Drainase Pasang Surut Keadaan Umum.docx

  • Uploaded by: putu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Drainase Pasang Surut Keadaan Umum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,065
  • Pages: 9
BAB IV KEADAAN UMUM

A. Keadaan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan bagian dari daerah rawa Kumbang Padang yang termasuk di Kecamatan Pembantu Muara Padang, Kabupaten Musi Banyuasin , Propinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 1996/1997 Departemen Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan merupakan daerah transmigrasi yaitu transmigrasi umum perkebunan (TU-BUN) dan tanaman kelapa sawit sebagai tanaman prioritasnya. Kondisi saluran yang dibangun pada tahun 1987 ini, kini dalam kondisi yang tidak memadai. Saluran primer yang menjadi sarana transportasi tidak bisa digunakan selama air surut (kedalaman 0,5 m). Saluran sekunder tidak terawat, dan tidak memenuhi syarat sebagai saluran drainase. Saluran di lahan pekarangan nampak hanya berupa alur dan dangkal. Daerah kumbang padang mencakup areal seluas kurang lebih 2000 hektar yang merupakan daerah rawa pasang surut. Secara umum, daerah ini tingkat kelengasannya dipengaruhi oleh gerakan pasang surut yang merambat ke dalam melalui estuari (saluran pengalir alamiah yang berhubungan dengan laut, tempat mengalirnya air pasang dari laut ke darat dan air surut dari darat ke laut). Daerah rawa Kumbang Padang merupakan estuari pada bagian hilir sungai. Tergantung pada jarak jangkau air laut yang menyusup ke darat, maka ada rawa pasang surut yang selalu bersifat asin, ada yang bersifat asin hanya pada musim kemarau (pada waktu air tawar ke laut menyusut banyak), dan ada yang tetap tawar sepanjang tahun. Daerah ini secara umum airnya asin hanya dalam musim kemarau.

13

Topografi daerah rawa Kumbang Padang tergolong datar, dengan kemiringan kurang dari 3%. Lahan mempunyai elevasi yang bervariasi antara 1,5 m sampai 2,5 m. Iklim daerah pantai Sumatera Selatan adalah angin muson tropis yang panas dan lembab sepanjang tahun. Keadaan curah hujan yang dicatat di Stasiun Klimatologi Kenten, rata-rata sebesar 2527 mm/tahun. Bulan basah terjadi antara bulan November sampai bulan April, dengan hujan bulanan tertinggi antara bulan Januari dan Maret. Berdasarkan data iklim dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1997, temperatur rata-rata tahunan berkisar dari 25,5°C sampai 33°C dengan ratarata 27,1°C. Kelembaban udara relatif bulanan bervariasi dari 78% - 89% dengan 14

rata-rata adalah 86,7%. Lama penyinaran matahari rata-rata sebesar 52,2%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata adalah 2,9 km/jam atau 0,8 m/detik. Lokasi penelitian terletak sekitar 60 km dari muara (Sungai Saleh) yaitu di Teluk Bangka. Pengaruh pasang surut di daerah ini masih cukup besar. Kisaran fluktuasi pasang surut pada saluran primer yang dilakukan pada awal musim hujan (November – April) berkisar antara 2,17 hingga 1,96 meter. Karakteristik pasang surut merupakan pencerminan pengaruh kondisi fisik dan iklim di suatu daerah terhadap kondisi aliran yang disebabkan oleh kombinasi aliran air pasang surut dari daerah hilir (muara) dan atau aliran air dari daerah hulunya. Pengelolaan air terutama dipengaruhi oleh pasang surutnya perairan di Laut Jawa dan Sungai Padang, serta curah hujan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya genangan air di beberapa tempat dan muka air tanah yang dangkal. Berdasarkan hasil pengukuran kedalaman air tanah berkisar antara 20 sampai 40 cm di bawah permukaan tanah pada musim hujan. Selain itu, hal tersebut juga didukung oleh keadaan sifat fisik tanahnya.

15

BAB V PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

A. Koefisien Drainase Penentuan koefisien drainase diperhitungkan berdasarkan data curah hujan harian selama 18 tahun.

1. Saluran Tersier Fungsi utama saluran tersier adalah untuk mempertahankan muka air tanah pada tingkat yang optimum. Selain itu, saluran tersier ini juga diharapkan mampu berfungsi untuk menampung dan menyalurkan air lebih dan air pasang, untuk membantu saluran utama dan saluran sekunder.

