Dwi.docx

  • Uploaded by: Helmy Fergiawan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dwi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,670
  • Pages: 11
LEARNING OBJECTIVE SKENARIO I “Lari Pagi “

DISUSUN OLEH DWI PASCA CAHYAWATI N 101 14 031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO 2015

Skenario I Pada minggu pagi yang dingin, Adi dan adiknya Tina lari pagi. Setelah beberapa menit keliling kompleks rumahnya dirasakan cukup, Adi merasa mengalami dehidrasi. Sekujur tubuhnya dibanjiri keringat, dia merasa kepanasan. Hal serupa pun dirasakan oleh Tina. Keduanya pun sepakat untuk membeli air mineral dan minuman isotonis. Dalam perjalanan pulang, Tina mengajak Adi berlomba. Dia lari dan tidak mau kalau Adi mendahuluinya. Tina tidak melihat ada motor yang melintas sehingga tabrakan tidak bisa dihindari. Tampak pendarahan massive di paha kanan, disertai hematom ditangan kanan. Tina pucat karena banyak darah yang keluar kemudian syncope. Tak lama kemudian ambulans datang dan membawa Tina ke Rumah Sakit. Di UGD Tina langsung dipasangkan cairan infuse dan diobservasi. Beberapa saat kemudian, diapun kembali sadar. Namun, dokter UGD menyarankan Tina agar mendapat perawatan lebih lanjut.

STEP 5 (Learning Objective) 1.Perbedaan cairan intraseluler dan ekstraseluler ? 2.Penyebab dan konsekuensi dari ketidakseimbangan cairan tubuh ? 3.Jelaskan konsentrasi garam dan elektrolit lainnya dari lingkungan internal ? 4.Jelaskan keseimbangan ion natrium, kalium, klorida, fosfat, dan magnesium dalam cairan tubuh ? 5.Jelaskan mekanisme produksi keringat ? 6.Jelaskan kontrol homeostatis suhu tubuh oleh sistem saraf dan endokrin ? 7.Jelaskan faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ? 8.Efek kehilangan darah pada keseimbangan cairan ? JAWABAN 1. Perbedaan cairan intraseluler dan ekstraseluler ada 6, yaitu : - Cairan intraseluler ditemukan di dalam sel sementara cairan ekstraseluler ditemukan di luar sel. - Adanya protein dan asam amino adalah fitur cairan intraseluler sedangkan mereka tidak ditampilkan dalam cairan ekstraseluler. - Kedua cairan terutama terdiri dari air, tetapi ada lebih banyak ion dalam cairan ekstraseluler daripada pada cairan intraseluler. - Glukosa terdapat pada kedua cairan, tapi cairan ekstraseluler tidak memiliki organel untuk memecah mereka untuk menghasilkan energi tetapi tidak cairan intraseluler. - Gradien konsentrasi, kompleks protein, dan properti lainnya cairan intraseluler tidak umum untuk cairan ekstraseluler. - Cairan ekstraseluler memiliki dua jenis utama sedangkan cairan intraseluler adalah hanya satu jenis. (Sridianti) 2. Perubahan komposisi dan volume cairan tubuh yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit disebabkan oleh berbagai macam keadaan atau penyakit. Sebagian besar gangguan ini disebabkan oleh penyakit saluran cerna. Di dalam tubuh homeostasis dijaga oleh aktifitas yang merupakan kerjasama antara lingkungan, hormonal, ginjal, adaptasi vaskuler untuk perubahan volume dan tekanan osmotic. Total cairan tubuh yang mengambil 55-72% massa tubuh, beragam menurut jenis kelamin, umur dan kadar lemak yang mengambil bagian antara intraseluler dan ekstraseluler. Cairan ekstra seluler yang merupakan 1/3 total cairan tubuh, terdiri dari cairan plasma intravaskuler, dan cairan interstisiil ekstravaskuler. Ion2 elektrolit yang utama adalah Na+, Cl-, HCO3, sedangkan yang jumlahnya sedikit adalah K+, Mg, Ca, fosfat, sulfat, asam organic, dan protein. Komponen cairan intraseluler ialah K+, protein, Mg, Sulfat, dan Fosfat. Dalam cairan ekstraseluler Na+ dan Cl- mengisi lebih dari 90% larutannya. Konsentrasi serum Na menggambarkan jumlah relatif air dan natrium dalam plasma. Mempertahankan konsentrasi natrium dalam keadaan normal berarti ikut bagian dalam pengaturan volume

