BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa menjadi bagian yang melekat pada kehidupan keseharian manusia. Setiap tindakan yang dilakukan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan, ketika merenung pun kita pasti menggunaakan bahasa. Hanya saja, bahasa yang digunakan adalah bahasa untuk berdialog dengan dirinya sendiri. Sama halnya, masyarakat Indonesia pun menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa yang digunakan sangat beragam, ada bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Betawi dan lain sebagainya. Untuk menyatukan keberagaman bahasa
tersebutlah,
digunakanlah bahasa Indonesia yang mempersatukan masyarakat Indonesia. Karena fungsinya sebagai pemersatu dan alat komunikasi, maka bahasa Indonesia harus mampu menyampaikan maksud komunikator dengan tepat. Maksud atau amanat komunikasi ini bisa berupa informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide, pendapat, perasaan, keinginan, dan sebagainya. Hal-hal itu dituangkan dalam aspek kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau komunikasi lisan, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur lainnya dalam bahasa lisan seperti intonasi dan tempo. Untuk karya tulis ilmiah sendiri, bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa baku. Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia
1
yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan Ejaan Bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah baku. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus sesuai kaidah-kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Kesalahan penggunaan bahasa bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian ejaan ? 2. Apa fungsi dari ejaan ? 3. Bagaimana ruang lingkup ejaan dalam bahasa indonesia 4. Bagaimana penulisan huruf kapital dan huruf miring? 5. Apa itu tanda baca dan bagaimana penggunaannya ?
1.3 Tujuan 1.
Untuk mengetahui pengertian ejaan.
2.
Untuk mengetahui fungsi ejaan, dan
3.
Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup ejaan dalam bahasa indonesia
4.
Untuk mengetahui bagaimana penulisan huruf kapital dan huruf miring
5.
Untuk mengetahui pengertian tanda baca serta cara penggunannya
2
1.4 Manfaat 1. Mengetahui aturan menuliskan ejaan yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia. 2. Memudahkan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ejaan Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Ia merupakan ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar berikut penggunaan tanda bacanya. Saat ini bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan sebagai sistem tatabahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja, melainkan juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman pemenggalan kata.
2.2 Fungsi ejaan Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut : a. Sebagai landasan pembakuan tata Bahasa
4
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.
2.3 Ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia a. Pemakaian Huruf Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang memiliki beberapa bunyi. Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus) Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata) yaitu menggunakan tanda hubung, tidak memenggal kata dengan garis bawah, dan hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan
5
dengan memisahkan nama pertama dan nama kedua. Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku. b. Penulisan Huruf 1) Huruf kapital digunakan sebagai: a) Huruf pertama awal kalimat b) Huruf pertama petikan langsung c) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan d) Huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang e) Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang. f) Huruf pertama nama orang g) Huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai kata ganti. 2) Huruf miring digunakan untuk: a) Menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan b) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata c) Menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.
6
c. Penulisan Kata 1) Penulisan kata turunan: a) Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar b) Pada gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya. c) Pada gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi: Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi tanda hubung. Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka ditulis terpisah. e)
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap menggunakan kata hubung.
2) Penulisan gabungan kata: a) Kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah. b) Istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung. c) Kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
7
3) Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. a) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. b) Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. 4) Penulisan partikel: a) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. b) Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah. 5) Penulisan singkatan dan Akronim: a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. b) Singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP. c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk. d) Singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. e) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan hruruf kapital.
8
f) Akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri). g) Akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. 6) Penulisan angka lambang bilangan: a) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. b) Angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang, nomor jalan. c) Penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
Penulisan kata bilangan tingkat
Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan ejaan.
Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.
Bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.
Bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat.
9
d. Penulisan Unsur Serapan Sebagai contoh Bahasa arab yang sudah banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia dan relatif konsisten. Untuk
menyerap bahasa arab, kita harus
memperhatikan: 1) Unsur mad (panjang) ditiadakan. 2) Konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki). Jika tidak, tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring. e. Pemakaian Tanda Baca Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam memahami bacaan. Tanda titik (.)
Tanda garis miring ( / )
Tanda koma (,)
Tanda petik ganda ("“…” ")
Tanda titik koma (; )
Tanda pisah (--)
Tanda titik dua (: )
Tanda elipsis (...…)
Tanda hubung (-)
Tanda kurung siku ([ ])
Tanda tanya (?)
Tanda petik tunggal ( ' '‘…)
Tanda seru (!)
