EVIDENCE BASED IN NURSING PRACTICE Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Riset Keperawatan
Disusun Oleh : Arfan Husid
AK.1.15.006
Melinda Julistya R
AK.1.15.076
Novi Widian
AK.1.15.035
Rizky Apriyani
AK.1.15.040
Shiva Zakiyatul Ula
AK.1.15.095
Syahru Ramadan W
AK.1.15.100
Ulfah Deisya Mubdila
AK.1.15.050
YAYASAN ADHI GUNA KENCANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG Jl. Soekarno – Hatta No.754 Telp. (022) 7830768 Cibiru – Bandung 2017/2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah yang berjudul Evidence Based In Nursing Practice ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
mata
kuliah
Riset
Keperawatan
Novita
Tsamrotul
Fuadah,
S.Kep.,Ners.,M.Kep. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya kami harap dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, November 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3
Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3 2.1
Evidence Based Practice .......................................................................... 3
A. Definisi ..................................................................................................... 3 B. Tingkatan Evidence .................................................................................. 3 C. Evidance Based Practice dengan Decision Making ................................. 6 D. Model........................................................................................................ 7 E. Seven Steps of Evidence Based Practice .................................................. 8 2.2
Evidence Based Nursing ........................................................................ 10
A. Definisi ................................................................................................... 10 B. Tujuan Evidence Based Nursing ............................................................ 13 C. Syarat Penerapan EBN ........................................................................... 13 D. Langkah-langkah Evidence Based Nursing............................................ 13 E. Hambatan Penerapan Evidence Based Nursing ..................................... 14 F.
Cara Penggunaan Evidence Based Nursing ........................................... 15
G. Penggunaan EBN dalam Asuhan Kepeawatan ....................................... 15 H. Proses Pembuatan Evidence Based Nursing .......................................... 16 I.
Cara Mempublish Evidence Based Nursing ........................................... 18
H. Contoh Aplikasi Evidence Based Nursing ............................................. 19 BAB III ................................................................................................................. 23 PENUTUP ........................................................................................................................ 23
ii
3.1
Kesimpulan ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24
LAMPIRAN
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan professional yang memiliki tugas untuk mengembangkan
praktek
yang
berkontribusi
terhadap
kesehatan
pasien.Profesionalisme diartikan sebagai tingkat komitmen individu untuk nilai dan karakteristik perilaku terhadap identitas karir tertentu. Hal ini merupakan karakteristikpenting yang menekankan nilai dan komitmen dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Kim-Godwin, Baek, & Wynd, 2010). Dengan demikian, profesionalisme harus menjadi bagian yang mendasar dan melekat dari seluruh kelompok perawat, baik yang bekerja di tatanan klinis maupun akademis. Peran professional dari seorang perawat di pelayanan klinis telah berkembangmenjadi kemandirian dalam melakukan pengambilan keputusan klinis untuk diagnosis keperawatan, pengujian, dan pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien (Facchiano & Snyder, 2012). Oleh karena itu, untuk memenuhi tanggung jawab peran profesional tersebut, diperlukan suatu penelitian klinis yang dapat menjadi bukti kuat bahwa suatu intervensi
keperawatan
tidak
membahayakan
dan
memiliki
efek
yang
menguntungkan bagi pasien, baik ditinjau dari segi klinis dan juga ekonomis(Forbes, 2009).Salah satu metode dalam mendapatkan hasil penelitian klinis yang terbukti manfaatnya adalah dengan melakukan kajian terkait evidence based practice dan riset klinis keperawatan. Pemahaman dan penerapan hasilhasil riset/penelitian di tatanan pelayanan keperawatan akan membantu meningkatkan mutu dan kualitas pemberian asuhan keperawatan. Namun, dalam kenyataannya di tatanan klinis, masih banyak tindakan atau intervensi keperawatan yang dilakukan hanya berdasarkan kepadakebiasaan yang turun temurun tanpa berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru. Kebiasaan seperti ini perlu dihilangkan dan digantikan dengan kebiasaan tindakan yang berdasarkan pada bukti riset dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
1
disusnlah makalah ini untuk membahas secara komperhensif terkait evidence based practice dan riset klinis keperawatan, sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikannyadengan baik. 1.2 Rumusan Masalah A. Apa yang dimaksud dengan Evidence Based Practice? B. Bagaimana tahapan Evidence Based Practice? C. Bagaimana menggali Evidence Based didalam praktek keperawatan (Evidence Based Nursing)? 1.3 Tujuan A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Evidence Based Practice. B. Untuk mengetahui bagaimana tahapan Evidence Based Practice. C. Untuk mengetahui bagaimana menggali Evidence Based Practice didalam praktek keperawatan (Evidence Based Nursing).
