PERTUMBUHAN SEMAI AKASIA (Acacia mangium Willd.) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG KAPUR DENGAN PENAMBAHAN PUPUK NPK DAN KOMPOS
EKA KHAULA RIZQIA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Semai Akasia (Acacia mangium Willd.) pada Media Bekas Tambang Kapur dengan Penambahan Pupuk NPK dan Kompos adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2018 Eka Khaula Rizqia NIM E44140045
ABSTRAK EKA KHAULA RIZQIA. Pertumbuhan Semai Akasia (Acacia mangium Willd.) pada Media Bekas Tambang Kapur dengan Penambahan Pupuk NPK dan Kompos. Dibimbing oleh BASUKI WASIS. Batu kapur merupakan bahan galian golongan C yang banyak digunakan untuk industri dan bahan bangunan. Penambangan batu kapur yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan hilangnya vegetasi penutup hutan serta rusaknya lapisan tanah. Jenis Acacia mangium merupakan salah satu jenis pionir yang cocok digunakan untuk revegetasi. Selain itu penambahan pupuk NPK dan kompos diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah bekas tambang kapur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan bibit akasia pada media bekas tambang kapur serta mengetahui dosis pemberian pupuk NPK dan kompos yang sesuai dengan kondisi media bekas tambang kapur. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk NPK dan kompos hanya memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi. Penambahan pupuk NPK tunggal maupun kompos tunggal tidak memberikan pengaruh nyata pada semua parameter yang diujikan yaitu tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, nisbah pucuk akar, dan jumlah bintil akar. Perlakuan N2K3 (pupuk NPK dosis 10 gram dengan kompos dosis 90 gram) memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia. Kata kunci: Acacia mangium, kompos, penambangan batu kapur, pupuk NPK
ABSTRACT EKA KHAULA RIZQIA. Acacia mangium Willd. Growth in medium of lime mining with addition of NPK fertilizer and compost. Supervised by BASUKI WASIS. Lime stone is a class C excavation material that is widely used for industry and building materials. Continuous limestone mining can lead to loss of forest cover vegetation and the destruction of the soil layer. Acacia mangium is one of the pioneer species that suitable for revegetation. In addition, the addition of NPK fertilizer and compost is expected to improve the properties of former limestone mine. This study aims to determine the effect of the addition of NPK fertilizer and compost to the growth of acacia seedlings on the medium of lime minerals as well as to know the dosage of NPK fertilizer and compost suitable with the media condition of the former lime mine. This study used a complete randomized design (RAL) with factorials. The results showed that the addition of NPK fertilizer and compost only gave a real effect on high growth. The addition of single compost or single NPK fertilizer did not give any significant effect on all parameters tested is height, diameter, total wet weight, total dry weight, shoot root ratio, and number of root nodules. The N2K3 treatment (10 gram NPK fertilizer with compost doses of 90 grams) gave the best response to the high growth of acacia seedling.
PERTUMBUHAN BIBIT AKASIA (Acacia mangium Willd.) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG KAPUR DENGAN PENAMBAHAN PUPUK NPK DAN KOMPOS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Pertumbuhan Semai Akasia (Acacia mangium Willd.) pada Media Bekas Tambang Kapur dengan Penambahan Pupuk NPK dan Kompos dilaksanakan sejak bulan Maret 2017 sampai Juli 2017. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing yang sudah banyak memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis (Bapak Murtadho dan Ibu Winarsih) atas doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini, kepada Beasiswa Bidik Misi yang sudah memberikan bantuan ekonomi, kepada teman-teman Silvikultur 51, Adhis Trista, Siti Hanna, dan Sarah Eranissa atas bantuan dan kerjasamanya, serta kepada pihak-pihak lain yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat diterima dan dapat bekerlanjutan menjadi penelitian yang dapat bermanfaat bagi semua orang serta mendukung kelestarian hutan dan lingkungan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini apabila terdapat kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Februari 2018 Eka Khaula Rizqia
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Pertumbuhan Tinggi Semai Akasia
6
Pertumbuhan Diameter Semai Akasia
9
Berat Basah Total dan Berat Kering Total Tanaman
10
Nisbah Pucuk Akar
11
Jumlah Bintil Akar
12
Hasil Analisis Kimia Tanah
13
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
21
DAFTAR TABEL 1 Komposisi perlakuan pupuk NPK dan kompos 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh penambahan pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan semai akasia 3 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan pupuk NPK dan Kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia 4 Hasil analisis kimia tanah
4 6 7 14
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik pertumbuhan rata-rata tinggi semai akasia pada berbagai dosis perlakuan 2 Grafik pertumbuhan rata-rata diameter semai akasia pada berbagai dosis perlakuan 3 Penampakan semai akasia a) Sebelum dipanen; b) Sesudah dipanen 4 Berat basah total dan berat kering total pada berbagai dosis perlakuan 5 Nisbah pucuk akar pada berbagai dosis perlakuan 6 Jumlah bintil akar pada berbagai dosis perlakuan
8 9 10 11 12 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi semai akasia 2 Kriteria sifat penilaian tanah 3 Penempatan semai akasia dalam rumah kaca
19 19 19
