E1 Skenario 9.docx

  • Uploaded by: Rafael Bimo
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View E1 Skenario 9.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,343
  • Pages: 13
Gangguan Proses Berkemih Terkait dengan Pembesaran Prostat Rafael Bimo (102016132) Fakultas Kedokteran Universitas Krsten Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk, Jakarta 11516

Pendahuluan Hipertrofi prostat benigna merupakan penyakit laki-laki usia lanjut. Pada usia 30 tahun prostat memiliki ukuran sebesar buah kenari (20 cm3), ukurannya akan meningkat secara gradual sesuai peningkatan umur, dan cenderung menjadi HPB setelah umur lebih dari 60 tahun. Istilah hyperplasia sebenarnya lebih tepat dari pada hipertropi karena pembesaran prostat merupakan akibat pertumbuhan atau penambahan jumlah sel epitel dan sel stroma prostat. Hyperplasia dimulai dari zona transisi kelenjar prostat, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan/hambatan keluarnya air kemih. Selain itu juga hipertrofi prostat menyebabkan disfungsi otot detrussor, trabekula vesika urinaria, dan kegegalan hambatan terhadap kontraksi vesika urinaria. Sehingga menyebabkan gangguan berkemih. Gangguan keluarnya air kemih akan menyebabkan komplikasi antara lain infeksi saluran kemih, retensi air kemih akut, dan nefropati obstruksi.

KASUS Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan sering BAK, terutama pada malam hari. Setiap setelah selesai BAK, pasien selalu merasa tidak lampias dan pancaran urinnya lemah. Keluhan ini sudah dirasakan selama 6 bulan terakhir dan dirasa semakin memberat.

Anamnesis Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. 1

Anamnesis yang baik akan terdiri dari: 1. Identitas 2. Keluhan utama 3. Riwayat penyakit sekarang 4. Riwayat penyakit dahulu 5. Riwayat penyakit dalam keluarga 6. Riwayat pribadi Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsam dan agama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter. Riwayat penyakit sekarang merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi. Riwayat pribadi meliputi datadata sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.1

Pemeriksaaan a. Fisik Pemeriksaan colok dubur. Memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan ; konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal), asimetris atau tidak, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat diraba, sulcus medianus prostat, adakah krepitasi. Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.

2

Apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus. Pemeriksaan abdomen. Ditemukan vesica urinaria yang terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.2 b. Penunjang Laboratorium. Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kamih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. Faal ginjal. Diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik). PSA (Prostat Spesific Antigen). Merupakan kadar penanda tumor jika dicurigai adanya keganasan prostat. Foto polos abdomen. Untuk mencari adanya batu opak disaluran kemih, adanya batu atau kalikulosa prostat dan kadang kala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan USG. Dapat dilakukan melalui trans abdominal atau trans abdominal ultrasonography (TAUS) dan transuretra atau trans uretral ultrasonography (TRUS). Dari TAUS diharapkan mendapat informasi mengenai perkiraan volume (besar) prostat, panjang protrusi prostat ke buli-buli atau intra prostatic protrusion (IPP) mungkin didapatkan kelainan pada buli-buli (massa, batu, atau bekuan darah), menghitung sisa (residu) urine pasca miksi atau hidronefrosis atau kerusakan ginjal 3

akibat obstruksi prostat. Pada pemeriksaan TRUS dicari kemungkinan adanya focus keganasan prostat berupa area hipoekoik dan kemudian sebagai penunjuk (guidance) dalam melakukan biopsi prostat. Pancaran urin atau flow rate. Pemeriksaan sederhana untuk mencatat aliran urin, menentukan kecepatan dan kesempurnaan kandung kemih dalam mengosongkan urin dan untuk mengevaluasi obstruksi. Penurunan kecepatan aliran menunjukkan adanya hyperplasia prostat. Dapat dihitung dengan cara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik).2

Diagnosa Gejala pasien

BPH

Ca Prostat

ISK

Striktur uretra

+/-

+/-

60 tahun





Pria









BAK

tidak

lampias Nocturia



Urin lemah



Berat

badan

berkurang Riwayat kateterisasi Demam

-

-



 

+/-

-



+/-





+/-

-

-

-

+/-

+

-

-

+

-

Differential diagnosa 1. Ca Prostat Kanker prostat adalah keganasan pada laki-laki yang paling sering kedua di Amerika Serikat dan kanker penyebab kematian paling sering ketiga setelah kanker paru dan kolorektal pada laki-laki yang berusia di atas 55 tahun. Jarang pada orang Asia, lebih sering pada orang kulit hitam daripada orang kulit putih ( keturunan Afrika-Amerika). Penyebab kanker prostat tidak diketahui.

