faktor-faktor iklim, misalnya angina, curah hujan, dan hujan.

d.

Komponen produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya berupa tumbuhan hijau. Produsen menggunakan energi radiasi matahari dalam proses

10

fotosintesis, sehingga mampu mengasimilasi CO2 dan H2O menghasilkan energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat. Dalam proses fotosintesis tersebut, oksigen dikeluarkan oleh tumbuhan hijau kemudian dimanfaatkan oleh suatu makhluk hidup di dalam proses pernapasan. Selain tumbuhan berklorofil, juga ada bakteri kemosintetik yang mempu menghasilkan energi kimia melalui reaksi kimia. Tetapi peranan bakteri kemosintetik ini tidak begitu besar dibandingkan dengan tumbuhan fotosintetik. e.

Makrokonsumen Adalah organisme heterotrof, terutama hewan-hewan seperti kambing, ular, serangga, dan udang. Organisme ini hidupnya tergantung pada organisme lain, dan hidup dengan memakan materi organik.

f.

Mikrokonsumen adalah tumbuhan atau binatang yang hidupnya sebagai parasit, scaunger, dan saproba. Parasit tumbuhan atau binatang hidupnya bergantung kepada sumber makanan dari inangnya. Sedangkan scaunger dan saprobe hidup dengan makan bangkai binatang dan tumbuhan yang telah mati.

g.

Komponen pengurai, yaitu mikroorganisme yang hidupnya bergantung kepada bahan organik dari organisme mati (binatang, tumbuhan, dan manusia yang telah mati) mikroorgaisme pengurai tersebut pada umumnya terdiri atas bakteri dan jamur. Dekomposer, yaitu mikroorganisme yang menyerang bangkai hewan dan sisa tumbuhan mati, kemudian memecah bahan organik kompleks ke dalam ikatan yang lebih sederhana. Pada semua ekosistem dengan tingkat organisasi yang berbeda-beda di dalamnya

selalu terdapat empat komponen utama, selalu terjadi intraksi antarkomponen, dan terdapat proses ekologi yang secara umum sama. Perbedaan antarekosistem yang tingkat organisasinya berbeda itu hanya terletak pada beberapa hal antara lain (Indrianto, 2005): 1. Jumlah spesies organisme produsen yang menjadi komponen ekosistem 2. Jumlah spesies organisme konsumen yang menjadi komponen ekosistem 3. Jumlah spesies organisme pengurai yang menjadi komponen ekosistem

11

4. Jumlah dan jenis komponen abiotik yang terdapat dalam ekosistem 5. Kompleksitas atau kerumitan intraksi antarkomponen dalam ekosistem, serta 6. Tiap-tiap proses ekologi yang berjalan dalam ekosistem.

Konsep ekosistem merupakan konsep yang luas, yang merupakan konsep dasar dalam ekologi. Konsep ini menekankan pada hubungan timbal balik dan saling berkaitan anatara organisme hidup dengan lingkungannya yang tidak hidup. Setiap ekosistem di dunia ini mempunyai struktur umum yang sama, yaitu adanya enam komponen seperti tersebut di atas, dan adanya interaksi antar komponen-komponen tersebut. Jadi baik itu ekosistem alami (daratan, perairan) maupun ekosistem buatan (pertanian, perkebunan), semuanya mempunyai kesamaan. Sering terjadi bahwa proses autotrofik dan heterotrofik, serta organisme yang bertanggung jawab atas berbagai proses tersebut tersebut (terpisah secara tidak sempurna), baik menurut ruang maupun waktu. Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa di hutan, proses autotrofik, yaitu fotosintesis, lebih banyak terjadi di bagian kanopi sedangkan proses heterotrofik,lebih banyak terjdi di permukaan lantai hutan (hal ini terpisah berdasar ruang). Proses autotrofik juga terjadi pada waktu siang hari, dan proses heterotrofik dapat terjadi baik di siang hari maupun di malam hari (terpisah berdasarkan waktu). Adanya pemisahan tersebut juga dapat dilihat pada ekosistem perairan. Pada ekosistem perairan, lapisan permukaan yang dapat di tembus oleh sinar matahari merupakan lapisan autotrofik. Dalam lapisan ini proses autotrofik adalah dominan. Lapisan perairan dibawahnya yang tak tertembus sinar matahari merupakan lapisan heterotrofik. Di dalam lapisan ini berlangsung proses heterotrofik. Dengan adanya pemisahan berdasarkan ruang dan waktu tersebut, lintasan energi juga dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Lintasan merumput (grazing circuit), meliputi proses yang melalui konsumsi langsung terhadap tumbuhan hidup atau bagian tumbuhan hidup, ataupun organisme hidup lainnya.