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Evidence Based Practice A. Definisi Evidence Based Practice (EBP) merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasukkedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan profesikesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; Sackettet al., 2000). Evidence Based Practice (EBP) keperawatan adalah proses untuk menentukan,menilai, dan mengaplikasikan bukti ilmiah terbaik dari literature keperawatan maupunmedis untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien. Dengan kata lain, EBPmerupakan salah satu langkah empiris untuk mengetahui lebih lanjut apakah suatupenelitian dapat diimplementasikan pada lahan praktek yang berfokus pada metodedengan critical thinking dan menggunakan data dan penelitian yang tersedia secaramaksimal. EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruh oleh faktor internal dan external serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana terhadadap pelayanan pasien individu, kelompok atau system (newhouse, dearholt, poe, pough, & white, 2005). B. Tingkatan Evidence Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan untukmengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampai dengan bukti yangpaling rendah. Tingkatan evidence ini
3
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalamEBP. Hirarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitiandan Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapunlevel of evidence tersebut adalah sebagai berikut :
a. Level 1 : Evidence berasal dari systematic review atau metaanalysis dari RCT yangsesuai. b. Level 2 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT dengan randomisasi. c. Level 3 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT tanpa randomisasi.evidence from research, Evidence Based Theories, Opinion Leaders, and Expert Panelsoutcomes management or quality improvement projects, a thorough patient assessment, and evaluation, and use Patient Preferences and ValuesEvidence Based Clinical Decisoin Making d. Level 4 : Evidence berasal dari suatu penelitian dengan desain case control dan kohort.
4
e. Level 5 : Evidence berasal dari systematic reviews dari penelitian descriptive danqualitative. f. Level 6 : Evidence berasal dari suatu penelitian descriptive atau qualitative. g. Level 7 : Evidence berasal dari suatu opini dan atau laporan dari para ahli. Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hieraraki dari tingkat kepercayaannya yang paling rendah hingga yang paling tingi. Dibawah ini mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi : 1. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temuai sehari-hari 2. Studi kasus 3. Studi lapangan atau laporan deskriptif 4. Studi percobaan tanpa penggunaan tekhnik pengambilan sampel secara acak (random) 5. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding, dan menggunakan sampel secara acak 6. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau metaanalisa yaitu pengkajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
5
Hierarki dalam penerapan Evidence Based Practice C. Evidance Based Practice dengan Decision Making Melnyk &Fineout-Overholt (2011), menggambarkan keterkaitan antara evidence
based
practice
dengan
proses
decision
making yang
digambarkan dalam kerangka sebagai berikut : External evidence from research, Evidence Based Theories, Opinion Leaders, and Expert Panels Clinical expertise (i.e external evidence generated from outcomes management or quality improvement projects, a through patient assessment, and evaluation, and use of available resources
Evidence Based Clinical Decision Making
Patient Preferences and Values
Pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan berdasarkan bukti-bukti nyata atau EBP di pengaruhi oleh tiga factor yaitu, hasil penelitian atau riset termasuk teori-teori pendukung, pengalaman yang bersifat klinis, serta feedback atau sumber-sumber dari pengalaman yang dialami oleh pasien.