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan merupakan suatu ekosistem yang paling penting bagi kehidupan (Wasis dan Noviani 2010). Hutan mempunyai berbagai macam fungsi untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Namun sumberdaya hutan di Indonesia saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan akibat maraknya pengalihan penggunaan lahan hutan untuk kegiatan lain seperti penambangan. Hal ini merupakan bukti ketergantungan masyarakat terhadap alam dengan tidak memperhatikan kelestariannya. Kegiatan eksploitasi sumber daya mineral seperti penambangan merupakan salah satu pendukung perekonomian masyarakat, namun di lain pihak kegiatan penambangan memberikan dampak negatif untuk lingkungan sekitar (Tordoff et al. 2000). Kegiatan penambangan tersebut tentu dapat merusak ekosistem hutan baik vegetasinya juga kerusakan sifat-sifat tanah (Maryani 2007). Salah satu kegiatan eksploitasi sumber daya mineral adalah penambangan batu kapur. Batu kapur merupakan bahan galian golongan C yang banyak digunakan untuk industri atau bangunan. Saat ini masyarakat menggunakan batu kapur untuk bahan bangunan seperti batako dan bahan pelapis dinding karena harganya yang relatif lebih murah (Algunadi 2013). Kegiatan penambangan batu kapur meliputi pembukaan lahan, pengeboran, peledakan, pendorongan, dan pengangkutan. Dampak yang ditimbulkan akibat proses penambangan ini yaitu menghilangkan lapisan top soil, kandungan bahan organik rendah, kandungan unsur hara tersedia rendah, pemadatan tanah, pH tinggi, dan suhu tanah tinggi. Menurut Prayudyaningsih (2014) lahan bekas tambang kapur memiliki karakteristik kesuburan tanah yang rendah baik fisik, kimia, maupun biologi. Kegiatan penambangan batu kapur dapat merusak struktur dan tekstur tanah. Menurut Algunadi (2013) rusaknya struktur dan tekstur tanah menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyimpan dan meresap air pada musim hujan dan sebaliknya tanah menjadi padat dan keras pada musim kemarau. Kerusakan akibat penambangan tersebut dapat diatasi dengan melakukan revegetasi, salah satunya yaitu dengan mengolah lahan bekas penambangan terlebih dahulu sehingga menjadi lahan siap tanam (Aloa and Shuaibu 2013). Oleh karena itu perlu adanya upaya rehabilitasi lahan bekas tambang kapur terutama dalam hal revegetasi untuk memperbaiki sifatsifat tanah yang rusak akibat penambangan. Kegiatan revegetasi merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan dengan menanam jenis pohon-pohonan untuk memperbaiki lahan-lahan yang rusak. Pengetahuan tentang pemilihan jenis pohon yang dapat dikembangkan merupakan salah satu prinsip untuk merevegetasi lahan. Selain itu perbaikan lahan sebelum tanam, serta aplikasi silvikultur merupakan penunjang keberhasilan kegiatan revegetasi lahan yang rusak. Akasia (Acacia mangium Willd.) merupakan tanaman yang tidak membutuhkan persyaratan tumbuh tinggi karena mampu hidup pada tanah miskin hara. Akasia juga merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species) sehingga cocok untuk revegetasi lahan bekas tambang (Zulkifli 2013). Upaya yang dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk NPK dan kompos sebagai media pertumbuhan tanaman dalam merevegetasi lahan. Penambahan
2 pupuk NPK dan kompos bertujuan untuk menambah unsur hara pada tanah bekas tambang kapur serta memperbaiki sifat-sifat tanah akibat penambangan batu kapur. Penambahan pupuk NPK bertujuan untuk menambah kandungan unsur hara makro pada tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Wasis dan Fathia 2011). Pupuk kompos mempunyai fungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan menggemburkan tanah karena kandungan bahan organiknya yang tinggi (Wasis dan Noviani 2010). Penambahan pupuk NPK dan kompos diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah bekas tambang kapur sebagai media pertumbuhan tanaman dalam hal revegetasi lahan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan semai akasia pada media bekas tambang kapur serta mengetahui dosis pemberian pupuk NPK dan kompos yang sesuai dengan kondisi media bekas tambang kapur.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan semai akasia pada media bekas tambang kapur Ciampea sehingga dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam kegiatan revegetasi lahan bekas tambang kapur.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Juli 2017 di rumah kaca bagian Silvikultur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium Pengaruh Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, dan analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Sementara itu, lokasi pengambilan sampel tanah bekas penambangan kapur dilakukan di Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, sekop kecil, polybag dengan ukuran 20 cm × 20 cm, alat penyiram, penggaris, kaliper, tallysheet, alat dokumentasi, Microsoft excel 2007 dan SAS versi 9.1 portable. Sedangkan, bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai
3 akasia (Acacia mangium Willd.) yang berumur ±3 bulan, pupuk NPK (Ponska 1515-15), kompos, dan media tanam berupa tanah bekas penambangan kapur. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan, pemindahan semai, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, serta rancangan percobaan dan analisis data. Persiapan Tahap persiapan meliputi penyiapan media tanam. Media tanam yang digunakan merupakan limbah tambang kapur yang berasal dari Ciampea Bogor. Limbah tambang kapur tersebut ditimbang seberat 1 kg dalam keadaan kering udara dan dicampurkan dengan pupuk NPK dan kompos yang komposisinya sesuai dengan perlakuan yang diujicobakan. Semai yang digunakan adalah semai akasia yang berumur 3 bulan. Penyapihan Semai akasia yang berumur 3 bulan dipindahkan ke dalam media yang telah dipersiapkan. Pemindahan semai ini dilakukan pada waktu sore hari dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya penguapan pada semai akasia. Pemeliharaan Pemeliharaan semai akasia meliputi penyiraman sebanyak dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi media tanam di dalam polybag. Pengamatan dan Pengambilan Data Parameter yang diukur adalah tinggi, diameter, berat kering total dan analisis unsur hara. Tinggi semai. Pengukuran tinggi semai jabon dilakukan setelah pemindahan semai. Pengamatan dan pengambilan data tinggi semai akasia dilakukan setiap minggu selama 3 bulan. Pengukuran tinggi semai akasia dilakukan dengan menggunakan mistar dari pangkal batang yang telah ditandai dengan cat (1 cm diatas media) sampai titik tumbuh pucuk apikal. Diameter semai. Pengukuran diameter semai akasia dilakukan setelah pemindahan semai. Pengamatan dan pengambilan data diameter semai jabon dilakukan setiap minggu selama 3 bulan. Pengukuran diameter semai akasia dilakukan dengan menggunakan kaliper. Berat Basah Total. Berat basah total diukur pada akhir pengamatan. Semai akasia dipanen kemudian dipisahkan bagian akar dan pucuk lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan. Berat basah total merupakan penjumlahan antara berat basah akar dengan berat basah pucuk. Berat Kering Total. Berat kering diukur setelah bagian tanaman dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C selama 24 jam, kemudian bagian akar dan pucuk tanaman yang telah dioven ditimbang. Berat kering total diperoleh dengan menjumlahkan berat kering akar dengan berat kering pucuk.