12

2. Lintasan detritus organik (organic detritus circuit), melalui akumulasi dan penguraian sampah serta bangkai. Pada umumnyan komponen abiotik merupakan pengendali organisme dalam melaksanakan peranannya di dalam ekosistem. Bahan-bahan anorganik sangat diperlukan oleh produsen untuk hidupnya. Bahan-bahan ini juga merupakan penyusun dari tubuh organisme, demikian juga bahan organik. Bahan organik sangat diperlukan oleh konsumen (makro maupun mikrokonsumen) sebagai sumber makanan. Produsen dengan proses fotosintesis adalah merupakan komponen penghasil energi kimia atau makanan. Merekalah yang menghasilkan energi makanan yang nantinya juga digunakan oleh konsumen. Kemudian

komponen

mikrokonsumen

atau

pengurai

bertanggung

jawab

untuk

mengembalikan berbagai unsur kimia ke alam (tanah), sehingga nantinya dapat digunakan oleh produsen dan keberadaan ekosistem akan terjamin. Bilamana prean setiap komponen tersebut tidak dapat berjalan, kelangsungan ekosistem akan terancam. Demikian pula apabila peran tersebut berjalan pada keceppatan yang tidak semestinya, misalnya tersendatsendat, keseimbangan di dalam ekosistem akan mudah terganggu.

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup maupun tidak hidup (tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi (Utomo, 2015). ekosistem dibagi menjadi beberapa tipe yaitu ekosistem bahari, kelompok ekosistem darat alami, kelompok ekosistem suksesi, kelompok ekosistem buatan. Faktor biotik dalam ekosistem adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekologi, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Faktor abiotik yang mempengaruhi ekosistem yang terdiri atas suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angina, garis lintang dan lain sebagainya yang berupa medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan

B. Saran Dalam menyusun makalah sebaiknya referesi yang digunakan lebih berfariasi agar informasi yang diberikan lebih beragam dan lebih luas, selain itu kritik dan saran dari pembaca mengenai penyusunan makalah ini akan sangat membantu tim penyusun untuk melakukan pebaikan dimasa yang akan datang.

14

DAFTAR PUSTAKA Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Muhammadiyah Indrianto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara Sumarto, saroyo dan roni. 2016. Ekologi Hewan. CV. Patra Media Gravindo; Bandung Indriyanto.2005. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara; Jakarta Utomo, dkk. 2015. Pengertian, Ruang Lingkum Ekologi dan Ekosistem. Https:// repositoty.ut.ac.id/4305/1/Biol4215-M1.pdf. diakses tanggal 14 Maret 2019 Prasetya, dkk. 2015. Hubungan Antara Kelimpahan Hewan Makrobenthos Dengan Kerapatan Lamun Yang Berbeda di Pulau Panjang dan Teluk Awur Jepara. Diponegoro Journal Of Maquares. Vol. 4. No. 4

15

Related Documents

Ekologi Tanpa Kaver.docx
November 2019 21
Ekologi
October 2019 62
Ekologi
June 2020 37
Ekologi Bangunan.docx
November 2019 46
1_pengertian Ekologi
June 2020 30
Ekologi Hewan.docx
November 2019 36

More Documents from "stareast"