cairan tubuh. Besarnya kandungan dalam cairan ekstraselluler dan intraselluler tergantung pada jumlah air di dalamnya, sedangkan distribusi air tergantung pada osmolalitasnya. Osmolalitas larutan merupakan fungsi dari jumlah partikel larutan atau osmolar per unit volume. Satuan osmolalitas diukur dengan mOsm/L. Harga normal osmolalitas serum 265 sampai 285 yang dipertahankan oleh fungsi ginjal, zat yang terlarut atau konsentrasi dari urin. Hal ini diatur oleh berbagai mekanisme seperti filtrasi glomerulus, tekanan arteri, aliran darah, faktor fisik dalam ginjal, sistem syaraf simpatik dan hormon seperti aldosteron, faktor natruretik atrium, vasopressin, dan dopamin. Sistim ini ditujukan untuk mengendalikan keseimbangan air dan elektrolit melalui ultrafiltrasi glomeruler plasma diikuti dengan perubahan kandungan elektrolit pada ultrafiltrasi ini oleh reabsorpsi dan sekresi tubuler. Mekanisme ini bersama sama dengan rasa haus mengendalikan baik volume maupun osmolalitas plasma. Kelainan akibat perubahan volume dan komposisi cairan tubuh perlu diatasi dengan penambahan kebutuhan rumatan, koreksi defisit volume dan elektrolit, dan mengganti kehilangan yang sedang berlangsung. (m.juffrie, 2010) 3. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. 1. Pengaturan volume cairan ekstrasel. Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal. Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam. ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara: mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjalJumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+

dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel. Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui: - Perubahan osmolaritas di nefron Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH). - Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH) peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan. selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal. (Sherwood, Lauralee.2005)

4. Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O ) ke dalam 2 sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO ) dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut & hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah & konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap o berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C. Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari, sedangkan mineral mikro (Trace ) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan. Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada dalam bentuk garam seperti + natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium berada dalam bentuk ion sebagai Na . Diperkirakan + hampir 100 gram dari ion natrium (Na ) atau ekivalen dengan 250 gr NaCl terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin & keringat. Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama yang terdapat di dalam cairan intrasellular (ICF) dengan konsentrasi ±150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh akan berada di dalam kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke dalam ruangan vascular yang terdapat pada cairan ekstraselular dengan konsentrasi antara 3.5-5.0 mmol /L. Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2g/kg berat badan. Namun jumlah ini dapat bervariasi bergantung terhadap beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur dan massa otot (muscle mass). Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari. Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit bermuatan negatif - - yaitu klorida (Cl ). Jumlah ion klorida (Cl ) yang terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/ Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol / L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga pankreas. (M. Anwari Irawan, 2007) 5. Proses pengeluaran keringat ditentukan oleh pusat pengatur suhu, yaitu hipatalamus (otak). Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika pusat pengatur suhu memperoleh rangsangan, mislanya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan tersebut akan diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya, kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk keringat. Keringat akan menguap dan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh kembali dalam kondisi normal. Dalam kulit terdapat ujung-ujung saraf untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf tersebut memiliki fungsi masing-masing. Ujung saraf tersebut sebagai berikut.

a. Ujung saraf Ruffini, untuk merasakan nyeri b. Ujung saraf Merkel, untuk merasakan panas c. Ujunjg saraf Pacini, untuk merasakan tekanan d. Ujung saraf Meissner, untuk merasakan rabaan e. Ujung saraf Krause, untuk merasakan dingin. (Kusmojanto, 2010) 6. Ada sepuluh sistem organ utama dalam tubuh manusia. Masing-masing memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan dalam tubuh. Semua sistem bekerja bersamaan untuk mempertahankan homeostasis. Kita akan melihat masing-masing secara singkat ini dan bagaimana mereka bekerja sama untuk mempertahankan homeostasis: 1. Sistem Integumen, otot dan rangka: Sistem Integumen terdiri dari kulit, kuku, rambut dan kelenjar. Sistem otot terdiri dari otot rangka, otot polos dan otot jantung. Sistem kerangka terdiri dari semua tulang, ligamen, jaringan ikat dan tendon. Fungsi utama sistem Integumen adalah untuk melindungi tubuh dari infeksi asing dan pengaturan panas. Sistem otot yang terlibat dalam kegiatan seperti pencernaan, berjalan, berlari, bernapas dan memungut benda. Sistem kerangka melibatkan sikap yang tepat dari tubuh dan bergerak. Ini sistem otot dan rangka bekerja sama secara erat dengan otot-otot yang didukung oleh kerangka sistem kerangka. Sistem yg menutupi mempertahankan sistem otot dengan membantu tubuh untuk mendinginkan seperti kulit melebarkan menyingkirkan kelebihan panas. Ketiga sistem bekerja sama untuk mempertahankan homeostasis. 2. Sistem Limfatik dan Pencernaan: Sistem limfatik, juga dikenal sebagai sistem kekebalan tubuh, bertanggung jawab untuk melindungi tubuh dari invasi asing. Getah bening, kelenjar getah bening, pembuluh, amandel, timus dan limpa semua terdiri dari organ-organ dari sistem limfatik. Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi dari makanan. Sistem ini terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus besar dan kecil. Penyerapan zat dari sistem pencernaan juga terjadi melalui sistem limfatik. Racun juga diserap oleh sistem limfatik dari sistem pencernaan. Ini adalah salah satu cara di mana sistem ini mempertahankan homeostasis. 3. Sistem endokrin: Sistem endokrin mengeluarkan berbagai hormon yang mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan dan perkembangan tubuh. Metabolisme juga merupakan salah satu proses tubuh yang diatur oleh sistem endokrin. Pelepasan hormon langsung ke dalam aliran darah juga diatur oleh sistem endokrin. Berbagai sistem seperti sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem otot dan semua sistem utama lain dari tubuh diatur oleh sistem endokrin. Ini membantu mencapai homeostasis. 4. Sistem Peredaran Darah: Sistem peredaran darah, juga dikenal sebagai sistem kardiovaskular, bertanggung jawab untuk sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Produk limbah dibuang dan transportasi hormon dan nutrisi ke seluruh tubuh juga terjadi melalui sistem peredaran darah. Hampir setiap sistem lainnya dalam tubuh adalah bergantung pada sistem peredaran darah untuk memasok nutrisi, oksigen dan pembuangan produk limbah. Sistem ini bekerja secara erat dengan semua sistem lain untuk mempertahankan homeostasis.