4 Nisbah pucuk akar (NPA). NPA dihitung berdasarkan perbandingan nilai berat kering total pucuk dengan nilai kering total akar. Jumlah Bintil Akar. Jumlah bintil akar diukur dengan memisahkan bintil akar dengan akarnya kemudian dihitung jumlahnya. Analisis Unsur Hara Analisis unsur hara dilakukan pada akhir pengamatan. Sample yang diambil sebanyak dua sampel yaitu kontrol dan perlakuan yang memiliki pertumbuhan terbaik. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial dengan desain Acak Lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu pupuk NPK yang terdiri dari 4 taraf, faktor kedua yaitu kompos yang terdiri dari 4 taraf. Masingmasing perlakuan terdiri dari tiga ulangan, sehingga dibutuhkan 48 semai akasia. Faktor dirinci sebagai berikut : Faktor pemberian pupuk NPK (N) terdiri dari: N0 : 0 g (pupuk NPK) + 1000 g (media bekas tambang kapur) N1 : 5 g (pupuk NPK) + 1000 g (media bekas tambang kapur) N2 : 10 g (pupuk NPK) + 1000 g (media bekas tambang kapur) N3 : 15 g (pupuk NPK) + 1000 g (media bekas tambang kapur) Faktor pemberian kompos (K) terdiri dari: K0 : 0 g (pupuk kompos) + 1000 g (media bekas tambang kapur) K1 : 30 g (pupuk kompos) + 1000 g (media bekas tambang kapur) K2 : 60 g (pupuk kompos) + 1000 g (media bekas tambang kapur) K3 : 90 g (pupuk kompos) + 1000 g (media bekas tambang kapur) Adapun komposisi perlakuan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi perlakuan pupuk NPK dan kompos Kompos
Ulangan
K0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
K1
K2
K3
Pupuk NPK N2
N0
N1
N0K0 (1) N0K0 (2) N0K0 (3) N0K0 (4) N0K1 (1) N0K1 (2) N0K1 (3) N0K1 (4) N0K2 (1) N0K2 (2) N0K2 (3) N0K2 (4) N0K3 (1) N0K3 (2) N0K3 (3) N0K3 (4)
N1K0 (1) N1K0 (2) N1K0 (3) N1K0 (4) N1K1 (1) N1K1 (2) N1K1 (3) N1K1 (4) N1K2 (1) N1K2 (2) N1K2 (3) N1K2 (4) N1K3 (1) N1K3 (2) N1K3 (3) N1K3 (4)
N2K0 (1) N2K0 (2) N2K0 (3) N2K0 (4) N2K1 (1) N2K1 (2) N2K1 (3) N2K1 (4) N2K2 (1) N2K2 (2) N2K2 (3) N2K2 (4) N2K3 (1) N2K3 (2) N2K3 (3) N2K3 (4)
N3 N3K0 (1) N3K0 (2) N3K0 (3) N3K0 (4) N3K1 (1) N3K1 (2) N3K1 (3) N3K1 (4) N3K2 (1) N3K2 (2) N3K2 (3) N3K2 (4) N3K3 (1) N3K3 (2) N3K3 (3) N3K3 (4)
5
Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengukuran, kemudian dianalisis dengan menggunakan model linier: Yijk = 𝜇 + αi + βj + (αβ)ij + ɛijk Yijk µ αi βj (αβ)ij
ɛijk i j k
= Respon dari pengamatan faktor pupuk NPK taraf ke-i, faktor pupuk kompos taraf ke-j dan ulangan ke-k = Nilai rataan umum = Pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK taraf ke-i = Pengaruh perlakuan pemberian pupuk kompos taraf ke-j = Pengaruh interaksi faktor pupuk NPK pada taraf ke-i dengan faktor pupuk kompos pada taraf ke-j = Pengaruh acak dari perlakuan pupuk NPK taraf ke-i pupuk kompos taraf ke-j, dan ulangan ke-k = Pupuk NPK (0 gram, 5 gram, 10 gram, 15 gram) = Pupuk kompos (0 gram, 30 gram, 60 gram, 90 gram) = Ulangan 1, 2, dan 3 Analisis Data
Pengujian sidik ragam dengan uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini. Data diolah menggunakan software SAS 9.1, jika : a) Nilai P-value > α (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, jumlah bintil akar, dan NPA. b) Nilai P-value < α (0,05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, jumlah bintil akar, dan NPA, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dengan mengamati pertumbuhan semai di rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Parameter yang diukur selama penelitian adalah menghitung tinggi dan diameter semai, pada akhir pengamatan menghitung berat basah total (BBT), berat kering total (BKT), nisbah pucuk akar (NPA), dan jumlah bintil akar. Setelah tiga bulan kemudian dilakukan analisis tanah untuk mengetahui kandungan unsur hara yang ada di tanah. Hasil dari parameter tersebut digunakan untuk mengetahui respon tanaman terhadap perlakuan yang diberikan dengan melakukan analisi sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel 2.
6 Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh penambahan pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan semai akasia Perlakuan Parameter
Pupuk NPK
Kompos
Tinggi
0.5274tn
0.1123tn
0.0261*
Diameter
0.9154tn
0.1250tn
0.3931tn
BBT
0.5163tn
0.7770tn
0.2774tn
BKT
0.5214tn
0.4044tn
0.2565tn
NPA Jumlah bintil akar
0.9892tn
0.4691tn
0.5322tn
0.1144tn
0.3882tn
0.8882tn
Pupuk NPK x Kompos
Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan. * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) < 0.05 (α). tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) > 0.05 (α).
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa penambahan pupuk NPK dan kompos hanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia pada selang kepercayaan 95%. Sedangkan pemberian pupuk NPK tunggal dan pupuk kompos tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.
Pertumbuhan Tinggi Semai Akasia Penambahan pupuk NPK dan kompos memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai (Tabel 2). Uji duncan terhadap pertumbuhan tinggi tersebut menunjukkan bahwa perlakuan N2K3 (pupuk NPK dosis 10 gram dengan pupuk kompos dosis 90 gram) menghasilkan pertumbuhan tinggi terbaik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wasis dan Fathia (2011) bahwa pupuk NPK dosis 10 gram dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi karena adanya unsur N yang dapat merangsang pertumbuhan semai secara keseluruhan khususnya pertumbuhan batang, cabang, dan daun. Penambahan pupuk NPK juga dapat meningkatkan hasil panen karena dapat menyuplai kebutuhan hara untuk tanaman (Díaz and Pengue 2018). Perlakuan N2K3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan N3K2, N1K2, N2K1, dan lain-lain (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan N0K2 (pupuk NPK dosis 0 gram dengan pupuk kompos dosis 60 gram) juga memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa tanpa penambahan pupuk NPK semai akasia masih dapat tumbuh dengan baik pada media bekas tambang kapur. Hal ini karena A. mangium merupakan tanaman pionir yang tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Perlakuan N1K0 (pupuk NPK dosis 5 gram dengan pupuk kompos dosis 0 gram) juga memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa tanpa penambahan pupuk kompos semai akasia masih dapat tumbuh dengan baik pada media bekas tambang kapur. Seperti yang kita ketahui bahwa A. mangium sebagai tanaman pionir, A. mangium dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi meskipun pada tanah yang miskin unsur hara. Hasil uji Duncan pertumbuhan tinggi semai akasia disajikan pada Tabel 3.