Manifestasi klinik 4

Gejala awal tidak muncul atau tidak spesifik pada perjalanan penyakit, dan pria dengan penyakit yang sudah lanjut dapat juga tanpa gejala. Gejala yang paling sering adalah disuria, kesulitan dalam menahan kemih, sering berkemih, retensio urine, nyeri pinggang, dan hematuria; dengan obstruksi yang meningkat, pada pasien dapat timbul uremia.3

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah ISK adalah istilah umum yang menunjukan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) : bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Pada umumnya ISK disebabkan mkroorganisme (MO) tunggal :  Escherichia coli merupakkan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan infeksi simtomatis naupun asimtomatis.  Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp, dan Stafilokokus dengan koagulase negatif.  Infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi. Manifestasi klinik ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokuria, disuria, dan stranguria.4 3. Striktur uretra Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.

Manifestasi klinik Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urin.5

5

Working diagnosa Hypertrophy Prostat Benigna (BPH) merupakan kelainan histologis yang khas ditandai dengan proliferasi sel prostat. Akumulasi sel-sel dan pembesaran kelenjar merupakan hasil dari proliferasi sel epitel dan stroma prostat. HPB adalah bagian dari proses umur yang normal pada laki-laki dan secara hormonal tergantung dari produksi hormone testosterone dan dehidrotestosteron (DHT). Diperkirakan 50% laki-laki menunjukkan histopatologi BPH pada umur 60 tahun, dan jumlahnya meningkat menjadi 90% pada umur 80 tahun. Istilah lain dari HPB adalah pembesaran/partumbuhan kelenjar prostat yang menyebabkan sumbatan pada auretra, dan menyebabkan terjadinya gejala pada traktus urinarius bawah (lower urinary tract symptom –LUTS), infeksi saluran kemih (ISK), hematuria, atau membahayakan fungsi traktus urinarius bagian atas. HPB juga didefinisikan sebagai pertumbuhan histologik kelenjar prostat jinak (non malignan). Dengan demikian secara umum istilah HPB digunakan apabila terdapat indikasi pembesaran prostat atau seseorang yang mempunyai gejala gangguan berkemih yang diyakini karena adanya sumbatan kelenjar prostat pada kandung kemih.

Etiologi Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyabab terjadinya hiperplasia prostat. Tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah teori testosterone, adanya ketidakseimbangan antara esterogen dan testosteron, interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan teori stem sel.2 a. Teori dihidrotestosteron DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosterone di dalam sel prostat oleh enzim 5αreduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan prostat. b. Ketidakseimbangan antara esterogen dan testosterone Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar esterogen relatif tetap, sehingga perbandingan antara esterogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas selsel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor 6

androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hal ini mengakibatkan bahwa walaupun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan tetstosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar. c. Berkurangnya kematian sel prostat Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat. d. Teori stem sel Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan hormone androgen, sehingga jika hormone ini kadarnya menurun seperti pada kastrasi (pengangkatan organ reproduksi pria atau wanita), menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel. Epidemiologi BPH merupakan masalah umum yang mempengaruhi kualitas hidup di sekitar sepertiga pria yang lebih tua dari 50 tahun. BPH sangat jelas terjadi secara histologi hingga 90% pria dengan usia 85 tahun. Sebanyak 14 juta pria di Amerika Serikat memiliki gejala BPH. Seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang berhubungan dengan BPH. Prevalensi BPH pada orang kulit putih dan Afrika-Amerika mirip. Namun, BPH cenderung lebih parah dan progresif di Afrika-Amerika. Mungkin karena tingkat testosteron tinggi, aktivitas 5-alphareductase, ekspresi reseptor androgen dan aktivitas faktor pertumbuhan pada populasi ini. Aktivitas meningkat menyebabkan tingkat peningkatan hiperplasia prostat dan pembesaran prostat.6 Patofisiologi

7

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada traktus urinarius juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta m. detrusor hipertrofi dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan m. detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala adalah:  Penurunan kekuatan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH.  Hesitancy terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.  Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.  Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.  Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.  Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.

Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai compliance maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan sfingter.

Manifestasi klinis Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritan. Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi (hesitancy), miksi terputus (intermittency), menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensivitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, sering miksi waktu malam hari (nokturia), miksi sulit ditahan (urgency), nyeri saat miksi (disuria).7 8

Penatalaksanaan 1. Observasi Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang diberikan ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap tiga bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), residu urin, dan pemeriksaan colok dubur.

2. Terapi medikamentosa  Antagonis adrenergik α Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin atau yang lebih selektif yaitu tamsulosin. Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2 – 0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis a1-adrenergik karena secara selektif mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika, prostat dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat. Hal ini akan menurunkan tekanan pada urethra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing-pusing (dizziness), capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah.  Penghambat enzim 5- a –reduktase Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1 x 5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat dari pada golongan a-bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat besar. Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan pengobatan bila dimakan terus-menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido, ginekomastia, dan dapat menurunkan nilai PSA.