5. Sistem Pernapasan: saluran pernapasan menyediakan oksigen ke sistem peredaran darah dan bekerja bersama-sama dengan sistem peredaran darah. Hal ini juga bertanggung jawab untuk menghilangkan limbah dari proses metabolisme. Pasokan oksigen dan penghapusan limbah yang dihasilkan oleh respirasi sel, baik membantu mempertahankan homeostasis dalam tubuh. 6. Sistem urin: Sistem ini terutama bertanggung jawab untuk menyingkirkan limbah berlebih dalam tubuh dan mengatur cairan tubuh. Keseimbangan elektrolit dalam tubuh juga dipertahankan oleh sistem kemih. Sistem kemih juga bertanggung jawab untuk menjaga jumlah sel darah merah dalam tubuh dan tingkat pH optimum dalam darah. Semua fungsi ini membantu mempertahankan homeostasis dalam tubuh. 7. Sistem Saraf: Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Hipotalamus dalam otak adalah salah satu pemain kunci dalam tubuh manusia dalam mempertahankan homeostasis. Hal ini mempengaruhi sistem saraf otonom, yang bertanggung jawab untuk mengendalikan semua organ-organ lain di dalam tubuh, dan kelenjar pituitary, ‘master kelenjar’, yang mengontrol semua kelenjar lain dalam tubuh. Sistem saraf mengatur semua sistem lain dalam tubuh untuk mempertahankan homeostasis. (Novi Indiriani, 2013) 7. Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan

terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.. Tubuh kita dilengkapi berbagai sistem pengaturan canggih, termasuk pengaturan suhu tubuh. Manusia memiliki pusat pengaturan suhu tubuh (termostat), terletak di bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. Pusat pengaturan suhu tubuh itu mematok suhu badan kita di satu titik yang disebut set point. Hipotalamus bertugas mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37°C. Itu sebabnya, di mana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu beradaptasi. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan mengerutkan pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat. Sedangkan di udara panas, hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun menjadi lebih cepat. Karena itu, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak kemerahan (flushing). Organ Pengatur Suhu Tubuh - Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak. - Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan panas -Hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas -Mekanisme pengaturan suhu -Kulit --> Reseptor ferifer --> hipotalamus (posterior dan anterior) --> Preoptika hypotalamus --> Nervus eferent --> kehilangan/pembentukan panas Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh 1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. 2. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 4. Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50100% diatas normal. 5. Hormone kelamin Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal. 6. Demam ( peradangan ) Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C. 7. Status gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. 8. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C. 9. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 10. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,

lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. (Munaji Dwi Ananto, 2012) 8. Kebutuhan cairan rumatan untuk mengganti kehilangan cairan sensible dan insensible harus dihitung secara teliti dan tergantung pada pemakaian energi, meskipun jumlah itu bisa dihitung berdasarkan berat badan. Kehilangan insensible melalui kulit dan saluran napas yang biasanya bebas elektrolit lebih besar pada bayi baru lahir dari pada orang dewasa. Kehilangan sensible terutama dari urin mengambil porsi 50% kebutuhan cairan. Jadi kehilangan cairan melalui urin tidak perlu diganti sepanjang output urin tidak lebih dari 5060% cairan rumatan. Kebutuhan kalori untuk tumbuh bisa di perkirakan equivalent dengan kcal untuk setiap cc kebutuhan air. Faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan kalori dan air ialah panas (10% untuk setiap 1 derajat C), aktifitas fisik, kehilangan gastrointestinal yang sedang berlangsung, hiperventilasi, keadaan hipermetabolik. Kebalikan dari keadaan diatas seperti anuria, oligouria atau gagal jantung kongestif, bisa mengurangi kebutuhan cairan. (M Juffrie, 2012)

More Documents from "Helmy Fergiawan"

Triple Jump Helmy.docx
December 2019 36
Blm Selesaai.docx
December 2019 36
Blok 3 Lo.docx
December 2019 37
Dwi.docx
December 2019 32