7 Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia Perlakuan
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
Persentase peningkatan (%)
N2K3
26.567 a
84.917
N3K2
25.067 a
74.476
N1K2
23.533 ab
63.799
N2K1
22.567 abc
57.075
N0K2
20.867 abc
45.243
N3K3
17.967 abc
25.057
N0K1
17.400 abc
21.111
N2K0
17.367 abc
20.881
N0K3
17.333 abc
20.645
N1K0
17.200 abc
19.719
N1K1
17.033 abc
18.556
N3K1
15.367 bc
6.960
N3K0
14.633 bc
1.851
N0K0
14.367 bc
0.000
N2K2
14.300 bc
-0.466
N1K3
13.133 c
-8.589
Hasil pertumbuhan tinggi terendah ditunjukkan pada perlakuan N1K3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan N2K2 memiliki persentase peningkatan terhadap kontrol sebesar -8.589 (N1K3) dan -0.466 (N2K2). Penambahan pupuk NPK dan pupuk kompos pada dasarnya belum tentu memberikan pertumbuhan yang optimal untuk perbaikan karakterisitik tanah terhadap pertumbuhan semai akasia pada media bekas tambang kapur. Berdasarkan hasil uji duncan di atas, pada dasarnya pertumbuhan tanaman akan lebih optimal pada kondisi tempat tumbuh yang optimal. Penambahan kompos tentu akan memperbaiki sifat-sifat tanah karena kompos merupakan bahan organik yang dapat mengurangi kepadatan tanah sehingga perakaran mudah berkembang dan menyerap unsur hara (Wasis dan Andika 2017). Begitu juga penambahan pupuk NPK yang dapat memberi suplai N yang cukup besar ke dalam tanah sehingga dengan penambahan pupuk NPK akan membantu pertumbuhan tanaman (Wasis dan Fathia 2011). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan pupuk NPK dan kompos memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia. Proses pemupukan dapat menyediakan unsur hara yang tidak tersedia dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Óscar et al. 2017). Wasis dan Fathia (2011) menyebutkan bahwa manfaat utama dari pupuk berkaitan dengan sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Terlebih media yang digunakan sebagai tempat tumbuh semai akasia merupakan media tailing yang mempunyai banyak kendala fisik maupun kimia. Penambahan pupuk kompos yang merupakan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah tailing menjadi lebih gembur dari keadaan sebelumnya (Golnaz and Daryl 2017). Pupuk kompos juga mempunyai kandungan bahan organik yang dapat menambah unsur hara pada tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman
8 (Getachew et al. 2016). Selain itu penambahan pupuk NPK juga dapat menyuplai N yang cukup untuk membantu pertumbuhan tanaman (Seema et al. 2017). Wasis dan Fathia (2011) juga menjelaskan unsur fosfor yang terdapat dalam pupuk NPK dapat berfungsi sebagai bahan dasar protein, memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan respirasi pada tanaman. Selain itu fosfor juga dapat memperluas sistem perakaran sehingga penyerapan hara dapat terjadi secara optimal (Scowcroft and Silva 2005). Unsur kalium sangat berguna untuk pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan kekeringan. Dalam penelitian ini menunjukkan interaksi antara pupuk NPK dan kompos dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan tinggi semai akasia dengan dosis tertentu. Pertumbuhan tinggi semai akasia selama 12 minggu menunjukkan peningkatan yang berbeda-beda pada setiap perlakuan yang diberikan. Pertumbuhan tinggi semai akasia selama 12 minggu disajikan pada Gambar 1. N3K3
N1K3
N0K0
N2K3
N0K3
Tinggi (cm)
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Waktu (Minggu ke-) N2K3
N2K2
N2K1
N2K0
N0K0
Tinggi (cm)
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 1
2
3
4
5
6 7 8 Waktu (Minggu ke-)
9
10
11
12
13
Gambar 1 Pertumbuhan tinggi rata-rata semai akasia pada berbagai dosis perlakuan Berdasarkan Gambar 1 dketahui bahwa perlakuan N2K3 menunjukkan pertumbuhan tinggi yang paling baik diantara empat perlakuan lainnya yaitu sebesar 38.40 cm. Dapat dilihat bentuk grafik pada perlakuan N2K3 selalu naik pada setiap minggunya dan pada minggu ke-8 hingga minggu ke-13 mengalami peningkatan secara signifikan dari minggu-minggu sebelumnya. Perlakuan N2K3 merupakan perlakuan terbaik berdasarkan hasil uji duncan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wasis dan Fathia (2011) bahwa dosis NPK 10 gram memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia karena
9 adanya unsur Nitrogen yang dapat merangsang pertumbuhan semai secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Hal lain juga dijelaskan oleh Wasis dan Noviani (2010) bahwa pemberian pupuk NPK dan kompos dapat membantu pertumbuhan tanaman pada media tailing dengan dosis kompos yang lebih tinggi dari dosis pupuk NPK yang digunakan. Pertumbuhan tinggi yang paling rendah dapat dilihat pada perlakuan N1K3 (pupuk NPK dosis 5 gram dengan pupuk kompos dosis 90 gram) sebesar 21.23 cm. Hal ini menunjukkan bahwa dosis NPK yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia. Sesuai dengan pernyataan Wasis dan Noviani (2010) bahwa pupuk NPK memiliki kandungan unsur hara yang lebih banyak dibandingkan dengan pupuk kompos sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan lebih nyata. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa pupuk NPK lebih mendominasi dalam pertumbuhan tinggi semai akasia. Namun meskipun demikian penambahan pupuk kompos juga sangat diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara pada media bekas tambang kapur.