6
D. Model 1. Model Settler Merupakan
seperangkat
perlengkapan/media
penelitian
untuk
meningkatkan penerapan Evidence based. 5 langkah dalam Model Settler: Fase 1 : Persiapan Fase 2 : Validasi Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan Fase 4 : Translasi dan aplikasi Fase 5 : Evaluasi 2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai focus ataupun focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutkan adalah mensistesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan . kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett, 2004; Bernadette Mazurek Melnyk, 2011). 3. Model konseptual Rosswurm & Larrabee Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang terdiri dari 6 langkah yaitu : Tahap 1 :mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik Tahap 3 : kritikal analisis evidence Tahap 4 : design perubahan dalam praktek Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perunbahan Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
7
Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan
dan
kereliabilitasan
metode
yang
digunakan,
serta
penggunaan nomenklatur yang standar. E. Seven Steps of Evidence Based Practice 1. Menumbuhkan semangat terhadap penelitian Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya didalam EBP, harus ditumbuhkansemangat dalam penelitian sehingga klinikan akan lebih nyaman dan tertarik mengenaipertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan perawatan pasien. 2. Merumuskan pertanyaan klinis dalam format PICOT Pertanyaan klinis dalam format PICOT untuk menghasilkan evidence yang lebih baikdan relevan. P : Patient Population (kelompok / populasi pasien) I
: Intervention or Issue of Interest (intervensi atau issue yang menarik)
C : Comparison intervention of group (perbandingan intervensi didalam populasi) O : Outcome (tujuan) T : Time frame (waktu) Format PICOT menyediakan kerangka kerja yang efisien untuk mencari database elektronik, yang dirancang untuk mengambil hanya artikel-artikel yang relevan dengan pertanyaan klinis. Menggunakan skenario kasus pada waktu respon cepat sebagai contoh, cara untuk membingkai pertanyaan tentang apakah penggunaan waktu tersebut akan menghasilkan hasil yang positif akan menjadi: "Di rumah sakit perawatan akut (populasi pasien), bagaimana memiliki time respon cepat (intervensi) dibandingkan dengan tidak memiliki time respon cepat (perbandingan) mempengaruhi jumlah serangan jantung (hasil) selama periode tiga bulan (waktu)? "
8
3. Mencari dan mengumpulkan literatur evidence yang berhubungan Mencari evidence yang baik adalah langkah pertama didalam penelitian, untukmenjawab pertanyaan tindakan dengan melakukan systematic reviews denganmempertimbangkan level kekuatan dari evidence yang digunakan sebagai dasarpengambilan keputusan (Guyatt & Rennie, 2002). 4. Melakukan telaah atau penilaian kritis terhadap evidence Langkah ini merupakan langkah vital, didalamnya termasuk penilaian kritis terhadapevidence. Kegiatannya meliputi evaluasi kekuatan dari evidence tersebut, yaitu tentangkevalidan dan kegeneralisasiannya. 5. Mengintegrasikan evidence terbaik dengan pengalaman klinis dan rujukan serta nilai-nilaipasien didalam pengambilan keputusan atau perubahan. Konsumen dari jasa pelayanan kesehatan menginginkan turut serta dalam prosespengambilan keputusan klinis dan hal tersebut merupakan tanggung jawab etik daripemberi pelayanan kesehatan dengan melibatkan pasien didalam pengambilankeputusan terhadap tindakan (Melnyk & Fineout-Overholt, 2005). Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan dalam praktek. Keahlian klinis, berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan data dari program manajemen hasil, serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah komponen penting dari EBP. Tidak ada formula ajaib untuk bagaimana untuk menimbang masing-masing elemen;
pelaksanaan
EBP
sangat
dipengaruhi
oleh
variabel
kelembagaan dan klinis. Misalnya, ada tubuh yang kuat dari bukti yang menunjukkan penurunan kejadian depresi pada pasien luka bakar jika mereka menerima delapan sesi terapi kognitif-perilaku sebelum dikeluarkan dari rumah sakit. Anda ingin pasien Anda memiliki terapi ini dan begitu mereka. Tapi keterbatasan anggaran di rumah sakit Anda
mencegah
mempekerjakan
terapis
untuk
menawarkan
pengobatan. Defisit sumber daya ini menghambat pelaksanaan EBP.