9

 Fitoterapi Penggunaan fitofarmaka masih menjadi perdebatan. Komponen utama dari obat ini adalah phytosterol, yang dari hasil study invitro diperkirakan memiliki manfaat sbb: memiliki efek anti inflamasi , antiandrogenik ataupun efek estrogenic. Memurunkan kadar sexual hormone binding globulin, menhambat aromatase, lipooksigenase, faktor pertumbuhan yang merangsang proliferasi sel prostat, alfa adrenoreseptor, 5-alfa reduktase,muscarinic cholinoceptor, reseptor dihidropiridin atau reseptor viniloid, memperbaiki fungsi detrusor, menetralkan radikal bebas. Namun study ini masih belum jelas.dari bermacam fitofarmaka, yang paling banyak digunakan untuk terapi hyperplasia prostat adalah serenoa repens.  Terapi kombinasi Obat yang digunakan adalah penghambat 5 alfa-reduktase. Loper,dkk (1996) adalah peneliti pertama yang menggunakan terapi kombinasi terazosin dan finasteride, sedangkan studi lain yang dilakukan Roehrbom dkk (2008) menggunakan kombinasi tamsulosin dengan dutasteride. study membuktikan bahwa terapi kombinasi lebih superior dibandingkan monoterapi dalam mencegah progresivitas penyakit berdasarkan criteria IPSS. Terapi kombinasi ini diindikasikan pada penderita dengan gejala sedang dan berat. 3. Terapi bedah Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu:  Retensio urin berulang  Hematuria  Tanda penurunan fungsi ginjal  Infeksi saluran kemih berulang  Gagal ginjal  Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan hidronefrosis  Urolitiasis.

Intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi Transurethral Resection of the Prostate (TURP), Transurethral Insision of the Prostate (TUIP), prostatektomi terbuka, dan prostatektomi dengan laser dengan Nd-YAG atau Ho-YAG. TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang sampai berat,

10

volume prostat kurang dari 90 g dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang ialah striktur uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), atau impotensi (4-40%). Bila volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher vesika atau prostat fibrotik dapat dilakukan Transurethral Incision of the Prostate (TUIP). Indikasi TUIP ialah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil. Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun kemudian.

Komplikasi  Apabila vesika urinaria/buli-buli menjadi dekompensasi, akan menjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.  Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat vesika/buli-buli tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intra-vesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinesia paradoks.  Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi.  Pada waktu miksi, penderita harus selalu mengedan sehingga lama-kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.  Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.  Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis.  Bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis. Pencegahan Kini telah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi hipertrofi prostat. Salah satunya adalah suplemen makanan yang kandungan utamanya adalah saw palmetto. Saw palmetto menghasilkan sejenis minyak yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-a-reduktase, yang berperan dalam proses 11

pengubahan hormon testosterone menjadi dehidrotestosteron penyebab BPH. Ada beberapa suplemen yang penting untuk menjaga prostat,yaitu : 1. Vitamin A, E, dan C merupakan antioksidan yang mencegah pertumbuhan kanker karena menurut penelitian BPH dapat berkembang menjadi carcinoma prostat. 2.

Glukonat dapat membantu melancarkan BAK dan mendukung fungsi ginjal.

3. L-glisin merupakan senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke SSP. 4. Zinc bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan produksi sperma.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko masalah prostat, antara lain: 1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan. 2. Meningkatkan makanan yang mengandung likopen (tomat). 3. Perbanyak konsumsi serat. 4. Berolahraga secara teratur. 5. Pertahankan agar berat badan tubuh ideal.8

Prognosis Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.9

Kesimpulan Benign Prostatic Hyperplasia ( BPH ) merupakan pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas dan biasa menyerang pria diatas 50 tahun. Penyebab BPH tidak diketahui, tetapi mungkin akibat adanya perubahan kadar hormon yang terjadi karena proses penuaan. Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi (hesitancy), miksi terputus (intermittency), menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensivitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, sering miksi waktu malam hari (nokturia), miksi sulit ditahan (urgency), nyeri saat miksi (disuria). Penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah konvensional, terapi minimal invasif, dan farmakoterapi. Prognosis BPH tidak dapat diprediksi, tetapi dapat dikatakan buruk jika tidak segera ditangani karena dapat berkembang menjadi kanker prostat yang bersifat mematikan. Upaya pencegahan BPH adalah dengan menjalankan pola hidup sehat. 12

Daftar pustaka 1. Aeronson PI, Ward JPT. At a glance system urogenitalis: Anamnesis dan pemeriksaan fisik urogenitalis. Ed. 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010. hal.68. 2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Ed. 3, jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2000. hal. 332. 3. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi : konsep klinis dan proses-proses penyakit. Ed. 6, Vol. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. hal. 1323. 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. Ilmu penyakit dalam UI. Ed. 5, jilid 2. Jakarta: Interna publishing, 2009. hal. 1008-09; 1012. 5. Gilbert, Scott M. Urethral Stricture. 2004. Diakses 22 Oktober 2012, di http://www.medlineplus.com/medicalencyclopedia.html 6. Purnomo B. Urologi klinik. Ed. 2. Jakarta : CV Sagung seto. 2005. hal. 175. 7. Sjamsuhidajat R, Jong W D. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. hal. 783. 8. Martono H. BPH : Buku ajar geriatric. Ed. 3. Jakarta : FKUI. 2004. hal. 411.

13

Related Documents

E1 Skenario 9.docx
May 2020 4
E1
December 2019 57
E1
June 2020 31
E1
November 2019 51
E1
October 2019 45
E1
May 2020 23

More Documents from ""