16

2. Saluran Sekunder Saluran sekunder yang dirancang ini berfungsi sebagai saluran pembantu untuk mengeluarkan air berlebih dari areal lahan usaha ke saluran utama. Selain itu, saluran ini juga berfungsi untuk menampung air pasang dan mengeluarkannya kembali agar tidak menggenangi areal lahan usaha. Saluran sekunder ini dirancang untuk satuan luas lahan sebesar 72 hektar, dengan debit air berlebih (Q) sebesar 556,08 l/detik atau 0,56 m³/detik.

17

Debit tersebut didapat berdasarkan koefisien drainase untuk tanaman kebun dengan periode ulang sebesar 10 tahun, dengan nilai 66,73 mm/hari. Berdasarkan topografi lahan, saluran sekunder dirancang dengan kemiringan yang tersedia di lapangan yaitu sebesar 0,0003. Jika panjang saluran sekunder sebesar 1800 m, maka perbedaan elevasi dasar saluran sekunder di hulu dan di muara adalah 0,5 m.

3. Saluran Utama Perancangan saluran utama ini digunakan untuk mengalirkan kelebihan air ke luar daerah lahan usaha. Selain itu, saluran ini juga berfungsi untuk menampung air pasang dan mengeluarkannya kembali sehingga tidak menggenangi daerah lahan usaha serta sebagai prasarana transportasi di daerah tersebut. Saluran utama ini dirancang sebagai sarana transportasi air yang menghubungkan lokasi transmigrasi dengan Sungai Padang maupun Sungai Kumbang. Oleh karena itu, saluran utama harus dapat dilalui oleh angkutan air (speed boat atau kelotok) terutama ketika air sungai sedang surut. Kedalaman aliran minimum agar dapat dilalui oleh angkutan air sekitar 1-1,5 meter. Jika air surut maksimum pada elevasi 0,2 meter di

18

bawah permukaan laut, maka dasar saluran utama yang dirancang sekitar 2 meter di bawah permukaan laut. Untuk lebar saluran, dirancang agar dapat dilalui oleh dua kelotok yaitu sekitar 18 meter. Sedangkan kedalaman Sungai Padang, sebagai muara dari saluran utama adalah sekitar 5 meter di bawah permukaan laut.

19

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Tekstur tanah yang terdapat di lokasi yaitu termasuk dalam kelas tekstur liat berdebu (Silty Clay), dengan pori drainase lambat rata-rata 5,18% volume. Kedalaman muka air tanah rata-rata 0,3 meter, serta kemiringan lahan kurang dari 3 persen. 2. Berdasarkan analisa frekuensi dengan periode ulang 10 tahun terhadap curah hujan maksimum tiga hari dan dua hari berturut-turut selama 18 tahun, diperoleh koefisien drainase untuk tanaman kelapa sawit 66,73 mm/hari, palawija 66,05 mm/hari dan padi 50,07 mm/hari. 3. Dimensi saluran drainase utama yang dirancang sebagai sarana transportasi, harus mempunyai kedalaman aliran sekitar 2 meter ketika air surut dan lebar saluran sekitar 18 meter. 4. Saluran drainase sekunder dirancang untuk setiap luasan 72 Ha. Lebar bawah saluran 1,2 meter, tinggi aliran 0,6 meter, dan lebat atas 3,8 meter. 5. Saluran tersier untuk tanaman kelapa sawit mempunyai dimensi dengan lebar bawah 0,3 meter, tinggi aliran 0,3 meter, kedalaman saluran 0,5 meter dan lebar atas 1,5 meter serta jarak antar saluran adalah 50 meter. Sedangkan untuk tanaman padi dan palawija, lebar bawah saluran 0,3 meter, tinggi aliran 0,3 meter, tinggi saluran 0,7 meter dan lebar atas 1,9 meter. Pada setiap muara saluran tersier diletakkan pintu air balok sekat untuk menjaga kedalaman muka air.

20

B. SARAN 1.

Untuk menjaga dan mempertahankan fungsi dan dimensi saluran drainase, perlu dilakukannya pembersihan saluran secara periodik. Jika terjadi pendangkalan, saluran harus diperdalam kembali.

2.

Untuk mengatur ketinggian air di saluran tersier, sebaiknya digunakan pintu otomatis.

21

Related Documents

Pasang Surut
May 2020 18
Pasang Surut
July 2020 18
Pasang-surut Cilacap
May 2020 21
Drainase
October 2019 45

More Documents from "yuda"