Pertumbuhan Diameter Semai Akasia Berdasarkan Tabel 2, penambahan pupuk NPK, pupuk kompos, maupun interaksi antar keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai akasia. Gambar 2 menunjukkan pertumbuhan diameter semai akasia dengan berbagai dosis perlakuan. N3K2
N2K2
N1K2
N0K2
N0K0
Diameter (cm)
4.000 3.000 2.000 1.000 0.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Waktu (Minggu ke-) N0K0
N3K2
N3K3
N3K0
N3K1
Diameter (cm)
4.000 3.000 2.000 1.000 0.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Waktu (Minggu ke-)
Gambar 2 Pertumbuhan diameter rata-rata semai akasia pada berbagai dosis perlakuan
10
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa pemberian pupuk NPK dan kompos pada semai akasia tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter. Campbell (2012) menyatakan bahwa pertambahan diameter pada tanaman dengan usia muda akan mengalami kesulitan. Hal ini karena tanaman cenderung menunjukkan pertumbuhan primernya terlebih dahulu baru kemudian pertumbuhan sekunder tanaman. Perlakuan N0K2 (pupuk NPK dosis 0 gram dengan pupuk kompos dosis 60 gram) dan perlakuan N2K2 (pupuk NPK dosis 10 gram dengan pupuk kompos dosis 60 gram). Penambahan dosis pupuk NPK menjadi 10 gram justru tidak meningkatkan pertumbuhan diameter semai akasia. Hal yang sama juga terjadi pada perlakuan N3K0 (pupuk NPK dosis 15 gram dengan pupuk kompos dosis 0 gram) dan perlakuan N3K1 (pupuk NPK dosis 15 gram dengan pupuk kompos dosis 30 gram). Penambahan dosis untuk pupuk kompos juga tidak meningkatkan pertumbuhan diameter semai akasia. Sesuai dengan pernyataan Yuniarti et al. (2004) bahwa pertumbuhan diameter berjalan lambat karena tanaman akan mengutamakan unsur hara yang terserap oleh akar untuk pertumbuhan tinggi pada usia semai atau anakan. Hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan diameter adalah penempatan posisi polybag yang saling berdekatan tanpa ada jarak yang sesuai menyebabkan tanaman kesulitan mendapatkan cahaya secara optimal untuk pertumbuhannya.
Berat Basah Total dan Berat Kering Total Tanaman Pemberian pupuk NPK dan kompos tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter berat basah total (BBT) dan berat kering total tanaman (BKT). Penampakan semai akasia sebelum dan setelah dipanen disajikan pada Gambar 3. B A
Gambar 3 Penampakan semai akasia a) Sebelum dipanen; b) Setelah dipanen pada berbagai perlakuan Menurut Lakitan (2012) berat basah total menunjukkan kadar air dan hasil aktivitas metabolik suatu tanaman yang dipengaruhi oleh panjang akar, jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah tunas. Sedangkan berat kering total menggambarkan biomassa sebagai hasil dari metabolisme (Wulandari dan Susanti 2012). Oleh karena itu berat kering total dapat dikatakan sebagai suatu parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam suatu media pertumbuhan (Gusmalina dan Pari 2002). Pemberian pupuk NPK dan kompos dengan berbagai dosis diduga tidak mampu mendukung perkembangan massa semai akasia secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan akar dan pucuk tanaman yang kurang baik seperti yang terlihat pada
11 Gambar 3. Setiap perlakuan mempunyai berat basah dan berat kering yang berbedabeda. Hal tersebut tergantung pada kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara untuk pertumbuhannya. Dengan mengetahui BKT suatau tanaman kita dapat mengetahui akumulasi kandungan unsur hara pada tanaman (Herianto dan Siregar 2004). Sedangkan BBT pada suatu tanaman memiliki keterkaitan yang mendasar dengan BKT karena berkaitan dengan akumulasi dari sintesis hasil metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Wasis dan Andika 2017). Pertumbuhan berat basah total dan berat kering total pada semai akasia disajikan pada Gambar 4.
Berat (gram)
40 30 20 10 0
BBT
BKT
Gambar 4 Berat basah total dan berat kering total pada berbagai dosis perlakuan Menurut Putri dan Nurhasybi (2010) menyatakan bahwa kualitas pertumbuhan semai akan semakin baik apabila memiliki nilai berat kering total yang semakin tinggi. Hal ini karena berat kering total merupakan biomassa dari hasil metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Wulandari dan Susanti 2012). Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan N2K3 memiliki nilai BBT dan BKT yang paling tinggi diantara perlakuan lainnya. Namun dengan penambahan pupuk NPK dan kompos ternyata tidak memberikan pengaruh nyata pada nilai BBT dan BKT semai akasia. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena pupuk NPK dan kompos tidak bekerja secara optimal dalam penyerapan unsur hara khususnya penyerapan air bagi pertumbuhan semai akasia pada media bekas tambang kapur. Sesuai dengan pernyataan Adi et al. (2014) bahwa tanah bekas tambang kapur dapat mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap air.
Nisbah Pucuk Akar Pemberian pupuk NPK dan kompos pada media bekas tambang kapur tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar (NPA). Nilai NPA yang besar menunjukkan pertumbuhan pucuk yang lebih dominan daripada pertumbuhan akar. Sebaliknya nilai NPA yang kecil menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih dominan. Hal ini karena NPA merupakan perbandingan antara kemampuan akar dalam menyerap air dan unsur hara dengan luasan fotosintesis dan proses respirasi tanaman pada bagian pucuk (Santosa et al. 2013). Mokany et al. (2006) juga menyebutkan bahwa nisbah pucuk akar merupakan perbandingan anatar akar yang berkembang di bawah permukaan tanah dengan pucuk yang berkembang di atas
12 permukaan tanah. Kondisi hara dan air dalam media tumbuh tanaman juga dapat dilihat dengan besarnya nilai NPA (Winata 2014). Tekstur tanah tambang kapur yang lempung liat berpasir dengan penambahan pupuk NPK dan kompos ternyata tidak dapat menghasilkan tanaman yang dapat menyerap air dan unsur hara yang optimal untuk pertumbuhannya. Menurut Ramadani (2007) menyebutkan bahwa semai dapat dikatakan baik apabila mempunyai nilai nisbah pucuk akar berkisar antara 1-3. Penambahan kompos pada tanaman dapat meningkatkan distribusi akar tanaman karena dapat memperbaiki kepadatan tanah (Gaiotti et al.). Namun pada penelitian ini NPA yang dihasilkan berkisar antara 10-30 sehingga dapat dikatakan pertumbuhan semai akasia kurang optimal karena hanya mendominasi pada pertumbuhan pucuknya saja. Nilai NPA yang dihasilkan oleh semai akasia disajikan pada Gambar 5.