9
6. Mengevaluasi tujuan di dalam keputusan praktis berdasarkan evidence.Pada tahap ini dievaluasi EBP yang dipakai, bagaimana atau sejauh mana perubahanyang dilakukan berefek terhadap tujuan pasien atau apakah efektif pengambilankeputusan yang dilakukan. Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap perubahan hasil sehingga efek positif dapat didukung dan yang negatif diperbaiki. Hanya karena intervensi efektif dalam uji ketat dikendalikan tidak berarti ia akan bekerja dengan cara yang sama dalam pengaturan klinis. Pemantauan efek perubahan EBP pada kualitas perawatan kesehatan dan hasil dapat membantu dokter melihat kekurangan dalam pelaksanaan dan mengidentifikasi lebih tepat pasien mana yang paling mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Ketika hasil berbeda dari yang dilaporkan dalam literatur penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan. 7. Menyebarluaskan tujuan EBP atau perubahan Sangat penting menyebarluaskan EBP baik yang sesuai ataupun yang tidak sesuai,dengan cara melakukan oral atau poster presentation diwilayah local, regional, nasional atau internasional. 2.2 Evidence Based Nursing A. Definisi Beberapa tahun terakhir ini istilah evidence-based practice (EBP), evidence-based medicine (EBM), dan evidence-based nursing (EBN) telah banyak didengar. EBP mengkombinasikan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang didesain dengan baik, keahlian klinis, perhatian pasien, dan pilihan pasien (Hollomean G, et al, 2006). Di lain pihak, setidaknya terdapat tiga perbedaan antara EBM dan EBN, yaitu terkait fokus penelitian, desain penelitian yang digunakan, dan bahwa kedua profesi, yaitu kedokteran dan keperawatan, menggunakan istilah diagnosis yang berbeda.
10
Pada literature lama, EBN ditulis sebagai ‘penggunaan hasil penelitian/research utilization’. EBN sudah diperkenalkan dan diterapkan dalam sistem pendidikan keperawatan maupun dalam praktek pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
Pada tahun 1987, Leininger
menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh perawat dewasa ini adalah tentang bagaimana menggunakan metode penelitian yang dapat menerangkan secara jelas tentang sifat penting, makna dan komponen keperawatan sehingga perawat dapat menggunakan pengetahuan ini dengan cara yang bermakna. Diketahui bahwa pasien yang menerima asuhan keperawatan yang berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pasien yang menerima asuhan keperawatan berdasarkan tradisi (Heater et al, 1988). Pada makalah ini akan diuraikan secara singkat tentang pengertian Evidence-Based Nursing (EBN), tujuan EBN, persyaratan penerapan EBN, langkah-langkah dalam EBN, penerapan EBN dalam proses keperawatan, hambatan dalam penggunaan hasil-hasil penelitian keperawatan, dan usaha yang dapat dilakukan untuk peningkatkan EBN. Beberapa ahli telah mendefinisikan EBN sebagai: 1. Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis (Mulhall, 1998). 2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G, 2000). Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis berdasarkan bukti ilmiah. Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang dapat mempengaruhi pengelolaan masalah yang dihadapi pasien, yaitu penguasaan klinis, pilihan pasien terhadap alternatif bentuk perawatan, hasil penelitian klinis, dan sumber-sumber yang tersedia
11
Keterangan masing-masing komponen: 1. Keahlian klinis Keahlian klinis merupakan elemen penting dalam mengaplikasikan aturan-aturan dan panduan yang ada dalam memberikan asuhan keperawatan. 2. Bukti/hasil penelitian Kunci penggunaan bukti/hasil penelitian adalah dengan memastikan bahwa desain penelitian yang tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Masing-masing desain penelitian mempunyai tujuan, kekuatan dan kelemahan. Penelitian kuantitatif (randomized trials dan review sistematik) merupakan desain penelitian yang terbaik untuk mengevaluasi intervensi keperawatan. Di lain pihak, penelitian kualitatif merupakan desain terbaik yang dapat digunakan untuk memahami pengalaman, tingkah laku dan kepercayaan pasien. 3. Pilihan pasien Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi proses memilih perawatan alternatif dan mencari second opinions. Dewasa ini pasien telah mempunyai akses yang luas terhadap informasi klinis
12
dan menjadi lebih sadar tehadap kondisi kesehatannya. Pada beberapa hal,
pilihan
pasien
merupakan
aspek
penting dalam
proses
pengambilan keputusan klinis. 4. Sumber-sumber Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah sumber-sumber terhadap perawatan kesehatan.
