LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI Kelompok D-1 SEDIAAN DEKOK KULIT BUAH DELIMA (Punica granatum pericarpium)
Disusun oleh: Fawwas Ba’Tio Putra Pamungkas
152210101004
Thiara Eka Agustina
152210101016
Zidni Hafizha
152210101016
Alwi Robiyanto
152210101022
Fitri Nurussani Aulia
152210101023
Zulaikha Permata Swardini
152210101024
Navisa Noor Haifa
152210101028
Azharia Mirza Nurrizki
152210101030
Miftachul Zanah
152210101033
Ilham Robbynoor Sulistiyono
152210101036
Yemima Rossalia
152210101048
Ni Made Ayu Kartini Dewi
152210101049
Adelia Anastasya Devia
152210101050
BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2019
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...........................................................................................................1 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................2 1.1.Latar Belakang................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5 2.1. Klasifikasi Tanaman Delima .........................................................................5 2.2. Kandungan Kimia dan Bioaktivitas Kulit Buah Delima ...............................5 2.3. Metode Ekstraksi Buah Delima .....................................................................7 2.4. Metode Analisis Senyawa Marker dalam Ekstrak .........................................7 2.5. Pembuatan Sediaan Dekok ............................................................................8 2.6. Evaluasi Sediaan Dekok ................................................................................9 BAB III METODE ...............................................................................................11 3.1. Alat dan Bahan ............................................................................................11 3.2. Prosedur Kerja .............................................................................................11 3.2.1. Pembuatan Dekok .................................................................................11 3.2.2. Metode KLT Dekok Densitometri ........................................................12 3.2.3. Evaluasi Sediaan ...................................................................................13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................17 4.1. Profil KLT ...................................................................................................17 4.2. Pembahasan .................................................................................................18 BAB V KESIMPULAN .......................................................................................20 5.1. Kesimpulan ..................................................................................................20 5.2. Saran ............................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21 LAMPIRAN ..........................................................................................................23
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Delima merupakan tanaman buah yang berasal dari Timur Tengah dipercaya sebagai tanaman obat alami sejak 1550 SM (Ismail et al, 2012). Di Indonesia delima belum dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal. Delima merupakan spesies dari famili Punicaceae. Di Iran delima mempunyi banyak kultivar (Tehranifar et al., 2010), tetapi di Indonesia terdapat tiga kultivar delima yaitu delima merah, delima putih dan delima hitam. Buah delima tergolong buah buni yang terdiri atas lapisan pericarp, mesokarp, dan eksokarp (Rosenbaum dan Sando, 1920; Hayward, 1938). Kulit buah delima merupakan salah satu sumber antioksidan dari tumbuhan dengan kandungan fenol, antosianin, dan vitamin C yang cukup tinggi. Kandungan pigmen antosianin mengidentifikasi warna merah, ungu dan biru dari buah, sayuran dan bunga secara umum tergantung pH. Antosianin merupakan salah satu antioksidan kuat yang mampu mencegah berbagai kerusakan akibat stress oksidatif sehingga mampu melindungi sel dari radikal bebas (Yanjun et al, 2009; Cao et al, 2001). Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Suhartono et al., 2002). Keseimbangan oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan berfungsinya sistem imunitas tubuh. Kondisi seperti ini untuk menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta mengontrol signal transduksi dan ekspresi gen dalam sel imun (Best, 2007). Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kosmetik (Tamat et al., 2007) serta berperan penting dalam mempertahankan mutu produk pangan (Heo et al., 2005; Tamat et al., 2007). Asupan antioksidan dalam menu makanan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan stres oksidatif pada tubuh kita (Best, 2007). 2
Tanin dalam kulit buah ini juga diketahui mempunyai efek antiviral, terutama virus herpes genital (HSV-2). Senyawa ini mampu menghambat replikasi maupun membunuh virus HSV-2, serta mampu menghalangi absorbsi virus ke dalam sel. Kulit buah P. granatum L. juga diketahui mempunyai aktivitas antibakteri (Perez dan Anesinin, 1994) serta mengandung zat inhibitor karbonik anhidrase (Satomi, et al., 1993). Penelitian kulit buah P. granatum sebagai antioksidan sudah dilakukan (Singh dkk., 2002; Noda dkk., 2002; Chidambara dkk., 2002), demikian juga sifat sebagai chemopreventive (Kim dkk., 2002). Penelitian aktivitas antiinfeksi dari P. granatum telah dilakukan oleh Holetz dkk., (2002), terhadap Staphylococcus aureus resisten terhadap methicillin (Machado dkk., 2003) dan sebagai antimutagenesis (Alekperov, 2002) telah dilaporkan. Penelitian aktivitas anti Candida albicans dari kulit buah P. granatum belum pernah dilakukan. Batang P. granatum L.mempunyai bioaktivitas sebagai anti moluska. Ekstrak etanol batang mampu membunuh siput dengan harga LC50 22,42 mg (Trinpathi dan Singh, 2000). Delima telah lama dimanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi dan beberapa bagian dari tanaman delima dimanfaatkan sebagai obat berbagai penyakit. semua bagian tanaman bersifat antivirus dan antibakteri. sebagai anti bakteri, beberapa senyawa fitokimia dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit. salah satunya adalah kandungan ellagitanin dari tanaman Delima yang terutama terdapat dalam bagian kulit buahnya (Henriette’s Herbal., 2000). Selain ellagitanin, kulit buah delima juga mengandung flavonoid, triterpenes dan phenol yang terbukti memiliki efek antibakteri terhadap Escherichia coli (Supayang, dkk., 2005). Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan dekok dari bahan kulit delima. Dibuat sediaan dekok karena kulit delima memiliki fisik yang keras sehingga cocok dibuat dekok, sedangkan infusa digunakan untuk bahan yang lunak.
3
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90˚C selama 30 menit. Penguapan ekstrak larutan dilakukan dengan penguap berputar dengan pengurangan tekanan, yaitu menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak yang kental.(Harborne, 1987).
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi Tanaman Delima (Punica granatum L.) Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Punicaceae
Genus
: Punica
Spesies
: P. granatum
2.2.Kandungan Kimia dan Bioaktivitas Kulit Buah Delima (Punica Granati Pericarpium) Ekstrak dari semua bagian buah Punica granatum L memiliki sifat terapeutik, dan beberapa studi melaporkan bahwa kulit, akar, dan daun pohon dapat digunakan sebagai obat. Beberapa senyawa aktif yang terkandung dalam buah delima antara lain adalah ellagitannins, ellagic acid (termasuk punicalagins), asam punicic, flavonoid, anthocyanidins, anthocyanin, dan flavonol estrogenik dan flavon. Sedangkan kulit buah delima sendiri memiliki kandungan senyawa kimia senyawa fenolik punic alagins; asam galat, asam lemak, asam lemak, EGCG; quercetin, rutin, flavonol lainnya, flavones, flavonones, antosianidin (Jurenka, 2008). Ekstrak air dari kulit buah delima ditemukan beberapa senyawa hasil metabolit sekunder yaitu terpenoid, flavonoid, saponin, senyawa fenolik, tanin, lignin, lemak dan minyak, protein dan karbohidrat. Sedangkan pada ektrak alkohol metabolit sekunder yang dapat terdeteksi adalah alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, tanin, ligin, lemak dan minyak, inulin, glikosida jantung, protein dan karbohidrat (Rajan, Mahalakshmi, Deepa, Sathya, & Thilunalasundari, 2011).
5
Aktivitas antioksidan yang tinggi pada kulit buah delima karena adanya beberapa senyawa fenolik yang meliputi tanin dan flavonoid menjadikan bagian
dari
buah
ini
sebagai
objek
penelitian
untuk
mengetahui
bioaktivitasnya. Kulit buah delima (Punica granatum) dipercaya memiliki bahan-bahan aktif yang mempunyai efek antimikroba terhadap S.aureus penyebab infeksi kulit dan jaringan lunak. Salah satunya adalah tannin dan flavonoid dalam kulit buah delima (Punica granatum) yang telah diketahui sebagai senyawa antimikroba yang efektif. Delima telah lama dimanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi dan beberapa bagian dari tanaman delima dimanfaatkan sebagai obat berbagai penyakit. Semua bagian tanaman bersifat antivirus dan antibakteri. Sebagai antibakteri, beberapa senyawa fitokimia dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit. Salah satunya adalah kandungan ellagitannin dari tanaman delima (Punica granatum), yang terutama terdapat pada bagian kulit buahnya. Selain ellagitannin, kulit buah delima juga mengandung flavonoid, triterpenes, dan phenol yang terbukti memiliki efek antibakteri terhadap Escherichia coli (Prihantoro et al., 2013). Punica granatum mengandung tanin terhidrolisa sebagai konstituen kimia aktif utama dan fitokonstituen, yaitu corilagin,
asam
ellagic,
kaempferol,
luteolin,
myricetin,
quercetin,
quercimetrine, dan quercetin-3-o-rutinoside yang sebelumnya terisolasi dari buah Punica granatum. Menurut Ganes P (2010), kulit buah delima merah telah dilaporkan memiliki kadar polifenol yang tinggi. Bahan aktif dalam ekstrak kulit buah delima merah antara lain ellagic acid dan tannin. Ellagic acid dan tanin memiliki potensi sebagai anti inflamasi dan antioksidan sehingga mampu mengurangi kerusakan sel tubuh akibat stres oksidatif. Selain senyawa tannin, kulit buah delima merah juga mengandung senyawa alkaloid palletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati, beta sitosterol, casuariin, casuarinin, casuarinin, D-mannitol, isopelletierine,
friedelin,
methyl
isopelletierine,
methyl
pelletierine,
pseudopalletierine, punicacorteins dan punigluconin (Ganes P, 2010). 6
2.3.Metode Ekstraksi Buah Delima Metode ekstraksi Dekok yang digunakan yaitu ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit. Penguapan ekstrak larutan dilakukan dengan penguapan berpusing dengan pengurangan tekanan yaitu rotatory evaporator sehingga diperoleh ekstrak yang kental. Metode ini menggunakan pelarut air sehingga aman untuk dikonsumsi. Selain itu, tannin dan senyawa polifenol yang ada pada kulit buah delima yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi lebih mudah terekstraksi pada pelarut air. Pada penelitian yang dilakukan Rajan, et.all., 2011. Ekstrak air mengandung tanin 114,23 ± 12,16 mg/g dan fenol 176,005 ± 5,29 mg/g dan ekstrak etanol mengandung tanin 81,66 ± 3,51 mg/g dan fenol 122,33 ± 6,42 mg/g.
2.4.Metode Analisis Senyawa Marker dalam Ekstrak Metode analisis senyawa marker dalam ekstrak atau sediaan secara kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometer. Berikut beberapa metode analisis ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granati Pericardium ) : a. Fase gerak yang digunakan yaitu air : asam asetat (3:2) dan di scanning dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Untuk mengetahui adanya n noda ,lempeng KLT yang sudah dieluasi disemprotkan dengan reagen feCl3 5% (Jain et,all,2012) b. Analisis menggunakan KLT ,lempeng yang digunakan adalah lempeng selulosa dengan fase gerak asam asetat 7% dan visualisasi noda dengan menggunakan radiasi UV 254 nm atau dengan disemprotkan larutan FeCl3 (Tadaka, 1993) c. Analisis KLT menggunakan lempeng selulosa denga fase gerak air : asam
asetat
(4:1).
Visualisasi
menggunakan
NaNO2
,yang
menghasilkan warna ungu dan senyawa marker yang digunakan adalah ellagitanin (Machado et.all,2002)
7
d. Analisis kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan lempeng silica gel 60 F254 dengan fase gerak BAW (n-butanol:asam asetat:air) 4:1:0.5. visualisasi nya menggunakan uap yodium. Dekokta istilah aslinya adalah dekoktum (bahasa latin) yang merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air (pelarut berair/polar) pada suhu 90°C selama 30 menit , terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih. (Farmakope Indonesia, 1995). Dekokta dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemanasannya. Hal ini terutama berkaitan
dengan bahan-bahan simplisia yang umumnya berupa
bahan keras, seperti kulit ksyu (korteks) ,kayu (lignum), akar (radiks), batang, kulit buah (prikarpium, biji (semen). Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.
2.5.Pembuatan Sediaan Dekok Mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas api selama 30 menit terhitung mulai suhu 90°C sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki, kecuali dekok dari simplisia Condurango Corteks yang harus diserkai setelah didinginkan terlebih dahulu. Jika tidak ditentukan perbandingan yang lain dan tidak mengandung bahan berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau simplisia. Dekokta untuk simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap pemanasan.
8
2.6.Evaluasi Sediaan Dekok Pada setiap pembuatan suatu sediaan di perlukan adanya evaluasi sediaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah sedian yang sudah di buat sudah sesuai dengan persyaratan sediaan yang baik. Oleh karea itu, pada pembuatan sediaan dekok inidi perlukan juga evaluasi sediaan. Beberapa evaluasi sediaan yang harus di lakukan dalam pembuatan sediaan dekok yaitu: a. Organoleptis Evaluasi organoleptis yang menggunakan panca indra, mulai dari bau warna dan bentuk, rasa sediaan (Anonim,2008) b. pH Evaluasi pH sediaan yaitu dengan diukur pH c. Densitas Bobot jenis (densitas) zat cair adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antaramassa (g) dengan volume (ml), satuan bobot jenis adalah g/ml. penentuan bobot jenis sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan. Evaluasi densitas sediaan ini menggunakan alat piknometer yang dilengkapi dengan termometer (Anonim,2008). d. Viskositas Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Sedangkan Viskositas kinematik adalah ukuran bagi sifat hambatan bagi cairan. Viskositas kinematis
ini
dipengaruhi
kinematika bertujuan
untuk
oleh
gravitasi.
mengukur
Evaluasi
viskositas
sediaan
viskositas dengan
menggunakan alat viskometer. (Anonim,2008) e. Volume Sedimentasi Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan dari volume endapan yang terjadi (Vu) terhadap volume awal dari suspense sebelum pengendapan
(Vu) setelah suspensi di diamkan. Evaluasi volume
sedimentasi dengan gelas ukur (Anonim,2008).
9
f. Ukuran partikel Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampangpartikel tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan ke atas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin sempit luas peyerapan (Anonim,2008) g. Uji kandungan kimia dengan KLT Evaluasi kandungan kimia dengan KLT ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia apayang ada dalam sediaan tersebut. Alatalat yang diperlukan untuk evaluasi kandungan kimia dengan KLT yaitu plat KLT, chamber, pipa kapiler, sinar UV (Anonim, 2008).
10
BAB III METODE 3.1 Alat dan Bahan Alat -
Panci infus
-
Ayakan
-
Corong gelas
-
Batang pengaduk
-
Timbangan analitik
-
Penangas air
-
Termometer
-
pH meter
Bahan -
Kulit buah Delima
-
Air
-
Asam galat 0,1% dalam air
-
Kloroform
-
Metanol
-
Feriklorida 1%
3.2.Prosedur Kerja 3.2.1. Pembuatan Dekok Dekok kulit buah Delima dibuat dengan kadar 10%
Kulit buah Delima diserbuk halus dan ditimbang 10 gram dan dimasukkan ke dalam panci infus
Diukur 100 ml air dan dimasukkan ke dalam panci infus yang berisi serbuk simplisia
Panci infus dipanaskan di atas penangas air hingga suhu cairan mencapai 90°C selama 30 menit 11
Panci infus diangkat dan dekok diserkai ke dalam botol yang telah dikalibrasi dengan bantuan kain flanel dan corong gelas
Ditambahkan air panas ke dalam serkaian hinga volume dekok 100 ml
3.2.2. Metode KLT Dekok Densitometri Metode Analisis Senyawa Marker Dekok Kulit buah Delima secara KLT- Densitometri Penotolan : Ditotolkan pada lempeng KLT 6 μl dekok.
Membuat larutan pembanding asam galat 0,1% atau kuersetin 0,1% dalam etanol. Ditotolkan pada lempeng KLT dan dieluasi ke dalam chamber yang eluennya sudah jenuh.
Lempeng KLT dikeluarkan dan dikeringkan.
Diamati pada UV dan dihitung Rf nya.
Disemprot dengan Feriklorida 1% sehingga warna noda menjadi ungu tua/ hitam.
12
3.2.3. Evaluasi Sediaan a. Organoleptis : meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa sediaan. b. Uji pH dengan pH meter Elektroda dicuci dan dikeringkan.
Kalibrasi elektroda dengan elektroda dapar pH.
Elektroda dikeringkan kemudian dicuci lalu dicelupkan dalam larutan sampel, melihat besaran pH sediaan
c. Densitas dengan Alat Piknometer yang Dilengkapi dengan Termometer.
Disetarakan suhu piknometer sesuai dengan suhu yang tertera pada alat dengan cara dicelupkan dalam air es.
Ditimbang piknometer kosong. Diisi dengan larutan sampel dan setarakan suhu.
Ditimbang piknometer + sampel.
Dihitung berat jenis.
13
d. Viskositas kinematik dengan alat viskometer Memasukkan sampel dalam tabung 4 melalui pipa 3 sehingga permukaan cairan berada antara 2 garis batas M.
Pipa 1 ditutup dengan jari dan pipa 2 dihubungkan dengan selang.
Dihisap cairan sampai bola 9 penuh.