NPA 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
Gambar 5 Nisbah pucuk akar pada berbagai dosis perlakuan Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan N0K0 (pupuk NPK dosis 0 gram dengan kompos dosis 0 gram) memiliki nilai NPA yang paling tinggi diantara perlakuan lainnya. Menurut Frianto (2007) nilai NPA yang tinggi menunjukkan kemampuan tanaman dalam hal menyerap air dan hara dalam mendukung laju fotosintesis dan transpirasi terjadi secara optimal sehingga pertumbuhan bagian pucuk tanaman akan lebih dominan. Sedangkan perlakuan N0K1 memiliki nilai NPA yang paling kecil diantara perlakuan lainnya. Hal ini menandakan bahwa penambahan pupuk NPK dan kompos hanya dapat mengoptimalkan perkembangan akar untuk meningkatkan jerapan air dan hara untuk tanaman.
Jumlah Bintil Akar Penambahan pupuk NPK dan kompos pada semai akasia tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah bintil akar. Seperti yang terlihat pada Gambar 3 bahwa pertumbuhan akar terjadi tidak maksimal sehingga pertumbuhan pucuk lebih dominan. Akasia merupakan jenis tanaman Leguminoceae yang dapat berinteraksi dengan Rhizobium sp. membentuk bintil akar (Zulkifli 2013). Tanaman Leguminoceae mempunyai kemampuan mengikat N2 dan mengubahnya menjadi N apabila berinteraksi dengan Rhizobium sp. (Armiadi 2007). Kondisi lingkungan yang mendukung dengan bintil akar yang baik tanaman dapat memperoleh sumbangan N lebih banyak yang dapat membantu pertumbuhannya. Nitrogen
13
Jumlah
merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah banyak sebagai penyusun protein dan enzim yang dibutuhkan pada awal pertumbuhan tanaman. Menurut Armiadi (2007) tanah yang memiliki tekstur liat akan mengurangi aktivitas bakteri Rhizobium sp. dalam membentuk bintil akar. Sama halnya dalam penelitian ini tanah bekas tambang kapur memiliki tekstur lempung liat berpasir dan dengan penambahan pupuk NPK dan kompos tidak dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pembentukan bintil akar pada semai akasia. Gambar 6 merupakan jumlah bintil akar yang dihasilkan pada berbagai dosis perlakuan. 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Gambar 6 Jumlah bintil akar pada berbagai dosis perlakuan Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa dengan penambahan pupuk NPK dan kompos dapat memberikan jumlah bintil akar yang berkisar antara 3-15 bintil akar. Menurut Armiadi (2007) proses pembentukan bintil akar berlangsung selama 7 - 14 hari setelah perkecambahan. Interaksi antara Rhizobium sp. dengan tanaman inang sangat bergantung pada inang. Rhizobium sp. dapat tumbuh dalam waktu 3 - 5 hari. Bakteri ini merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang bersimbiosis dengan tanaman leguminosa yang dapat menambat nitrogen berkisar antara 1 – 380 kg N pada setiap hektarnya (Armiadi 2007). Penelitian ini hanya dapat menghasilkan 3 – 15 bintil akar pada setiap tanaman. Jumlah tersebut terlalu sedikit karena pertumbuhan akar semai akasia tidak terjadi secara optimal. Hasil Analisis Kimia Tanah Kegiatan penambangan pada umumnya dapat menurunkan produktivitas tanah, melarutkan logam berat yang sangat berbahaya apabila terbawa aliran air sungai, sedimentasi, longsor, kerusakan flora dan fauna, serta merubah iklim mikro (Kamboj et al. 2017). Penambangan juga dapat menghasilkan tailing yang dapat menyebabkan masalah lingkungan karena memiliki kandungan logam berat yang cukup tinggi (Ma et al. 2003). Seperti yang kita ketahui bahwa penambangan kapur dapat merusak ekosistem alami hutan karena selain merusak vegetasi-vegetasi yang ada ternyata juga merusak lapisan tanah yang dapat menyebabkan rusaknya struktur dan tekstur tanah (Algunadi 2013). Umumnya tanah bekas tambang kapur memiliki tekstur lempung liat berpasir yang apabila ditumbuhi tanaman hasilnya tidak akan optimal karena memiliki aerasi yang tidak baik. Kegiatan penambangan kapur akan mempengaruhi sifat-sifat tanah karena rusaknya lapisan tanah bagian atas atau biasa yang disebut topsoil. Hasil uji laboratorium tanah menunjukkan bahwa tanah bekas tambang kapur memiliki tekstur pasir 52.15%, debu 22.24%, dan liat 25.61%,
14 memiliki pH yang tergolong netral (7.42), kandungan C-organik yang tergolong sangat rendah (0.82%), kandungan N yang tergolong sangat rendah (0.08%), kandungan P yang tergolong sangat tinggi (120.03%), kandungan Ca yang tergolong sangat tinggi (78.27 me/100g), kandungan Mg yang tergolong tinggi (2.36 me/100g), kandungan K yang tergolong tinggi (0.83 me/100g), kandungan Na yang tergolong tinggi (0.86 me/100g), dan KTK yang tergolong tinggi (36.01 me/100g). Penambahan kompos dapat meningkatkan Nitrogen dan C-organik dalam tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Sharma et al. 2017). Sedangkan penambahan pupuk NPK tidak meningkatkan kandungan C-organik tetapi meningkatkan kandungan N dan P pada tanah (Jonasson et al. 1996). Berdasarkan analisis kimia tanah penambahan pupuk NPK dan kompos memiliki tekstur pasir 48.04%, debu 21.58%, dan liat 30.38%. Penambahan pupuk NPK dan kompos dapat meningkatkan kandungan C-organik, N, dan K pada tanah seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis kimia tanah
1
pH
7.42
Netral
NPK dan Kompos 7.02
2
C-Organik (%)
0.82
Sangat Rendah
2.44
Sedang
3
N-Total (%)
0.08
Sangat Rendah
0.18
Rendah
4
P-tersedia
120.03
Sangat Tinggi
184.39
Sangat Tinggi
5
Ca (me/100g)
78.27
Sangat Tinggi
74.35
Sangat Tinggi
6
Mg (me/100g)
2.36
Tinggi
3.10
Tinggi
7
K (me/100g)
0.83
Tinggi
4.32
Sangat Tinggi
8
Na (me/100g)
0.86
Tinggi
1.34
Sangat Tinggi
9
KTK (me/100g)
36.01
Tinggi
35.83
Tinggi
10
KB (%)
100
Sangat Tinggi
100
Sangat Tinggi
11
Al (me/100g)
tr
tr
12
H (me/100g)
0.11
0.11
13
Tekstur (%) Pasir
52.15
48.04
Debu
22.24
21.58
Liat
25.61
30.38
No
Perlakuan
Kontrol
Kriteria
Kriteria Netral
*= Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Departemen Pertanian 1983)
Pemupukan pada dasarnya dapat memperbaiki sifat-sifat tanah yang rusak akibat penambangan karena dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang adapada tanah (Jeffrey dan Taryn 2012). Penambahan pupuk kompos yang merupakan pupuk organik dapat memperbaiki sifat kimia, fisika, serta biologi tanah (Noverita 2005). Sedangkan penambahan pupuk NPK dapat menambah hara pada tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK memiliki kandungan N yang merupakan salah satu unsur yang paling luas penyebarannya di alam yang dapat membantu pertumbuhan vegetatif tanaman (Hanafiah 2007). Kandungan P yang ada pada pupuk NPK sangat membantu untuk merangsang pertumbuhan akar, bahan dasar protein, dan memperkuat respirasi (Hardjowigeno 2003). Sedangkan
15 kandungan K pada pupuk NPK membantu dalam pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman serta membentuk antibodi tanaman untuk melawan penyakit dan kekeringan (Wasis dan Fathia 2011). Tabel 4 menunjukkan bahwa dengan penambahan pupuk NPK dan kompos dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah yang mana berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah (Isminanda 2012). Selain itu penambahan pupuk NPK dan kompos juga dapat meningkatkan kandungan N, K, dan Na pada tanah. Seperti yang kita ketahui bahwa N sangat dibutuhkan tanaman untuk membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur K juga sangat berperan penting untuk mempercepat penebalan dinding-dinding sel dan ketegaran tangkai/buah/cabang (Hanafiah 2007). Penambahan pupuk NPK dan kompos juga dapat menurunkan pH menjadi netral yang mana merupakan pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah (Munawar 2011).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian pupuk NPK dan kompos pada media bekas tambang kapur berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia berdasarkan hasil analisis sidik ragam. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk NPK dan kompos memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia. Perlakuan N2K3 yaitu pupuk NPK dosis 10 gram dengan kompos 90 gram merupakan perlakuan yang optimal untuk pertumbuhan tinggi semai akasia dengan nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 26.567 cm.
Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan selain menggunakan pupuk NPK dan kompos penambahan arang perlu dilakukan pada media bekas tambang kapur. Hal ini karena arang tempurung kelapa dapat menyimpan dan menyerap air dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara optimal. Selain itu dosis pupuk kompos perlu ditingkatkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman dengan unsur hara yang optimal serta perlu dilakukannya analisis awal tanah bekas tambang kapur sebelum penanaman.
DAFTAR PUSTAKA Adi IP, Prakoso GW, Rizqiani IP, Utama W. 2014. Impact of topographic change against groundwater recharge areas caused by limestone mining in Rengel
16 District, Tuban Regency. Procedia – Social and Behavioral Sciences. 135: 2530. Algunadi IG. 2013. Analisis dampak penambangan batu kapur terhadap lingkungan di Kecamatan Nusa Penida [skripsi]. Bali (ID): Jurusan Pendidikan Geografi Undiksha Singaraja. Aloa JS and Shuaibu RB. (2013). Agroforestry practices and concepts in sustainable land use systems in Nigeria. Journal of Horticulture and Forestry. 5(10): 156-159. Armiadi. 2007. Efektivitas penambatan Nitrogen udara oleh bakteri Rhizhobium dengan penambahan unsur hara Molybdenum pada tanaman leguminosa herba [disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Campbell NA and Reece JB. 2012. Biologi Edisi ke-8. Wulandari DT, penerjemah : Hardani W, Adhita P, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Díaz DA and WA Pengue. 2018. Nutrients metabolism of agriculture production in Argentina: NPK input and output flows from 1961 to 2015. Ecological Economics. 147. 74-83. Frianto D. 2007. Aplikasi arang kompos pada media sapih dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan Hopea odorata di persemaian. Riau (ID): Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat. Gaiotti F, Marcuzzo P, Belfiore N, Lovat L, Fornasier F, Tomasi D. 2017. Influence of compost addition on soil properties, root growth and vine performances of Vitis vinifera cv Cabernet sauvignon. Scientia Horticulturae. 225: 88-95. Getachew A, Adrian MB, Paul NN, Michael IB. 2016. Benefits of biochar, compost and biochar-compost for soil quality, maize yield and greenhouse gas emission in a tropical agricultural soil. Science of the Total Environment. 543. 295-306. Golnaz A and Daryl M. 2017. Benefits to decomposition rates when using digestate as compost co-feedstock: Part I – Focus on physicochemical parameters. Waste Management. 68. 74-84. Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor (ID): Akademika Pressindo. Isminanda A. 2012. Respon pertumbuhan bibit sengon buto pada media tailing PT. Antam Pongkor dengan penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Jeffrey SF, Taryn MK. 2012. Effects of soil type, rainfall, straw mulch, and fertilizer on semi-arid vegetation establishment, growth and diversity. Ecological Engineering. 44: 70-77. Jonasson S, Michelsen A, Schmidt KI, Nielsen VE, Callaghan VT. 1996. Microbial biomass C, N and P in two arctic soils and responses to addition of NPK fertilizer and sugar: implication for plant nutrient uptake. Oecologia. 106: 507-515. Kamboj N, Aswal RS, Singh P. (2017) Occurance of heavy metals in Ganga canal water at Haridwar (Uttarakhand), India : A case study. Archives of Agriculture and Enviromental Science. 2(2): 119-123. Lakitan B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Ma Y, Dickinson NM, Wong MH. 2003. Interactions between earthworms, trees, soil nutrition and metal mobility in amended Pb/Zn mine tailings from Guangdong, China. Soil Biology & Biochemistry. 35: 1369-1379.
17 Maryani IS. 2007. Dampak penambangan pasir pada lahan hutan alam terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Mokany K, Raison RJ, Prokushkin AS. 2006. Critical analysis of root : shoot ratios in terestrial biomes. Global Change Biology. 12: 84-96. Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press. Noverita SV. 2005. Pengaruh pemberian nitrogen dan kompos terhadap komponen pertumbuhan tanaman lidah buaya (Aloe vera). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 3 (3): 95-105 Óscar JS, Diego AO, Sandra M. 2017. Compost supplementation with nutrients and microorganisms in composting process. Waste Management. 69. 136-153. Putri KP dan Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccana). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7 (3): 141-146. Prayudyaningsih R. 2014. Pertumbuhan semai Alstonia scholaris, Acacia auriculiformis dan Muntingia calabura yang diinokulasi fungi mikoriza arbuskula pada media tanah bekas tambang kapur. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 3 (1): 13-23. Ramadan H. 2007. Formulasi inokulum fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan vermikompos dalam meningkatkan kualitas semai jati muna (Tectona grandis Linn f.) [skripsi]. Bogor (ID): Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Santosa AC, Harwati T, Siswadi. 2013. Pengaruh pemberian mikoriza arbuskula dan pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit jati putih (Gmelina arborea Roxb.). Jurnal Inovasi Pertanian. 12 (2): 53-66. Scowcroft PG, Silva JA. 2005. Effects of phosphorus fertilization, seed source, and soil type on growth of Acacia koa. Journal of Plant Nutrition. 28: 1581-1603. Seema C, Dheri GS, Brar BS. 2017. Long-term effects of npk fertilizer and organic manures on carbon stabilization and management index under rice-wheat cropping system. Soil & Tillage Research. 166. 59-66. Sharma A, Saha NT, Arora A, Shah R, Nain L. 2017. Efficient microorganism compost benefit plan growth and improves soil health in Calendula and Marigold. Horticultural Plant Journal. 3(2): 67-72. Tordoff GM, AJM Baker, AJ Willis. 2000. Current approaches to the revegetation and reclamation of metalliferous mine wastes. Chemosphere. 41. 219-228. Wasis B dan Andika A. 2017. Growth response of mahagony seedling (Swietenia macrophylla King.) to addition of coconut shell charcoal and compost on exsand mining site of West Java Province in Indonesia. Archives of Agriculture and Environmental Science. 2 (3): 238-243. Wasis B dan Fathia N. 2011. Pengaruh pupuk NPK terhadap pertumbuhan semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada media tanah bekas tambang emas (tailing). Jurnal Silvikultur Tropika. 2 (1): 14-18. Wasis B dan Noviani D. 2010. Pengaruh pemberian pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) pada media tanah bekas tambang emas (Tailing). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 15(1): 14-19. Winata B. 2014. Pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba) pada media bekas tambang pasir dengan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
18 Wulandari AS dan Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika. 3 (2): 137-142. Yuniarti N, Heryati Y, Rostiwati T. 2004. Pengaruh media tanam dan frekuensi pemupukan kompos terhadap pertumbuhan dan mutu bibit damar (Agathis loranthifolia Salisb.). Jurnal Agronomi. 9 (2): 59-66. Zulkifli A. 2013. Pengelolaan Tambang Berkelanjutan. Jakarta (ID): Graha Ilmu.
19 Lampiran 1 Analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi semai akasia
Lampiran 1 Kriteria sifat penilaian tanah
Lampiran 2 Penempatan semai akasia dalam rumah kaca N0K1 (1)
N3K3 (1)
N2K2 (1)
N2K2 (2)
N1K3 (3)
N1K0 (3)
N0K0 (3)
N2K0 (3)
N1K0 (1)
N2K1 (2)
N3K2 (2)
N3K0 (2)
N3K0 (4)
N2K3 (2)
N2K2 (4)
N0K2 (2)
N0K2 (1)
N3K1 (3)
N3K1 (4)
N0K0 (2)
N0K1 (2)
N2K1 (4)
N1K1 (2)
N1K0 (2)
N1K2 (2)
N3K2 (4)
N2K3 (1)
N0K1 (3)
N1K1 (1)
N1K2 (3)
N1K1 (3)
N1K3 (2)
N0K0 (4)
N1K1 (4)
N3K3 (2)
N2K1 (3)
N3K1 (1)
N0K2 (3)
N0K3 (3)
N0K3 (1)
20 N2K3 (3)
N0K3 (4)
N0K1 (4)
N1K3 (1)
N3K3 (3)
N3K0 (3)
N2K3 (4)
N1K2 (4)
N2K0 (2)
N2K1 (1)
N2K0 (1)
N3K3 (4)
N1K0 (4)
N1K3 (4)
N3K2 (3)
N3K2 (1)
N3K1 (2)
N2K0 (4)
N0K0 (1)
N0K2 (4)
N1K2 (1)
N3K0 (1)
N0K3 (2)
N2K2 (3)
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Pemalang, Kecamatan Pemalang, pada tanggal 29 Februari 1996. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Murtadho dan Ibu Winarsih. Penulis memulai pendidikan formal di TK Tunas Rimba 1 Pemalang (2001-2002), kemudian SDN 07 Mulyoharjo (2002-2008), lalu SMPN 4 Pemalang (2008-2011), dan SMAN 2 Pemalang (2011-2014). Tahun 2014, penulis lolos seleksi SNMPTN di Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama di IPB, penulis tergabung dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Tree Grower Community (TGC) sebagai anggota dari divisi Project Division (20152016) dan anggota Forest Nutrition Group (2016-2017). Penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan maupun Departemen Silvikultur diantaranya yaitu penulis menjadi anggota divisi medis pada kegiatan Bina Corps Rimbawan (2015) dan sebagai anggota divisi humas pada kegiatan Belantara (2015). Penulis juga mendapatkan beasiswa Bidik Misi yang membantu kebutuhan perkuliahan selama di IPB. Tahun 2016 penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum Kehutanan di Cikepuh dan Situgunung, Jawa Barat selama 10 hari. Kemudian dilanjutkan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi selama 14 hari. Tahun 2017 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah selama 40 hari. Penulis melakukan penelitian yang berjudul Pertumbuhan Semai Akasia (Acacia mangium Willd.) pada Media Bekas Tambang Kapur dengan Penambahan Pupuk NPK dan Kompos dengan bimbingan Dr Ir Basuki Wasis, MS sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.