BAGIAN RISMA FAKTA
KONSEP
A. Ikan glodok (Periophthalamus gracilis) -
'Periophthalmus' berasal dari bahasa Yunani 'peri' (sekitar),
dan
'opthalamus'
(mata),
sehingga
periopthalamus ini mengacu pada bidang visual (mata) yang luas/besar dari spesies ini. -
'gracilis' dari Bahasa Latin berarti ramping, yang mengacu pada ketipisan ikab glodok ini
-
Ikan glodok memiliki nama Periophthalamus gracilis karena memiliki mata yang menonjol seperti mata katak serta memiliki tubuh yang ramping dan panjang. Selain itu ikan glodok termasuk hewan mudskipper karena kemampuannya untuk bertahan di daratan, berjalan, serta melompat di lumpur.
-
Ikan glodok naik ke permukaan -
Ikan glodok naik ke daratan untuk mencari makan,
berjemur, berjalan dan melompat-
makanannya berupa serangga, cacing, ataupun
lompat di darat lalu memasukkan diri
hewan-hewan yang lebih kecil lainnya. Perilaku ikan
lagi ke dalam air
gelodok yang mampu berada di darat dan di air menyebabkan ikan ini memerlukan struktur alat gerak khusus yang tersusun atas tulang, otot dan persendian yang mampu menunjang pergerakannya. Hutomo W dan Namin N (1982) menyatakan bahwa pangkal sirip pectoral ikan glodok telah beradaptasi sehingga memiliki otot yang kuat dan dapat ditekuk serta berfungsi
seperti
lengan
untuk
merayap dan
merangkak di daratan. -
Pernapasan pada ikan gelodok adalah dengan insang tetapi telah disesuaikan untuk bisa digunakan di darat. Ini dilakukan dengan memerangkap air di rongga insangnya yang membesar dengan cara menutup rapat
mulut
dan
tutup
insangnya
sehingga
memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi ketika ikan glodok berada di daratan. Ikan glodok bisa bertahan lama di darat selama air di bawahnya masih mengandung oksigen. Apabila oksigennya habis ia harus segera mencari air segar lagi dan proses yang sama terulang lagi. Selain dengan insang, ikan gelodok juga mempunyai kulit yang
banyak
sekali
saluran-saluran
darahnya
sehingga dapat melakukan pengambilan oksigen bisa melalui kulit dan dengan adanya lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu glodok setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. -
Ketika ikan glodok berenang, kedua mata ikan glodok ini tetap muncul di permukaan mirip periskop kapal selam dan kedua matanya mampu bergerak secara independent, jadi yang satu bisa melihat ke kiri dan yang lainnya bisa melihat ke kanan pada saat bersamaan. Selain itu, juga karena berada di luar rongga kepala, mata yang mereka miliki mampu melihat ke segala arah alias dapat berputar 360 derajat.
-
Bisa bertahan hidup di perairan yang -
Ikan ini termasuk ikan yang paling tahan terhadap
keruh dan kotor
perubahan salinitas air dan kerusakan lingkungan hidup sehingga dapat tetap hidup dalam kondisi yang memprihatinkan sekalipun. Karena insang ikan glodok
terlah
termodifikasi
sehingga
dapat
melakukan penyaringan oksigen dengan baik di air yang tercemar serta mampu menyimpan oksigen tersebut dalam beberapa waktu. Selain itu, ikan glodok lebih sering menghabiskan waktunya di darata dari pada di perairan.
-
Ikan glodok hidup di wilayah pasang surut sehingga ikan ini menggali lubang di lumpur yang lunak dekat akar-akar bakau atau dekat air sebagai sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang yang berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Jika merasa terancam bahaya, gelodok umumnya segera menceburkan diri ke dalam air atau bersembunyi ke dalam lubang sarangnya untuk menghindari pemangsanya. Namun, apabila air surut, ikan glodok akan keluar dari air, merangkak atau melompat lompat di atas lumpur untuk mencari makan.