Jari dan selang dilepas.
Dihitung waktu selama cairan pindah M1-M2.
Dilakukan 3x replikasi.
14
e. Uji Kandungan Kimia dengan KLT Uji Flavonoid : ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 10 μl dekok.
Membuat larutan pembanding asam galat 0,1% atau kuersetin 0,1% dalam etanol.
Ditotolkan pada lempeng KLT dan dieluasi ke dalam chamber yang eluennya sudah jenuh.
Lempeng KLT dikeluarkan dan dikeringkan.
Diamati pada UV dan dihitung Rf nya.
Disemprot dengan Feriklorida 1% sehingga warna noda menjadi ungu tua/ hitam.
Sedangkan untuk analisa senyawa tanin menggunakan uji Feriklorida dan uji gelatin. Sampel + FeCl3 hijau kehitaman = (+) tannin Sampel + gelatin + 5 ml NaCl 10% endapan putih = (+) tanin
15
f. Volume sedimentasi dengan gelas ukur. Diisi gelas ukur 100 ml dengan sampel suspensi ad volume 100 ml.
Diamati endapan dalam waktu tertentu dan dicatat.
Hitung F= Vu/V0 --> F = volume sedimentasi, Vu = volume sedimentasi sistem flokulasi dan V0 = volume suspensi mula-mula.
g. Ukuran partikel dengan mikrometer okuler pada mikroskop Kalibrasi skala okuler terhadap skala obyektif.
Diteteskan 1 tetes sediaan pada obyek glass dan diamati di bawah mikroskop.
Dicatat ukuran partikelnya.
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Profil KLT
Penotolan
: 6µL dekok
Pembanding
: Asam galat 0,1% dalam air
Fase gerak
: Kloroform : metanol : air (6,1 ml : 3,2 ml : 0,7 ml)
Fase diam
: Silika gel 60 F254
Deteksi
: Feriklorida 1%
Warna noda
: Hitam
Rf asam galat :Noda Tailing sehingga tidak bisa dihitung Rf nya. Dari percobaan ketika diuji pada KLT dengan profil tersebut didapatkan noda
Hasil KLT setelah disemprot feriklorida 1%
Hasil KLT
17
4.2. Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan formulasi sediaan dekok dari kulit buah delima (Punica granatum). Dekokta (Dekok) Dekokta dapat diartikan sebagai sari-sari dalam air yang dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 90o – 98o C. Perbedaannnya dengan infusa adalah dekokta penyariannya selama 30 menit sedangkan infusa hanya sekitar 15 menit dengan suhu yang sama. Berdasarkan metode kerja yang telah dipaparkan, maka pembuatan dekokta dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas penangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 900C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki. Jika tidak ditentukan perbandingan yang lain dan tidak mengandung bahan berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau simplisia. Derajat kehalusan untuk dekokta harus sesuai, semakin halus simplisia, maka proses dekok tidak efektif karena simplisia akan mengapung. Begitupula sebaliknya, semakin kasar derajat kehalusannya, proses dekokta juga kurang efektf karena kandungan yang diambil kurang efektif akibat kecilnya luas penampang yang kontak dengan solven. Hasil dekokta yang didapatkan ialah berwarna coklat jernih karena adanya penyaringan. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan. Apabila warna dekok kurang gelap, maka ekstrak yang didapat kurang sempurna. Sebaliknya, jika berwarna coklat pekat, maka ekstraksi berjalan dengan sempurna. Sediaan dekok yang dihasilkan kemudian dianalisis menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Metode KLT merupakan metode pemisahan analit berdasarkan perbedaan adsorbsi dan partisi pada fase diam dibawah pengaruh fase gerak. Pada praktikum kali ini fase gerak yang digunakan adalah kloroform : metanol : air (61:32:7) yang bersifat non polar.