Hampir seluruh keputusan dalam
perawatan kesehatan mempunyai implikasi terhadap sumber-sumber, misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai potensi yang menguntungkan bagi pasien, namun tidak dapat segera dilaksanakan karena keterbatasan biaya. B. Tujuan Evidence Based Nursing Tujuan EBN memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi. (Grinspun, Virani & Bajnok, 2001/2002). C. Syarat Penerapan EBN Dalam menerapkan EBN, perawat harus memahami konsep penelitian dan tahu bagaimana secara akurat mengevaluasi hasil penelitian. Konsep penelitian meliputi antara lain proses/langkah-langkah dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, etika penelitian, desain penelitian, dan sebagainya.
Keakuratan dalam mengevaluasi hasil
penelitian antara lain dapat ditingkatkan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan desain dan jenis penelitian yang dilakukan. D. Langkah-langkah Evidence Based Nursing 1. Mengidentifikasi masalah
13
2. Membuat daftar pertanyaan (permasalahan klinis) sesuai dengan PICO (Population, Intervention, Comparison, Outcome) 3. Mencari literatur 4. Mengkritisi hasil literatur (apakah literatur tersebut valid/ sesuai dengan tatalaksana pasien) 5. Melakukan asuhan keperawatan 6. Mengevaluasi kesesuaian Evidence Based Nursing (EBN) terhadap intervensi E. Hambatan Penerapan Evidence Based Nursing 1. Hambatan dari perawat a. Keterbatasan waktu b. Keterbatasan akses terhadap literatur c. Keterbatasan sumber pengetahuan d. Minat yang kurang terhadap penelitian e. Kurangnya pelatihan terkait usaha untuk mencari informasi dan ketrampilan dalam mengkritisi hasil penelitian f. Pengetahuan riset yang tidak adekuat g. Gagal dalam penggunaan riset pada peran klinikal dan manajerial h. Sikap resistensi terhadap perubahan 2. Hambatan dari riset a. Karakteristik penelitian (terkait dengan desain penelitian, proses pemilihan sampel, instrumen untuk mengumpulkan data, atau analisis datanya yang kadang tidak menjamin dapat diterapkan dalam praktek sehari-hari) b. Kurang fokus pada masalah klinik c. Hasil riset tidak dipublikasikan 3. Hambatan dari organisasi a. Ideologi yang menekankan praktek dibanding dengan pengetahuan intelektual
14
b. Lingkungan kerja tidak mendukung dalam usaha mencari informasi hasil penelitian c. Manajemen tidak ingin berubah d. Perawat tidak diijinkan untuk menggunakan hasil penelitian e. Beban kerja perawat yang terlalu berat f. Kesulitan berinteraksi dan berkolaborasi antara perawat klinisi dan perawat peneliti F. Cara Penggunaan Evidence Based Nursing 1. Assess the needs for change : memformulasikan pertanyaan penelitian berdasarkan pada praktik terdahulu 2. Locate the best evidence : cari sumber dan kaji kredibilitas dan relevansi pada pertanyaan 3. Synthesize evidence : bandingkan dan kontras ketersediaan sumber untuk mencari persamaan dan perbedaan 4. Implement and evaluate : aplikasikan kebutuhan dan kaji perubahan untuk acquire new evidence 5. Integrate and maintain changes : kaji ulang berdasarkan evidence baru untuk menambah pengetahuan G. Penggunaan EBN dalam Asuhan Kepeawatan 1. Tahap Pengkajian Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan pasien, anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat melalui rekam medis, dan observasi. Masing-masing surnber tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat berupa hal yang terkait dengan cara terbaik trntuk mengumpulkan informasi, tipe informasi apa yang perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan
15
informasi. Hasil penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih alternative metode atau bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan tertentu. 2. Tahap Penegakkan Diagnosis Keperawatan Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang terkait membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi terjadinya masing-masing batasan karaktersitik yang terkait dengan suatu diagnosis keperawatan. 3. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu. 4. Tahap Intervensi/Implementasi Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasilhasil penelitian. 5. Tahap Evaluasi Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari segi biaya. Hasil penelitian yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawalan. H. Proses Pembuatan Evidence Based Nursing Penerbitan Jurnal Ilmiah Baru menurut Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB (2009): 1. Proses awal a. Mendefinisikan nama jurnal b. Menyusun anggota dewan redaksi yang terdiri dari para ahli di bidang yang sesuai dengan lingkup jurnal
16
c. Menunjuk Ketua Dewan Redaksi d. Menyusun aturan penulisan, proses evaluasi, serta desain sampul depan jurnal e. Menyiapkan naskah untuk penerbitan perdana f. Mengajukan permohonan ISSN ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dengan melengkapi persyaratan yang diperlukan, yaitu: 1) Melampirkan halaman editorial jurnal yang memuat nama Ketua dan anggota dewan redaksi, penerbit, serta informasi untuk penulis 2) Melampirkan daftar isi dari terbitan pertama 3) Mengisi formulir isian data bibliografi majalah 4) Mengisi formulir evaluasi ISSN 5) Membayar administrasi Jurnal yang telah mendapatkan nomor ISSN akan diberi barcode yang harus dimunculkan di halaman sampul jurnal. Saat ini pendaftaran bisa dilaksanakan secara online melalui alamat http://issn.pdii.lipi.go.id/ 6) Setelah jurnal diterbitkan, jurnal memiliki kewajiban untuk mengirimkan copy jurnal ke PDII LIPI, juga ke Perpustakaan Nasional. 2. Pengumpulan makalah 3. Proses evaluasi makalah oleh reviewer yang ditunjuk 4. Pro ses revisi makalah 5. Pengeditan makalah yang telah dinyatakan Accepted 6. Pengiriman hasil penyuntingan makalah kepada penulis untuk dilakukan proof read 7. Permintaan Assignment of Copyright dari penulis 8. Penerbitan jurnal ilmiah
17
I. Cara Mempublish Evidence Based Nursing 1. Memakai langkah-langkah pembuatan EBN 2. Laporan penelitian sebelumnya di review dengan Nurses all levels, baik sesama perawat peneliti, perawat pengajar maupun perawat klinik 3. Lalu dikritisi oleh pembaca (pembaca tidak mengetahui siapa yang membuat tapi penelitiannya dicantumkan) dan yang paling di interpretasikan biasanya di bagian overview dan diskusi (kalau ada yang membingungkan akan didiskusikan dengan National Research Council) 4. Setelah semuanya sudah diverifikasi dan disetujui, hasil penelitian bisa dipublikasikan lewat Annual Review of Nursing Research (ARNR) kemudian bisa ditawarkan kepada website yang bisa mengupload jurnal terbaru misal Scopus (Scopus merupakan website yang memiliki database abstrak dan sitasi terbesar yang datanya bersumber dari literature-literatur yang dievaluasi oleh peer. Scopus juga memiliki tools untuk mencari, menganalisa, dan menampilkan hasil-hasil riset berdasarkan bidang-bidang tertentu.) Untuk mendaftarkan jurnal ilmiah pada scopus langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Masuk
ke
alamat
berikut:
http://suggestor.step.scopus.com/suggestTitle.cfm b. Isi formulir Scopus Title Suggestion, klik Submit c. Setelah formulir diproses, jurnal akan dihubungi via email untuk mengirimkan 3 (tiga) contoh artikel dalam bahasa Inggris d. Jika jurnal telah memenuhi syarat, maka jurnal akan dikirimi email pemberitahuan bahwa jurnal tersebut telah masuk ke dalam Scopus Title List dan diperbolehkan untuk mencantumkan logo Scopus di web jurnal yang bersangkutan.
18
H. Contoh Aplikasi Evidence Based Nursing (Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017, Evidence Based Nursing Self-Management Untuk Mengurangi Konstipasi Pada Pasien Kanker Payudara Yang menjalani Kemoterapi). 1. Penerapan EBN Penerapan EBN ini diawali dengan menemukan fenomena di ruangan yang dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan klinis dengan format PICO (Problem, Intervention, Comparation and Outcome) dan dilakukan pencarian terhadap artikel yang sesuai yang dapat menjawab pertanyaan klinis. Kemudian dipilih salah satu artikel dan dilakukan critical appraisal untuk mengetahui artikel tersebut layak atau tidak dijadikan sebagai dasar dalam penerapan EBN. Setelah itu dilakukan penyusunan proposal. Dan kemudian semua perlengkapan yang dibutuhkan disiapkan yaitu booklet panduan self-management dan minyak zaitun. Penerapan EBN dilakukan di ruangan rawat inap teratai dan melati Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada tanggal 17 April sampai 28 April 2017. Dan dilakukan identifikasi subjek yang dilibatkan dalam penerapan EBN ini dengan kriteria inklusi pasien yang menjalani kemoterapi dan mendapatkan antiemetik 5HT3 (ondansentron), pasien yang memiliki skala ECOG 0 atau 1, pasien yang memiliki kemampuan buang air besar normal sebelum menjalani kemoterapi, dan pasien yang bersedia ikut serta dalam pelaksanaan EBN dan telah menandatangai informed consent, sedangkan kriteria ekslusi adalah pasien yang mengalami kesulitan berkomunikasi karena gangguan mental, gangguan kognitif, atau cacat fisik, pasien yang mendapatkan morfin, pasien yang mendapatkan agen kemoterapi FAC, pasien hamil, pasien yang memiliki keterbatasan dalam melakukan exercise atau latihan, dan pasien yang menolak jadi responden penelitian.
19
Prosedur dalam penerapan EBN ini dilakukan dengan memperhatikan konsisi klinis pasien, mengkaji data dasar pasien yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan, IMT, dan protokol atau agen kemoterapi, mengkaji BAB pasien (normal atau konstipasi), dilakukan pengukuran skor CAS sebelum pelaksanaan intervensi, melakukan SM (pijat perut, peregangan otot perut, dan menerapkan posisi BAB yang benar dan tepat) selama menjalani kemoterapi, dan dilakukan pengukuran skor CAS kembali setelah dilakukan intervensi SM.
Langkah-langkah SM yang dilakukan adalah: 1) Pijat perut menggunakan dua atu tiga jari, diusap ke perut searah jarum jam, dilakukan selama kira-kira 1 menit dan diulang sebanyak 10 kali 2) Peregangan otot perut dilakukan dengan cara : a) Wind-relieving pose : pasien meletakkan kedua tangannya pada satu lutut dan menariknya kearah dada dengan lemah lembut kemudian menarik kepalanya kearah lutut. Posisi ini dilakukan selama 15-30 detik, dalam keadaan yang tenang pasien disuruh tarik nafas dalam secara perlahan-lahan. Hal yang sama dilakukan pada lutut yang berlawanan. Posisi ini dilakukan 10 kali perhari. b) Knees-to-chest-pose : pasien berbaring kemudian mengangkat lutut ke arah dada dengan meletakkan kedua tangan pada lutut. Posisi ini dilakukan 10 kali perhari. c) Reclined Spinal Twist: pasien disuruh berbaring di tempat tidur kemudian memutar pinggul kearah kanan atau kiri sehingga kaki dalam keadaan menekuk hingga membentuk sudut 90°. Posisi ini dilakukan 10 kali perhari. 3) Posisi buang air yang tepat adalah dengan semi jongkok. Outcome utama yang diukur adalah penurunan skor konstipasi dengan SM yang diukur menggunakan Constipation Assessment Scale (CAS).