B. Putri malu (Mimusa piduca) -
"Mimosa" berasal dari bahasa Yunani yang berarti meniru, sementara "pudica" dalam Bahasa Latin berarti pemalu. Sehingga apabila digabungkan namanya menyiratkan perilaku/respon melipat yang lakukan oleh daun tanaman saat terkena gangguan fisik eksternal atau terjadi kontak langsung
-
Daun
akan
menutup
ketika -
Menutupnya daun putri malu ketika terjadi sentukan
bersentuan dengan benda asing lalu
merupakan respon tubuhnya terhadap lingkungan
kembali lagi ke bentuk semula
luar. Sentuhan pada tumbuhan tersebut menimbulkan reaksi sehingga daun-daunnya menguncup dan tubuhnya terkulai layaknya tumbuhan yang layu. Reaksi putri malu tersebut termasuk gerakan Seismonasti, yaitu gerakan yang disebabkan oleh rangsangan sentuhan atau mekanik. -
Tumbuhan putri malu memiliki dua macam kepekaan, yakni terhadap sentuhan (seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau melakukan gerakan tidur pada malam hari (niktinasti). Gerak niktinasti dan seismonasti yang dimiliki oleh putri malu
tergolong dalam gerak nasti (gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak ditentukan oleh arah datang nya rangsangan) serta tergolong ke dalam gerak etionom (gerak yang disebabkan karena adanya rangsangan dari luar tumbuhan berupa faktor-faktor lingkungan). -
Gerak nasti terjadi disebabkan karena adanya rangsangan
dari
luar
menyebabkan
perubahan
tekanan turgor pada sel-sel batang, cabang, dan tulang daun. Tekanan turgor merupakan tekanan air pada dinding sel akibat perubahan kadar air dalam sel tumbuhan. Pada saat bagian tumbuhan putri malu disentuh, terjadi aliran air menjauhi daerah sentuhan. Adanya aliran air tersebut menyebabkan kadar air selsel motor di daerah sentuhan berkurang, sehingga tekanan turgornya mengecil, selain itu disebabkan juga karena hilangnya turgor dalam sel-sel pulvinus. Pulvinus adalah organ penggerak khusus yang berada di tulang daun. Akibatnya batang, cabang, dan atau tulang daun menjadi layu dan diikuti dengan mengatupnya daun putri malu. Setelah beberapa saat tertentu tekanan turgor sedikit demi sedikit akan kembali ke keadaan normalnya diikuti dengan tegaknya kembali batang, cabang, dan mekarnya seluruh daun (Lutfi Hidayat. 2000) -
Di dalam sel tumbuhan terdapat suatu struktur yang dapat mempertahankan turgor, struktur itu adalah vakuola. Vakuola mengeluarkan proton (H+) yang dapat melemahkan dinding. Seiring dengan peristiwa ini vakuola menyerap air dengan cepat lalu membengkak
dan
menekan
cairan
sel
ke
dinding sel serta mengakibatkan tekanan turgor untuk meregangkan dinding sehingga berukuran lebih besar.
-
Menutupnya daun putri malu ini juga sebagai upaya untuk
mengelabuhi
dan
menghindari
dari
pemangsanya. Selain dengan menutupkan diri, untuk pertahanan tubuhnya putri malu memiliki duri di permukaan batangnya. Duri ini sangat tajam karena bentuknya yang sedikit membengkok. C. Kepiting (Uca spp.) ketam -
Uca (Xeruca) dari Bahasa Yunani ‘Xeros’ berarti kering, yang mengacu pada hewan yang hidup di daerah kering intertidal
-
Salah satu capit Uca spp. berukuran -
Capit besar menunjukkan karakteristik jenis Uca ,
besar
sedangkan capit kecil menunjukkan asosiasi jenis Uca pada ada habitat tertentu seperti lumpur atau pasir. Secara umum, polleks dan daktilus akan membentuk suatu celah ketika keduanya terkatup. Capit kecil dengan celah yang sempit dan bergerigi menunjukkan
asosiasi
dengan
substrat
lumpur,sedangkan celah yang besar dan tanpa gerigi menunjukkan asosiasi dengan substrat pasir (Crane, 1975) -
Di dekat akar-akar tanaman bakau, Uca spp. akan mengelupasi kulit akar tanaman bakau menggunakan capitnya yang besar. Hal ini dilakukan untuk mendaatkan makanan, sebab akar bakau merupakan media penempelan nutrisi-nutrsi yang hayut oleh aliran
air.
Selain
itu,
sumber utama makanan
Uca spp. adalah bakteri perombak yang tumbuh pada sisa-sisa/seresah tumbuhan bakau yang ada di dekatnya. Sehingga ketika mengambil makanan yang terkumpul banyak dan melekat pada akar bakau, maka ketika keipting mengambilnya menggunakan capitnya yang besar maka akar bakau tersebut akan
ikut terlapas. Setelah dapat mengambil makannannya maka makanan itu akan dipindahkan ke capitnya yang kcil untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. -
Capit Uca spp. yang berukuran besar juga digunakan untuk alat perlindungan diri dari predator maupun dari kepiting lain untuk mempertahankan daerahnya. Untuk mempertahankan daerah dan memperebutkan betina, kepiting jantan akan bertarung menggu akan capit besarnya yang kuat.
-
Dalam masa hidupya, kepiting akan berganti kulit. Proses ganti kulit ini salah satunya adalah dengan memutuskan capit besarnya dan capit tersebut akan diregenerasikan menjadi capit baru yang lebih kuat.