18
Pembanding yang digunakan adalah asam galat 0,1% dalam air. Sedangkan fase diam yang digunakan yaitu silika gel 60 F254 yang bersifat polar. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini bersifat non polar, sehingga ketika dieluasi maka analit dalam sampel akan terbawa oleh fase gerak. Dekok ditotolkan ke lempeng KLT (6 µl). Setelah penotolan, dilanjutkan dengan mengeluasi lempeng dengan eluen yang sudah disediakan terlebih dahulu. Lempeng dieluasi sampai analit dapat dipisahkan (noda menuju ke atas lempeng). Kemudian, lempeng yang sudah tereluasi, diambil dari chamber dan dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan pengering (hair dryer), baru setelah itu disemprot dengan penampak noda FeCl3 untuk menampakkan noda analit (noda bewarna hitam). Data yang diperoleh dari KLT terjadi bentuk tailing pada noda sehingga kelompok kami tidak dapat menggitung nilai Rf nya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan, sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya, tebal dan kerataan dari lapisan penyerap, derajat kemurnian dari pelarut sebagai fase gerak, kesetimbangan dan jumlah cuplikan sampel yang digunakan. Apabila jumlah cuplikan sampel yang digunakan berlebihan maka akan memberikan hasil penyebaran noda-noda berbentuk tailing. Selain itu pendeteksi yaitu feriklorida apabila positif mengandung senyawa golongan tanin atau fenolik akan memberikan warna ungu tua atau hitam, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang dimiliki oleh kelompok kami posituf mengandung senyawa tanin. Seperti yang telah diketahui bahwa kulit buah delima memiliki kandungan senyawa tanin yang cukup banyak.
19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Hasil dekokta yang didapatkan ialah berwarna coklat jernih, berbau khas jamu dan berasa sepat hampir tidak berasa 2. Nilai Rf tidak dapat dihitung karena noda berbentuk tailing 3. Hasil penotolan menghasilkan noda hitam sehingga dapat diketahui bahwa sampel yang dimiliki oleh kelompok kami positif mengandung senyawa tannin
5.2. Saran Pada saat praktikum sebaiknya menggunakan penangas air yang sudah otomatis sehingga waktu yang digunakan lebih efisien dan lebih mudah dalam menjaga kestabilan suhu.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan Alekperov, U. K. 2002, Plant antimutagens and their mixtures in inhibition of genotoxic effects of xenobiotics and aging processes. Eur. J. Cancer Prev 2:S8-11 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Chidambara Murthy, K. N., Jayaprakasha, G. K, dan Singh, R. P. 2002. Studies on antioxidant activity of pomegranate (Punica granatum) peel extract using in vivo model J. Agric. Food Chem 17 : 4791-5. Ganes P, D. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Delima Merah (Punica granatum L.) Terhadap Jumlah Sel Spermatid dan Diameter Tubulus Seminiferus Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang dipapar Gelombang Elektromagnetik Ponsel. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran. Jain, V, et.all. 2012. Isolation of Antidiabetic Principle From Fruit Rinds of Punica granatum. Evidance Based Complementary and Alternative Medicine. Jurenka, J. 2008. Therapeutic Applications of Pomegranate (Punica granatum L.): A Review. Alternative Medicine Review. 13. Machado, T. et.all. 2001. Antimicrobial Ellagitanninn of Punica granatum fruits. Journal of the Brazilian Chemical Society. Machado, T. de B. et al. 2002. Antimicrobial Ellagitannin of Punica granatum Fruits. Journal of the Brazilian Chemical Society 13(5). Prihantoro, T. Indra, R, dan Sumarno, S. 2013. Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum) terhadap Shigella Dysentriae secara In Vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 22(3).
21
Rajan, Mahalakshmi. Deepa, Sathya, dan Thilunalasundari. 2011. Antioxidant Potentials of Punica granatum Fruit rind Extract.International Journal of Pharmacy & Pharmaceutics Science. Singh, R. P. Chidambara Murthy, K. N, dan Jayaprakasha, G. K. 2002. Studies on the antioxidant activity of pomegranate (Punica granatum) peel and seed extracts using in vitro models. J. Agric. Food. Chem 1:81-6 Syamsuhidayat, S. S, dan Hutapea, J. R. 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
22
LAMPIRAN
Ditimbang serbuk haluskulit buah delima sebanyak 10,0086 gram.
Serbuk halus dicampur aquadest 100 ml dan dipanaskan diatas water bath selama 30 menit setelah suhu mencapai 90˚C.
Setelah 30 menit panci infus diangkat dan diserkai sampai habis.
Diambil sedikit dekok yang belum di add kan dengan air panas untuk uji KLT dengan penotolan 6 mcg.
Hasil uji KLT sebelum disemprot dengan feriklorida 1%
Hasil uji KLT setelah disemprot dengan feriklorida 1%
Sediaan dekok di add kan hingga volume 100 ml kedalam botol yang telah dikalibrasi.
Botol sediaan dekok diberi stiker dan label.
Botol sediaan dikemas menggunakan kemasan primer.
23