Tanda penyingkat ( ‘' )
10
Tanda kurung ((…))
2.4 Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring 1) Huruf Kapital 1) Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat Misalnya: Dia membuat kue. 2) Sebagai huruf pertama pada petikan langsung. Misalnya: Ayah bertanya, "Kakak tadi habis dari mana?" 3) Sebagai huruf pertama pada kata dan ungkapan yang berhubu-ngan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam, Quran, Allah, Yang Maha kuasa. 4) Sebagai huruf pertama pada nama gelar kehormatan, keturu-nan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Haji Mamat Solar, KH. Ahmad. 5) Sebagai huruf pertama pada nama gelar kehormatan, keturu-nan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja dilantik menjadi presiden. 6) Sebagai huruf pertama pada unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Jusuf Kala, Profesor Surono. 7) Sebagai huruf pertama pada nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
11
Misalnya: Acara itu dibuka oleh Presiden Republik Indonesia. 8) Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, instansi, atau tempat tertentu. Misalnya: Ia ingin sekali menjadi profesor. 9) Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah, Dewi Sartika.
Catatan: (a) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: J.J de Hollander, J.P. van Bruggen, Otto von Bismarck. (b) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini, Ibrahim bin Adham.
10) Sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: pascal second Pas, J/K atau JK joule per Kelvin, N Newton. 11) Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel, 10 volt, 5 ampere. 12) Sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Eskimo, suku Jawa, bahasa Inggris.
12
13) Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing, keinggris-inggrisan. 14) Sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya: tahun Hijriah tarikh Masehi, bulan Agustus bulan Maulid 15) Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Candu, Perang Dunia I. 16) Tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. 17) Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi Asia Tenggara, Cirebon Amerika Serikat. 18) Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru. 19) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: ukiran Jepara pempek Palembang 20) Tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai
13
21) Tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya: nangka belanda, kunci inggris 22) Sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia, Departemen Keuangan 23) Tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: kerja sama antara pemerintah dan rakyat Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. Contoh : Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah.
24) Sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial 25) Sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
14
Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. 26) Sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr. doctor, S.E. sarjana ekonomi, S.H. sarjana hukum
Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khu-sus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
27) Sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, dan adik yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?", Besok Paman akan datang. 28) Tidak sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. 29) Sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? , Siapa nama Anda? 30) Sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.\
2) Huruf miring
15
1) Utuk menulis judul sebuah buku, film atau tulisan di dalam kalimat.
Contoh: 1. Novel yang berjudul Laskar Pelangi adalah salah satu maha karya dari penulis Andrea Hirata. 2. Kitab Sutosoma ditulis oleh Mpu Tantular pada zaman kerajaan Majapahit. 2) Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau atau prase pada sebuah tulisan. Contoh: 1. Huruf pertama pada kata transmigrasi adalah t. 2. Lusi bukanlah seorang penipu tapi orang yang ditipu pada kasus ini. 3) Untuk menulis nama – nama istilah asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia dan nama – nama latin pada penulian teks ilmiah. Contoh: 1. Belanda menggunakan strategi devide et impera, yaitu politik pecah belah untuk menguasai Indonesia. 2. Chelonia Mydas adalah nama latin dari spesies penyu. 4) ntuk menulis kata atau huruf yang berfungsi sebagai penanda kata atau huruf di dalam sebuah kalimat. Hal ini dilakukan untuk memberikan perbedaan pada pengunaannya. Contoh: 1. Kata Tri di dalam bahasa sansekerta bermakna tiga. 2. Huruf a, I, u, e, dan o adalah huruf – huruf vokal.
16
5) Ungkapan – ungkapan, semboyan, bahasa Indonesia dan bahasa asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan menggunakan huruf miring. Contoh: 1. Shuttle cook adalah alat yang digunakan untuk bermain badminton. 2. Julius Cessar tekenal akan semboyannya, yaitu Vini, Vidi, Vici yang berarti Saya datang, saya melihat, saya menang/menaklukkan 6) Untuk menulis kalimat yang berasal dari sumber – sumber yang berupa buku, Koran, atau pernyataan orang lain yang digunakan sebagai kutipan di dalam sebuah tulisan. Contoh: 1. Nugraha (2015 : 30) mengatakan bahwa “Motivasi adalah sebuah dorongan yang muncul dari dalam diri yang mempengaruhi perilaku seseorang.” 2. Haniifan (1997) menyatakan bahwa “Bahasa adalah sebuah alat yang digunakan untuk berkomunikasi” 7) Untuk menulis nama buku, nama majalah, jurnal, dan skripsi dan surat kabar yang menjadi sumber kutipan dalam daftar pustaka pada sebuah karya tulis. Contoh: 1. Nugraha, Aria. 2015. Mari Belajar Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Bandar Lampung. Pustaka Bintang. 2. Pikiran Rakyat. 11 Mey 2015. Belajar Mencintai Bahasa Indonesia, hlm. 17.
17
3. 11-14. http://www.KelasIndonesia.com/page/artikel/?act/detil/aid/42. (Diakses 27 Mei 2015 pukul 21.00 wib.
2.5 Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis. Pedoman Penulisan Tanda Baca
a. Tanda Titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi. Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.
2) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Irwan S. Gatot, George W. Bush , Anthony Tumiwa
18
3) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh: Dr. (Doktor), Ny. (Nyonya), S.E. (Sarjana Ekonomi) 4) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan tidak mempergunakan singkatan.
Contoh: dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya), tgl. (tanggal)
5) Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau daftar. Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik tidak dipakai pada akhir sistem desimal.
Contoh: I. Penyiapan Ulangan Umum., A. Peraturan, 1.1, 1.1.2
6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
7) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh: Nomor Giro 033983 telah saya kasih kepada Michael.
19
8) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga- lembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh : Sekjen : (Sekretaris Jenderal), UUD : (Undang-Undang Dasar)
9) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh: Cu (Kuprum), 52 cm, 1 (liter)
10) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Contoh: Latar Belakang Pembentukan
11) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.
Contoh: Jalan Kebayoran 32 , Jakarta, 3 Mei 1997
b. Tanda Koma (,)
20
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. 2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak
kalimat
tersebut
mendahului
induk
kalimatnya.
contoh:Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. 4) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. 5) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:Oleh karena itu, kamu harus datang.
6) Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: O, begitu. , Wah, bukan main.
21
7) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.
8) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh: Medan, 18 Juni 19848.
9) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
10) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22. 11) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: Rinto Jiang,S.E.
22
12) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh: 33,5 m, Rp 10,50
13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
14) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
15) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda
tanya
atau
tanda
seru.
contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.
c. Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
23
Contoh: malam makin larut; kami belum selesai juga.
2) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
d. Tanda Titik Dua (:)
1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh: yang kita perlukan, sekarang ialah barang-barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh: Ketua : Borgx, Wakil Ketua : Hayabuse 3) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh: Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!” Rex : “Siap, Boss!”
24
4) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh: (i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
5) Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
e. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. ….dia
Contoh:
beli
ba-
ru juga.
2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris
Contoh:
….
cara
baru
meng-
ukur panas
25
3) Tanda
hubung
menyambung
unsur-unsur
kata
ulang.
Contoh: anak-anak 4) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal.
Contoh: p-e-n-g-u-r-u-s
5) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan. bandingkan: ber-evolusi dengan be-revolusi,
dua puluh lima-ribuan
(20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000). 6) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbulan atau kata. contoh: se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an 7) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh: di-charter, pen-tackle-an
f. Tanda Pisah (—)
1) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
26
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar
2) Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh: Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’. Contoh: 1919—1921, Medan—Jakarta 4) Digunakan untuk tambahan komentar yang bukan berasal dari penulis asli. Contoh: Katanya, “[Adam] tidak datang ke sekolah hari ini”. g. Tanda Petik (“…”) 1) Tanda petik digunakan untuk menyatakan suatu kalimat langsung atau kadang juga sebagai penegasan. Contoh:
kata
Ketua,
“Kita
akan
segera
berangkat
besok.”
Tanda Petik Tunggal (‘…’) 1) Tanda petik tunggal biasa digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. Misalnya, seperti di bawah ini. Contoh : “Aku mendengar seseorang memanggil, ‘Nori, Nori’, dari hutan itu,” ujar Ramon.
27
h. Tanda Garis Miring (/) Biasa digunakan untuk menyatakan “atau”, biasanya untuk dua kata yang bersinonim. Contoh: Membuat / melakukan. (dibaca: membuat atau melakukan) Untuk dua hal yang hampir serupa bunyinya, dalam hal ini tanda “/” tidak dibaca. Contoh: RT/RW
28
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Ejaan sendiri berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik. Ejaan dalam Bahasa Indonesia juga memiliki ruang lingkup tersendiri meliputi: pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca. Penulisan huruf kapital dan huruf miring sangat beragam jenisnya, salah satunya huruf kapital sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan huruf miring untuk menulis judul sebuah buku, film atau tulisan di dalam kalimat. Pada tanda baca ada beberapa jenis, yaitu : tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda petik, dan tanda garis miring.
3.2 Saran Untuk mempelajari mata kuliah Bahasa Indonesia dengan baik serta mengaplikasikannya terhadap kehidupan sehari-hari, maka kita sebagai pelajar wajib mempelajari segala sesuatu dan aturan yang ada di dalam mata kuliah Bahasa Indonesia yang salah satunya materi Ejaan Bahasa Indonesia.
29