-
Uca spp. membuat lubang di sekitar -
Kepiting bakau dewasa hidup pada kisaran kadar
akar bakau, langsung masuk lubang
garam yang luas (euryhaline) dan memiliki kapasitas
ketika merasa terancam
untuk menyesuaikan diri (adaptasi) yang cukup tinggi. Hewan ini juga memiliki kemampuan untuk bergerak dan beradaptasi pada daerah terestrial serta tambak yang memiliki cukup pakan. Semua itu karena kepiting bakau memiliki vaskularisasi dinding ruang insang untuk memudahkan penyesuaian diri terhadap habitatnya (Nirmalasari, 2011). -
Habitat alami kepiting bakau adalah daerah perairan payau yang dasarnya berlumpur dan berada di sepanjang garis pantai yang banyak ditumbuhi pohon bakau (mangrove).
-
Kepiting bakau selalu menggali sebuah lubang sebagai tempat berlindung dan jarang terlihat jauh dari lubangnya. Begitu juga ketika air pasang kepiting cenderung akan memanjat akar-akar mangrove dan pohon untuk mencari makan. Pada saat siang hari, waktu pasang terendah kebanyakan kepiting tinggal di dalam lubang untuk berlindung dari tangkapan
manusia, serangan burung dan predator lainnya (Prianto, 2007).
D. Capung hijau (Orthetrum sabina) -
Beterbangan
di
sekitar
sungai -
Adanya capung adalah sebagai penanda kualitas air di
Bogowonto dan sekiter sungai Hutan
suatu perairan. Secara ekologi, Odonata berkembang
Mangrove Wanatirta
biak di sekitar lingkungan perairan. Dalam siklus hidupnya, larva (nimfa) yang selama hidupnya berada di dalam air (bagian dasar perairan). Beberapa capung menempati habitat perairan tertentu, seperti perairan sungai bersih dan mengalir dengan intensitas cahaya matahari sedang seperti di bawah naungan pohon (Rahadi et al. 2013). Karena itu, keberadaan capung di lingkungan dapat menjadi bioindikator perairan, bahwa secara tidak langsung kehadiran capung dapat menandakan bahwa di sekitar lingkungan tersebut masih terdapat air bersih. Perubahan dalam populasi capung dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk menandai adanya polusi (lingkungan yang tercemar). Walaupun air di sungai Bogowonto dn Hutan Mangrove Wanatirta kualitasnya kurang baik namun tetap banyak ditemukan Orthetrum Sabina sebab Rahadi, dkk (2013) menyatakan bahwa, Orthetrum Sabina merupakan capung yang hidup soliter dengan persebaran yang luas dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan, termasuk kondisi perairan yang tercemar (Rahadi et al. 2013). -
Keberadaan capung di Hutan Mangrove Wanatirta melimpah karena sumber makanannya berupa serangga seperti nyamuk, belalang, dan kupu-kupu sangat melimpah. Sehingga dalam ekosistem, capung
mempunyai peran yang besar dalam menjaga keseimbangan rantai makanan. Capung berperan sebagai predator serangga kecil lainnya, bahkan kanibal terhadap jenisnya. Dalam konteks pertanian capung mampu menekan populasi serangga yang berpotensi
sebagai
hama
pertanian
sebagai
mangsanya (Feriwibisono 2011). Dalam konteks lain, capung dapat memangsa nyamuk, lalat dan serangga lain yang merugikan (Susanti 1998). Sehinnga kehadiran capung dalam suatu ekosistem dapat menjadi indikator keseimbangan ekosistem tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Crane J, 1975. Fiddler crabs of the world, Ocypodidae: genus Uca. Princeton : Princeton University Press Hutomo, Walikusworo, dan Namin, Nurzali. (1982). ”Pengamatan Pendahuluan Tentang Perilaku Ikan Gelodok, Boeleophtalmus boddrati PALLAS dan Catatan Singkat Tentang Periopthalmus koelteuteri (PALLAS)”. Seminar II Ekosistem Mangrove. 243. Diseminarkan tanggal 5 Agustus 1982. Hidayat,lutfi .2000 . Biologi 1. Semarang: Intan pariwara Murniati, Dewi Citra. 2010. Pola Dominan Capit Pada Uca Spp. (Detapoda :Ocypolidae). Berk. Penel. Hayati: 16 (15–20) Pamungkas DW, Ridwan M. 2015. Keragaman jenis capung dan capung jarum (Odonata) di beberapa sumber air di Magetan, Jawa Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Vol 1: hal 1295-1301. Rahadi WS, Feriwibisono B, Nugrahani MP, et al. 2013. Naga Terbang Wendit, Keanekaragaman Capung Perairan Wendit, Malang, Jawa Timur. Indonesia Dragonfly Society, Malang. Susanti S. 1998. Seri Panduan Lapangan Mengenal Capung. Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor.