METODE PENULISAN KARYA ILMIAH DUKA YANG MENYAYAT HATI DI TANAH MINANG AKIBAT GEMPA BUMI BERKEKUATAN 7,6 SR
D I S U S U N OLEH: NAMA
: AHMAD JUMHAN
NIM
: 090301092
PROGRAM STUDI
: ILMU PERADABAN ISLAM
KONSENTRASI
: ISLAM INDONESIA
DOSEN PENGAMPU
: PROF. DR. ABDULLAH IDI, M.A
PASCA SARJANA IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
2009
2
SABAR MENGHADAPI COBAAN DAN RIDHA MENERIMA TAQDIR Allah swt berfirman dalam surat Al-Baqarah, ayat 155 – 157:
Artinya: 155.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156.
(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa
musibah,
mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" 157.
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Jika kita membuka lembaran sejarah umat terdahulu, maka akan kita dapati berbagai macam cerita tentang bagaimana cobaan dan ujian yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia, entah itu berupa banjir maupun gempa bumi yang mau tidak mau harus diatasi dengan penuh perjuangan yang meminta pengorbanan bahkan ada kalanya pengorbanan yang diminta adalah berupa nyawa dan jiwa, hal itu tidak boleh diragu-ragukan, sudah merupakan hukum kepastian dari Allah SWT. Hukum kepastian itu yang biasa disebut juga Sunatullah, telah berlaku dalam kehidupan bangsa-bangsa sejak zaman dahulu kala, tujuan paket dari ujian itu ialah
3
untuk mengetahui antara orang yang benar dan orang yang dusta, artinya untuk menyisihkan padi dan gabah, membedakan emas logam, dalam perjuangan menegakkan iman, kebenaran dan keadilan. Kehidupan manusia sejati adalah ibarat batu karang ditengah samudera, takkan goncang karena ombak, takkan runtuh karena hempasan badai nan hebat dasyat. Muslim sejati ia akan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT disaat ia kaya, ia bersyukur kepada Allah dan dibelanjakannya hartanya itu untuk sesuatu yang diridhoi Allah, disaat dia miskin ia selalu tabah dan sabar, tawakkal sambil ikhtiar memperbaiki nasibnya. Itulah muslim sejati yang memegang teguh keyakinannya atau berlaku “Istiqomah”, bagi orang-orang yang seperti ini ia tidak gentar dan takut, tidak khawatir dan berduka cita, walaupun apa yang harus ia hadapi, sebab ia yakin bahwa sesungguhnya Allah senantiasa melindunginya didunia dan akhirat. Musibah gempa bumi yang terjadi ditanah Minang Padang Sumatra Barat, berdampak kesusahan yang luar biasa. Kerusakan terlihat hampir di semua sudut kota Padang dan sekitarnya. Aroma panik menguat dikota yang berada di pesisir barat Pulau Sumatra itu. Bangunan-bangunan rontok sudah tak berpondasi. Bangunan yang runtuh itu menimpa apa saja yang berada dibawahnya. Terlihat mobil Avanza dan Jazz yang sedang parkir penyek disana-sini hampir ketimbun beton-beton atap tempat parkirnya. Selain itu, dibeberapa tempat terlihat kepulan asap hitam dari api yang memisahkan beberapa bangunan. Tidak diketahui penyebab kebakaran itu, karena titik api terhalang bangunan besar. Seperti kompleks ruko yang juga rusak parah dengan atapnya yang runtuh. Orang-orang berkumpul dipinggir jalan. Karena tidak berani masuk ke dalam rumahnya yang runtuh atau rusak-rusak. Dengan pakaian seadanya dan wajah lelah, mereka menunggu sampai gempa susulan benar-benar usai. Banyak orang juga mengungsi ke tempat aman menggunakan mobil pribadi dan kendaraan umum.
4
Fakta kengerian demi kengerian terus terungkap dari terjadinya gempa 7,6 SR di wilayah Padang dan sekitarnya. Gunung-gunung yang berada disekitar Danau Maninjau pun saat gempa terjadi menggugurkan batu-batu besarnya. Akibatnya warga sekitar danau dan gunung ketakutan serta mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Dr. Surono
menduga gempa yang terjadi gempa berada pada kedalaman 80
kilometer, berpusat 45 kilometer dari Kota Padang dengan kekuatan 7,6 Skala Richter versi US GS. Pusat gempa itu sendiri diperkirakan terjadi 8,5 Kilometer dari garis pantai Barat Sumatra. Informasi dari Badan Klimatologi, Meteorologi dan Geofisika, gempa 7,6 SR itu terjadi pada pukul 17.16.09 WIB, Rabu, 30 September 2009. Gempa terjadi dilokasi 0.84 Lintang Selatan dan 99.65 Bujur Timur-Pusat gempa berada diarah 57 Kilometer Barat Daya Pariaman, Sumatra Barat, korban tewas di Kota Padang mencapai 197 orang, luka berat 50, luka ringan 1.590 orang. Kota Padang merupakan daerah terparah akibat gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter. Sedangkan data dari Satuan Koordinasi dan Pelaksanaan Koordinasi dan Pelaksana Penanganan Bencana Sumatra Barat, Kamis 1 – 10 – 2009 hingga Pukul 13.00 WIB, jumlah korban diseluruh Provinsi Sumatra Barat diluar Kota Padang mencapai 224 orang tewas. Sehingga total mencapai 421 korban tewas. Di Kabupaten Padang Pariaman korban tewas 154 orang, luka berat 25 dan luka ringan 500. Di Bukit Tinggi korban tewas 7 orang. Di Kabupaten Pesisir Selatan tewas 4 orang dan luka berat 8 orang. Sementara di Kabupaten Solok terdapat korban tewas 2 orang. Jumlah ini diprediksikan terus meningkat. Evakuasi korban gempa di Sumatra Barat berjalan sangat lambat. Ratusan korban hilang di tiga desa di Kecamatan Kepatuhan, Kabupaten Padang Pariaman, yang rata dengan tanah hingga kemarin belum ditemukan.
5
Proses evakuasi menghadapi kendala karena tidak ada peralatan berat yang dapat digunakan petugas penyelamat korban di antara puing bangunan hanya dengan menggunakan tangan. Adapun kisah para korban gempa yang selamat setelah terjebak di reruntuhan bangunan adalah Friska Yulianita (22) berpamitan kepada ayahnya untuk pergi ke kota Padang. Tujuannya untuk mengikuti pelatihan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pesisir Selatan. Keluarga tidak merasakan ada keganjilan terhadap kepergian Friska. Semua biasa saja dengan pesan hati-hati bergaul selama di Kota Padang. Sesuai dengan jadwal acara. Rabu pagi Friska mulai masuk ke Hotel Ambacang untuk mengikuti pelatihan kelautan acara demi acara, saat itu berlangsung dengan khidmat. Suasana canda didalam hotel setelah istirahat Shalat Asar penuh riuh tawa peserta saat itu berubah jadi tangisan dan teriakan histeris. Gempa mengguncang, suasana bubar dan tak menentu. Setiap pintu keluar hotel sesak oleh ratusan orang yang ingin menyelamatkan diri. Dalam tempo singkat, Hotel Ambacang yang kokoh berdiri, ambruk menimpa ratusan orang yang tak berpeluang untuk menyelamatkan diri. Friska, seorang gadis asal Suranti itu akhirnya terjebak dalam runtuhan bangunan di lantai II semua terasa gelap seketika pecahan beton bangunan menimpa sekujur tubuhnya. Rasa sakit tidak dirasakan ketika pecahan beton dengan bobot ratusan kilogram menimpanya. Setelah tertimpa pecahan beton mungkin saja langsung pingsan. Beberapa jam kemudian mulai sadar namun semua terasa gelap. Seluruh badan tidak dapat digerakkan, sedangkan mulut tak sanggup berbicara. Berdasarkan hasil evakuasi, Friska dapat dikeluarkan dari runtuhan bangunan sekitar pukul 12.00 WIB, Kamis 1 – 10 – 2009, dengan kondisi lemah. Seluruh bagian badannya luka memar dan membengkak disertai dengan darah hitam yang sudah mengering.
6
Akibat gempa disamping merusak bangunan juga menimbulkan banyak penyakit karena sanitasi yang buruk kemudian air bersih yang tidak tersedia maka akibatnya banyak pengungsi yang sakit. Dari peristiwa ini kita dapat mengambil suatu hikmah. Bahwa yang namanya musibah itu dapat datang kapan saja, tanpa memandang waktu dan tempat, itu kalau Allah SWT sudah berkehendak tidak ada satu mahlukpun yang dapat mencegahnya. Oleh sebab itu kita sebagai manusia mahluk yang lemah harus banyak-banyak beristifar, berdo’a, memohon kepada Allah SWT untuk dijauhkan dari musibah. Agar kita selamat dunia sampai akhirat.
Penulis Ahmad Jumhan. Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Raden Fatah Palembang dan Dosen Al-Islam Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang
7