20
2. Hasil Penerapan EBN Dalam penerapan EBN ini, pasien yang terlibat adalah sebanyak 10 orang pasien. Karakteristik dan hasil penerapan EBN yang dilakukan pada pasien adalah sebagai berikut: Separuh pasien (70%) tidak mempunyai riwayat kanker dalam keluarga. Agen kemoterapi yang digunakan yang paling banyak adalah TC (Paclitaxel-Cisplatin) sebesar 60% dan AC (DoxorubicinCychlosphamide) sebesar 40%. Stadium kanker payudara terdapat 60% stadium II dan 40% stadium III. Dan siklus kemoterapi sebagian besar siklus 2 yaitu sebanyak 50%, siklus 3 terdapat 30%, dan siklus 4 sebanyak 20%. Rata-rata umur pasien yang terlibat dalam EBN ini adalah 48,30 tahun dengan standar deviasi 2,214 tahun. Umur yang paling rendah adalah 45 tahun dan yang paling tua adalah 52 tahun. Rata-rata IMT pada pasien adalah 20,3 kg/m2 dengan standar deviasi 1,21 kg/m2. Rata-rata skor CAS pada kelompok intervensi setelah dilakukan intervensi self-management (SM) adalah 3,2 dengan standar deviasinya adalah 0,447 dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata skor CAS adalah 7,6 dengan standar deviasi 0,548 dengan skor terendah 7 dan skor tertinggi 8. 3. Tujuan Penerapan EBN Tujuan dari penerapan EBN SM ini adalah untuk mengurangi konstipasi
akibat
antiemetic
(ondansentron)
selama
menjalani
kemoterapi pada pasien kanker payudara. Dalam penerapan EBN ini tidak terdapat kendala yang berarti dan efek yang merugikan. Penerapan EBN ini dilakukan terhadap 10 orang pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di ruangan rawat inap.
21
4. Hasil Hasil yang didapatkan dalam penerapan EBN ini adalah terdapat penurunan skor konstipasi selama menjalani kemoterapi dengan rata-rata skor konstipasi pada kelompok intervensi setelah dilakukan SM adalah 3,2 dan rata-rata skor konstipasi pada kelompok kontrol adalah 7,6. Sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa tidak konstipasi apabila skor CAS nya kurang dari 5 (Hanai et al, 2016).
22
BAB III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan konsep Evidence Based Practice di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar menenentukan tercapainya pelaksanaan praktek keperawatan yang lebih baik yaitu, penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di kaitkan dengan teori yang telah ada, pengalaman klinis terhadap sustu kasus, dan pengalaman pribadi yang bersumber dari pasien. Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut, maka di harapkan pelaksanaan pemeberian
pelayanan
kesehatan
khususnya
pemberian
asuhan
keperawatan dapat di tingkatkan terutama dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan atau keperawatan, pengurangan biaya (cost effective) dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Namun dalam pelaksanaan penerapan Evidence Based Practice ini sendiri tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya pemahaman dan kurangnya referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.
23
DAFTAR PUSTAKA Kelee. 2011. Nursing Research & Evidence-Based Practice Hapsari, Elsi Dwi. 2011. Pengantar Evidence-Based Nursing. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 2009. Panduan Bagi Pengelola Jurnal Ilmiah. Institut Teknologi Bandung. Amelia, Weny. Evidence Based Nursing Self-Management Untuk Mengurangi Konstipasi Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi. 2017. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah.
24